Desember 2018 Memperkuat daya saing PERKEMBANGAN TRIWULA NAN PEREKONOMIAN INDONES IA Memperkuat daya saing Desember 2018 Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly, IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan utama perekonomian Indonesia dalam tiga bulan terakhir, dan menempatkan dalam konteks jangka panjang dan global. Berdasarkan perkembangan ini, serta perubahan kebijakan dalam periode tersebut, laporan ini menyediakan perkembangan terkini secara rutin tentang prospek perekonomian dan kesejahteraan sosial Indonesia. Kedua, laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia ini memberikan penilaian mendalam terhadap isu-isu ekonomi dan kebijakan tertentu, dan analisis terhadap tantangan pembangunan jangka menengah Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak luas termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang terlibat dan mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia. Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia merupakan laporan Bank Dunia di Jakarta dan mendapatkan bimbingan editorial dan strategis oleh dewan editorial yang dipimpin oleh Rodrigo A. Chaves, Country Director untuk Indonesia. Laporan ini disusun oleh tim Macroeconomics, Trade and Investment (MTI) Global Practice, dibawah bimbingan Ndiame Diop (Practice Manager) dan Frederico Gil Sander (Lead Economist). Dipimpin oleh Derek H. C. Chen, Senior Economist dan lead author, tim inti terdiri dari Abigail, Arsianti, Dwi Endah Abriningrum, Yus Medina, Alief Aulia Rezza, Ratih Dwi Rahmadanti dan Dhruv Sharma. