101951 15 t a hun Program Pembangunan Berbasis Masyarakat di Indonesia Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) i © [2015] The World Bank – PNPM Support Facility, Jakarta, Indonesia www.pnpm-support.org Penyusun: Ian Pollock, Anita Kendrick Editor: Lily Hoo, Vinny Flaviana Hyunanda Desain Grafis: Bobby Haryanto PSF Office Bursa Efek Jakarta Jl Jenderal Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan 12190 Tel: (6221) 52993000 Fax: (6221) 52993111 15 Tahun Program Pembangunan Berbasis Masyarakat di Indonesia Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) DAFTAR ISI 1 Pengantar 7 Ikhtisar Pustaka 68 Indeks 72 Glosarium IKHTISAR PUSTAKA Sudah lebih lima belas tahun Indonesia merintis dan menjalankan berbagai proyek dan program pembangunan berbasis masyarakat (community-driven development , CDD). Mulai 1997, ketika Program Pengembangan Kecamatan (PPK) diujicobakan di 25 desa, Indonesia telah merintis rancangan, pengelolaan, dan perluasan proyek- proyek yang memberi masyarakat lebih banyak kendali atas perencanaan dan sumber daya yang membangun kota dan desanya. Tahun 2007, Pemerintah memutuskan untuk menjadikan PPK program nasional di seluruh Indonesia dan mengubah namanya menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), yang pada akhirnya menjangkau lebih dari 70,000 desa dan kelurahan di seluruh Indonesia. Dengan disahkannya Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa upaya pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat di Indonesia memasuki fase baru, dan karenanya kini adalah saat yang tepat untuk mengilas balik dan mendata kembali pembelajaran yang dapat ditarik dari pengalaman Indonesia memulai program pemberdayaan masyarakat dan membawanya sampai ke skala nasional. Ikhtisar pustaka ini mengumpulkan artikel, hasil evaluasi, studi, dan materi lainnya yang mencerminkan pengetahuan yang didapat dari lima belas tahun penelitian, yang meliputi pelbagai topik yang berkaitan dengan PPK dan PNPM Mandiri, termasuk desain dan manajemen program, partisipasi dan pemberdayaan, transparansi dan akuntabilitas, kredit mikro, hubungan dengan pemerintah dan organisasi masyarakat madani, serta efektivitas pendekatan pemberdayaan masyarakat di wilayah perkotaan dan di situasi pasca konflik. Sebagian besar materi yang tercakup di sini telah diterbitkan oleh Fasilitas Pendukung PNPM (PNPM Support Facility, PSF), suatu fasilitas dana amanah multi-donor yang dikelola Bank Dunia untuk Pemerintah Indonesia. Semua materi tersedia bebas untuk publik. Karena penekanannya adalah pada pembelajaran, publikasi jenis tertentu, misalnya studi rona awal dan makalah strategi, tidak dimasukkan. Apabila tertarik untuk mengetahui lebih dari yang ada di daftar pustaka ini, silakan kunjungi http://www. pnpm-support.org, http://www.psflibrary.org, atau Khazanah Pengetahuan Terbuka (Open Knowledge Repository ) Bank Dunia di http://openknowledge.worldbank.org. 1 IKHTISAR PUSTAKA 1 2015 EVALUATION OF THE VILLAGE FINANCIAL ASSISTANCE PROGRAM (BANTUAN KEUANGAN PEUMAKMU GAMPONG, BKPG) DI PROVINSI ACEH Disunting oleh PNPM Support Facility – Bank Dunia Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Pemerintah Aceh menjalankan program PNPM versi lokal yang disebut Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong, atau BKPG, pada tahun 2009. Sampai 2012, BKPG telah menyalurkan lebih dari 1,5 trilyun rupiah (sekitar USD 120 juta) untuk mendukung investasi untuk infrastruktur desa, kelompok simpan pinjam untuk perempuan, pendidikan, kesehatan, dan tata kelola desa, serta kegiatan-kegiatan lainnya. Berbeda dengan PNPM nasional, BKPG memberikan jumlah bantuan langsung masyarakat yang sama untuk setiap desa di propinsi tersebut. Evaluasi ini mengkaji keseluruhan kinerja BKPG, pengetahuan masyarakat tentang program ini secara Lokasi Studi: umum, dan persepsi publik tentang efektifitasnya. Temuan-temuan utamanya Aceh antara lain: • 63% responden survei pernah mendengar tentang BKPG, hasilnya sesuai dengan Metodologi: temuan tentang pengetahuan masyarakat tentang PNPM di luar Aceh. Hampir Kuantitatif separuhnya (49%) mengatakan mereka mendengar tentang program melalui Bahasa: lebih dari satu sumber, dan 25% melalui tiga atau lebih sumber. Cara paling Inggris, Indonesia lazim responden mendengar tentang program adalah melalui jejaring sosial, termasuk teman, keluarga dan tetangga (68% responden). Kata Kunci: • Terdapat perbedaan pengetahuan signifikan antar gender tentang program: Jender, sosialisasi, 51% responden perempuan pernah mendengar tentang BKPG, dibandingkan partisipasi, perempuan 76% responden laki-laki. kepala keluarga, plebisit • Di antara yang mengatakan pernah menghadiri pertemuan BKPG, mayoritas besar (71%) menghadiri hanya satu atau dua pertemuan. • 45% dari responden laki-laki menghadiri setidaknya satu pertemuan BKPG, dibandingkan 18% responden perempuan. • 65% perempuan yang menghadiri pertemuan BKPG mengatakan mereka “hanya mendengarkan” dibandingkan 47% laki-laki. Temuan-temuan ini menengarai bahwa banyak masyarakat desa berhadapan dengan ongkos peluang (opportunity cost), norma-norma sosial, atau faktor-faktor lain yang membatasi pelibatan mereka dengan proyek-proyek partisipatif. Penulis laporan menyarankan bahwa model plebisit dari seleksi proyek yang diajukan Olken (2010) mungkin merupakan cara yang layak untuk memperluas partisipasi. Tokoh masyarakat, yang dikatakan di sini sebagai sumber utama informasi tentang program masyarakat, harus ditargetkan untuk dilatih dalam penganggaran dan tata kelola yang tanggap. Penelitian lebih lanjut mungkin dibutuhkan untuk menjelaskan bagaimana tokoh masyarakat memutuskan untuk mengalokasikan dana dan merespon kebutuhan desa. Sebagaimana PNPM pada konteks yang lain, BKPG dipandang melayani kebutuhan umum, dan bukan kebutuhan kelompok miskin dan marjinal. Implementasi Undang-Undang Desa (UU Desa) yang baru dapat 4 menarik manfaat dari berbagai program (seperti Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga, PEKKA) yang secara spesifik menargetkan masyarakat tersebut, sambil tetap memperhatikan dinamika sosial dan ongkos peluang yang mencegah rumah tangga miskin dan yang berkepala keluarga perempuan berpartisipasi dalam program masyarakat. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7075 Versi Bahasa Inggris: Evaluation of the Village Financial Assistance Program ( Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong, BKPG ) in Aceh Province http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7076 5 2 2015 MENGINTEGRASIKAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT KE DALAM KEBIJAKAN: DARI PNPM MANDIRI MENJADI UU DESA Diedit oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Diterbitkan Oleh: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Jakarta Dengan ditandatanganinya UU Desa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa atau UU Desa) pada awal tahun 2014, Indonesia telah membawa prinsip-prinsip pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat dari PNPM Mandiri (program) menjadi kebijakan. Laporan ini mengkaji kekuatan dan keterbatasan PNPM, serta menawarkan dan menjelaskan secara umum bagaimana Proyek: mendukung — dan membatasi risiko pada — proses pengembangan kerangka PNPM-Perdesaan kerja nyata UU Desa. Bahasa: Inggris, Indonesia Meski UU Desa sudah sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berbasis Kata Kunci: pemberdayaan masyarakat secara umum dan proses PNPM secara khusus, rincian Perencanaan partisipatif, implementasinya dipaparkan dalam Peraturan Pemerintah (PP), yang beberapa UU Desa 2014, di antaranya saling bertentangan. akuntabilitas, transparansi, representasi, manajemen • UU Desa secara jelas menghendaki pengembangan partisipatif rencana tahunan keuangan dan jangka menengah desa. Namun PP Desa menekankan kepemimpinan kepala desa. • Rumah tangga miskin tidak secara khusus disebut dalam petunjuk pelaksanaan. • Pemerintah desa memiliki keleluasaan untuk menentukan organisasi “sah” mana untuk diajak bermitra, sebuah wewenang yang dapat melemahkan organisasi desa yang tidak memiliki dukungan negara yang jelas. • UU Desa menyatakan bahwa masyarakat dapat memperoleh informasi dari pemerintah desa tentang berbagai kegiatan. PP Desa hanya menyebutkan tanggung jawab Kepala Desa untuk menginformasikan warga tentang penerapan tata kelola secara tertulis dan melalui media yang mudah diakses. Tidak ada laporan menyeluruh pemerintah desa kepada warga tentang pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan anggaran. • UU Desa menyebutkan bahwa anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan perwakilan warga desa berdasarkan representasi wilayah, yang dipilih secara demokratis. PP Desa menyatakan bahwa mekanisme khusus untuk memilih anggota BPD diserahkan kepada kabupaten, dan tidak menyebutkan representasi wilayah. • PP Desa memberikan akuntabilitas yang lebih lemah dibandingkan akuntabilitas di bawah PNPM atas transfer dana, sehingga memungkinkan aliran dana hanya dengan tanda tangan dari kepala desa dan bendahara. 6 Laporan ini merekomendasikan untuk fokus pada dampak tata kelola yang lebih baik terhadap kemiskinan. Sumber daya tambahan harus disediakan khusus untuk memastikan bahwa mekanisme tata kelola berjalan dengan baik di desa dan daerah termiskin. Untuk mencapai tujuan-tujuannya, perlu ada pemahaman dan penyesuaian pada ragam pelaksanaan UU Desa dalam konteks politik, ekonomi, dan sosial yang berbeda, dan pelaksanaannya harus mencakup berbagai proses untuk pembelajaran dan penyesuaian yang terus menerus. Sebaiknya ada satu unit pusat yang memimpin dan mengkoordinasikan pengelolaan transisi dan implementasi UU Desa. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7094 http://www.tnp2k.go.id/id/download/mengintegrasikan-prinsip-pembangunan- berbasis-masyarakat-ke-dalam-kebijakan-dari-pnpm-mandiri-menjadi-uu-desa/ Versi Bahasa Inggris: Transitioning Community-Driven Development Projects into Policy: From PNPM Mandiri to the Village Law http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7093 http://www.tnp2k.go.id/en/download/integrating-communitydriven-development- principles-into-policy-from-pnpm-mandiri-to-the-village-law/ 7 3 2014 EXPANDING AND DIVERSIFYING INDONESIA’S PROGRAM FOR COMMUNITY EMPOWERMENT, 2007-2012 Jonathan Friedman Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Studi kasus ini memetakan perluasan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) di Indonesia menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Kasus ini menawarkan beberapa pelajaran penting tentang peningkatan program pembangunan berbasis masyarakat. • Komponen pembelajaran di dalam program merupakan kunci keberhasilan PNPM: penelitian rona awal dan evaluasi dampak yang menyeluruh untuk menentukan efektivitas program yang dijalankan oleh PNPM Support Facility (PSF). • Ketika studi-studi ini menemukan kekurangan dalam PNPM, PSF memiliki Proyek: keleluasaan dan pendanaan untuk merancang dan menerapkan program PNPM Perdesaan, PNPM rintisan yang inovatif untuk mengatasi kesenjangan yang ada. Peduli, PPK, PNPM • Studi-studi tersebut menciptakan peluang bagi lembaga pemerintah, mitra Generasi, PNPM RESPEK pembangunan, perguruan tinggi, dan organisasi masyarakat madani untuk membahas persoalan kebijakan yang lebih luas. Dengan cara itu, PSF menjadi Metodologi: wadah bagi pelaku pemerintah dan non-pemerintah untuk bertukar gagasan. Kualitatif • Hambatan-hambatan utama peningkatan PNPM mencakup variasi regional (khususnya di Papua) dan persoalan manajemen pada tingkat nasional, di mana Bahasa: PNPM hanya ditangani oleh sejumlah kecil staf di Kementerian Dalam Negeri. Inggris • PNPM diharapkan dapat memacu masyarakat untuk menuntut transparansi Kata Kunci: dan pelayanan yang lebih baik dari pemerintah setempat, namun dampak Dampak pengiring, LSM, pengiring ( spillover effect ) ini tidak terjadi. manajemen, peningkatan Makalah ini diakhiri dengan diskusi tentang integrasi nilai-nilai PNPM ke dalam ( scale up) undang-undang baru, terutama UU Desa tahun 2014. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7054 ht tp://documents.worldbank.org/curated/en/2012/01/23040388/expanding- diversifying-indonesias-program-community-empowerment-2007-2012 http://successfulsocieties.princeton.edu/publications/expanding-and-diversifying- indonesia%E2%80%99s-program-community-empowerment-2007-2012 8 2014 4 GENDER INCLUSION STRATEGIES IN PNPM Sippi Azarbaijani-Moghaddam Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Sebagai program nasional, PNPM memiliki potensi yang sangat besar untuk mengatasi hambatan bagi kesetaraan gender; tetapi besarnya skala PNPM ini juga menghambat program sehingga tidak selalu mampu menangkap berbagai perbedaan dalam tiap komunitas atau menjawab kebutuhan kelompok-kelompok tertentu. Laporan ini mengulas pendekatan taktis untuk membawa kesadaran gender ke dalam arus utama, agar PNPM dapat melayani perempuan dengan lebih baik. Bidang yang membutuhkan perhatian mendesak adalah: • Dinamika gender dalam proses pengambilan keputusan; Kesadaran gender di antara para staf rendah; Baru kurang dari seperempat staf pernah menerima pelatihan kesadaran gender, dan ini bukan merupakan bagian dari pelatihan tingkat nasional; Kebijakan langkah afirmatif PNPM memang diikuti, namun baru secara mekanis. Sejauh ini, PNPM belum dapat memberikan pengaruh kuat Proyek: pada persoalan gender, atau membangun solidaritas di kalangan perempuan. PNPM Perdesaan • Pembagian kerja berdasarkan gender, di mana kerja perempuan tidak kasat mata. Lokasi Studi: Perempuan diundang ke pertemuan PNPM tidak untuk berpartisipasi dalam Nusa Tenggara Timur, perencanaan, namun untuk menerima perintah, terutama dalam pekerjaan Sulawesi Selatan, Sumatra yang oleh lelaki dianggap merendahkan atau membosankan. Perempuan pun Barat seringkali diharapkan menyumbangkan tenaganya secara cuma-cuma. • Meningkatkan peluang bagi perempuan untuk membangun, mengendalikan Metodologi: dan memiliki aset sendiri (sekalipun jika pada awalnya sedikit). Kualitatif Laporan ini merekomendasikan agar PNPM mengumpulkan strategi nasional Bahasa: gender, melatih fasilitator dalam isu gender, dan memasukkan indikator-indikator Inggris gender ke dalam sistem informasi manajemen (MIS) nasional. Indikator-indikator ini harus mencakup dampak, serta proses — bukan hanya jumlah perempuan Kata Kunci: yang menghadiri pertemuan PNPM saja, tetapi juga apakah partisipasi dalam Perempuan, partisipasi, PNPM tersebut memberikan manfaat bagi para perempuan. Program pengasuhan pengarusutamaan, anak PNPM akan memungkinkan perempuan meningkatkan produktivitas dan solidaritas, tindakan partisipasi mereka secara signifikan. Laporan ini juga merekomendasikan agar afirmatif staf terlibat lebih aktif dengan kondisi sosial setempat, termasuk hukum adat. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7062 9 5 2014 SENSUS INFRASTRUKTUR: LAPORAN TENTANG KESIAPAN SUPLAI INFRASTRUKTUR DI INDONESIA – CAPAIAN DAN KESENJANGAN YANG MASIH TERJADI PNPM Support Facility Diterbitkan Oleh: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan PNPM Support Facility, Jakarta Sensus infrastruktur dasar desa, termasuk kesehatan dan pendidikan, dilakukan menggunakan Sensus Potensi Desa 2011 (PODES) secara nasional. Sensus ini memberikan informasi rinci tentang 166.506 fasilitas kesehatan dan 164.561 sekolah di seluruh Indonesia, menggunakan tujuh indikator dari tiga sisi: (i) ketersediaan dan aksesibilitas; (ii) keberadaan dan kualifikasi personel; dan (iii) karakteristik fisik fasilitas. Data masuk ke tingkat lebih dalam dari provinsi, sehingga memungkinkan analisis kabupaten dan kecamatan. Proyek: • Kesenjangan terbesar dalam ketersediaan ditemukan di Papua, Papua Barat, PNPM Perdesaan Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, serta daerah-daerah terpencil di Kalimantan dan Sulawesi. Lokasi Studi: • Terdapat variasi besar di dalam provinsi. Kesenjangan antara perkotaan- Sampel seluruh Indonesia perdesaan substansial; dimana perkotaan memiliki lebih banyak infrastruktur Metodologi: dan layanan yang lebih baik dibandingkan perdesaan. Kuantitatif • Lebih dari 6 juta orang Indonesia tidak memiliki atau minim akses terhadap pelayanan kesehatan dasar, dan 36 juta tidak memiliki akses terhadap pelayanan Bahasa: rawat inap rumah sakit. Inggris, Indonesia • Lebih dari 9 juta tidak memiliki akses ke sekolah menengah pertama (SMP), Kata Kunci: dan 16,6 juta tidak memiliki fasilitas pendidikan anak usia dini (PAUD atau TK). Infrastruktur, pendidikan, Studi ini merekomendasikan untuk menyebarluaskan informasi ini, sehingga kesehatan, akses, layanan pemerintah daerah dan kementerian dapat membuat perencanaan berdasarkan garis depan informasi tersebut, perencana pembangunan dapat lebih baik menentukan sasaran, dan masyarakat lebih mampu menuntut tanggung jawab dari pemimpin mereka. Sensus infrastruktur di masa depan juga perlu mencakup sekolah dan klinik swasta. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7058 Versi Bahasa Inggris: Infrastructure Census: Report on Infrastructure Supply Readiness in Indonesia – Achievements and Remaining Gaps http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6943 10 2014 6 STUDI KELEMBAGAAN TINGKAT LOKAL KE-3: LAPORAN AKHIR Anna Wetterberg, Jon R. Jellema, Leni Dharmawan Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Studi Kelembagaan Tingkat Lokal (Local Level Institutions, LLI) pertama yang dilakukan pada tahun 1996 memberikan bukti penting dan inspirasi bagi PPK. Studi lanjutan pada tahun 2000/2001 (LLI2) dan 2012 (LLI3) kembali ke wilayah studi yang sama di Jambi, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur, untuk melacak perubahan kapasitas lokal (didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah umum secara kolektif), mengidentifikasi kondisi yang berkontribusi terhadap peningkatan atau penurunan kapasitas, dan melacak dampak desentralisasi, demokratisasi, dan perluasan program partisipatif sejak tahun 2001. Studi baru ini menggabungkan versi terbaru dari instrumen penelitian kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam LLI2. Beberapa temuan kunci diantaranya: Lokasi Studi: • Sekitar separuh dari desa yang diteliti mempertahankan kapasitas yang sama; Jambi, Jawa Tengah, Nusa sekitar sepertiganya memburuk, dan sekitar seperempatnya menjadi lebih baik. Tenggara Timur • Penurunan dikaitkan dengan hilangnya sumber daya lingkungan, berkurangnya Metodologi: hubungan mutual, dan kepemimpinan yang tidak responsif. Campuran • Kapasitas yang sudah kuat memperkuat diri sendiri, dan kapasitas yang lemah dapat (namun tidak selalu) mengarah pada kemerosotan lebih jauh. Bahasa: • Pejabat reformis dan kekuatan eksternal seperti LSM sering berperan penting Inggris, Indonesia dalam peningkatan kapasitas, namun memperkuat kekuatan kepala desa yang “baik” saja tidak cukup. Kata Kunci: Tindakan kolektif, kapasitas Laporan ini menyarankan agar para pembuat kebijakan merancang mekanisme baru lokal, kelembagaan desa, untuk membuat pemerintah lebih tanggap terhadap warga, melalui arus informasi tata kelola, LSM, organisasi yang lebih baik dan akuntabilitas yang lebih tinggi, termasuk pemantauan, baik masyarakat madani, kepala dari bawah maupun atas. Sekadar meningkatkan pendanaan dapat memperburuk desa konflik di desa berkapasitas rendah, dan apapun dana tambahan yang diberikan harus dipantau dengan hati-hati. Program-program pembangunan perlu mendorong pemberdayaan berbagai kelompok pemimpin pada tingkat masyarakat, memastikan agar berbagai suara didengar, dan agar kekuasaan tidak terkonsentrasi di tangan elit. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7053 Versi Bahasa Inggris: The Local Level Institutions Study 3: Overview Report http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6942 11 7 2014 STUDI KUALITATIF PROLIFERASI DAN INTEGRASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Muhammad Syukri, Hastuti, Akhmadi, Kartawijaya, Asep Kurniawan Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Pada tahun 2010, Presiden memerintahkan seluruh program pembangunan berbasis masyarakat untuk dilebur menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan menginstruksikan PNPM untuk berintegrasi dengan mekanisme perencanaan jangka menengah sampai jangka panjang yang ada, yakni Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Penelitian ini menanyakan seberapa baik proyek-proyek dan prosedur ini berintegrasi. Temuan menunjukkan bahwa: • Integrasi yang mulus bertumpu pada dukungan di semua tingkatan: dari kepala Proyek: desa yang berdedikasi, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), dan tokoh masyarakat PNPM Perdesaan pada tingkat akar rumput, sampai pemerintah daerah dan nasional. Dimana ada dukungan yang memadai, proyek dan program dapat diintegrasikan relatif Lokasi Studi: mudah, namun dukungan tersebut pada umumnya kurang dalam praktiknya. Jawa Tengah, Nusa • Arus informasi yang lemah antara desa dan pemerintah membuat layanan Tenggara Barat, Sulawesi garis depan yang dikelola pemerintah sangat sulit untuk diintegrasikan ke Selatan dalam perencanaan desa. Metodologi: • Integrasi saja tidak dapat membuat PNPM atau Musrenbangdes lebih inklusif. Kualitatif Inklusi penuh masih bergantung pada upaya para fasilitator, LSM, dan tokoh masyarakat. Bahasa: Inggris, Indonesia Studi ini secara eksplisit merekomendasikan untuk mengaitkan semua program pembangunan ke Musrenbangdes, menciptakan sebuah sistem tunggal untuk Kata Kunci: penganggaran, pelaporan, dan pertanggungjawaban yang meliputi semua proyek, dan LSM, layanan garis menggunakan organisasi masyarakat madani untuk memastikan bahwa pemerintah depan, pelaporan, OMS, daerah merancang rencana kerja mereka dengan menanggapi kebutuhan masyarakat. perencanaan, fasilitator http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6995 Versi Bahasa Inggris: Qualitative Study of the Proliferation and Integration of Community Empowerment Programs http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6994 12 2014 8 INDONESIAN VILLAGE HEALTH INSTITUTIONS: A DIAGNOSTIC Karrie McLaughlin Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Penelitian ini melihat bagaimana para pelaku dan lembaga kesehatan tingkat desa berinteraksi (atau tidak berinteraksi) dengan anggota masyarakat dan dengan berbagai tingkatan pemerintah, dan melihat seberapa besar kekuatan dan tingkat kepercayaan yang mereka miliki. Studi ini juga mengkaji pendekatan dalam meningkatkan keterlibatan warga yang diambil oleh Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) dan Australian-Indonesian Partnership on Maternal and Neo-natal Health (AIPMNH). Terakhir, studi ini membahas penggunaan data. Temuan mencakup: • Sektor kesehatan tampak enggan untuk mendengarkan pendapat siapa pun yang tidak memiliki latar belakang kesehatan, dan tidak sepenuhnya menelaah Proyek: kendala akses seperti transportasi, informasi, dan komunikasi yang buruk, PNPM Generasi, ACCESS, serta biaya di muka yang signifikan. AIPMNH • Informasi kesehatan dikelola secara birokratis. Jika pos gizi di suatu kabupaten Lokasi Studi: kosong, misalnya, tidak ada orang lain pada tingkat tersebut yang merasa Jawa Barat, Gorontalo, berwenang atau wajib untuk menyediakan informasi tentang gizi. Nusa Tenggara Timur, Nusa • Bidan merupakan pintu masuk pertama bagi pelibatan warga desa dalam Tenggara Barat sistem kesehatan. Dukun beranak adalah sumber informasi kesehatan yang utama bagi sebagian besar perempuan — baik benar atau salah — dan di Metodologi: banyak tempat tidak ada fasilitas kesehatan lain yang dapat digunakan. Kualitatif • Kebijakan saat ini yang tidak mengikutsertakan dukun beranak dari sistem kesehatan menutup kemungkinan untuk melibatkan mereka secara konstruktif, Bahasa: dan melemahkan jejaring dukungan di tingkat desa tanpa memberikan alternatif. Inggris • Di setiap desa yang dikunjungi, posyandu beserta kader-kadernya merupakan Kata Kunci: titik kontak utama bagi para perempuan dalam sistem kesehatan formal. Data, informasi, posyandu, • Tautan antara pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), bidan, dan petugas puskesmas, bidan, LSM, posyandu seringkali lemah, dan tautan dengan para pelaku “non-kesehatan” advokasi nyaris tidak ada. • Hampir setiap program kesehatan mengumpulkan datanya sendiri, dikarenakan kurangnya keperpercayaan pada sumber-sumber lain. • Sanksi atas hasil yang buruk dapat mendorong beberapa individu untuk memalsukan data. Studi ini merekomendasikan untuk melibatkan dukun beranak dan tabib (dukun berobat), menawarkan pelatihan kepada mereka serta dukungan dan mendengarkan mereka, bukan mengecualikan mereka dari sistem kesehatan. Hubungan harus diperkuat antara para pelaku di tingkat desa — bidan, posyandu, puskesmas, dan pemerintah desa — dan kepala desa harus dilatih dan didorong untuk terlibat dengan masalah kesehatan. Advokasi LSM perlu ditelusuri lebih lanjut. Beberapa bidang kebijakan yang bermasalah harus dibahas: diperlukan adanya pendekatan punitif terhadap pelayanan; biaya riil dari pendekatan berbasis fasilitas; dan layanan 13 darurat, dan lain sebagainya. Posisi PNPM Generasi dalam sektor kesehatan harus ditingkatkan, mungkin dengan menyewa tenaga ahli ‘fasilitator kesehatan’ sebagai menjadi penghubung di antara mereka dan membantu PNPM Generasi menggunakan data untuk melakukan advokasi isu-isu kesehatan. PNPM Generasi juga bisa dikoordinasikan melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), daripada divisi pemberdayaan masyarakat, yang akan menempatkannya pada posisi lintas sektoral yang lebih kuat. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7045 14 2013 9 STUDI KELOMPOK MASYARAKAT PNPM Leni Dharmawan, Indriana Nugraheni, Ratih Dewayanti Diterbitkan Oleh: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Jakarta Studi ini mengkaji kelembagaan masyarakat yang didirikan PNPM: Badan Kerja Sama Antar Desa (BK AD), Unit Pengelolaan Keuangan (UPK), Badan Pengawas Unit Pengelolaan Keuangan (BP-UPK), dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) dalam PNPM Perdesaan, serta Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), dan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) dalam PNPM Perkotaan. Studi ini menanyakan apa yang lembaga-lembaga tersebut lakukan, status hukum mereka, dan jenis dukungan yang mereka butuhkan untuk berfungsi. Penelitian ini juga mencari contoh-contoh di mana prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dalam PNPM telah berkembang melampaui batas-batas program dan ke dalam proses desa lain, termasuk pemerintah desa. • Pengalaman masyarakat tentang PNPM, walau sejauh ini positif, belum berhasil Proyek: mendorong masyarakat untuk menuntut lebih dari pemerintah. PNPM Perdesaan • Di beberapa tempat, pelaksanaan PNPM didominasi oleh kepala desa dan elit desa tanpa dapat diintervensi oleh lembaga-lembaga yang didirikan untuk Lokasi Studi: mencegah hal tersebut terjadi, seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kalimantan Selatan, Jawa • Kelemahan ini juga terjadi akibat beban pekerjaan administratif dan pelaporan Tengah, Sulawesi Tengah, yang harus dikerjakan para fasilitator, yang membuat mereka kewalahan. Nusa Tenggara Barat, Bangka-Belitung Laporan ini merekomendasikan untuk menggunakan peraturan yang mengikat untuk memperluas prinsip-prinsip transparansi PNPM sampai ke pengelolaan Metodologi:Kualitatif anggaran desa. Pelaksanaan prinsip-prinsip ini harus diukur dengan indikator kunci, dengan sanksi bagi pelanggar dan insentif bagi yang berkinerja tinggi. Harus Bahasa: ada mekanisme checks and balances di tingkat desa yang bersifat permanen dan Bahasa Indonesia bukan atas dasar proyek. Perlu dilakukannya fasilitasi sosial untuk memastikan Kata Kunci: bahwa anggaran desa tidak dikuasai oleh kalangan elit. Fasilitator, kelembagaan http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7050 desa, tata pemerintahan, BPD, dampak pengiring http://www.tnp2k.go.id/id/download/studi-kelompok-masyarakat-pnpm/ 15 10 2013 INDONESIA: EVALUASI PROGRAM PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT PERKOTAAN PNPM Support Facility Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility bekerjasama dengan dengan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta PNPM Perkotaan, sebuah program pembangunan berbasis masyarakat yang memberikan hibah langsung bagi masyarakat miskin perkotaan untuk pembangunan infrastruktur berskala kecil dan peningkatkan ekonomi dan sosial, saat ini melayani seluruh kawasan perkotaan di Indonesia. Program ini bertujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat, meningkatkan tata kelola lokal, dan memberikan layanan kebutuhan dasar pada tingkat masyarakat. Tulisan ini mengacu pada dua studi Proyek: lapangan yang sifatnya kualitatif dalam menilai bagaimana aspek-aspek spesifik PNPM Perkotaan program tersebut berfungsi, terutama untuk komponen infrastruktur, serta Lokasi Studi: mendokumentasikan praktik baik dan pembelajaran yang didapat. Sampel seluruh Indonesia • Proyek-proyek PNPM Perkotaan dinilai telah dipilih dan ditargetkan dengan baik, dan penilaian independen menunjukkan bahwa infrastruktur yang dibangun Metodologi: melalui program ini berkualitas yang tinggi. Kualitatif • Kelembagaan masyarakat dianggap bekerja relatif baik, mandiri dari program dan struktur Pemerintah. Bahasa: • Kendala partisipasi yang paling sering disebut adalah waktu yang dibutuhkan Inggris, Indonesia untuk mengikuti seluruh proses dalam PNPM, yang bisa cukup signifikan. Kata Kunci: • Anggota masyarakat dan informan utama menyebutkan bahwa layanan sosial Kemiskinan perkotaan, dan ekonomi menjadi prioritas pertama mereka — bukan infrastruktur. penargetan, fasilitator, • Proyek yang lebih besar dan lebih kompleks membutuhkan manajemen keuangan representasi yang kuat dan tenaga kerja terampil, sehingga lebih sulit untuk melibatkan anggota masyarakat (yang tidak terlatih) dalam pelaksanaannya. Laporan ini merekomendasikan peningkatan pendanaan untuk kegiatan sosial dan ekonomi, antara lain sebagai cara untuk meningkatkan partisipasi perempuan. Perlunya memberikan pelatihan bagi para fasilitator, serta pengurangan beban kerja administrasi, sehingga mereka dapat lebih fokus pada sisi pemberdayaan, inklusi, dan pengumpulan data yang lebih baik. PNPM Perkotaan juga perlu mengembangkan manual, dengan petunjuk tentang perencanaan pemeliharaan, berkoordinasi dengan pemerintah lokal, dan meningkatkan komunikasi antar kelompok PNPM di daerah sekitarnya. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6528 Versi Bahasa Inggris: Indonesia: Evaluation of the Urban Community Driven Development Program http:// psflibrary.org/collection/detail.php?id=6527 https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/17870 16 2013 11 INDONESIA: KEMISKINAN PERKOTAAN DAN ULASAN PROGRAM PNPM Support Facility Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta Penelitian ini menggabungkan informasi dari Sur vei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2002-2010 dan Sur vei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) dengan studi kualitatif kelompok miskin perkotaan di 16 lokasi. Tulisan ini membangun gambaran menyeluruh tentang kemiskinan perkotaan dengan fokus pada partisipasi dalam program bantuan sosial serta aksesibilitas dan penggunaan layanan dasar. Temuan utama meliputi: • Persoalan utama yang disebut masyarakat miskin perkotaan: pendapatan rendah, minimnya lapangan kerja, dan biaya pendidikan yang tinggi. Infrastruktur Proyek: yang buruk dan kurangnya modal juga disebut, namun pada skala prioritas PNPM Perkotaan, BLT, yang lebih rendah. Raskin, Jamkesmas • Program-program perlindungan sosial seperti Beras Miskin (Raskin), Jaminan Lokasi Studi: Kesehatan Masyarakat ( Jamkesmas), dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) menjangkau Jawa Barat, Jawa Timur, banyak masyarakat miskin dan nyaris miskin perkotaan. Kebocoran dalam Jawa Tengah, Yogyakarta, program-program ini cukup signifikan, namun tingkat kebocoran di daerah Sumatra Utara, Sulawesi perkotaan jauh di bawah tingkat kebocoran di perdesaan. Selatan Studi ini merekomendasikan fokus pada dua bidang kebijakan utama: Metodologi: • Kebijakan ekonomi yang meningkatkan keuntungan ekonomi dari urbanisasi, Campuran termasuk investasi di bidang infrastruktur, memastikan bahwa pembangunan infrastruktur inklusif terhadap warga miskin dan mampu mengantisipasi Bahasa: kebutuhan masyarakat miskin serta memperluas akses terhadap kredit. Inggris, Indonesia • Kebijakan sosial yang memperluas akses pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat miskin perkotaan, melindungi rumah tangga miskin dari kehilangan Kata Kunci: pendapatan seketika, dan menyempurnakan rancangan serta penargetan Kemiskinan perkotaan, program yang ada. penargetan, perlindungan sosial, perencanaan kota http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6530 Versi Bahasa Inggris: Indonesia: Urban Poverty and Program Review http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6529 https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/16301 17 12 2013 OPPORTUNITIES AND APPROACHES FOR BETTER NUTRITION OUTCOMES THROUGH PNPM GENERASI Jesse Hession Grayman, Nelti Anggraini, Siti Ruhanawati Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta PNPM Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM Generasi) menggunakan dana hibah berinsentif untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak, menjamin akses universal terhadap pendidikan dasar, dan mengurangi kemiskinan. Evaluasi dampak menunjukkan bahwa PNPM Generasi efektif mengurangi gizi buruk, namun belum menyentuh mekanisme yang ada. Laporan ini menanyakan bagaimana indikator malnutrisi kronis naik dan turun, seberapa besar PNPM Generasi berpengaruh terhadap proses tersebut, dan sejauh mana PNPM Generasi telah mengubah perilaku pengguna dan penyedia layanan kesehatan. Temuan utama Proyek: studi ini meliputi: PNPM Generasi • PNPM Generasi menjangkau daerah-daerah terpencil dengan memanfaatkan posyandu dalam cara-cara baru. Melalui posyandu, bidan membantu menghubungkan Lokasi Studi: masyarakat dengan layanan kesehatan dari pemerintah. Jawa Barat, Jawa Timur, • Penyedia layanan kesehatan menjangkau masyarakat yang dianggap “pantas” Nusa Tenggara Timur untuk menerima layanan kesehatan, dan tidak kepada mereka yang dirasa “tidak pantas.” Metodologi: • Sebagian besar dana PNPM Generasi dipergunakan untuk pemberian makanan Kualitatif tambahan yang menarik bagi orang tua dan anak-anak untuk datang ke Bahasa: Inggris, dengan posyandu setempat. Namun pemberian makanan tambahan ini sebenarnya ringkasan eksekutif tidak berdampak pada malnutrisi kronis. dalam Bahasa Indonesia • Baik penyedia maupun pengguna layanan kesehatan tidak benar-benar memahami cara kerja hibah berinsentif ini. Kata Kunci: • Dalam PNPM Generasi, baik pengetahuan maupun sumber daya rentan terhadap Bidan, asisten persalinan dominasi dan perilaku rent seeking. tradisional, pelayanan kesehatan, pelayanan garis Laporan ini menyarankan untuk menetapkan batasan pada jumlah yang dapat depan, posyandu, elite dibelanjakan untuk pemberian makanan tambahan, sementara perlu meningkatkan capture, malnutrisi kualitas makanan yang dibeli melalui kegiatan ini. PNPM Generasi harus berbuat lebih banyak untuk meningkatkan keterampilan para kader posyandu, dan menawarkan insentif yang lebih tinggi untuk para pekerja yang lebih terampil. PNPM Generasi juga harus memperluas kesempatan pelatihan kepada asisten persalinan tradisional (dukun beranak), dan mengikutsertakan mereka ke dalam sistem kesehatan resmi, bukannya mengecualikan mereka. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6922 18 2013 13 EVALUASI HASIL: PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM YANG BERKELANJUTAN MELALUI INVESTASI PNPM LINGKUNGAN MANDIRI PERDESAAN (PNPM GREEN) – ANALISIS PENGIDUPAN PEDESAAN Vivianti Rambe, Steffen Johnsen Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta PNPM Green dirancang untuk meningkatkan kemampuan masyarakat miskin untuk mengelola lingkungan dan mendapat manfaat dari sumber daya alam mereka. PNPM Green beroperasi di delapan (8) provinsi, dan mendukung hanya empat jenis proyek, yaitu: pengelolaan sumber daya alam, kegiatan ekonomi produktif, energi terbarukan, dan peningkatan kapasitas, yang semuanya harus berkontribusi positif pada lingkungan. PNPM Green mendanai fasilitator tambahan untuk Proyek: mengarusutamakan konsep keberlanjutan. PNPM Green (PNPM Lingkungan Mandiri Laporan ini mengevaluasi manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dari PNPM Perdesaan – PNPM LMP) Green, mengambil dari tiga studi berbeda: Kajian Ekonomi dan Mata Pencaharian (oleh LPM Equator), Kajian Micro-Hydropower – Return on Investment (MHP-ROI) Lokasi Studi: (oleh Castlerock), dan Kajian Efek Spillover (oleh CARDS-IPB). Beberapa temuan Sulawesi Tenggara, kunci dari evaluasi ini adalah: Sulawesi Utara, Sulawesi • PNPM Green harus membantu melestarikan atau memperbaiki aset alam, Selatan, Bengkulu, Sumatra tetapi manfaat tersebut baru akan muncul sepenuhnya dalam jangka panjang Utara — misalnya, ketika sudah menjadi pohon bakau yang dewasa. • Proyek mikrohidro tidak memadai untuk menghasilkan keuntungan ekonomi, Metodologi: tetapi memiliki manfaat sosialnya cukup besar. Campuran • Proyek penghidupan PNPM Green sering berhasil menciptakan kegiatan yang Bahasa: menghasilkan pendapatan atau penghematan biaya yang layak dan berkelanjutan. Inggris, Indonesia Ada kemungkinan meningkatnya partisipasi dalam PNPM Green jika proyek ini: Kata Kunci: (a) mengikuti prioritas mata pencaharian para pesertanya; (b) memberi manfaat Keberlanjutan, pengelolaan langsung; (c) secara langsung meningkatkan pendapatan rumah tangga; (d) didukung sumber daya alam, oleh nilai-nilai lokal, peraturan lokal, atau pengetahuan lokal; dan (e) difasilitasi penghidupan, fasilitator bersama oleh tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah setempat. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6816 Versi Bahasa Inggris: Results Evaluation: Sustainable Natural Resource Management Through PNPM Green Investments – A Rural Livelihood Analysis http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6815 https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/21128 19 14 2012 SHOULD AID REWARD PERFORMANCE?: EVIDENCE FROM A FIELD EXPERIMENT ON HEALTH AND EDUCATION IN INDONESIA (NBER WORKING PAPER NO. 17892) Benjamin A. Olken, Junko Onishi, Susan Wong Diterbitkan Oleh: National Bureau of Economic Research, Cambridge Makalah ini bertanya apakah insentif kinerja dalam PNPM Generasi benar-benar meningkatkan kinerja berbagai prakarsa kesehatan dan pendidikan. Dalam suatu uji acak terkontrol, 3.000 desa yang menerima hibah untuk kesehatan ibu dan anak serta pendidikan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: kelompok dengan insentif, kelompok tanpa insentif, dan kelompok kontrol murni. Survei dilakukan pada awal, kemudian pada 18 dan 30 bulan setelah program dimulai. Dengan lebih dari 1,8 juta penerima manfaat yang ditargetkan, ini adalah salah satu eksperimen sosial Proyek: acak terbesar yang pernah dilakukan. Temuan meliputi: PNPM Perdesaan, PNPM • Dengan ataupun tanpa insentif, PNPM Generasi memiliki dampak positif yang Generasi signifikan secara statistik pada dua belas indikator kesehatan dan pendidikan, seperti pemeriksaan rutin berat badan untuk anak-anak, perawatan pra dan Lokasi Studi: paska kelahiran, serta tingkat kehadiran di sekolah. Sampel seluruh Indonesia • Desa dengan insentif, mencapai sasaran kesehatan mereka secara lebih cepat. Dorongan ini sangat jelas terlihat di desa-desa tertinggal. Metodologi: • Setelah 30 bulan perbedaan antara daerah dengan insentif dan tanpa insentif Kuantitatif tidak lagi terlihat signifikan secara statistik. Hal ini bukan karena kelompok Bahasa: dengan insentif telah berhenti bekerja, namun karena kelompok-kelompok Inggris tanpa insentif berhasil mengejar. • Selain penurunan tingkat malnutrisi pada 18 bulan pelaksanaan program, Kata Kunci: hasil kesehatan akhir tidak lebih baik, walaupun dengan insentif. Insentif, kesehatan, • Insentif tidak memberikan dampak khusus pada pendidikan. pendidikan, penganggaran, Makalah ini menyarankan dua cara, bagaimana pemberian insentif mungkin dapat eksperimen acak terkontrol mempengaruhi hasil: (RCT) • Insentif menyebabkan peningkatan dalam jumlah bidan sebagai penyedia layanan perawatan preventif yang paling utama (misalnya perawatan prenatal, pemeriksaan berat badan rutin untuk anak-anak). Namun insentif tidak menghasilkan peningkatan pada jumlah guru. Salah satu kemungkinannya adalah bahwa bidan dibayar sesuai dengan layanan yang mereka berikan ( fee-for-service), sedangkan guru tidak mengalami hal serupa. • Insentif mungkin telah mendorong penggunaan dana yang lebih efisien. Daerah- daerah dengan insentif mengalihkan dana pendidikan untuk biaya kesehatan; namun tidak terlihat adanya penurunan jumlah rumah tangga yang menerima pasokan untuk pendidikan, dan para pelajar justru cenderung lebih tinggi kemungkinnya untuk menerima beasiswa. Realokasi anggaran ini sangat penting, menunjukkan bahwa insentif dapat bekerja lebih baik jika ditempatkan pada tingkatan pemerintah yang cukup tinggi yang memiliki fleksibilitas anggaran. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7063 http://www.nber.org/papers/w17892 20 2012 15 CONSOLIDATED ASSESSMENT OF UPK REVOLVING LOAN FUNDS IN INDONESIA Micro-Credit Ratings International Ltd (M-CRIL) Diterbitkan Oleh: M-CRIL Laporan ini bertujuan untuk menilai kinerja keuangan Dana Pinjaman Bergulir (Revolving Loan Funds /RLF) yang melekat pada PNPM Perdesaan dan PNPM Perkotaan, dan kapasitas dari unit pengelola keuangan setempat (UPK) untuk menjalankannya. Laporan ini menanyakan apakah UPK dapat terus beroperasi tanpa bantuan pemerintah, dan apa yang harus berubah agar UPK menjadi berkelanjutan. • Hanya 28% dari RLF Perdesaan dan 9% RLF Perkotaan yang berkelanjutan. • Sebagian besar pinjaman berada pada kisaran 1-1,5 juta rupiah. • RLF telah menjangkau jumlah pemanfaat yang cukup besar, kira-kira 1,6 juta peminjam, di empat provinsi yang disurvei. • RLF di daerah perdesaan melayani lebih banyak nasabah dibanding di perkotaan, Proyek: kemungkinan karena di perkotaan terdapat lebih banyak alternatif penyedia kredit. Dana Pinjaman Bergulir • Permasalahan paling penting yang dihadapi RLF adalah bahwa di sebagian PNPM Perdesaan besar lokasi, baik peminjam maupun tokoh masyarakat dalam komite yang mengelola keuangan, menyangka bahwa RLF memberikan hibah, bukan pinjaman. Lokasi Studi: • Sebagian besar lokasi mengalami persoalan keterampilan dan motivasi: sedikit Jawa Tengah, Yogyakarta, staf yang tahu bagaimana melakukan audit, dan remunerasinya pun rendah, Sumatra Barat, Nusa terutama untuk UPK perkotaan, memberi kesan seolah-olah pekerjaan ini Tenggara Timur merupakan kerja “sukarela” yang mengakibatkan rendahnya motivasi. • Kualitas data yang dilaporkan bergantung pada pelatihan dan komitmen staf Metodologi: UPK, yang bervariasi antar unit. Kuantitatif • Bidang utama dari pengembangan kapasitas yang harus diatasi adalah manajemen pengembalian yang terlambat dan dalam bidang manajemen serta pengawasan Bahasa: kelompok yang luas. Inggris • Audit menunjukkan bahwa UPK tidak selalu melaporkan data yang mereka miliki secara akurat. Kata Kunci: • Data UPK menunjukkan bahwa walaupun laba sudah baik; namun laporan- Dana Pinjaman Bergulir, laporan mereka mengabaikan segala jenis biaya, termasuk biaya swadaya, keberlanjutan, UPK, fasilitasi, pengeluaran keuangan, dan kerugian atas pinjaman yang akurat, korupsi, manajemen khususnya biaya kerugian yang diakibatkan oleh korupsi. keuangan • Petunjuk teknis PNPM Perdesaan memiliki daftar indikator kinerja, namun tampaknya tidak ada yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Laporan ini merekomendasikan untuk memisahkan RLF dari PNPM, dan mengalihkannya menjadi salah satu bentuk hukum alternatif, misalnya sebagai koperasi, badan usaha milik negara, atau bentuk organisasi lain di bawah hukum Indonesia. UPK yang paling baik harus segera diluncurkan sebagai lembaga keuangan independen, sementara tingkatan berikutnya perlu diberikan bantuan selama 6-12 bulan untuk menjadi mandiri — setelah terdaftar di bawah rerangka hukum yang baru. Sedangkan yang tingkat kinerjanya paling rendah harus segera ditutup dan sumber dayanya dialihkan. Semua peserta dalam RLF membutuhkan pelatihan dan tuntunan, pengawasan dalam pekerjaan (on-the-job) yang konsisten serta koreksi. Metode pelatihan saat ini, seperti ceramah, harus ditinjau kembali. UPK harus diselaraskan dengan praktik terbaik kredit mikro internasional, dimulai dengan penguatan aturan akuntansi. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja UPK harus disederhanakan, dan staf dilatih untuk melacak indikator-indikator tersebut dengan akurat. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7067 21 16 2012 GOVERNANCE REVIEW OF PNPM RURAL: COMMUNITY LEVEL ANALYSIS Andrea Woodhouse Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Pada tahun 2006, Pemerintah mengumumkan akan memperluas cakupan PNPM untuk menjangkau seluruh Indonesia. Sampai dengan tahun 2009, PNPM telah berkembang hampir empat kali lipat. Seperti yang dapat diduga dari setiap pertumbuhan yang pesat, banyak elemen program — termasuk di dalamnya unsur manajemen, mekanisme pengawasan dan kepegawaian — mengalami hambatan dalam menjaga kinerjanya. Sejak tahun 2009, kunjungan pengawasan program PNPM telah menemukan adanya peningkatan yang serius dalam kasus penggelapan dana dan korupsi, serta masalah yang terkait dengan kualitas fasilitasi, partisipasi, dan elemen penting lainnya pada tingkat masyarakat. Ulasan Tata Kelola ini membahas lingkup dan penyebab masalah- Proyek: masalah di atas, dan juga bertujuan untuk menawarkan rekomendasi bagi perbaikan. PNPM Perdesaan Laporan ini menemukan masalah tata kelola dalam beberapa kategori: partisipasi, Lokasi Studi: transparansi, arus informasi, korupsi, marginalisasi, elite capture, dan akuntabilitas. Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Seringkali masalah di lapangan disebabkan oleh persoalan pada tingkatan yang Selatan lebih tinggi: • Campur tangan politik. Lembaga PNPM rentan dikuasai oleh pelaku politik, Metodologi: seperti anggota DPR atau camat, yang membajak proses atau mengarahkan Kualitatif manfaatnya untuk tujuan mereka sendiri. Bahasa: • Sulitnya melakukan pengawasan menyeluruh dari pusat.. Ketika kemungkinan Inggris deteksi minim, fasilitator menghadapi tekanan untuk berkolusi. • Maraknya pertumbuhan cabang-cabang PNPM dan program-program rintisan Kata Kunci: lainnya, hal ini mengakibatkan beban kerja administratif yang semakin berat Tata kelola, korupsi, bagi fasilitator, sehingga menghambat fungsi fasilitasi. pengawasan, akuntabilitas, arus informasi Beberapa masalah dibawah disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan program: • Program ini berada di bawah tekanan kuat untuk mencairkan dana, sehingga pengawasan dan akuntabilitas terlihat menjadi tujuan sampingan. • Para fasilitator menghadapi beban kerja yang tidak realistis: beban pelaporan yang meningkat, serta lingkup geografis yang terlalu luas atau terlalu banyaknya cakupan desa untuk dibina secara efektif. • Pada skala ini, pengawasan yang efektif menjadi tidak mungkin. Tinjauan ini merekomendasikan untuk fokus pada inti program, yaitu: fasilitator terampil yang leluasa dalam melakukan pekerjaan mereka, dengan mekanisme akuntabilitas yang dapat diandalkan. Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri (PMD) perlu memperjelas visinya dan membangun kembali desain, implementasi, dan pengelolaan informasi program agar sejalan dengan visi tersebut. Untuk menekan korupsi, PNPM harus mengurangi jumlah transaksi tunai, melakukan lebih banyak audit silang, dan melibatkan organisasi masyarakat madani dalam pengawasan di tingkat kabupaten. PNPM juga harus menawarkan bantuan hukum, baik untuk penuntutan korupsi, maupun fasilitator yang terkena dampak dari kasus korupsi yang terjadi http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=5973 22 2012 17 IMPROVING MANAGEMENT OF PNPM Independent Research & Advisory Indonesia (IRAI) dan PNPM Support Facility Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Pada awal berdirinya tahun 1998, PPK memberi tugas pembuatan kebijakan, pendanaan, pemantauan, dan audit kepada pegawai negeri sipil, sementara fasilitasi teknis dan sosial dialihdayakan kepada sektor swasta. Melalui perubahan besar-besaran — termasuk desentralisasi dan mapannya institusi demokrasi Indonesia — pengaturan manajerial/administrasi untuk PPK, yang kemudian disebut sebagai PNPM, pada dasarnya sama. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari sistem yang ada saat ini, dan untuk merekomendasikan perubahan yang akan mendukung transisi untuk PNPM yang lebih baik pada tahun 2014. Kekuatan: • Sekalipun dengan sumber daya PMD yang terbatas, misalnya jumlah staf yang tidak mencukupi dan belum terampil, program PPK maupun PNPM telah Proyek: berfungsi dengan baik. PNPM Perdesaan • Masyarakat sudah turut melibatkan diri dalam pemecahan masalah. Lokasi Studi: • Sistem yang ada mampu mengungkapkan pengaduan dan kasus-kasus korupsi. Jawa Barat, Banten Kelemahan: Metodologi: • Tidak adanya sistem penganggaran secara elektronik, sehingga menyebabkan Kualitatif keterlambatan, penumpukan berkas-berkas, dan pemantauan yang tidak efisien. Jumlah pegawai yang ada di PMD terlalu sedikit untuk menangani PNPM dan Kata Kunci: semua program rintisannya secara tepat waktu. PMD, Kemendagri, • Beberapa institusi besar selain PMD, termasuk lembaga negara dan Bank penganggaran online, Dunia, juga terlibat dalam pengawasan program, sehingga memiliki andil dalam korupsi, penundaan, penundaan perencanaan dan pelaksanaan yang dapat berpengaruh secara fasilitator, sumber daya mendalam terhadap hasil program. manusia • Manajemen informasi yang buruk. • Volume pengaduan melebihi dari apa yang dapat ditanggung oleh sistem dan pedoman untuk penyelesaian pengaduan tidak selalu jelas. Laporan ini menyarankan untuk melakukan audit terhadap MIS yang digunakan saat ini dan merancang sistem informasi terpadu yang baru. Di tingkat nasional, manajemen sumber daya manusia perlu ditingkatkan, di mana pelaksana tugas semestinya memiliki keterampilan yang sesuai dengan tugasnya. PNPM harus mengembangkan sebuah sistem yang mampu menangani volume pengaduan yang diterima program. Sebagai tulang punggung PNPM, para fasilitator harus direkrut secara lebih baik, lebih terlatih, diberikan penilaian secara berkala, dan ditawarkan insentif untuk bekerja di daerah terpencil. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7065 23 18 2012 INDONESIA URBAN POVERTY ANALYSIS AND PROGRAM REVIEW Nicholas Burger, Peter Glick, Francisco Perez-Arce, Lila Rabinovich, Yashodhara Rana, Sinduja Srinivasan, Joanne Yoong Diterbitkan Oleh: RAND Labor and Population, ditugaskan oleh Bank Dunia melalui PNPM Support Facility, Jakarta Selama delapan tahun sejak 2002 sampai 2010, tingkat kemiskinan di penjuru Indonesia menurun tajam, baik di perkotaan maupun di perdesaan; tetapi sejak tahun 2010, 33% dari penduduk kota (dan 48% dari penduduk Indonesia) memiliki pendatapan kurang dari USD 2 PPP ( purchasing power parity/kekuatan daya beli) per harinya. 37% dari jumlah penduduk miskin Indonesia tinggal di kawasan perkotaan, proyeksi ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya urbanisasi. Proyek: PNPM Perkotaan, BLT, Laporan ini menggunakan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Raskin, Jamkesmas Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) untuk menganalisis kemiskinan perkotaan, serta menelusuri efektivitas dan penargetan program yang ditujukan Lokasi Studi: untuk kaum miskin perkotaan. Laporan ini merupakan satu dari dua studi yang Jawa Barat, Jawa Timur, dilakukan oleh Bank Dunia, yang juga berkontribusi terhadap studi tinjauan PNPM Jawa Tengah, Yogyakarta, Perkotaan yang lebih luas, yakni Indonesia: Urban Poverty and Program Review. Sumatra Utara, Sulawesi Laporan studi tinjauan tersebut menemukan beberapa hal dibawah ini: Selatan • Secara nasional, sejak tahun 2002, tingkat kemiskinan perkotaan telah menurun. Dan dari berbagai macam indikator, seperti pendaftaran sekolah sampai Metodologi: vaksinasi, menunjukkan hasil yang membaik. Campuran • Sampel yang diambil dari wilayah perdesaan menunjukkan bahwa jumlah Bahasa: orang yang sama melintasi garis kemiskinan dalam kedua arah. Dalam sampel Inggris perkotaan, lebih banyak individu menjadi miskin daripada yang keluar dari kemiskinan. Tetapi proporsi penduduk miskin yang keluar dari kemiskinan Kata Kunci: masih lebih tinggi daripada proporsi nasional secara umum. Kemiskinan perkotaan, • Masyarakat miskin di daerah perkotaan lebih memprioritaskan lapangan kerja penargetan dan penghidupan daripada perbaikan infrastruktur. • Persentase rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan sebenarnya sedikit lebih rendah di antara yang miskin daripada non-miskin. • Secara keseluruhan, penargetan program kemiskinan lebih baik di perkotaan daripada di perdesaan, dan lebih baik di Jawa daripada di daerah lain. Namun di perkotaan sekalipun, 30% dari kuintil penduduk termiskin tidak mendapatkan beras bersubsidi dari program Raskin, dan 62% tidak memiliki kartu Jamkesmas. • Tidak ada satupun karakteristik — seperti tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, atau memiliki kepala rumah tangga perempuan — yang berkorelasi cukup kuat dengan kemiskinan untuk menuntun penargetan. Laporan ini merekomendasikan standardisasi dan perbaikan praktik penargetan pada semua program. Lebih banyak perhatian perlu diberikan pada perlindungan sosial, untuk memastikan bahwa rumah tangga yang terkena guncangan tiba-tiba — penyakit, bencana, hilangnya pendapatan — tidak jatuh ke bawah garis kemiskinan. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6526 24 2012 19 INFRASTRUKTUR PNPM MANDIRI PERDESAAN LAPORAN EVALUASI TEKNIS 2012: LAPORAN AKHIR TEMUAN DAN REKOMENDASI Neil Neate Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Sebagian besar dana PNPM digunakan untuk membangun infrastruktur berskala kecil di perdesaan. Laporan ini mengajukan pertanyaan dasar tentang kualitas dan kegunaan infrastruktur tersebut, serta perencanaan dan manajemen di balik itu. Sebuah tim yang terdiri dari tujuh insinyur dan seorang arsitek, didampingi oleh spesialis sektor sosial, manajemen keuangan, dan pengaman ( safeguard ), melakukan evaluasi infrastruktur PNPM di dua belas provinsi, masing-masing Proyek: dipilih secara seksama untuk memastikan lingkup geografis yang luas di seluruh PNPM Perdesaan, PNPM Indonesia dan mencakup provinsi ‘miskin’ dan ‘agak miskin’. Evaluasi tersebut Green, PNPM Generasi, menemukan bahwa: BKPG, SPADA • 82% dari proyek yang ditinjau berkualitas tinggi, 14% berkualitas cukup memadai, dan 4% dianggap gagal. Lokasi Studi: • Infrastruk tur yang dibangun oleh Proyek PNPM rata-rata15 -25% lebih Aceh, Sumatera Barat, murah daripada proyek serupa yang didanai dan dikelola oleh kementerian Lampung, Jawa Barat, Jawa sektoral pemerintah. Tengah, Kalimantan Barat, • Capaian atas semua indikator kurang lebih sama atau bahkan lebih baik daripada Sulawesi Barat, Sulawesi temuan pada evaluasi terakhir tahun 2007. Utara, Maluku, Maluku • Jumlah fasilitator teknis sama sekali tidak mencukupi. Tanpa bantuan mereka, Utara, Nusa Tenggara proyek-proyek tertentu, terutama bendungan, dapat menjadi berbahaya. Timur, Papua. Laporan ini menekankan bahwa sedikit kemungkinannya desa merencanakan Metodologi: pemeliharaan tanpa bimbingan dari fasilitator proyek. Fasilitator juga perlu Kuantitatif memastikan bahwa masalah lahan telah diselesaikan dan didokumentasikan sebelum konstruksi apapun dimulai. Bahasa: Inggris, Indonesia http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6775 Kata Kunci: Versi Bahasa Inggris: Pemeliharaan, infrastruktur perdesaan, fasilitator PNPM Mandiri Rural Infrastructure Technical Evaluation Report 2012 – Final Report: teknis, masalah pertanahan Findings and Recommendations http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6774 25 20 2012 PNPM GENDER STUDY 2012: INCREASING THE QUALITY OF WOMEN’S PARTICIPATION Megan McGlynn Scanlon, Tasnim Yusuf, Ancilla Y. S. Irwan, Nelti Anggraini Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Penelitian ekonomi mikro menunjukkan bahwa ketika perempuan berpartisipasi dalam kelembagaan dan proses di sekitar mereka, hasil menjadi lebih baik. Laporan ini menyelidiki peran perempuan dalam PNPM: keterlibatan mereka dalam semua tingkatan proses, status perempuan yang berpartisipasi, nasib proposal yang diajukan oleh perempuan, dan apakah proyek-proyek tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan perempuan yang dinyatakan. Laporan ini menemukan bahwa: • Kualitas partisipasi beragam dan masih belum optimal. Perempuan jauh lebih Proyek: aktif pada tahap awal — sosialisasi dan penilaian kebutuhan — daripada di PNPM Perdesaan tahap lanjutan, seperti perencanaan dan manajemen. • Kurangnya pelatihan yang efektif tentang isu gender bagi para fasilitator, dan Lokasi Studi: pedoman perekrutan kurang dapat menarik cukup banyak fasilitator perempuan. Nusa Tenggara Timur, Jawa • Ketika ditanya tentang prioritas mereka, perempuan cenderung menginginkan Tengah, Kalimantan Selatan pelatihan. Namun di PNPM, proyek yang diajukan perempuan yang benar-benar Metodologi: didanai cenderung menyangkut infrastruktur, seperti sistem air. Kualitatif • Strategi lokal untuk memasukkan gender sudah ada, namun belum dipadukan ke dalam praktik. Bahasa: Inggris Laporan ini merekomendasikan untuk merekrut spesialis gender di tingkat nasional, dengan anggaran, kewenangan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi Kata Kunci: perempuan dan mengawasi kegiatan yang berkaitan dengan gender, serta sarana Perempuan, gender, inklusi, untuk berbagi pengetahuan. Jejaring fasilitator dengan fokus pada gender harus partisipasi ditempatkan di kabupaten di seluruh negeri. Petunjuk teknis PNPM harus direvisi untuk memasukkan gender dalam pemetaan sosial, mengintegrasikan praktik- praktik baik yang diidentifikasi dalam penilaian PPK 2003, dan menyelenggarakan pertemuan khusus perempuan, tanpa kehadiran laki-laki. Pelatihan fasilitator harus mencakup kesadaran dasar tentang gender. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7066 http://bit.ly/1FzOale 26 2012 21 PNPM PEDULI SATU TAHUN BERJALAN: EVALUASI INDEPENDEN ATAS HASIL PEMBELAJARAN (OKTOBER 2012) Donna Leigh Holden, Edwar Fitri, Meuthia Ganie-Rochman, Rima Irmayani, Early Dewi Nuriana Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta PNPM Peduli dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia atas dasar gagasan bahwa masih banyak orang atau kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan akses yang setara dengan kelompok masyarakat lainnya. Kelompok masyarkat marjinal ini biasanya menerima berbagi stigma dan stereotipe yang negatif karena perbedaan keadaan sosial, identitas, jenis pekerjaan ataupun orientasi seksual, contohnya kaum waria, perempuan pekerja seks komersial, Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), masyarakat adat, anak-anak jalanan, buruh anak, dan sebagainya. Proyek: Berbagai penelitian internasional membuktikan bahwa Organisasi Masyarakat Sipil PNPM Peduli (OMS) memiliki keuntungan komparatif dalam menjangkau kelompok-kelompok marjinal dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok ini untuk meningkatkan Lokasi Studi: taraf hidup sosial dan ekonominya. PNPM Peduli bermitra dengan 72 OMS yang Jawa Barat, Kalimantan berkerja di tingkat nasional dan daerah dengan cara menyalurkan dana hibah Barat, Nusa Tenggara untuk melaksanakan berbagai sub-proyek dengan masyarakat marjinal. Selain Barat, DKI Jakarta, dana hibah, program PNPM Peduli juga memberikan dukungan kapasitas terkait Yogyakarta, Sulawesi advokasi, kegiatan layanan kesehatan dan pendidikan, serta berbagai jenis kegiatan Selatan pengentasan kemiskinan yang inovatif. Melalu dana sub-hibah PNPM Peduli, Metodologi: OMS Indonesia dan kelompok marjinal bersama sama mengembangkan potensi Kualitatif lokal lewat kegiatan penghidupan, memberikan akses atas layanan kesehatan, pendidikan, dan keadilan sosial, serta advokasi untuk pemenuhan hak-hak dasar. Bahasa: Inggris, Indonesia Ulasan dari penelitian ini memaparkan beberapa pembelajaran kunci yang dapat ditarik dari pelaksanaan program PNPM Peduli tahun pertama, adalah sebagai berikut: Kata Kunci: • Program PNPM Peduli telah membangun relasi dan sistem yang akan menunjang OMS, penghidupan, perkembangan yang sedang berjalan, serta pengertian akan pendekatan yang kelompok marjinal efektif dalam menjangkau dan memberdayakan kelompok marjinal di Indonesia pada masa yang akan datang • Meskipun logika program tampak solid dan tujuannya relevan, untuk memperbaiki pencapaian tujuan program (Program Development Objective, PDO) diperlukan adanya pentargetan atau fokus yang lebih baik terhadap isu, sasaran geografis, atau kelompok sasaran. • Selama pelaksanaan, terlihat munculnya hasil terkait inklusi sosial. Di beberapa kasus, penerima manfaat mengapresiasi perubahan yang terjadi, khususnya peningkatan kesadaran, kepercayaan diri, jaringan sosial dan daya tawar. 27 Adapun rekomedasi dari tinjauan ini menggarisbawahi beberapa hal penting dibawah ini: • Agar PNPM Peduli dan mitranya dapat memfokuskan usaha mereka secara lebih efektif, dibutuhkan adanya visi yang menjelaskan tentang PNPM Peduli dan apa saja yang dibutuhkan. • Kemitraan dalam PNPM Peduli harus berawal dari pengalaman yang sudah ada dan kapasitas dari organisasi yang sudah dikenal dengan menggunakan pendekatan yang sudah terbukti. • Hasil di tingkat program tidak tercapai karena komponen program yang tidak terhubung dan proyek yang tersebar. Untuk menangani isu marjinalisasi, PNPM Peduli dan ogranisasi mitra harus mengarah kepada pendekatan secara programatik. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7061 Versi Bahasa Inggris: PNPM Peduli – One Year On: Independent Review of Lessons Learned http://psflibrary. org/collection/detail.php?id=6629 28 2012 22 EVALUASI DAMPAK PNPM PERDESAAN John Voss Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Makalah ini mengukur dampak PNPM Perdesaan terhadap kesejahteraan rumah tangga, kemiskinan, akses pada layanan, lapangan kerja, dinamika sosial, dan tata kelola. Pertanyaan survei meliputi konsumsi rumah tangga, kondisi perumahan, perawatan kesehatan, perawatan pra-kelahiran, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dinamika sosial, dan tata kelola. Laporan ini juga mengacu pada survey sosial dan ekonomi nasional (SUSENAS) tentang topik seperti besaran lahan, pasokan air, dan infrastruktur yang tersedia. Temuan utama meliputi: • PNPM mengakibatkan konsumsi riil per kapita yang lebih tinggi tinggi, kemungkinan untuk keluar dari kemiskinan yang lebih tinggi, akses pada layanan kesehatan rawat jalan, dan peluang kerja yang lebih baik. • Rumah tangga kelompok tertinggal (disadvantaged ) atau marjinal (biasanya Proyek: memiliki kepala keluarga perempuan atau berpendidikan rendah) tidak PNPM Perdesaan mendapatkan manfaat sebesar kelompok lainnya. • PNPM dinilai memiliki modal sosial dan tata kelola yang baik di dalam program Lokasi Studi: itu sendiri, namun manfaat ini tidak meluas ke proses pengambilan keputusan Sampel seluruh Indonesia lainnya yang ada di desa. Metodologi: • Dampak terkuat ditemukan di daerah dengan tingkat kesenjangan infrastruktur Kuantitatif yang signifikan, di mana baik kelompok miskin mapupun tidak, memiliki kepentingan yang sejalan. Bahasa: Inggris, Indonesia Laporan ini merekomendasikan agar hibah ditargetkan untuk daerah-daerah dengan tingkat infrastruktur yang rendah. Para fasilitator harus menekankan Kata Kunci: pada pemeliharaan dan keberlanjutan, serta terus mencoba pendekatan inovatif Kemiskinan, infrastruktur untuk mengikutsertakan kelompok-kelompok marjinal ke dalam proses PNPM. perdesaan, pemerintahan, Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk memahami mengapa mekanisme tata kelompok marjinal kelola PNPM ini belum dapat mendorong masyarakat untuk lebih berpartisipasi lebih besar dan menuntut transparansi dari pemerintah. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6876 Versi Bahasa Inggris: PNPM Rural Impact Evaluation http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6299 29 23 2012 RAPID APPRAISAL OF PNPM NEIGHBORHOOD DEVELOPMENT (AND POVERTY ALLEVIATION PARTNERSHIP GRANT MECHANISM) Nina Schuler, Risye Dwiyani Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Rintisan Pengembangan Lingkungan Pemukiman ( Neighborhood Development ) PNPM Perkotaan secara signifikan meningkatkan besaran hibah PNPM Perkotaan, dan memperkenalkan beberapa komponen baru, yaitu: perencanaan tata ruang dan prioritas kawasan. Kajian singkat ini dirancang untuk menampilkan sebuah gambaran pada saat tertentu dalam proses tersebut. Temuan menunjukkan bahwa: • Proyek ini bekerja paling baik pada lokasi yang memiliki Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), pemerintah lokal yang peduli, dan kebutuhan infrastruktur yang sederhana. Proyek: • Rencana strategis tata ruang terlalu kompleks: kurang membantu masyarakat PNPM Perkotaan dalam memahami lingkungan mereka atau melakukan advokasi dengan Lokasi Studi: pemerintah setempat. Jawa Tengah, Kalimantan • Rencana tata ruang cepat menjadi usang. Selatan, Sulawesi Selatan, • Dikarenakan kendala waktu dan fasilitasi, banyak rencana Pengembangan Sulawesi Tenggara Lingkungan yang sebelumnya diusulkan ditinggalkan sebelum pelaksanaannya. • Pemerintah acap kali tidak memiliki fleksibilitas anggaran untuk memenuhi Metodologi: permintaan infrastruktur dari kelurahan. Kualitatif • Tokoh masyarakat, fasilitator dan konsultan PNPM sering beranggapan bahwa masyarakat miskin berakar dalam perilaku yang “kumuh”. Bahasa: • Fasilitator menginginkan lebih banyak bimbingan tentang makna “perbaikan Inggris permukiman kumuh,” serta pilihan program yang dibatasi (misalnya pengerasan Kata Kunci: jalan, sanitasi, pengelolaan sampah, air, perbaikan perumahan, perbaikan Kemiskinan perkotaan, pasar) agar usulan masyarakat lebih terfokus. perencanaan tata ruang, Laporan ini merekomendasikan untuk menyederhanaan perangkat desain, dan infrastruktur perkotaan membatasi pilihan proyek yang akan didanai PNPM ND (Neighborhood Development ), atau melakukan seleksi proposal yang lebih ketat. Program ini membutuhkan metode yang lebih baik untuk mengidentifikasi masyarakat sasaran, mungkin fokus pada kabupaten dengan kepadatan kaum miskin perkotaan yang tinggi, atau yang secara khusus lebih rentan terhadap bencana alam. Program membutuhkan pemantauan yang lebih baik untuk memastikan agar tidak terjadi duplikasi kegiatan/program, atau malah mengurangi pengeluaran pemerintah (karena dianggap sudah dipenuhi lewat program), serta pelaporan yang lebih baik, sehingga pembelajaran dapat digunakan untuk memperbaiki program. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7069 30 2012 24 LAPORAN PENELITIAN STUDI KUALITATIF DAMPAK PNPM PERDESAAN: JAWA TIMUR, SUMATERA BARAT, SULAWESI TENGGARA Muhammad Syukri, Sulton Mawardi, Akhmadi Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Laporan ini membandingkan data kualitatif dari tahun 2012 dengan studi rona awal (baseline) yang dilakukan pada tahun 2007. Topik utama penelitian ini mencakup proses PNPM Perdesaan, termasuk partisipasi, transparansi, dan hubungan dengan pemerintah daerah; dinamika kemiskinan di tingkat perdesaan; serta akses atas layanan publik, dan kualitas dari layanan tersebut. Temuan utama termasuk: • Walaupun tingkat partisipasi, akuntabilitas, dan transparansi ditemukan kuat dalam PNPM, namun hal tersebut belum cukup untuk mendorong masyarakat untuk menuntut pemerintah desanya atas tiga hal diatas. • Fitur adanya ”pilihan terbuka” (open menu) hampir selalu direalisasikan dalam bentuk Proyek: proyek infrastruktur, yang tidak selalu cocok dengan kebutuhan warga termiskin. PNPM Perdesaan • Walaupun tingkat partisipasi tinggi, tetapi berkualitas rendah dan hanya bersifat Lokasi Studi: “instrumental” saja. Tingkat partisipasi perempuan tinggi, namun tidak mengurangi Jawa Timur, Sumatra Barat, dominasi laki-laki dalam proses. Sulawesi Tenggara • Sistem perwakilan (representasi) tidak selalu dapat menyuarakan aspirasi dari bawah (masyarakat ke pemerintah), ataupun menyalurkan informasi dari atas Metodologi: (pemerintah ke masyarakat). Kualitatif • Di beberapa daerah, tingkat kemiskinan meningkat, yakni di daerah yang produktivitasnya rusak akibat pencemaran lingkungan, serta di mana mekanisasi Bahasa: industrial telah mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja. Inggris, Indonesia • Program tertarget seperti bantuan langsung tunai (BLT), Beras Untuk Rakyat Miskin Kata Kunci: (Raskin), dan Jaminan Kesehatan Masyarakat ( Jamkesmas), banyak berkontribusi Dampak, kemiskinan, dalam mencegah masyarakat miskin agar tidak jatuh semakin miskin. Tetapi, penentuan target dilakukan oleh kalangan elit, tanpa partisipasi ataupun transparansi. partisipasi, transparansi, • Ketimbang memberikan dana untuk proposal yang baik dalam proses yang kompetitif, akuntabilitas desa-desa lebih memilih untuk membagi-bagikan dana secara merata di antara semua kelompok yang bersaing. Laporan ini diakhiri dengan menekankan pentingnya fasilitator: untuk mensosialisasikan program dan pilihan terbuka, untuk mengadaptasi proses program sesuai dengan kondisi lokal, serta untuk membuat PNPM lebih inklusif demi memastikan bahwa prioritas masyarakat miskin dapat terpenuhi. Untuk mencapai tujuan ini, perlunya merekrut lebih banyak fasilitator yang kompeten, serta mengurangi beban kerja administrasi mereka. Fasilitator pun harus diawasi oleh sebuah badan yang berwenang untuk memastikan bahwa prosedur PNPM telah diikuti dengan benar. Di samping itu, PNPM harus mempertimbangkan untuk menargetkan pada kegiatan pertanian, mungkin melalui perubahan dalam rancangan program. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6877 Versi Bahasa Inggris: The Impact of PNPM Rural: East Java – West Sumatra – Southeast Sulawesi http:// psflibrary.org/collection/detail.php?id=6552 31 25 2011 LAPORAN FINAL EVALUASI PNPM-RESPEK: INFRASTRUKTUR PEDESAAN DAN KAPASITAS KELEMBAGAAN Yulia Indrawati Sari, Harmein Rahman, Dewi Ratna Sjari Manaf Diterbitkan Oleh: AKATIGA untuk PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Studi ini mengevaluasi pelaksanaan PNPM-RESPEK, program yang didukung oleh PNPM dan dana otonomi khusus Papua dan Papua Barat. PNPM-RESPEK dimulai pada tahun 2008, dan saat studi ini dilaksanakan telah menjangkau 87% desa di wilayah Papua dan Papua Barat. 70 persen dari dana PNPM-RESPEK digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Studi ini juga mencermati kualitas proyek dalam PNPM-RESPEK: apakah proyek-proyek tersebut berjalan, bagaimana proyek digunakan, dan apa dampaknya terhadap desa-desa pelaksana. Beberapa temuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Proyek: • Infrastruktur yang dibangun melalui RESPEK lebih murah (sekitar 60%) daripada PNPM RESPEK proyek serupa yang dibangun oleh kontraktor. • Partisipasi umum sangatlah lemah, dan sebagian besar warga masyarakat tidak Lokasi Studi: tahu tentang program. Masyarakat yang sangat miskin tidak diundang atau tidak Papua, Papua Barat diberitahu tentang adanya pertemuan, dan partisipasi mereka umumnya hanya pro-forma atau bahkan tidak ada. Satu-satunya bentuk kontribusi warga miskin Metodologi: adalah berupa tenaga. Campuran • Sebagian besar infrastruktur yang dibangun hanya digunakan oleh masyarakat segmen atas saja, bukan oleh masyarakat luas. Pemanfaatan infrastruktur Bahasa: RESPEK yang kurang ini diakibatkan oleh dominasi elit (elite capture) selama Inggris proses perencanaan yang terjadi akibat dari fasilitasi yang lemah. Hanya sekitar sepertiga dari infrastruktur yang dibangun program RESPEK dinilai berkualitas Kata Kunci: baik dan digunakan secara efektif. Infrastruktur desa, • Fasilitator sering diwajibkan mencakup wilayah yang luas dan mengunjungi desa- partisipasi, elite capture, desa yang nyaris tidak dapat diakses sehingga mempengaruhi kualitas fasilitasi. fasilitator, pemanfaatan, • Pemantauan oleh masyarakat biasanya terjadi ketika sebuah desa memiliki lebih pengawasan masyarakat dari satu suku yang berkuasa/dominan. Laporan ini merekomendasikan perlunya upaya serius jangka panjang untuk merekrut dan melatih fasilitator daerah, mungkin serupa dengan program “barefoot engineers ” (kader teknis) Bank Dunia. RESPEK harus merancang skema insentif bagi fasilitator untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk memberdayakan kelompok-kelompok yang terpinggirkan, mencegah dominasi elit, dan dapat berkomunikasi secara efektif. Karena fasilitator tidak dapat terlalu sering berkunjung, masyarakat di daereh terpencil seharusnya diizinkan untuk menggabungkan anggaran untuk dua tahun ke dalam siklus proyek tunggal dua tahunan. Fasilitator pun harus fokus pada kelompok-kelompok tertentu, seperti ibu atau anak-anak, untuk menciptakan ruang bagi proyek-proyek non-elit. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6297 Versi Bahasa Inggris: Evaluation of PNPM RESPEK: Village Infrastructure and Institutional Capacity http:// psflibrary.org/collection/detail.php?id=6298 32 2011 26 LESSONS LEARNED FROM SPADA PLANNING AND SERVICE DELIVERY The PATTIRO Institute Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) (Support for Poor and Disadvantaged Areas, SPADA) adalah pelengkap dari PNPM di daerah tertinggal dan daerah berkonflik, dengan fokus khusus pada tata kelola di tingkat masyarakat dan kabupaten. SPADA dirancang untuk menggabungkan perencanaan partisipatif dan teknokratik, menyelaraskan rencana lokal dengan rencana kabupaten, serta memberikan pelatihan kepada pejabat pemerintah. Laporan ini menarik beberapa pelajaran dari pelaksanaan SPADA: • SPADA telah meningkatkan pelayanan dasar, terutama dengan mendanai kegiatan yang tidak tercakup dalam anggaran kabupaten, yaitu: proyek pemerintah maupun proyek kelompok masyarakat yang tidak didanai, dan proyek-proyek Proyek: yang tidak diusulkan oleh pemerintah maupun masyarakat, tetapi disarankan SPADA (P2DTK) atas dasar penelitian atau proses penggalian gagasan (brainstorming ). Lokasi Studi: • Perencanaan tingkat kabupaten tunduk pada “campur tangan” pemerintah, Aceh, Sulawesi Tengah, yang kemungkinan dikarenakan oleh kurangnya pengawasan dari masyarakat. Kalimantan Barat, Maluku • DPRD merupakan mata rantai yang rentan. Anggota DPRD menginginkan Utara, Nusa Tenggara lebih banyak kendali untuk mengintegrasikan semua anggaran negara di Timur bawah pengawasannya sendiri. tetapi belum pernah terlibat dalam kegiatan kementerian sektoral sebelumnya. Disamping itu, pada umumnya anggota DPRD Metodologi: kurang memiliki pengetahuan tentang anggaran dan kegiatan kementerian Kualitatif di daerah mereka. Bahasa: Laporan ini merekomendasikan untuk menempatkan Badan Perencanaan Pembangunan Inggris Daerah (Bappeda) sebagai koordinator utama dari seluruh proyek penanggulangan kemiskinan, dan berhubungan dengan DPRD untuk melakukan penyelarasan dan Kata Kunci: pemantauan program-program pembangunan. Perencanaan, DPRD, APBN, pelayanan, korupsi \http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7060 33 27 2011 STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN PRO-POOR PLANNING, BUDGETING AND MONITORING (P3BM) KAJIAN SINGKAT DI SEMBILAN KABUPATEN Donny Setiawan, Suhirman Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Pro Poor, Planning, Budgeting and Monitoring-Evaluation (P3BM), dirancang oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), yang terdiri dari empat bagian, yaitu: 1) lembar penilaian MDG, 2) pemetaan kemiskinan, 3) pemeriksaan APBD untuk melihat apakah sudah berpihak pada warga miskin, dan 4) instrumen untuk membantu pemerintah daerah dalam memilih proyek kecamatan yang paling dibutuhkan. P3BM mendaftarkan kabupaten yang ikut serta, melatih para pelatih yang akan turun ke tingkat kabupaten, serta memberikan bantuan teknis tentang perencanaan dan penganggaran yang berpihak pada warga miskin. Kajian cepat Proyek: ini dilakukan oleh PNPM Support Facility untuk memeriksa manfaat program, P3BM kelemahan dalam pelaksanaannya, serta pembelajaran yang dapat ditawarkan kepada PNPM dan program penanggulangan kemiskinan lainnya. Lokasi Studi: • Dengan kepemimpinan yang berkomitmen di tingkat kabupaten, program P3BM Sulawesi Tenggara, Nusa dapat membantu menargetkan perencanaan pembangunan dan anggaran Tenggara Timur, Nusa pada masyarakat miskin dan menetapkan anggaran dengan benar. Tenggara Barat, Jawa • P3BM membutuhkan banyak upaya dalam pelaksanaannya, namun pegawai Tengah sering dimutasi serta kurang memiliki insentif untuk mengadopsi program Metodologi: dengan benar. Kualitatif • Beberapa kabupaten terus menghadapi masalah teknis terkait database sehingga membutuhkan bantuan terus-menerus. Bahasa: • OMS telah membantu mengembangkan dan menggunakan alat-alat ini. Bahasa Indonesia, dengan Ringkasan Eksekutif dalam Laporan ini merekomendasikan dibentuknya kerangka regulasi untuk mendukung bahasa Inggris program ini. Dapat diawali dengan Surat Edaran Bersama Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Dalam Negeri, untuk memobilisasi sumber daya yang Kata Kunci: dibutuhkan agar P3BM dapat bekerja dengan benar. Sebuah sekretariat khusus harus Tujuan Pembangunan dibentuk pada setiap provinsi untuk menggerakkan kabupaten dalam upayanya Milenium (MDG), menuju pencapaian MDG. Di tingkat lokal, perlu ditetapkan jabatan yang bertugas standar pelayanan menyampaikan informasi P3BM kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), minimum, pemetaan DPRD, dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang). Program kemiskinan, perencanaan, ini perlu juga memberikan bantuan teknis secara intensif untuk tingkat kabupaten penganggaran, pro-poor, selama dua tahun, dan memperluas pelatihan ke institusi perguruan tinggi, OMS, database, penargetan dan berbagai pemangku kepentingan PNPM. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7077 Versi Bahasa Inggris: Executive Summary Lessons Learned from the Pro-Poor Planning, Budgeting and Monitoring Program (P3BM): A Rapid Assessment in Nine Districts http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7070 34 2011 28 PEMBELAJARAN DARI PROGRAM P2SPP/PNPM INTEGRASI DI ENAM KABUPATEN (P2SPP/PNPM INTEGRATION LESSONS LEARNED STUDY IN SIX DISTRICTS) Penulis: Suhirman, Rianingsih Djohani Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta P2SPP (Program Pembangunan Sistem Perencanaan Partisipatif, yang kemudian berganti nama menjadi PNPM Integrasi pada tahun 2006) dirancang untuk membantu mengintegrasikan perencanaan masyarakat ke dalam sebuah skema perencanaan pemerintah teknokratis yang lebih besar. Program ini memberikan hibah pada tingkat kabupaten untuk mendanai proyek-proyek di tingkat kecamatan yang telah diusulkan dalam pertemuan PNPM di tingkat desa, menghubungkan 3 tingkatan daerah ini; kabupaten, kecamatan dan desa secara bersama-sama. Studi ini mengkaji interaksi antara proses perencanaan partisipatif PNPM dengan rencana-rencana yang dikembangkan oleh kementerian. Beberapa temuan dari Proyek: studi ini adalah sebagai berikut: PNPM Integrasi • Usulan masyarakat sampai ke perencana di tingkat kabupaten. Namun tidak Lokasi Studi: ditemukan banyak bukti bahwa perencanaan pemerintah benar-benar menjadi Nusa Tenggara Timur, lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Yogyakarta, Jawa Barat, • Perencanaan menjadi terpercah-pecah. Baik secara horizontal, antar desa Jawa Tengah, Kalimantan saling tidak mengetahui kegiatan apa yang dilaksanakan; maupun vertikal, Selatan, Jambi desa tidak mengetahui apa yang dilakukan di tingkat kabupaten. • Satuan Kerja Perangkat Daerah (atau SKPD) masih menentang usulan desa Metodologi: karena beberapa alasan: Kualitatif o Tidak adanya standardisasi proposal desa o Rencana desa yang tidak konsisten dengan rencana di tingkat kabupaten Bahasa: o Usulan desa terlalu kecil bagi instansi kabupaten Inggris o Program wajib dari ‘atas’ (kecamatan, kabupaten, propinsi ataupun pusat) Kata Kunci: menggunakan sebagian besar dana yang disediakan, sehingga hanya Perencanaan, SKPD, DPRD, menyisakan sedikit untuk proposal dari tingkat masyarakat. fasilitator, Setrawan • Dikarenakan kebanyakan dari setrawan (pegawai negeri yang khusus ditugaskan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat) adalah pegawai tidak tetap, maka posisi mereka dalam pemerintahan cenderung lemah. Oleh karena itu, para setrawan tidak selalu berhasil menjembatani prioritas masyarakat dan SKPD terkait. • P2SPP telah menciptakan jejaring sosial antar berbagai pemangku kepentingan, bahkan sampai ke luar lingkup desa. Hal ini berpotensi mempromosikan prioritas masyarakat pada tingkat kabupaten. • Advokasi kebijakan melalui ‘dialog multi-pemangku kepentingan’ dapat menggalang komitmen pemerintah daerah untuk membuat dan menerapkan inovasi. Laporan ini merekomendasikan untuk memperjelas hubungan hukum antara 35 proses perencanaan masyarakat dan pemerintah. Satuan-satuan tugas khusus di setiap kecamatan harus saling berbagi informasi secara terbuka, bebas dan secepat mungkin, termasuk saling berbagi informasi terkait anggaran dan rencana kecamatan ke desa-desa sebelum pelaksanaan musyawarah perencanaan di tingkat masyarakat. Semua sumber dana desa harus dikonsolidasikan ke dalam sebuah anggaran tunggal. Fungsi setrawan harus dijadikan posisi permanen dan melekat di kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) di tingkat kabupaten dan juga kepala bagian SKPD. Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD) harus menjembatani masyarakat, SKPD, dan DPRD. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7059 36 2011 29 EVALUASI PROSES DARI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)-PERKOTAAN (PROCESS EVALUATION OF PNPM URBAN) RAND Labor and Population Diterbitkan Oleh: RAND Labor and Population untuk PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Evaluasi proses ini melihat fase PNPM Perkotaan saat ini dan skema rintisan Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK). Evaluasi ini juga mengajukan pertanyaan apakah tujuan proyek telah tercapai, dan mengambil beberapa praktik terbaik serta pembelajaran untuk masa depan: • Masyarakat puas dengan infrastruktur yang dibangun lewat program PNPM Perkotaan, yang pada umumnya berkualitas tinggi. Proyek: • Partisipasi perempuan dalam pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur, sebagian PNPM Perkotaan besar sebagai pekerja dan penyedia makanan ringan dan minuman. • Warga miskin perkotaan cenderung tersebar secara geografis, sehingga sulit Lokasi Studi: untuk mengklasifikasikan daerah tertentu sebagai daerah dengan tingkat Yogyakarta, Jawa Barat, kemiskinan “yang tinggi.” Jawa Timur, Sumatra Utara, • Tampaknya tidak banyak terdapat duplikasi kegiatan atau prioritas, sebagian Jakarta, Jawa Tengah, besar karena kebanyakan wilayah mengikutsertakan PNPM Perkotaan ke dalam Sulawesi Selatan Musrenbang. • Fasilitator yang terlibat, secara konsisten telah berhasil meningkatkan kualitas Metodologi: proyek. Namun beban kerja dari para fasilitator berlebihan beban kerjanya Campuran sehingga mereka kewalahan. Praktik rotasi fasilitator cukup mengganggu Bahasa: kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Inggris • Karakteristik pribadi, pengalaman dan pelatihan adalah sifat-sifat penting yang paling sering disebut dari kriteria fasilitator yang sukses. Fasilitator yang efektif Kata Kunci: mempromosikan program tanpa lelah, dan membangun kapasitas masyarakat, Kemiskinan perkotaan, bukan semata-mata menegakkan aturan. penargetan, audit • Audit adalah kunci dalam membatasi atau mencegah penyalahgunaan dana. Evaluasi ini merekomendasikan untuk memperbaiki sistem informasi manajemen (MIS) yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan audit, namun sering berisi data yang buruk. Dana PLPBK yang dialokasikan untuk pemasaran tidak banyak memberi pengaruh dan perlu dikurangi. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=6525 37 30 2011 INDONESIA’S PNPM GENERASI PROGRAM: FINAL IMPACT EVALUATION REPORT Benjamin A. Olken, Junko Onishi, Susan Wong Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Laporan ini menjelaskan temuan dari tiga gelombang evaluasi PNPM Generasi, yaitu: survei rona awal (baseline), survei titik tengah (midpoint ) setelah 15-18 bulan pelaksanaan proyek, dan evaluasi akhir setelah 27-30 bulan pelaksanaan proyek. Putaran ketiga dan terakhir ini mengumpulkan tanggapan dari 45.000 orang, yaitu anggota rumah tangga, kepala desa, staf sekolah dan fasilitas layanan kesehatan. Evaluasi ini juga menyertakan temuan dari studi Kualitatif di 12 desa di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur. Temuan utama meliputi: • Secara statistik, PNPM Generasi rata-rata berdampak positif yang signifikan atas 12 indikator yang menjadi sasaran dalam desain, dengan dampak terbesar terlihat Proyek: pada wilayah dengan indikator rona awal (baseline) kesehatan dan pendidikan PNPM Generasi yang rendah. • PNPM Generasi menunjukkan bahwa model pembangunan nasional berbasis Lokasi Studi: masyarakat dapat diadaptasi untuk kegunaan lainnya. Sampel seluruh Indonesia, • Dampak jangka panjang utama PNPM Generasi adalah penurunan tingkat malnutrisi Jawa Barat, Nusa Tenggara (gizi buruk). Tingkat malnutrisi pada anak-anak berkurang sebesar 2,2%, yaitu Timur penurunan sebesar kurang lebih 10% dari tingkat kontrol. Penurunan tingkat Metodologi: malnutrisi yang paling nyata terlihat di wilayah dengan tingkat malnutrisi awal Campuran yang lebih tinggi, terutama di provinsi Nusa Tenggara Timur, di mana tingkat gizi kurang (underweight ) berkurang sebesar 8,8%, yaitu tingkat penurunan 20% Bahasa: dibandingkan daerah kontrol. Inggris • Hasil yang cukup mengejutkan terjadi di Jawa, terdapat dampak negatif stunting (pertumbuhan terhambat) dan stunting berat yang perlu ditelusuri lebih lanjut. Kata Kunci: • Indikator pendidikan meningkat dalam evaluasi akhir kali ini, setelah dampak nol Kesehatan, pendidikan, atau negatif atas indikator pendidikan yang ditemukan pada evaluasi sementara. insentif • Terkait hasil pembelajaran pendidikan pada jangka panjang, program ini belum terbukti dalam meningkatkan nilai tes anak-anak. • Insentif kinerja terbukti meningkatkan efektivitas program pada bidang kesehatan namun tidak halnya dalam bidang pendidikan. Ada sejumlah alasan yang mungkin dapat menjelaskan mengapa, dan perlu adanya penelitian serta pengujian lebih lanjut untuk melihat apakah insentif dapat berdampak pada indikator pendidikan. • Aturan tentang insentif kadang-kadang sulit dipahami oleh masyarakat. Laporan ini menyarankan bahwa perluasan PNPM Generasi pada masa yang akan datang harus mengutamakan wilayah-wilayah dengan 12 indikator kunci yang masih tertinggal, serta belum tentu wilayah yang dikategorikan miskin. Pemerintah mungkin ingin melihat bagaimana insentif dapat bekerja di daerah tertinggal lainnya, misalnya program penanggulangan kemiskinan atau akses untuk air dan sanitasi; model intervensi dan insentif ini harus terus dipantau dan dievaluasi dengan benar. PNPM Generasi harus secara teratur terus meninjau 12 indikator target dan mempertimbangkan apakah indikator-indikator tersebut harus dilengkapi atau diganti. Dan evaluasi lanjutan mungkin diperlukan di masa yang akan datang yang bertujuan untuk memeriksa keberlanjutan jangka panjang dari intervensi serta dampaknya. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=5887 38 2010 31 KELOMPOK MARJINAL DALAM PNPM-PERDESAAN AKATIGA Diterbitkan Oleh: AKATIGA untuk PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Studi ini berawal dari keprihatinan bahwa ada beberapa segmen masyarakat tertentu yang dikecualikan dari proses perencanaan pembangunan dalam PNPM Perdesaan. Studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan dalam proyek lebih berpihak pada kelompok mayoritas dan yang lebih mampu dibandingkan penduduk desa yang lebih miskin dan masyarakat di daerah terpencil. Studi ini dilakukan untuk lebih memahami dinamika sosial-ekonomi dan politik dari partisipasi dan marjinalisasi. Laporan ini menemukan bahwa: Sehubungan dengan partisipasi (atau non-partisipasi) dalam PNPM Perdesaan, Proyek: secara umum terdapat empat kelompok utama: PNPM Perdesaan • Kelompok elit adalah orang kaya, pemimpin pemerintahan desa, tokoh agama dan ketua adat. Lokasi Studi: • Aktivis yang merupakan warga desa dengan pengetahuan tentang proyek-proyek Papua, Kalimantan Barat, pemerintah dan menggunakan pengetahuan ini untuk dapat terlibat. Para aktivis Sulawesi Selatan, Sumatra ini, seperti anggota kelompok tani dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Barat, Jawa Barat, Nusa (PKK), memiliki hubungan yang erat dengan para pemimpin pemerintahan. Tenggara Barat Bersama-sama, kalangan elit dan aktivis mendominasi pengambilan keputusan, Metodologi: termasuk juga dalam pertemuan perempuan. Kualitatif • Kelompok mayoritas adalah mereka yang memiliki sedikit aset atau pendapatan rendah, seperti pemilik lahan kecil, tukang ojek, buruh industri kecil dan Bahasa: pedagang keliling. Inggris, Indonesia • Kelompok marjinal adalah mereka yang tidak memiliki aset (yang berharga), tinggal di daerah terpencil dengan infrastruktur dasar yang terbatas, memiliki Kata Kunci: pendapatan yang terbatas dengan jumlah tanggungan yang banyak, serta Kemiskinan, kelompok berasal dari kelompok etnis/agama minoritas. Kemiskinan saja belum tentu marjinal, eksklusi, elite diartikan sebagai marginalisasi. capture, pemberdayaan, fasilitator Peningkatan PNPM yang pesat pada tahun 2009 telah menimbulkan serangkaian masalah yang turut berkontribusi pada marginalisasi, seperti: • Fasilit ator yang tidak memiliki keterampilan untuk mengedepankan agenda pemberdayaan. • Fokus lintas-program terlalu berpaku pada administrasi dibandingkan dengan aspek pemberdayaan. • Pengawasan dan evaluasi telah menjadi sesuatu yang mekanistis, dan pemantauan kualitatif cenderung menurun. Walaupun data terkait angka partisipasi dikumpulkan, namun data kualitas partisipasi tidak dikumpulkan. • Keterlambatan dalam pencairan sangat merusak kepercayaan atas program ini. • Dana yang terlambat sering kali dimanfaatkan untuk kegunaan lainnya, selain yang diusulkan di awal. 39 Laporan ini merekomendasikan untuk memberikan PNPM fokus sektoral yang lebih spesifik — infrastruktur perdesaan — yang dapat lebih mudah diselenggarakan dan difasilitasi secara lebih efektif. Memilih proyek secara plebisit (pemungutan suara langsung) akan mengurangi ketergantungan pada fasilitator untuk menarik suara masyarakat miskin dalam diskusi yang besar di tingkat desa. Proposal harus diberi bobot untuk mendukung dusun dengan populasi yang lebih kecil dan mereka yang tinggal lebih jauh dari pusat desa. Fasilitator harus mengorganisir kelompok marjinal, namun program tidak harus memberikan kelompok-kelompok tersebut manfaat khusus, tapi fokus pada menyejajarkan kelompok marjinal dengan kelompok masyarakat pada umumnya. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=4444 Versi Bahasa Inggris: Marginalized Groups in PNPM Rural http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=4442 40 2010 32 KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA Arya Gaduh Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC PNPM memberikan prioritas kepada desa-desa miskin, dan berasumsi bahwa desa- desa tersebut memiliki sumber daya untuk memelihara apa yang mereka bangun, atau bersedia menggunakan sumber daya tersebut untuk pemeliharaan infrastrukur. Studi ini bertujuan untuk menguji asumsi tersebut diatas. Apakah desa memang memiliki sumber daya? Apakah mereka bersedia untuk menggunakan sumber dayanya? Apa sajakah karakteristik desa-desa yang dapat dan akan memelihara infrastruktur mereka? Laporan ini menemukan bahwa: • Tenaga kerja dan uang yang dibutuhkan untuk memelihara infrastruktur desa ternyata menjadi semacam pajak bagi masyarakat. Meskipun jumlahnya kecil, Proyek: uang ini sering sulit untuk dikumpulkan sehingga efeknya cukup memberatkan PPK, PNPM Perdesaan bagi masyarakat miskin. Lokasi Studi: • Namun demikian, kesediaan masyarakat untuk berkontribusi tetap tinggi. Lampung, Jawa Tengah, • Tenaga kerja masyarakat dalam pembangunan infrastruktur desa agak kurang Nusa Tenggara Timur, dihargai, sehingga warga miskin masih terbebani biaya pemeliharaan yang Kalimantan Barat, Sulawesi secara proporsional lebih tinggi. Selatan Kebanyakan desa tidak memelihara infrastruktur mereka, namun desa-desa Metodologi: yang melakukannya: Kuantitatif • Menerima tang gapan terhadap keluhan tentang kualitas infrastruk tur yang dibangun. Bahasa: • Menerima informasi lebih banyak dari PNPM dan pemimpin desa tentang Inggris penggunaan dana proyek. Kata Kunci: • Telah menerima alokasi dana desa (ADD) secara tepat waktu. Infrastruktur desa, Laporan ini merekomendasikan agar pemeliharaan infrastruktur desa ditugaskan pemeliharaan, kepada peran yang spesifik di lingkungan desa dan pada pemerintah setempat. perencanaan Pemerintah kabupaten harus sudah mulai mentransisikan alokasi penggunaan dana dari peningkatan kualitas infrastruktur ke ranah pemeliharaan, serta semua proyek infrastruktur yang baru harus mengikutsertakan rencana pemeliharaan. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=4443 Versi Bahasa Inggris: Village Capacity in Maintaining Infrastructure: Evidence from Rural Indonesia http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=4445 41 33 2009 COMMUNITY-BASED REINTEGRATION IN ACEH: ASSESSING THE IMPACTS OF BRA-KDP Patrick Barron, Macartan Humphreys, Laura Paler, Jeremy Weinstein Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Makalah ini mengevaluasi program Bantuan Reintegrasi Berbasis Masyarakat untuk Korban Konflik (Community-Based Reintegration Assistance for Conflict Victims program, BRA-KDP), sebuah upaya inovatif dari pemerintah setempat bersama dengan pemerintah pusat untuk menerapkan pembelajaran dari keberhasilan kerja pembangunan masyarakat di masa yang lalu pada Aceh pasca-konflik. Makalah ini menggunakan data dari Survei Penghidupan dalam Reintegrasi Aceh ( Aceh Reintegration Livelihood Surveys , ARLS) untuk menilai seberapa baik program ini telah berjalan, apa saja dampaknya, dan bagaimana dampak-dampak tersebut Proyek: terjadi. Temuan utama meliputi beberapa hal dibawah ini: BRA-KDP • Secara umum, program ini hanya sedikit lebih baik dalam menjangkau korban konflik dibandingkan dengan yang bukan korban. Lokasi Studi: • Program BRA-KDP dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan yang pesat Aceh dan perbaikan persepsi tentang kesejahteraan. Metodologi: • Partisipasi desa dikaitkan dengan penurunan sebesar 11 poin dalam kategori Kuantitatif masyarakat yang digolongkan “miskin” oleh kepala desa. • Kohesi atau relasi sosial antara warga negara dengan negara masih lemah. Bahasa: • Tidak ada bukti yang kuat bahwa program BR A-KDP telah meningkatkan Inggris kapasitas desa dalam penyelesaian masalah bersama. Kata Kunci: Para penulis mengingatkan bahwa perbedaan struktural antara masyarakat di Konflik, keterpaduan sosial, lokasi BRA–KDP dan masyarakat yang tidak mendapatkan intervensi program, reintegrasi membuat perbandingan yang berarti menjadi sulit. Untuk mengatasi bias semacam ini, laporan tersebut mengandalkan serangkaian metode statistik yang sekilas mungkin tampak terlalu rumit. Penulis juga menunjukkan bahwa program BRA –KDP telah mengangkat dua persoalan yang erat kaitannya dalam pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pertama, dengan diberikan kendali penuh atas dana proyek, masyarakat Aceh memilih untuk mengesampingkan proses- proses yang membangun kohesi sosial. Kedua, meskipun pemberdayaan dan lembaga yang terbangun lewat program BRA-KDP ini dapat menciptakan kondisi bagi perdamaian dalam jangka panjang, tetapi dalam jangka pendek program ini mendorong berbagai kelompok kepentingan untuk bersaing dalam memperebutkan sumber daya yang terbatas, sehingga dapat menyebabkan perpecahan sosial. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=2698 42 2009 34 DELIVERING ASSISTANCE TO CONFLICT-AFFECTED COMMUNITIES: THE BRA-KDP PROGRAM IN ACEH Adrian Morel, Makiko Watanabe, Robert Wrobel Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Studi ini mengulas program Bantuan Reintegrasi Berbasis Masyarakat untuk program Korban Konflik (BRA-KDP), sebuah upaya inovatif pemerintah setempat dan pemerintah pusat untuk menerapkan pembelajaran dari keberhasilan kerja pembangunan masyarakat di masa yang lalu pada saat Aceh pasca-konflik. Penelitian ini melengkapi studi “Community-Based Reintegration in Aceh: Assessing the Impacts of BRA-KDP ” (2009) yang sudah dilaksanakan sebelumnya dengan data tambahan dari sistem informasi manajemen terpadu (MIS) dalam program BRA-KDP, serta kunjungan pengawasan, dan dari kerja lapangan yang bersifat kualitatif. Temuan utama dari studi ini meliputi: Proyek: • Penargetan masyarakat penerima manfaat secara umum berjalan baik. BRA-KDP • Partisipasi masyarakat kuat, bahkan di antara kelompok-kelompok rentan Lokasi Studi: seperti korban konflik dan perempuan. Aceh • Mantan pejuang GAM memengaruhi program baik secara positif maupun negatif, tergantung pada sejarah dan kondisi setempat. Metodologi: • Program BRA-KDP memiliki efek positif pada kesejahteraan masyarakat, dan Campuran menunjukkan bahwa dengan sistem penyampaian yang tepat, dana yang ditujukan sebagai kompensasi, dapat berdampak pada pembangunan. Bahasa: • 89% dana program digunakan untuk kegiatan penghidupan (livelihoods), bukan Inggris untuk kegunaan umum. Hal ini terlihat sangat sangat kontras dengan program Kata Kunci: PPK pada daerah lainnya di Indonesia. Penargetan, konflik, Beberapa modifikasi seharusnya dapat membantu proyek bekerja lebih baik: partisipasi, mantan • Menghubungkan program BRA-KDP secara jelas dengan kewajiban-kewajiban gerilyawan, penghidupan yang didefinisikan dalam MoU Helsinki • Pelatihan yang lebih baik untuk para fasilitator • Menghubungkan proyek-proyek kecil terkait penghidupan dengan sumber modal dan bantuan teknis dari luar Laporan ini merekomendasikan agar penargetan di masa mendatang tidak didasarkan pada identitas di era konflik, namun juga pada indikator standar seperti tingkat kesejahteraan dan pendidikan. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=2696 43 35 2009 OPERATION AND MAINTENANCE OVERVIEW FOR PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN (PPK) AND PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM): TO ASSESS THE OPERATION AND MAINTENANCE OF PPK AND PNPM IMPLEMENTED MICRO-INFRASTRUCTURE PROJECTS IN INDONESIA BETWEEN 1999 AND 2007 Ted E. Kulongoski Diterbitkan Oleh: PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Studi ini menelaah proyek-proyek “infrastruktur-mikro” yang dibangun oleh PPK antara tahun 1999 dan 2007 untuk melihat bagaimana proyek-proyek tersebut Proyek: bertahan. Beberapa pertanyaan kunci seperti, apakah infrastruktur mikro yang PPK, PNPM Perdesaan dibangun masih berfungsi? Dan apakah infrastruktur mikro masih dipelihara? Lokasi Studi: Studi ini mengasumsikan bahwa segala sesuatu yang dirancang dan dibangun, Gorontalo, Maluku, Maluku dapat berfungsi secara penuh, walaupun mungkin tidak selalu begitu. Temuan Utara, Nusa Tenggara penting dari studi ini adalah sebagai berikut: Timur, Papua, Papua Barat, • Dari 657 proyek mikro infrastruktur yang diteliti, 72%-nya berkualitas baik, Riau, Sulawesi Barat, 21%-nya berfungsi sebagian, dan hanya 7% yang tidak berfungsi. Hampir Sulawesi Selatan, Sulawesi sepertiga dari proyek-proyek yang tidak berfungsi disebabkan oleh rusaknya Tengah, Sulawesi Tenggara, pompa, motor atau generator yang sebagian besar memang dari awalnya Sulawesi Utara sudah berkualitas rendah. • Proyek yang awalnya berfungsi baik, cenderung mengalami penurunan dari Metodologi: waktu ke waktu, dikarenakan adanya masalah dengan desain/rancangan, Kuantitatif konstruksi, atau pemeliharaan yang pada akhirnya terlihat dengan jelas. • Dikarenakan perencanaan dan pertukaran informasi yang kurang baik, hal ini Bahasa: menyebabkan masyarakat dan kementerian sektoral, sekadar saling menjiplak Inggris proyek masing-masing. Kata Kunci: • Desa-desa tidak menyusun rencana pemeliharaan. Infrastruktur perdesaan, Laporan ini merekomendasikan untuk sebanyak mungkin mengurangi masalah pemeliharaan pemeliharaan di masa yang akan datang. Misalnya dengan membeli peralatan yang lebih baik dan memastikan bahwa operator setempat mengetahui cara memperbaiki barang-barang jika rusak. Sumber energi alternatif seperti tenaga surya dan tenaga air dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang merupakan penghematan biaya yang sangat penting. Masyarakat harus dibimbing dan didukung secara terus menerus. Selain itu juga diperlukan adanya pengawasan untuk memastikan beberapa hal penting, yaitu rancangan awal sudah sebaik mungkin,, masyarakat sudah mengumpulkan kontribusi, dan pemeliharaan juga telah disediakan. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=2272 44 2008 36 DIRECT DEMOCRACY AND LOCAL PUBLIC GOODS: EVIDENCE FROM A FIELD EXPERIMENT IN INDONESIA (NBER WORKING PAPER NO. 14123) Benjamin A. Olken Diterbitkan Oleh: National Bureau of Economic Research, Cambridge Keputusan dalam sebuah program pembangunan berbasis masyarakat, termasuk PPK dan PNPM, seringnya dibuat dalam forum yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat, dan bukan oleh masyarakat umum, sehingga meningkatkan risiko terjadinya dominasi kaum elit (elite capture). Untuk menyelidiki pertanyaan tersebut, makalah ini membandingkan dua metode pemilihan proyek yang berbeda di PPK: oleh perwakilan dan pemilihan langsung. Makalah ini menemukan bahwa: Proyek: • Dua metode yang berbeda ini berdampak kecil pada jenis proyek yang dipilih, PPK namun berdampak besar pada tingkat kepuasan dan kerelaan masyarakat untuk menyumbangkan waktu atau uangnya. Lokasi Studi: • Proses yang dihadiri baik laki-laki ataupun perempuan, lebih menghasilkan Jawa Timur, Sumatra Utara, pilihan kaum laki-laki. Sulawesi Tenggara • Perbedaan dalam waktu yang digunakan sangatlah besar: pemungutan suara dilakukan dalam sepuluh menit, sementara mencari konsensus memakan Metodologi: waktu tiga jam. Kuantitatif • Tidak ada bukti tentang pembelian suara. Bahasa: Meskipun ini hanyalah sebuah studi jangka pendek, makalah ini menunjukkan Inggris bahwa penentuan keputusan melalui pemungutan suara mungkin tidak akan Kata Kunci: mengubah jenis proyek yang dipilih, namun lebih berdampak besar pada tingkat Plebisit, representasi, kepuasan masyarakat dan memberikan legitimasi lebih besar pada prosesnya. pemungutan suara, http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=7074 kuantitatif, kepuasan, pemilihan proyek http://www.nber.org/papers/w14123 45 37 2008 IMPACT EVALUATION OF THE SECOND PHASE OF THE KECAMATAN DEVELOPMENT PROGRAM IN INDONESIA John Voss Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Evaluasi kuantitatif ini menilai apakah PPK Tahap 2 berhasil meningkatkan kesejahteraan rumah tangga, mengangkat rumah tangga miskin keluar dari kemiskinan, meningkatkan akses atas layanan pendidikan, layanan kesehatan, dan lapangan kerja, dan memberikan manfaat kepada kelompok miskin dan yang lemah. Temuan penting dari evaluasi ini adalah sebagai berikut: • Dibandingkan dengan rumah tangga miskin di daerah yang tidak menerima program PPK2 (daerah kontrol), konsumsi riil per kapita rumah tangga miskin di daerah PPK2 lebih tinggi sekitar 11%. Proyek: • Dibandingkan dengan daerah kontrol, kenaikan konsumsi rumah tangga di PPK tingkat kecamatan dalam kuintil termiskin 5% lebih tinggi. Lokasi Studi: • Dibandingkan dengan daerah kontrol, proporsi rumah tangga yang keluar Sampel seluruh Indonesia dari kemiskinan di kecamatan miskin 9,2% lebih tinggi. Dan proporsi rumah tangga yang jatuh miskin 4,5% lebih rendah dibandingkan dengan proporsi Metodologi: di daerah kontrol. Kuantitatif • Proporsi kepala rumah tangga yang mendapatkan akses rawat rawat jalan di daerah penerima program PPK2, 11,5% lebih tinggi daripada di daerah kontrol. Bahasa: • Program PPK2 telah menurunkan tingkat pengangguran sebesar 1,5%. Inggris • Di kecamatan yang tidak begitu miskin, rumah tangga rata-rata tidak melihat Kata Kunci: adanya manfaat ataupun dampak negatif dari program PPK2. Konsumsi, pengangguran, • Kelompok yang lemah (disadvantaged ), seperti rumah tangga yang dikepalai kemiskinan oleh perempuan atau orang-orang yang berpendidikan rendah, lebih kecil kemungkinannya memperoleh manfaat dari program ini. Laporan ini menekankan pada hasil yang buruk di kecamatan yang tidak begitu miskin, menengarai bahwa di wilayah-wilayah tersebut, strategi program PPK harus diubah. Kunci perubahan ini adalah memberikan fokus yang lebih besar untuk memastikan agar manfaat program dapat menjangkau kelompok-kelompok marjinal, termasuk perempuan dan orang-orang dengan tingkat pendidikan yang rendah. Laporan ini merekomendasikan bahwa pada putaran berikutnya, penelitian berfokus pada dinamika sosial dan tata kelola, serta mengikutsertakan survei bagi individu, dan tidak hanya untuk rumah tangga. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=1447 http://bit.ly/1Fzl7i9 46 2008 38 MICRO CREDIT STRATEGY FORMULATION MISSION FOR THE NATIONAL COMMUNITY EMPOWERMENT PROGRAM OR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) Yayasan MICRA Diterbitkan Oleh: Yayasan MICRA untuk PNPM Support Facility – Bank Dunia, Jakarta Sektor keuangan mikro di Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia, dengan lebih dari 20.000 lembaga keuangan mikro (LKM) yang melayani lebih dari 15 juta orang di Indonesia. Namun setidaknya lebih dari 40 juta masih belum dapat memiliki akses atas layanan keuangan. Baik karena mereka hidup jauh dari jangkauan sektor keuangan formal, atau juga dianggap tidak menguntungkan. Laporan ini mengkaji penyelenggaraan kredit mikro saat ini yang melekat pada Proyek: PPK dan P2KP, dan menguraikan strategi untuk memperbaiki pengaturannya untuk PPK, P2KP PNPM. Temuan utama dari kajian ini meliputi beberapa hal dibawah: • Adanya permintaan untuk lebih banyak kredit mikro. PPK/P2KP kini melayani Lokasi Studi: 6,8 juta orang. Jawa Tengah, Jawa Timur, • Keberhasilan telah terjadi meskipun kebijakan terkait, prosedur, pelatihan, Nusa Tenggara Timur, dan harga produk belum memadai. Sulawesi Selatan • Sistem kredit mikro PPK /P2KP belum disertifikasi secara hukum sebagai LKM. Tidak adanya status hukum inilah yang menghambat program untuk Metodologi: mengikutsertakan komponen simpanan/tabungan. Campuran • Manajemen dan evaluasi sumber daya manusia pada saat ini masih sangat Bahasa: sederhana. Baik PPK maupun P2KP belum menetapkan target yang jelas atau Inggris mengukur kinerja secara efektif. Seorang pegawai/tenaga lapangan yang terlatih sangat penting untuk kualitas, keberhasilan dan keberlanjutan kedua program Kata Kunci: ini. Namun sebagian besar pegawai hanya memiliki pengalaman mengelola Kredit mikro, dana program kredit mikro yang terbatas. pinjaman bergulir • Penelitian lapangan mengungkapkan adanya tingkat pergantian pegawai yang tinggi, dikarenakan oleh adanya penggelapan dana dan korupsi, terutama terkait kurang kuatnya mekanisme kontrol dan lemahnya kapasitas Musyawarah Antar Desa (MAD). • Data yang digunakan oleh UPK — tingkat tunggakan dan jumlah lewat jatuh tempo — menilai kualitas portofolio secara berlebihan. Praktik terbaik internasional merekomendasikan bahwa maksimal 5% dari portofolio berisiko (PAR) adalah hal yang baik untuk kredit mikro. • Penargetan masyarakat mendistribusikan pinjaman berdasarkan anggapan bahwa penerima layak dan membutuhkan, bukan pada kualitas rencana atau kemampuan mereka untuk membayar. Laporan ini mengusulkan lima opsi untuk masa yang akan datang, yang mana 47 semuanya menyarankan pemisahan antara kredit mikro dari pemrograman berbasis hibah lainnya, serta menambahkan adanya komponen simpanan/tabungan, yang merupakan unsur kunci dari keuangan mikro yang efektif dan berkelanjutan. Opsi-opsi tersebut adalah: • Melaksanakan kredit program melalui institusi perbankan. • Menghubungkan kelompok masyarakat dengan bank. • Mengalihkan kepemilikan dan manajemen ke tingkat desa. • Memimpin pembentukan koperasi (Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes). • Memberikan hal kepemilikan atas lembaga pengawasan keuangan atau (setidaknya) hak atas laba di lembaga keuangan mikro yang baru. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=1939 http://bit.ly/1K7oE7w 48 2007 39 SURVEI DESA ACEH 2006: EVALUASI KEADAAN PRASARANA DAN SOSIAL DESA PPK Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Tiga dekade konflik, bencana gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember 2004 telah berdampak sangat buruk pada kondisi fisik dan jalinan sosial di Aceh. Untuk memberikan gambaran yang akurat dari kondisi terkini di desa-desa Aceh, PPK melakukan penilaian status infrastruktur dan situasi sosial di seluruh provinsi, meliputi hampir semua desa di wilayah Aceh. Laporan ini menemukan beberapa hal seperti dibawah ini: • Kemiskinan tersebar luas di seluruh provinsi. • Lebih dari 50% dari infrastruktur telah rusak, baik diakibatkan oleh konflik (19,5%), bencana alam (38,6%), maupun kurangnya pemeliharaan (41,9%). Total Proyek: biaya untuk mengganti semua ini diperkirakan dapat mencapai USD 1,3 miliar. PPK • Investasi besar masih diperlukan di Aceh, khususnya akibat tsunami, konflik, dan penelantaran selama bertahun-tahun. Total biaya perbaikan infrastruktur Lokasi Studi: diperkirakan dapat mencapai Rp 20 triliun, atau sekitar USD 2,2 miliar. Aceh • Lebih banyak rumah tangga dilaporkan telah terpindah dari wilayah asalnya, diakibatkan oleh konflik, dibandingkan karena tsunami. Dan jumlah pengungsi Metodologi: akibat konflik yang kembali ke wilayah asal ditemukan lebih rendah. Kuantitatif • Dibandingkan pengungsi karena tsunami, pengungsi akibat konflik dipersepsikan Bahasa: jauh lebih buruk kondisi perekonomiannya. Inggris, Indonesia • “Modal sosial” tinggi. Tingkat eksklusi di Aceh rendah dan musyawarah desa dianggap sebagai mekanisme penyelesaian masalah yang utama. Kata Kunci: • Proses berbasis mas yarakat adalah metode yang paling efek tif untuk Konflik, pengungsi mengarahkan investasi. domestik (IDP), infrastruktur perdesaan Menurut laporan ini, walaupun kecil kemungkinan kembali terjadinya konflik, tetapi berbagai indikator mengindikasikan bahwa di bawah permukaan masih ada berbagai permasalahan. Upaya untuk mendukung proses pembangunan perdamaian pasca konflik harus terus berjalan dan harus mencakup hal-hal seperti: sosialisasi berkelanjutan tentang layanan publik dan proses perdamaian; pembekalan pemimpin setempat dengan informasi mutakhir dan akurat tentang program- program reintegrasi; dan peningkatan keamanan. Proses berbasis masyarakat adalah yang paling efektif untuk mengarahkan investasi, namun perhatian khusus harus terus diberikan untuk memastikan bahwa semua anggota masyarakat — khususnya perempuan, yang kurang terwakili dalam proses pengambilan keputusan di Aceh — memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, dan berkontribusi, dalam proses pembangunan daerah. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=1084 Versi Bahasa Inggris: 2006 Village Survey in Aceh: An Assessment of Village Infrastructure and Social Conditions http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=1074 http://bit.ly/1ySgGht 49 40 2007 GENDER IN COMMUNITY DRIVEN DEVELOPMENT PROJECT: IMPLICATIONS FOR PNPM STRATEGY Bank Dunia Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Sebagai sebuah program nasional yang menjangkau hampir setiap sudut negeri, PNPM memberikan sebuah kesempatan unik dalam menangani isu-isu gender dan ketidaksetaraan. Laporan ini mengkaji peran gender dalam PPK, Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), dan beberapa proyek lainnya. • Pelatihan gender lebih mungkin memberikan dampak, ketika masuk dalam pedoman pemerintah. Pendekatan yang fleksibel diperlukan untuk menjangkau perempuan. Pertemuan secara terpisah membantu, tetapi mungkin memarjinalisasi perempuan dari proses yang dilakukan oleh peser ta campuran, laki-laki Proyek: dan perempuan. PNPM Perdesaan, PPK, • Prosedur program semakin mengukuhkan perempuan elit dalam posisi yang PNPM Perkotaan, NUSSP, memiliki kekuasaan. WSLIC-2, ACCESS • Faktor-faktor budaya setempat mendefinisikan peran perempuan. Bahasa: • Hanya sedikit pegawai dengan kesadaran gender yang cukup; tetapi mereka Inggris, dengan ringkasan yang sadar akan kesetaraan gender, memberikan dampak yang signifikan. eksekutif dalam Bahasa • Langkah afirmatif lebih efektif pada tingkatan bawah. Indonesia • Hanya ada bukti semu bahwa fasilitator perempuan lebih efektif dalam pemberdayaan kaum perempuan. Kata Kunci: • Kelompok simpan pinjam perempuan sangat jarang mengikutsertakan yang Gender, perempuan, paling miskin, kecuali bila secara eksplisit disyaratkan oleh program. kelompok marjinal, fasilitator Laporan ini merekomendasikan untuk menyepakati konsensus umum tentang tujuan kesetaraan gender, berdasarkan tiga bidang pemberdayaan, yaitu: ekonomi, politik, dan sosial. Eksperimen terkontrol dapat membantu dalam menentukan jenis rancangan program mana yang menawarkan kesempatan terbaik kepada perempuan untuk menduduki posisi dengan tanggung jawab. Disamping itu, perlunya diberikan pelatihan gender kepada pemimpin laki-laki. Kebanyakan fasilitator perempuan berada dalam usia subur; Unit kerja yang mengelola penempatan sumber daya manusia harus juga mengakomodir kebutuhan para fasilitator perempuan untuk cuti melahirkan dll, sehingga mereka tidak perlu berhenti dari pekerjaan mereka ketika memiliki anak. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=1111 http://bit.ly/1bkF6W5 Versi Bahasa Indonesia: Ringkasan Eksekutif Kajian Gender dalam Proyek Pembangunan Berbasis Komunitas: Implikasi bagi PNPM Mandiri http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=1112 50 2007 41 KECAMATAN DEVELOPMENT PROGRAM QUALITATIVE IMPACT EVALUATION Karrie McLaughlin, Adam Satu, Michael Hoppe Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Program PPK dirancang seputar prinsip transparansi dan akuntabilitas, dengan harapan, antara lain, bahwa dengan mengekspos masyarakat pada ide-ide ini program akan memicu permintaan pada tingkat akar rumput untuk layanan lebih baik, dan tidak hanya dalam proses PPK itu sendiri, namun juga dari pemerintah secara umum. Evaluasi dampak kualitatif ini mengajukan pertanyaan antara lain apakah efek dampak pengiring ( spillover effect )ini terjadi; apakah PPK telah mampu mengubah praktik pemerintah, dan apakah hal tersebut meningkatkan kapasitas warga desa untuk lebih baik dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan kebutuhan pembangunan masyarakat, atau menyuarakan diri dalam keputusan ekonomi, politik dan sosial yang memengaruhi kehidupan mereka. Studi ini juga Proyek: mengkaji dampak PPK pada kelembagaan masyarakat, kemampuan perempuan PPK untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan pengurangan tingkat kemiskinan. Lokasi Studi: Beberapa temuan kunci dari evaluasi ini adalah sebagai berikut: Sumatra Selatan, Jawa • PPK mendukung tata kelola yang baik melalui pelatihan dan dukungan, namun Tengah, Kalimantan perubahan nyata sulit ditemukan. Walaupun PPK mendorong masyarakat agar Selatan, Sulawesi Utara menuntut perbaikan tata kelola, tapi hal ini lebih sering mengarah kepada konflik, dibandingkan dengan perbaikan. Metodologi: • PPK sangat baik dalam menanggulangi kemiskinan di tingkat desa, namun ini Kualitatif dilakukan dengan membantu semua lapisan masyarakat, dan bukan dengan menyasar kelompok miskin. Bahasa: • Faktor terkuat dalam keberhasilan PPK adalah dukungan dari kepala desa. Inggris • Sistem yang mengirimkan perwakilan masyarakat ke pertemuan, bukannya Kata Kunci: membuka pertemuan itu kepada masyarakat umum, justru dapat menyamarkan Kelembagaan desa, gender, dominasi elit dan memberikan kesan adanya partisipasi masyarakat. perempuan, representasi, • Kapasitas untuk tindakan kolektif paling kuat ditemukan pada tingkat dusun. elite capture, tindakan Kompetisi untuk sumber daya antara dusun dalam satu desa bisa sangat sengit. kolektif, kompetisi, • PPK lebih baik dalam mendukung lembaga-lembaga yang sudah ada sebelumnya, pemerintahan, limpahan daripada mendirikan lembaga yang baru. Kecuali jika lembaga yang didirikan diperuntukkan dalam menerima manfaat program PPK. • Keterlibatan perempuan sejalan dengan pola yang ditemukan di tingkat regional, yaitu kecilnya dampak PPK. Keberadaan program khusus untuk perempuan dapat mengakibatkan pengecualian perempuan dari program yang melibatkan baik laki-laki dan perempuan (peserta campuran). Laporan ini merekomendasikan untuk meningkatkan keterlibatan di tingkat dusun, yang merupakan unit solidaritas alami. PPK perlu memberikan pelatihan kepada kepala desa agar dapat memahami posisi mereka dalam program. Badan Perwakilan Desa (BPD) harus kembali dijadikan badan yang dipilih oleh masyrakat, agar dapat mengimbangi kepala desa secara efektif. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=1085 51 42 2007 THE EMPLOYMENT AND POVERTY IMPACT OF PNPM Gustav F. Papanek Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Salah satu manfaat utama dari PNPM adalah kemampuannya untuk menciptakan lapangan kerja, terutama bagi pekerja miskin dan tidak terampil. Makalah ini memperkirakan dampak program atas lapangan kerja dan pendapatan dalam rentang tahun 2007 sampai dengan 2010, serta menganalisis keadaan di mana efeknya bisa lebih besar atau lebih kecil. Beberapa temuan penting dari kajian ini adalah sebagai berikut: • Pada tahun 2009, PNPM dapat memberikan manfaat kepada sekitar 24 juta pekerja, sehingga meningkatkan pendapatan mereka sebesar 10-14% untuk 60 hari kerja. • Sekitar 6 juta keluarga akan keluar dari kemiskinan; 10 juta lainnya akan mendapatkan Proyek: sedikit penghasilan tambahan, namun tidak cukup untuk membantu mereka PNPM Perdesaan, PNPM keluar dari jurang kemiskinan. Perkotaan • Dampak PNPM terutama akan terlihat sangat besar dikarenakan oleh: o PNPM dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan pendapatan, ketika hanya Lokasi Studi: ada sedikit pekerjaan lain yang tersedia, seperti: Sampel seluruh Indonesia * masa senggang dalam siklus pertanian Metodologi: * pasca bencana alam Kuantitatif * pasca kemunduran ekonomi lokal o PNPM dapat merespon kebutuhan masyarakat, seperti menambah ke Jaring Bahasa: Pengaman Sosial ( JPS). Inggris • Jumlah masyarakat miskin juga ditentukan oleh: o Harga beras dan kebutuhan pokok lainnya. Kata Kunci: o Lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh sektor ekonomi lainnya. Ketenagakerjaan, o Berapa banyak yang diuntungkan oleh Bantuan Langsung Tunai. kemiskinan, dampak, kredit • Dampak PNPM menjadi terbatas dikarenakan oleh: mikro o PNPM menyediakan hanya lapangan kerja tambahan dan bukan pekerjaan tetap. Berbagai perhitungan berasumsi bahwa PNPM memberikan 21 hari kerja, tetapi buruh tani (petani gurem) dan pemilik lahan sempit memerlukan setidaknya 60 hari kerja dalam setahun. o PNPM menciptakan hanya sedikit pekerjaan untuk tenaga kerja profesional, teknis, dan pekerja kelas menengah lainnya. o Lapangan kerja yang tersedia dalam PNPM tidak dapat membantu keluarga yang tidak memiliki siapapun, sebagai tenaga kerja. • Alasan kecilnya dampak dari program PNPM perkotaan, diantaranya: o Komponen perkotaan diperkirakan mempekerjakan hanya sepertiga dari jumlah pekerja dibandingkan dengan komponen perdesaan. o Hibah P2KP dibuat hanya untuk satu tahun, sedangkan hibah PPK berlangsung selama antara 3 sampai 5 tahun Laporan ini berpendapat bahwa PNPM harus menjadi bagian penting dari jaring pengaman sosial, meningkatkan investasi dari program ini dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan di wilayah yang sangat miskin atau yang sedang mengalami kemerosotan sementara. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=3114 52 2006 43 CRISES AND CONTRADICTIONS: UNDERSTANDING THE ORIGINS OF A COMMUNITY DEVELOPMENT PROJECT IN INDONESIA* Scott Guggenheim Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Makalah ini adalah tentang asal-usul PPK, dengan fokus pada peluang dan kendala yang memberikan tantangan bagi para ilmuwan sosial yang bekerja dalam lingkup birokrasi pada sektor pembangunan berskala besar. Bagian pertama makalah ini menggambarkan proyek dan faktor-faktor historis tertentu yang berujung pada eksperimen seperti PPK. Bagian kedua memberikan gambaran singkat mengenai akar etnografi dari PPK. Bagian akhir mengajukan pertanyaan bagaimana kosakata dalam bidang pembangunan dapat diperluas untuk mencakup wawasan kritis para Proyek: ilmuwan sosial. Beberapa poin utama dari makalah ini adalah sebagai berikut: PNPM Perdesaan, PPK • PPK dicanangkan ketika tiga lembaga berada dalam situasi krisis, yaitu: o Pemerintah Orde Baru, yang runtuh di tengah-tengah krisis moneter Bahasa: Asia Tenggara; Inggris o Bank Dunia, yang mengalami krisis legitimasi setelah peninjauan atas kebijakan terkait pemukiman kembali rudapaksa (involuntary resettlement) Kata Kunci: dan terungkapnya lingkup pengetahuan dari lembaga ini tentang praktik Konteks sejarah, krisis korupsi di Indonesia; moneter di Asia Tenggara, o Desa-desa di Indonesia, di mana pembangunan negara dan UU Desa tahun Orde Baru, UU Desa 1979 telah melemahkan sumber-sumber otoritas tradisional. tahun 1979, modal sosial, • Temuan dari studi Lembaga Tingkat Lokal (LLI) oleh Bank Dunia menantang desentralisasi anggapan umum tentang pembangunan, diantaranya: o Proyek milik masyarakat berfungsi lebih baik daripada proyek pemerintah, dengan partisipasi perempuan dan masyarakat miskin yang lebih baik serta kontribusi yang lebih tinggi dari masyarakat; o organisasi masyarakat berumur panjang, melayani banyak tujuan, dan memiliki strategi untuk menuntut kepemimpinan dan penyelesaian sengketa; o organisasi masyarakat tumbuh subur ketika diberi akses atas dana dengan peraturan yang jelas dan tidak dicampurtangani oleh pihak lain; o permasalahan di tingkat desa bisa diselesaikan oleh para pejabat di tingkat kecamatan, atau dengan menjangkau lebih luas ke OMS. • Temuan ini menengarai bahwa proyek yang efektif bukanlah sesuatu yang menghasilkan produk tertentu, melainkan merupakan sebuah proses yang membantu masyarakat desa dalam memecahkan masalah yang mereka identifikasi sendiri. • Peneliti sosial dibutuhkan untuk menerjemahkan temuan tersebut ke dalam bahasa yang bisa dipahami oleh Bank Dunia dan pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas pembangunan. Untuk itu, kunjungan lapangan dan bahasa “modal sosial” terbukti menjadi kunci. • Ide proses sejarah harus diikusertakan ke dalam analisis Bank Dunia tentang politik dan ekonomi setempat (lokal). Sangatlah sedikit orang, misalnya, yang menyadari sejauh mana desa-desa di Indonesia sesungguhnya adalah hasil dari undang-undang 1979 tentang struktur desa. 53 Makalah ini diakhiri dengan menyatakan bahwa PPK merupakan produk dari sebuah rangkaian sejarah tertentu. Karena berakarnya PPK dalam konteks sejarah Indonesia, anjuran untuk “meniru” atau “peningkatan skala” model itu harus disikapi dengan hati-hati. Kedua, proyek pembangunan seperti PPK dapat berkontribusi pada penataan ulang hubungan politik lokal. Premis dasar PPK adalah bahwa warga desa belajar tentang demokrasi dengan menjalankan demokrasi tersebut. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=3116 http://bit.ly/1GcKRTc Makalah ini telah dipublikasikan dalam buku The Search for Empowerment: Social Capital as Idea and Practice, diedit oleh Michael Woolcock, Scott E. Guggenheim, dan Elizabeth A. Olson, diterbitkan oleh Kumarian Press pada tahun 2006. http://bit.ly/1AfHlQi 54 2006 44 LOCAL CONFLICT AND COMMUNITY DEVELOPMENT IN INDONESIA: ASSESSING THE IMPACT OF THE KECAMATAN DEVELOPMENT PROGRAM Patrick Barron, Rachel Diprose, Michael Woolcock Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Tidak bisa dipungkiri bahwa proyek-proyek pembangunan akan selalu diiringi konflik, karena pembangunan pada dasarnya adalah sebuah proses politik dan kontestasi. Studi ini mengkaji berbagai pertanyaan terkait proyek pembangunan dan berbagai bentuk konflik lokal dengan menelaah bagaimana PPK berinteraksi dengan ketegangan sosial dan konflik lokal, dan bagaimana hal itu memengaruhi sifat dan lingkup manajemen konflik lokal. Apa saja kekuatan dan keterbatasan proyek seperti PPK di lingkungan sosial dan politik yang tidak stabil, di mana identitas, aturan, dan hubungan kelompok sedang ditata ulang, di mana ketidakpuasan lama sekarang memiliki ruang untuk Proyek: muncul ke permukaan, dan di mana akses pada kekuasaan sedang dinegosiasi ulang? PPK Dapatkah intervensi dari luar, seperti PPK, mendukung perubahan sosial yang progresif dalam lingkungan yang dinamis seperti ini? Jika demikian, bagaimana? Hasil dari kajian Lokasi Studi: ini menggarisbawahi beberapa poin penting, diantaranya: Jawa Timur, Nusa Tenggara • Forum PPK, fasilitator, dan mekanisme pengaduan dapat menangani konflik yang Timur berkaitan dengan program, namun PPK memiliki dampak yang kecil pada konflik secara keseluruhan atau pada konflik yang tidak berhubungan dengan proyek. Metodologi: • Menjaga jarak dari konflik memungkinkan PPK untuk tetap menjadi ruang yang Campuran netral secara politis. • Konflik non-proyek yang ditangani melalui PPK cenderung dapat diatasi dengan Bahasa: baik. Hal ini menunjukkan bahwa potensi PPK untuk memainkan peran mediasi Inggris yang lebih besar, khususnya untuk sengketa yang terkait dengan pembangunan. • PPK membantu meningkatkan hubungan antar kelompok dan antara negara Kata Kunci: dengan masyarakat, yang membuat daerah menjadi lebih tahan terhadap Resolusi konflik, fasilitator konflik berkekerasan. • Hasil survei menunjukkan adanya persepsi bahwa ada perbaikan dalam penanganan sengketa serta kerja lapangan secara kualitatif menunjukkan adanya hubungan antara program dengan perubahan normatif. Sehingga PPK (ketika berfungsi dengan baik) dapat menciptakan preseden yang positif, mendorong permintaan untuk perubahan dalam pengambilan keputusan dan resolusi konflik lokal. • Dampak PPK ini berbeda-beda sesuai dengan variasi konteks politik, budaya, kelembagaan, dan ekonomi. • Program-program pembangunan harus siap untuk menangani konflik yang menyertainya. Laporan ini merekomendasikan untuk menyikapi konflik yang melekat dalam intervensi pembangunan secara eksplisit, dan menjadikan potensi konflik sebagai pertimbangan baik dalam perencanaan maupun implementasi. Proyek harus didasarkan pada pengetahuan yang rinci tentang konteks di mana proyek akan berjalan agar tidak memicu konflik tanpa sengaja. Sosialisasi harus dilakukan secara komprehensif dan terus menerus, pemantauan pun harus ketat, dan pengaduan harus ditangani. Baik pemimpin pemerintah maupun pemimpin informal harus melekat dengan proses ini. Dalam situasi konflik, para pelaku terkait harus dilibatkan dalam cara yang sesuai dengan kebiasaan setempat (sejauh mana itu memungkinkan). http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=970 http://bit.ly/1HnTBES 55 45 2005 ECONOMIC IMPACT ANALYSIS OF KECAMATAN DEVELOPMENT PROGRAM INFRASTRUCTURE PROJECTS Anthony Torrens Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Studi independen ini ditugaskan oleh Bank Dunia untuk meneliti dampak ekonomi dari 113 proyek infrastruktur perdesaan dari program PPK, dengan fokus pada jalanan, jembatan, pasokan air, dan saluran irigasi, yang mana merupakan empat jenis infrastruktur yang paling sering diminta oleh desa-desa PPK di seluruh Indonesia. Studi ini menemukan bahwa: • Tingkat Pengembalian Internal Ekonomi (Economic Internal Rate of Return , EIRR) dari infrastruktur yang dibangun pada empat provinsi, rata-rata sebesar 52,7%. Proyek: • PPK menyelesaikan proyek, rata-rata dengan biaya 55,82% dari biaya kontrak PPK/Bank Dunia yang dilakukan oleh pemerintah. • 106 dari 113 proyek dinilai dengan kondisi Baik atau Sangat Baik secara teknis. Lokasi Studi: • Biaya operasional dan pemeliharaan selalu diestimasi kurang, dan di luar Jawa Timur, Nusa Tenggara kemampuan desa untuk menanggung biaya tersebut. Timur, Sumatra Utara, • Fasilitator teknis telah meningkatkan kualitas dan akurasi proposal secara signifikan, Sulawesi Selatan dan mampu mengatasi berbagai masalah dengan proyek-proyek sebelumnya. Metodologi: Walaupun laporan ini mengingatkan bahwa beberapa angka tampak sangat tinggi, Kuantitatif interpretasi yang paling konservatif pun akan membenarkan bahwa PPK telah menghasilkan pengembalian investasi yang substansial dengan biaya yang jauh Bahasa: lebih rendah daripada yang dapat ditawarkan oleh kontraktor pemerintah. Inggris, Indonesia Kata Kunci: http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=22 Infrastruktur perdesaan, Versi Bahasa Indonesia: pemeliharaan, fasilitator teknis Analisis Dampak Ekonomi Pasca-Konstruksi Program Prasarana Desa PPK: Laporan Akhir: Ringkasan Eksekutif Januari 2005 http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=3414 56 2005 46 LAPORAN AKHIR EVALUASI KUALITAS PRASARANA PPK SIKLUS IV National Management Consultants dan Sekretariat Program Pengembangan Kecamatan Diterbitkan Oleh: Sekretariat PPK – Bank Dunia, Jakarta Studi ini mengevaluasi kualitas infrastruktur dalam sampel desa-desa yang telah menyelesaikan pembangunan tahun pertama PPK Tahap II, yang meliputi kualitas teknis dan berbagai indikator lainnya, termasuk manajemen proyek, peran masyarakat, pemeliharaan, dan pendapat masyarakat tentang PPK. Laporan ini menemukan bahwa: • 11,99% dari tenaga kerja infrastruktur PPK adalah perempuan. • Membutuhkan rata-rata 3,75 bulan untuk menyelesaikan proyek. • 84% dari desa yang disurvei memiliki anggaran proyek dan gambar teknis dan 16%-nya tidak memiliki data yang dimaksud. Hanya sedikit dari dokumen- dokumen tersebut disimpan di tempat yang dapat diakses oleh publik. Proyek: • Tidak ditemukan proyek PPK yang membahayakan lingkungan secara serius. PPK Sebagian besar netral, hanya 6% mengakibatkan kerusakan lingkungan ringan, dan hampir 10% bermanfaat bagi lingkungan. Lokasi Studi: • Hampir 5% dari kasus akusisi tanah dilakukan secara kurang benar, terkadang Sampel seluruh Indonesia mengarah kepada konflik serius. Metodologi: • Hanya 38% dari desa sampel survei, memiliki kelompok pemeliharaan yang Kuantitatif berfungsi dengan baik. • Pejabat dan pemimpin non-formal, secara signif ikan melebih-lebihkan Bahasa: pelaporan atas manfaat yang diterima dan mengurangi pelaporan terkait Inggris, Indonesia masalah dengan PPK. • Lebih kecil kemungkinannya bagi kaum muda dan ibu rumah tangga untuk bekerja Kata Kunci: dalam proyek PPK, merasa puas dengan upah yang diberikan dalam proyek Pemerintah daerah, PPK, turut berpartisipasi dalam perencanaan, atau mengetahui anggaran PPK. pemeliharaan, infrastruktur perdesaan, transparensi Laporan ini merekomendasikan agar fasilitator kabupaten menerima pelatihan wajib selama pelayanan ( in-service training ), dan melatih fasilitator kecamatan setelah itu. Pelatihan ini harus mencakup persyaratan program untuk akuisisi tanah dan aset, perintah perubahan, definisi berbagai istilah seperti “tenaga kerja” dan “orang per hari kerja,” dan kemampuan untuk mendokumentasikan data tersebut dengan benar. NMC perlu mengembangkan metode tambahan untuk meningkatkan keterlibatan perempuan dan pemuda dalam program. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=2073 Versi Bahasa Inggris: Final Report: Evaluation of Infrastructure Quality PPK Cycle IV http://psflibrar y. org/collection/detail.php?id=3104 57 47 2005 PPK2 MATCHING GRANT STUDY LOCAL GOVERNMENT Paul Adams Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Tahap kedua PPK (2003-2006) mencakup skema Matching Grant (dana program yang dialokasikan oleh pemerintah daerah), yang dirancang untuk mendorong pemerintah kabupaten untuk menambah dana PPK dengan dana mereka sendiri. Di bawah skema tersebut, kabupaten yang mendanai kecamatan tambahan untuk bergabung dalam program PPK akan menerima bantuan teknis tambahan tanpa biaya dalam bentuk pelatihan dan fasilitasi melalui konsultan proyek PPK. Pada tahun 2003, 79 dari 190 kabupaten yang berpartisipasi dalam PPK telah berjanji untuk menyediakan Matching Grants, memperluas PPK ke 150 kecamatan tambahan. Proyek: Studi ini melihat faktor-faktor apa yang mendorong pemerintah kabupaten untuk PPK bergabung atau tidak dalam program tersebut, dan permasalahan — baik dengan proyek maupun dengan pemerintah — yang membuat skema Matching Grants Lokasi Studi: kurang efektif daripada yang seharusnya. Temuan utama meliputi beberapa hal Sampel seluruh Indonesia dibawah ini: • Kabupaten yang berpartisipasi, termotivasi oleh dua hal, yaitu: kesadaran bahwa Metodologi: partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat mengurangi biaya, dan Kualitatif juga keinginan untuk meningkatkan pamornya di hadapan pemerintah pusat. Bahasa: • Tawaran bantuan teknis tanpa biaya dan fasilitasi tidak berhasil memikat lebih Inggris banyak kabupaten untuk ikut serta. • Kementerian yang bersaing untuk anggaran terbatas tidak bersedia dalam Kata Kunci: menyerahkan dananya untuk skema Matching Grants . Pemerintah lokal • Kontribusi kabupaten umumnya kecil, rata-rata 1,2% dari anggaran pembangunan. • Pemerintah kabupaten tidak mau menyerahkan peran atau fungsi kepada konsultan atau tingkatan yang lebih tinggi. • Pada kabupaten yang tidak memiliki “champion ” untuk program tersebut, ada banyak kepentingan-kepentingan lain (misalnya: DPRD, dan instansi terkait) yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan matching grants. • Kendala terbesar berasal dari sistem birokrasi yang rumit dan kurang efisien ditambah terbatasnya penyebarluasan informasi antar lembaga pemerintahan. • Para pejabat mengikuti peraturan dengan sangat harafiah, bahkan ketika peraturan tersebut secara jelas tidak sejalan dengan kepentingan terbaik bagi program. • PPK belum diselaraskan dengan jadwal pencairan dana pemerintah. Laporan ini merekomendasikan langkah-langkah untuk membantu para pejabat lini kedua dan kantor kementerian setempat untuk “ikut” dalam PPK. Sosialisasi tertarget, pelatihan, dan peran yang jelas bagi semua yang tugasnya bersentuhan dengan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat. Arus informasi dari “kampiun” kepada DPRD perlu ditingkatkan, dapat berupa buletin berkala dan lokakarya. PPK juga harus diselaraskan dengan tahun anggaran Indonesia. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=3108 58 2004 48 AN ANALYSIS OF EFFORTS TO REPLICATE THE KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT Nurlily Basri, Siti Barokah, Carolina Monterio, Kevin Beattie Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Pemerintah daerah di beberapa wilayah di Indonesia telah memulai proyek replikasi PPK atau “ spin-off ” yang didanai melalui anggaran mereka sendiri. Studi ini menelaah sepuluh skema replikasi PPK secara lebih mendalam, menilai penerapan prinsip- prinsip PPK dan fitur program, serta menggali lebih dalam tentang bagaimana PPK dapat memengaruhi tata kelola daerah, mengingkatkan kapasitas masyarakat, dan penyampaian layanan. Hasil temuan dari studi ini menggarisbawahi beberapa poin dibawah ini: • Spin-off dari pemerintah daerah tidak menargetkan masyarakat miskin atau kelompok perempuan. • Kontribusi desa cenderung sangat tinggi, dari 10% sampai hampir 60%. Proyek: • Spin-off dari pemerintah daerah umumnya tidak mencakup persaingan antar desa. PPK • Manajemen keuangan sangat buruk, dan tingkat transparansi rendah. Lokasi Studi: • Kebanyakan spin-off tidak memiliki mekanisme pengaduan formal. Jawa Timur, Sumatra Barat, • Tidak ada yang menekankan pemeliharaan, perencanaan jangka panjang, Sumatra Utara, Lampung, atau keberlanjutan. Kalimantan Selatan, Aceh, • Tidak ada yang memiliki strategi anti-korupsi. Nusa Tenggara Timur Studi ini merekomendasikan untuk mempelajari spin-off ini secara lebih mendalam, Metodologi: dan pada akhirnya terlibat dalam proyek replikasi ini, terutama melalui pelatihan- Kualitatif pelatihan, seperti: teknik fasilitasi, pembukuan, pengawasan keuangan dan langkah- langkah akuntabilitas, meninjau praktik yang baik dan buruk, dan mendorong Bahasa: “pembelajaran horizontal.” PPK juga harus membantu program-program spin-off Inggris untuk menyelaraskan siklus mereka dengan alokasi hibah dan tahun anggaran pemerintah daerah. Studi-studi ini juga harus membandingkan spin-off lokal Kata Kunci: dengan PPK, mencari inovasi dan efisiensi. Gender, perempuan, kelompok marginal, http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=2027 inklusi, partisipasi, korupsi, pemeliharaan, kompetisi 59 49 2004 INDONESIA’S KECAMATAN DEVELOPMENT PROGRAM: A LARGE-SCALE USE OF COMMUNITY DEVELOPMENT TO REDUCE POVERTY Scott Guggenheim, Tatag Wiranto, Yogana Prasta, Susan Wong Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Pertama dipresentasikan pada konferensi yang bertajuk “ Scaling Up Poverty Reduction,” yang diselenggarakan di Shanghai 25-27 Mei 2004, makalah ini memaparkan pertumbuhan program PPK yang sangat pesat, keberhasilan dan tantangan program, serta menawarkan pembelajaran untuk proyek pembangunan berbasis masyarakat skala besar di negara-negara lain. Pokok-pokok utama dari makalah ini meliputi: • Peningkatan skala program PPK memerlukan adanya usaha untuk mengatasi berbagai kendala yang ada pada Bank Dunia dan prosedur pemerintah, contohnya: Proyek: o Merancang sistem fidusia dengan kontrol yang memadai tanpa menyebabkan PPK adanya penundaan yang lama pada proyeknya. o Sistem transfer PPK memungkinkan sangat sedikit diskresi yang dilakukan Bahasa: oleh pejabat pemerintah. Inggris • Bukti awal menengarai bahwa desain inti program PPK berjalan dengan baik di negara-negara pasca konflik dan sedang mengalami proses transisi. Kata Kunci: • PPK menawarkan cara yang efisien dalam efektivitas biaya untuk menyediakan Peningkatan skala, sejumlah besar infrastruktur desa yang berbiaya rendah dan berteknologi rendah. desentralisasi, manajemen Khususnya yang berhubungan dengan tautan antara daerah pertanian dan pasar keuangan, konflik, tata pada daerah yang sangat luas. kelola • Sistem transfer fiskal Indonesia seringnya sangat lamban, sampai sebanyak sembilan bulan pada satu tahun anggaran dapat hilang karena penundaan. Sistem pencairan PPK jarang membutuhkan waktu lebih dari satu bulan. • Bukti survei awal menengarai bahwa desa-desa yang telah melalui PPK, menunjukkan tingkat kepercayaan kepada pemerintah yang lebih tinggi secara signifikan. • Biaya manajemen untuk program PPK secara keseluruhan lebih tinggi daripada alokasi biaya untuk pengawasan standar Bank Dunia, yaitu sekitar 15-20%, yang sebagian besar disebabkan oleh ukuran PPK yang tidak biasa. • Aturan dan tanggung jawab terus berubah sehingga menyulitkan buku aturan proyek untuk terus mengikuti perubahan tersebut setiap saat. • PPK tidak berguna untuk investasi yang memiliki biaya berulang, koordinasi lintas investasi, atau kegiatan yang sulit secara teknis. Laporan ini menekankan bahwa PPK tidak menggantikan strategi penanggulangan kemiskinan yang lebih luas. Mendorong pertumbuhan lokal memerlukan lebih banyak perhatian pada skema insentif yang mendukung investasi, lapangan kerja, dan mobilisasi sumber daya lokal. PPK dapat berkontribusi pada strategi kemiskinan semacam ini, tetapi program ini tidak menggantikan kebutuhan akan program aksi yang berbasis lebih luas. Kepemilikan pemerintah harus ditingkatkan, namun pada saat yang sama kemampuan masyarakat untuk membuat keputusan dan mengelola dana tidak boleh hilang dalam derasnya arus untuk meningkatkan kepemilikan pemerintah. Sementara generasi pertama PPK berperan, terutama untuk memperkenalkan mekanisme perencanaan dan pengelolaan pembangunan masyarakat, generasi mendatang dapat dan harus membangun kembali hubungan ke struktur perencanaan pemerintah yang lebih formal. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=3115 60 2004 50 MONITORING CORRUPTION: EVIDENCE FROM A FIELD EXPERIMENT IN INDONESIA (NBER WORKING PAPER NO. 11753) Benjamin A. Olken Diterbitkan Oleh: National Bureau of Economic Research, Cambridge Makalah ini menggunakan uji coba lapangan acak untuk menelaah beberapa pendekatan dalam mengurangi korupsi. Penulis mengukur korupsi di lebih dari 600 proyek jalan desa di Indonesia dengan meminta para insinyur secara independen untuk memperkirakan harga dan jumlah seluruh input yang digunakan untuk setiap jalan, yang kemudian dibandingkan dengan laporan pengeluaran resmi desa. Temuan utama meliputi beberapa hal dibawah ini: • Mengumumkan peningkatan kemungkinan audit yang dilakukan oleh pemerintah mengakibatkan penurunan pencurian material sebesar 8%. Proyek: • Audit terbukti efektif dari segi biaya, menghasilkan penghematan yang cukup PPK untuk menutupi biaya tambahan yang timbul. Lokasi Studi: • Meningkatkan pengawasan masyarakat dapat mengurangi pencurian upah, Sampel seluruh Indonesia tetapi penghematan tersebut dinafikan oleh peningkatan pencurian bahan. • Pemantauan masyarakat hanya dapat bekerja untuk barang pribadi saja, dan Metodologi: bukan untuk sarana umum. Kuantitatif • Menyampaikan saran dan komentar secara tertulis dapat menggantikan Bahasa: kehadiran di musyawarah. Inggris Meskipun makalah ini menggunakan pengukuran korupsi aktual, sebagian besar Kata Kunci: peneliti terpaksa menggunakan data tentang persepsi masyarakat tentang korupsi, Korupsi, audit, pemantauan bukan pengukuran langsung. Kerja di masa yang akan datang dapat membandingkan masyarakat, akuntabilitas persepsi atas korupsi dengan korupsi aktual untuk menelusuri hubungan antara sosial persepsi dengan realita. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=25 http://www.nber.org/papers/w11753 61 51 2003 INDONESIA KECAMATAN DEVELOPMENT PROGRAM: BUILDING A MONITORING AND EVALUATION SYSTEM FOR A LARGE-SCALE COMMUNITY-DRIVEN DEVELOPMENT PROGRAM Susan Wong Diterbitkan Oleh: EASES Bank Dunia Makalah ini menjelaskan tentang sistem pengawasan dan evaluasi yang dikembangkan untuk program PPK, termasuk di dalamnya penjelasan yang rinci tentang komponen- komponennya, bagaimana komponen tersebut dibangun dan dioperasionalisasikan, serta tantangan yang dihadapi ketika menggabungkan kegiatan multi-segi ini ke dalam program pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat yang besar. Komponen utamanya adalah: Proyek: • Pemantauan lapangan dan pelaporan oleh pejabat pemerintah dan para konsultan PPK • Pengawasan partisipatif masyarakat, oleh BPD, OMS, dan kelompok masyarakat • Studi kasus Bahasa: • Dokumentasi pembelajaran yang diperoleh Inggris • Pengawasan keuangan NMC dan unit pelatihan Kata Kunci: • Prosedur untuk penanganan pengaduan dan keluhan Pengawasan dan evaluasi, • Pengawasan LSM tingkat provinsi OMS • Pemantauan independen oleh wartawan • Studi evaluasi dampak • Evaluasi pinjaman • Audit dan tinjauan keuangan http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=19 http://bit.ly/1zCg9et 62 2003 52 MENINGKATKAN PARTISIPASI AKTIF PEREMPUAN: BELAJAR DARI PENGALAMAN PPK Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Buku ini disusun sebagai sumber yang sifatnya praktis bagi para fasilitator PPK setelah lokakarya tiga hari yang diselenggarakan di Bogor pada tahun 21-23 Maret 2002. Buku ini mencakup pembelajaran yang diambil dari pengalaman di lapangan, dan satu bagian tentang pengawasan dan evaluasi. Poin-poin penting meliputi: • Undangan harus secara eksplisit menyertakan istri beserta suami • Menetapkan target dapat membantu meningkatkan kehadiran • Penjadwalan, lokasi, durasi, dan keteraturan pertemuan semuanya berpengaruh terhadap kehadiran perempuan • Fasilitator perempuan memerlukan pelatihan dan dukungan ekstra • Perempuan membutuhkan bantuan dalam mempertahankan usulan mereka Proyek: pada proses terbuka PPK • Data indikator partisipasi kunci harus dikumpulkan dalam pertemuan, dengan cara melihat proposal, dan dengan memantau perencanaan dan pelaksanaan Metodologi: proyek-proyek PPK. Kualitatif Buku ini ditutup dengan daftar “pertanyaan ahli” yang didapat dari pengalaman Bahasa: menyertakan perempuan dalam pembangunan berbasis masyarakat di negara- Inggris, Bahasa Indonesia negara lain. Kata Kunci: http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=27 Gender, perempuan, fasilitator, partisipasi Versi Bahasa Inggris: Enhancing Women’s Participation: Learning from Field Experience http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=5367 http://bit.ly/1J2F4jV 63 53 2002 DO WOMEN MAKE ANY DIFFERENCE? KDP1 GENDER DATA ANALYSIS: INTERIM REPORT Susan Wong Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Makalah ini membahas dampak gender pada PPK Tahun 1, 2 dan 3 (1998-2001), termasuk jenis-jenis kegiatan yang diminta oleh kelompok-kelompok perempuan, dan apakah usulan dari kelompok perempuan lebih baik atau lebih buruk daripada usulan kelompok penerima manfaat lainnya. Makalah ini juga membahas efek dari prakarsa langkah afirmatif PPK untuk meningkatkan representasi perempuan. Apakah representasi telah menghasilkan pemberdayaan yang lebih besar sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi perempuan? Apa saja pengaruh, jika ada, kelompok perempuan dan fasilitator perempuan terhadap program ini? • Kelompok-kelompok perempuan sangat banyak mengusulkan kegiatan ekonomi Proyek: (sebanyak 74%) dibanding dengan kegiatan infrastruktur (sebesar 26%). Namun PPK program ekonomi, yang memiliki anggaran dan dampak lebih kecil daripada program yang besar, terpangkas pada saat desa mengerucutkan proposal mereka. Metodologi: • Keberadaan fasilitator perempuan tidak menghasilkan banyak perbedaan Campuran dalam jumlah, jenis, atau proporsi total proposal yang diajukan perempuan. Bahasa: • Tidak ada perbedaan besar dalam tingkat keterpilihan antara proposal yang Inggris diajukan oleh laki-laki atau perempuan. • Jenis kelamin dari fasilitator tidak berdampak pada kemungkinan terpilihnya Kata Kunci: usulan perempuan. Gender, perempuan, • Perekrut PPK mengklaim beberapa alasan mengapa mereka merasa punya fasilitator, partisipasi, kesulitan mendapatkan lebih banyak perempuan untuk menjadi fasilitator pemilihan proyek kecamatan (FK) dikarenakan oleh: o kebanyakan perempuan enggan untuk melakukan perjalanan ke desa-desa atau daerah terpencil sendirian; o perempuan kurang percaya diri dan lebih kecil kemungkinannya untuk melamar pekerjaan; o perempuan memiliki lebih banyak tanggung jawab di dalam rumah yang mencegah mereka untuk bepergian. • Perekrut PPK sering berasumsi bahwa masalah ini menjadikan fasilitator perempuan tidak sehandal fasilitator laki-laki. Pada praktiknya, tingkat pergantian fasilitator masih lebih tinggi untuk laki-laki daripada perempuan, dan tidak ada bukti bahwa perempuan “kurang dapat diandalkan” dibandingkan dengan laki-laki. • Fasilitator perempuan tidak selalu lebih gigih mengadvokasi hak-hak perempuan dibandingkan dengan laki-laki. PPK1 menunjukkan bahwa langkah afirmatif yang berani sekali pun tidak serta- merta memberdayakan perempuan. Walau tidak terlihat pada data, perempuan secara konsisten melaporkan bahwa mereka merasa lebih nyaman mengekspresikan diri di depan fasilitator perempuan — dan pentingnya pemimpin dan teladan perempuan tidak boleh dianggap remeh. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=3110 64 2002 54 KECAMATAN DEVELOPMENT PROGRAM (PPK) IN CONFLICT AREAS Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri (PMD-Kemendagri) dan National Management Consultant (NMC) Diterbitkan Oleh: Kementerian Dalam Negeri, Jakarta Makalah ini berargumen bahwa PPK adalah instrumen berskala besar yang memungkinkan pemerintah untuk bekerja secara efektif di wilayah yang mengalami konflik sosial, seperti Aceh, Papua, Kalimantan Tengah, Poso di Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Maluku. Beberapa poin penting antara lain: • PPK menyediakan rerangka yang berguna untuk negosiasi dan membangun konsensus. • PPK memberi bantuan teknis dan keuangan yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. • Ketika perselisihan timbul, PPK menemukan bahwa pelibatan warga desa dan masyarakat di awal adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Proyek: PPK Laporan ini merekomendasikan untuk menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat dan konsultan PPK, menekankan prinsip-prinsip fundamental partisipasi Lokasi Studi: masyarakat dan transparansi, dan menjaga sikap apolitis dengan hati-hati. Aceh, Maluku, Maluku Mekanisme untuk diskusi terbuka dan pencapaian kesepakatan harus diperkuat Utara, Papua, Kalimantan sehingga pengaduan dapat dibahas dan diselesaikan sebelum kekerasan terjadi. Tengah, Sulawesi Tengah Akhirnya, kunjungan lapangan oleh para menteri dan pejabat pemerintah lainnya akan menunjukkan dukungan pemerintah dan komitmen pada pembangunan dan Metodologi: pengentasan kemiskinan di daerah-daerah tersebut. Campuran http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=1969 Bahasa: Inggris Kata Kunci: Resolusi konflik 65 55 2002 VILLAGE CORRUPTION IN INDONESIA: FIGHTING CORRUPTION IN THE WORLD BANK’S KECAMATAN DEVELOPMENT PROGRAM Andrea Woodhouse Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Makalah ini membahas di mana, mengapa, dan bagaimana korupsi terjadi di dalam program PPK: bagaimana para pelaku memandang kepentingan mereka, apa yang menjadi motivasi mereka, apa jenis kendala yang mereka hadapi, dan apa saja langkah yang mereka ambil untuk menyelesaikan masalah. Makalah ini berargumen bahwa korupsi adalah masalah utama yang berkaitan dengan insentif yang dapat diperangi secara efektif hanya dengan mengubah biaya dan manfaat yang melekat pada perilaku yang korup. Makalah ini juga mengklaim bahwa konteks lokal dan norma-norma sosial merupakan kunci untuk memahami bagaimana insentif tersebut Proyek: dapat diubah untuk mengurangi korupsi. Temuan utama meliputi: PPK • Korupsi di desa-desa Indonesia didorong oleh: o Birokrasi dan prosedur yang berbelit-belit sehingga menciptakan peluang Metodologi: untuk perilaku rent-seeking. Kualitatif o Sejarah impunitas bagi koruptor dan opresi bagi peniup peluit. o Kekuatan elit desa, dengan sistem peradilan yang lemah dan korup, Bahasa: menghambat akses masyarakat miskin terhadap keadilan dan kendali atas Inggris pengambilan keputusan. Kata Kunci: o Strategi yang disengaja hasil dari pemerintahan Suharto untuk mendepolitisasi Korupsi, fasilitator, akses desa. terhadap keadilan, arus o Penggunaan dana pembangunan untuk patronase dan kontrol. informasi • Kerumitan: semua pihak mungkin sudah bertangan kotor (berperilaku curang), termasuk mereka yang relatif tidak berdaya. • Strategi anti-korupsi dalam program PPK dimulai dengan menempatkan informasi di tangan para peserta. • Transparansi, partisipasi masyarakat, dan penyediaan jalur independen untuk penyelesaian pengaduan membantu dalam memangkas korupsi di PPK. • Fasilitator memberikan informasi secara independen dari pemerintah daerah, dan memiliki perlindungan lebih dari ancaman dan intimidasi dibandingkan dengan warga desa biasa. • Penting untuk mengidentifikasi pemimpin yang bersih dan mencoba untuk melibatkan mereka dalam perang melawan korupsi. Makalah ini merekomendasikan perubahan sistem insentif dasar bagi para pelaku PPK, termasuk menurunkan potensi biaya peniupan peluit. Monopoli harus dibatasi, diskresi berbagai pelaku harus diklarifikasi, dan akuntabilitas harus ditingkatkan untuk proyek secara keseluruhan. Staf PPK harus menerima pelatihan yang lebih baik, terutama dalam berbagi informasi dan transparansi. Strategi di masa depan juga harus mempertimbangkan konteks setempat. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=220 66 2001 56 REVIEW OF THE PPK MICROCREDIT APPROACH Detlev Holloh Diterbitkan Oleh: World Bank Group, Washington DC Laporan ini mengkaji sistem kredit mikro PPK yang terkini dalam menghasilkan rekomendasi untuk PPK Tahap 2, yang berlangsung antara bulan Januari 2002 dan Juni 2006. Tinjauan ini berfokus pada sisi pasokan sistem kredit mikro PPK, mengandaikan bahwa jika manajemen kredit dan layanan tidak benar, pinjaman mungkin tidak akan menghasilkan dampak yang diharapkan. Laporan ini menemukan bahwa: • Perencanaan partisipatif tidak kompatibel dengan pengelolaan kredit dan dana bergulir. • Dana bergulir di tingkat desa mungkin tidak layak: “desa bukanlah tempat integrasi dan kontrol sosial.” • Kompetisi desa dan keterlibatan dewan dan forum belum meningkatkan kinerja atau penjangkauan. • Alasan sistemik bagi kinerja yang buruk adalah: Proyek: o Pengelolaan keuangan yang buruk PPK o Persepsi tentang kredit sebagai hibah o Korupsi Lokasi Studi: o Kurangnya pengalaman pada semua tingkatan. Yogyakarta, Lampung, Jawa • Beberapa Unit Pengelola Kegiatan (UPK ) bekerja dengan baik, beberapa Barat memiliki potensi namun membutuhkan bantuan, sebagian besar tampaknya tidak giat — namun PPK tidak memiliki data untuk membedakan mana yang Metodologi: membutuhkan bantuan dan yang tidak. Campuran • Tidak realistis untuk mendorong hubungan dengan Badan Perkreditan Rakyat Bahasa: (BPR) di luar Jawa karena langkanya BPR perdesaan. Bahkan di Bali dan Jawa Inggris sekalipun di mana BPR lebih umum, mereka tidak memiliki penyuluhan di tingkat desa. Kata Kunci: Penghidupan, kredit mikro, Laporan ini menyimpulkan bahwa PPK harus mengubah pendekatan atau berhenti UPK, manajemen keuangan memberikan kredit mikro. Jika program ini terus berlanjut, perlu pendekatan perencanaan yang berorientasi pada tujuan dan hasil. Agar kredit mikro bisa layak, pinjaman harus dikaitkan dengan tabungan, yang tidak disediakan oleh program saat ini. Kredit harus dikelola oleh pegawai yang terlatih dalam mengikuti prinsip-prinsip yang telah ditetapkan serta dijaga agar sepenuhnya terpisah dari kegiatan pembuatan hibah PPK. http://psflibrary.org/collection/detail.php?id=2071 67 INDEKS Judul Indonesia Urban Poverty Analysis and Program Review 24 An Analysis of Efforts to Replicate the Kecamatan Development Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan Laporan Evaluasi Project 59 Teknis 2012: Laporan Akhir Temuan dan Rekomendasi Community-Based Reintegration in Aceh: Assessing the 25 Impacts of BRA-KDP 42 Kapasitas Desa Dalam Memelihara Infrastruktur: Bukti dari Consolidated Assessment of UPK Revolving Loan Funds in Pedesaan Indonesia 41 Indonesia 21 Kecamatan Development Program (PPK) in Conflict Areas Crises and Contradictions: Understanding the Origins of a 65 Community Development Project in Indonesia* 53 Kecamatan Development Program Qualitative Impact Delivering Assistance to Conflict-Affected Communities: Evaluation 51 The BRA-KDP Program in Aceh 43 Kelompok Marjinal dalam PNPM-Perdesaan 39 Direct Democracy and Local Public Goods: Evidence from a Laporan Akhir Evaluasi Kualitas Prasarana PPK Siklus IV Field Experiment in Indonesia (NBER Working Paper No. 57 14123) 45 Laporan Final Evaluasi PNPM-RESPEK: Infrastruktur Pedesaan Do Women Make Any Difference? KDP1 Gender Data Analysis: dan Kapasitas Kelembagaan 32 Interim Report 64 Laporan Penelitian Studi Kualitatif Dampak PNPM Perdesaan: Economic Impact Analysis of Kecamatan Development Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara 31 Program Infrastructure Projects 56 Lessons Learned from SPADA Planning and Service Delivery Evaluasi Dampak PNPM Perdesaan 29 33 Evaluasi Hasil: Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Local Conflict and Community Development in Indonesia: Berkelanjutan melalui Investasi PNPM Lingkungan Assessing the Impact of the Kecamatan Development Mandiri Perdesaan (PNPM Green) – Analisis Pengidupan Program 55 Pedesaan 19 Mengintegrasikan Prinsip Pembangunan Berbasis Masyarakat Evaluasi Proses dari Program Nasional Pemberdayaan ke Dalam Kebijakan: Dari PNPM Mandiri menjadi UU Masyarakat (PNPM)-Perkotaan (Process Evaluation of Desa 6 PNPM Urban) 37 Meningkatkan Partisipasi Aktif Perempuan: Belajar dari Evaluation of the Village Financial Assistance Program Pengalaman 63 (Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong, BKPG) di Micro Credit Strategy Formulation Mission for the National Provinsi Aceh 4 Community Empowerment Program or Program Expanding and Diversifying Indonesia’s Program for Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) 47 Community Empowerment, 2007-2012 8 Monitoring Corruption: Evidence from a Field Experiment in Gender Inclusion Strategies in PNPM 9 Indonesia (NBER Working Paper No. 11753) 61 Gender in Community Driven Development Project: Operation and Maintenance Overview for Program Implications for PNPM Strategy 50 Pengembangan Kecamatan (PPK) and Program Governance Review of PNPM Rural: Community Level Analysis Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM): To Assess 22 the Operation and Maintenance of PPK and PNPM Impact Evaluation of the Second Phase of the Kecamatan Implemented Micro-Infrastructure Projects in Indonesia Development Program in Indonesia 46 between 1999 and 2007 44 Improving Management of PNPM 23 Opportunities and Approaches for Better Nutrition Outcomes Indonesia: Evaluasi Program Pembangunan Berbasis through PNPM Generasi 18 Masyarakat Perkotaan 16 Pembelajaran dari Program P2SPP/PNPM Integrasi di Enam Indonesia Kecamatan Development Program: Building a Kabupaten (P2SPP/PNPM Integration Lessons Learned Monitoring and Evaluation System for a Large-Scale Study in Six Districts) 35 Community-Driven Development Program 62 PNPM Gender Study 2012: Increasing the Quality of Women’s Indonesia: Kemiskinan Perkotaan dan Ulasan Program Participation 26 17 PNPM Peduli Satu Tahun Berjalan: Evaluasi Independen Atas Indonesian Village Health Institutions: A Diagnostic 13 Hasil Pembelajaran (Oktober 2012) 27 Indonesia’s Kecamatan Development Program: A Large-Scale PPK2 Matching Grant Study Local Government 58 Use of Community Development to Reduce Poverty Rapid Appraisal of PNPM Neighborhood Development (and 60 Poverty Alleviation Partnership Grant Mechanism) Indonesia’s PNPM Generasi Program: Final Impact Evaluation 30 Report 38 Review of the PPK Microcredit Approach 67 68 Sensus Infrastruktur: Laporan tentang Kesiapan Suplai inklusi 26, 59 Infrastruktur di Indonesia – Capaian dan Kesenjangan insentif 38 yang Masih Terjadi 10 Insentif 20 Should Aid Reward Performance?: Evidence from a Field Jender 4 Experiment on Health and Education in Indonesia (NBER kapasitas lokal 11 Working Paper No. 17892) 20 keberlanjutan 21 Studi Kelembagaan Tingkat Lokal Ke-3: Laporan Akhir 11 Keberlanjutan 19 Studi Kelompok Masyarakat PNPM 15 kelembagaan desa 11, 15 Studi Kualitatif Proliferasi dan Integrasi Program Kelembagaan desa 51 Pemberdayaan Masyarakat 12 kelompok marginal 59 Studi Pembelajaran dan Pemanfaatan Pro-Poor Planning, kelompok marjinal 27, 29, 39, 50 Budgeting and Monitoring (P3BM) Kajian Singkat di Kemendagri 23 Sembilan Kabupaten 34 kemiskinan 31, 46, 52 Survei Desa Aceh 2006: Evaluasi Keadaan Prasarana dan Kemiskinan 29, 39 Sosial Desa 49 Kemiskinan perkotaan 16, 17, 24, 30, 37 The Employment and Poverty Impact of PNPM 52 kepala desa 11 Village Corruption in Indonesia: Fighting Corruption in the kepuasan 45 World Bank’s Kecamatan Development Program 66 kesehatan 10, 20 Kesehatan 38 Ketenagakerjaan 52 Kata Kunci keterpaduan sosial 42 advokasi 13 kompetisi 51, 59 akses 10 konflik 43, 60 akses terhadap keadilan 66 Konflik 42, 49 akuntabilitas 6, 22, 31 Konsumsi 46 akuntabilitas sosial 61 Konteks sejarah 53 APBN 33 korupsi 21, 22, 23, 33, 59 arus informasi 22, 66 Korupsi 61, 66 asisten persalinan tradisional 18 kredit mikro 52, 67 audit 37, 61 Kredit mikro 47 bidan 13 krisis moneter di Asia Tenggara 53 Bidan 18 kuantitatif 45 BPD 15 layanan garis depan 10, 12 dampak 52 limpahan 51 Dampak 31 LSM 8, 11, 12, 13 dampak pengiring 15 malnutrisi 18 Dampak pengiring 8 manajemen 8 dana pinjaman bergulir 47 manajemen keuangan 6, 21, 60, 67 Dana Pinjaman Bergulir 21 mantan gerilyawan 43 Data 13 masalah pertanahan 25 database 34 modal sosial 53 desentralisasi 53, 60 OMS 27, 62 DPRD 33, 35 Orde Baru 53 eksklusi 39 organisasi masyarakat madani 11 eksperimen acak terkontrol (RCT) 20 partisipasi 4, 9, 26, 31, 32, 43, 59, 63, 64 elite capture 18, 32, 39, 51 pelaporan 12 fasilitator 12, 16, 19, 23, 32, 35, 39, 50, 55, 63, 64, 66 pelayanan 33 Fasilitator 15 pelayanan garis depan 18 fasilitator teknis 25, 56 pelayanan kesehatan 18 gender 26, 51 pemanfaatan 32 Gender 50, 59, 63, 64 pemantauan masyarakat 61 informasi 13 pemberdayaan 39 Infrastruktur 10 pemeliharaan 41, 44, 56, 57, 59 Infrastruktur desa 32, 41 Pemeliharaan 25 infrastruktur perdesaan 25, 29, 49, 57 pemerintahan 29, 51 Infrastruktur perdesaan 44, 56 Pemerintah daerah 57 infrastruktur perkotaan 30 Pemerintah lokal 58 69 pemetaan kemiskinan 34 Kepengarangan pemilihan proyek 45, 64 Adam Satu 51 pemungutan suara 45 Adams, Paul 58 penargetan 16, 17, 24, 34, 37 AKATIGA 32, 39 Penargetan 43 Akhmadi 12, 31 pendidikan 10, 20, 38 Ancilla Y. S. Irwan 26 penganggaran 20, 34 Arya Gaduh 41 penganggaran online 23 Asep Kurniawan 12 pengangguran 46 Azarbaijani-Moghaddam, Sippi 9 pengarusutamaan 9 Bank Dunia 50 pengawasan 22 Barron, Patrick 42, 55 Pengawasan dan evaluasi 62 Beattie, Kevin 59 pengawasan masyarakat 32 Burger, Nicholas 24 pengelolaan sumber daya alam 19 Dewi Ratna Sjari Manaf 32 penghidupan 19, 27, 43 Diprose, Rachel 55 Penghidupan 67 Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa pengungsi domestik (IDP) 49 Kementerian Dalam Negeri (PMD-Kemendagri) dan peningkatan (scale up) 8 National Management Consultant (NMC) 65 Peningkatan skala 60 Donny Setiawan 34 penundaan 23 Early Dewi Nuriana 27 perempuan 50, 51, 59, 63, 64 Edwar Fitri 27 Perempuan 9, 26 Friedman, Jonathan 8 perempuan kepala keluarga 4 Glick, Peter 24 perencanaan 12, 34, 41 Grayman, Jesse Hession 18 Perencanaan 33, 35 Guggenheim, Scott 53, 60 perencanaan kota 17 Harmein Rahman 32 Perencanaan partisipatif, UU Desa 2014 6 Hastuti 12 perencanaan tata ruang 30 Holden, Donna Leigh 27 perlindungan sosial 17 Holloh, Detlev 67 plebisit 4 Hoppe, Michael 51 Plebisit 45 Humphreys, Macartan 42 PMD 23 Independent Research & Advisory Indonesia (IRAI) dan posyandu 13, 18 PNPM Support Facility 23 pro-poor 34 Indriana Nugraheni 15 puskesmas 13 Jellema, Jon R 11 reintegrasi 42 Johnsen, Steffen 19 representasi 6, 16, 45, 51 Kartawijaya 12 Resolusi konflik 55, 65 Kulongoski, Ted E. 44 Setrawan 35 Leni Dharmawan 11, 15 SKPD 35 McLaughlin, Karrie 13, 51 solidaritas 9 Meuthia Ganie-Rochman 27 sosialisasi 4 Micro-Credit Ratings International Ltd (M-CRIL) 21 standar pelayanan minimum 34 Monterio, Carolina 59 sumber daya manusia 23 Morel, Adrian 43 tata kelola 11, 60 Muhammad Syukri 12, 31 Tata kelola 22 National Management Consultants dan Sekretariat tata pemerintahan 15 Program Pengembangan Kecamatan 57 tindakan afirmatif 9 Neate, Neil 25 tindakan kolektif 51 Nelti Anggraini 18, 26 Tindakan kolektif 11 Nurlily Basri 59 transparansi 6, 31 Olken, Benjamin A. 20, 38, 45, 61 transparensi 57 Onishi, Junko 20, 38 Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) 34 Paler, Laura 42 UPK 21, 67 Papanek, Gustav F. 52 UU Desa tahun 1979 53 Perez-Arce, Francisco 24 70 PNPM Support Facility 10, 16, 17 Nusa Tenggara Timur 9, 10, 11, 13, 18, 21, 25, 26, 33, 34, PPK 49 35, 38, 41, 44, 47, 55, 56, 59 Rabinovich, Lila 24 Papua 8, 10, 25, 32, 39, 44, 65 Rana, Yashodhara 24 Riau 44 RAND Labor and Population 37 Sulawesi Barat 25, 44 Ratih Dewayanti 15 Sulawesi Selatan 9, 12, 17, 19, 22, 24, 27, 30, 37, 39, 41, 44, Rianingsih Djohani 35 47, 56 Rima Irmayani 27 Sulawesi Tengah 15, 33, 44, 65 Risye Dwiyani 30 Sulawesi Tenggara 19, 30, 31, 34, 44, 45 Scanlon, Megan McGlynn 26 Sulawesi Utara 19, 25, 44, 51 Schuler, Nina 30 Sumatra Barat 9, 21, 31, 39, 59 Siti Barokah 59 Sumatra Selatan 51 Siti Ruhanawati 18 Sumatra Utara 17, 19, 24, 37, 45, 56, 59 Srinivasan, Sinduja 24 Yogyakarta 17, 21, 24, 27, 35, 37, 67 Suhirman 34, 35 Sulton Mawardi 31 Tasnim Yusuf 26 Program Tatag Wiranto 60 ACCESS 13, 50 The PATTIRO Institute 33 AIPMNH 13 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan BKPG 4, 5, 25 (TNP2K) 6, 10, 15 BLT 17, 24, 31 Torrens, Anthony 56 BRA-KDP 42, 43 Vivianti Rambe 19 Community-Based Reintegration Assistance for Conflict Voss, John 29, 46 Victims program. lihat Program: BRA-KDP Watanabe, Makiko 43 Dana Pinjaman Bergulir 21 Weinstein, Jeremy 42 Generas. lihat Program: PNPM Generasi Wetterberg, Anna 11 Jamkesmas 17, 24, 31 Wong, Susan 20, 38, 60, 62, 64 Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project. Woodhouse, Andrea 22, 66 lihat Program: NUSSP Woolcock, Michael 54, 55 NUSSP 50 Wrobel, Robert 43 P2DTK 33 Yayasan MICRA 47 P2KP 47, 50, 52 Yogana Prasta 60 P2SPP 35 Yoong, Joanne 24 P3BM 34 Yulia Indrawati Sari 32 PEKKA 5 PNPM Generasi 8, 13, 14, 18, 20, 25, 38 PNPM Green 19, 25 Lokasi PNPM Integrasi 35. Lihat Program: P2SPP Aceh 4, 5, 25, 33, 42, 43, 49, 59, 65 PNPM Mandiri 1, 6, 7, 25, 50 Bangka-Belitung 15 PNPM Peduli 8, 27, 28 Banten 23 PNPM Perdesaan 8, 9, 10, 12, 15, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 29, Bengkulu 19 31, 39, 41, 44, 50, 52, 53 DKI Jakarta 27 PNPM Perkotaan 15, 16, 17, 21, 24, 30, 37, 50, 52 Gorontalo 13, 44 PNPM RESPEK 8, 32 Jambi 11, 35 PNPM Rural 22, 29, 31, 40. lihat Program: PNPM Jawa Barat 13, 17, 18, 22, 23, 24, 25, 27, 35, 37, 38, 39, 67 Perdesaan Jawa Tengah 11, 12, 15, 17, 21, 22, 24, 25, 26, 30, 34, 35, PNPM Urban 37. lihat Program: PNPM Perkotaan 37, 41, 47, 51 PPK 1, 8, 11, 23, 26, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 49, 50, 51, 52, 53, Jawa Timur 17, 18, 22, 24, 31, 37, 45, 47, 55, 56, 59 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67 Kalimantan Barat 25, 27, 33, 39, 41 Program Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Miskin Kalimantan Selatan 15, 26, 30, 35, 51, 59 Fase 2. lihat Program: WSLIC-2 Kalimantan Tengah 65 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri 1 Lampung 25, 41, 59, 67 Program Pembangunan Sistem Perencanaan Partisipatif. Maluku 10, 25, 33, 44, 65 lihat Program: P2SPP Maluku Utara 10, 25, 33, 44, 65 Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga. Nusa Tenggara Barat 12, 13, 15, 27, 34, 39 lihat Program: PEKKA 71 Program Pengembangan Kecamatan. lihat Program: PPK Pro-Poor Planning, Budgeting and Monitoring Program. lihat Program: P3BM Raskin 17, 24, 31 RESPEK. lihat Program: PNPM RESPEK RLF. lihat Program: Dana Pinjaman Bergulir SPADA 25, 33 Support for Poor and Disadvantaged Areas. lihat Program: SPADA UPP. lihat Program: PNPM Perkotaan Urban Poverty Program. lihat Program: PNPM Perkotaan Water Supply & Sanitation for Low Income Communities Phase 2. lihat Program: WSLIC-2 Women Headed Household Empowerment. lihat Program: PEKKA WSLIC-2 50 72 GLOSARIUM ACCESS Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme ADD Anggaran Dana Desa AIPMNH Australian-Indonesian Partnership on Maternal and Neo-natal Health APBD Anggaran Pengeluaran dan Belanja ARLS Aceh Reintegration Livelihood Surveys atau Survei Penghidupan dan Reintegrasi Aceh BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BKAD Badan Kerjasama Antar Desa BKM Badan Keswadayaan Masyarakat BKPG PNPM Mandiri Bantuan Keuangan Peumakmu Gampong BLT Bantuan Langsung Tunai BPD Badan Permusyawaratan Desa BPR Badan Perkreditan Rakyat BP-UPK Badan Pengawas-Unit Pengelolaan Keuangan BRA-KDP Community-Based Reintegration Assistance for Conflict Victims Program BUMDES Badan Usaha Milik Desa CSOs Civil Society Organizations atau Organisasi Sosial Masyarakat (OMS) DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah EIRR Economic Internal Rate of Return Elite capture dominasi elit FK Fasilitator Kabupaten/Kecamatan/Kelurahan IDP Internally displaced people atau pengungsi domestik IFLS Indonesian Family Life Survey atau Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat JPS Jaringan Pengamanan Sosial KDP Kecamatan Development Program atau Program Pengembangan Kecamatan (PPK) LKM Lembaga Keswadayaan Masyarakat LLI Local Level Institution atau Lembaga Tingkat Lokal LSM Lembaga Sosial Masyarakat MAD Musyawarah Antar Desa M-CRIL Micro-Credit Ratings International Ltd. MDG Millenium Development Goals atau Tujuan Pembangunan Milenium MFI Microfinance institutions atau lembaga kredit mikro MHP-ROI Micro-Hydropower – Return on Investment MIS Management Information System Musrenbangdes Musyawarah perencanaan pembangunan desa ND Neighborhood Development atau Pengembangan Lingkungan Pemukiman NGOs Non-Governmental Organizations atau Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) NMC National Management Consultants NUSSP Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project atau Program Perbaikan Kualitas Lingkungan Permukiman OMS Organisasi Sosial Masyarakat 73 PNPM Integrasi Program Pembangunan Sistem Perencanaan Partisipatif (P2SPP) P2SPP Program Pembangunan Sistem Perencanaan Partisipatif (PNPM Integrasi) P3BM Pro-Poor Planning, Budgeting and Monitoring PAR Portfolio at risk PAUD Pendidikan Anak Usia Dini PEKKA Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga PKK Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PNPM Mandiri Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM Perdesaan PNPM Mandiri Perdesaan PNPM Perkotaan PNPM Mandiri Perkotaan PNPM Generasi PNPM Mandiri Generasi Sehat dan Cerdas PNPM RESPEK PNPM Mandiri Rencana Strategis Pembangunan Kampung PNPM Rural PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM Perdesaan PNPM Urban PNPM Mandiri Perkotaan atau PNPM Perkotaan PODES Potensi Desa Posyandu Pos Pelayanan Terpadu PP Peraturan Pemerintah PPK Program Pengembangan Kecamatan PSF PNPM Support Facility Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat Raskin Beras Miskin RCT Randomized Controlled Trial atau eksperimen acak terkontrol atau uji acak terkontrol RKP Rencana Kerja Pemerintah RLF Revolving Loan Funds atau dana pinjaman bergulir RW Rukun Warga Setrawan petugas publik yang bertugas mempromosikan pemberdayaan masyarakat SAKERTI Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah SMP Sekolah Menengah Pertama SPADA Support for Poor and Disadvantaged Areas Project atau PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus Spillovers Dampak pengiring SSN Social Safety Net atau Jaringan Pengamanan Sosial ( JPS) SUSENAS Survei Sosial-Ekonomi Nasional TK Taman Kanak-kanak TPK Tim Pengelola Kegiatan TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan UPK Unit Pelaksana Kegiatan UPK Unit Pengelolaan Keuangan UPP Urban Poverty Program atau PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM-Perkotaan) UU Desa Undang-Undang tentang Desa WSLIC-2 Water Supply & Sanitation for Low Income Communities Phase 2 atau Program Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Miskin Fase 2 74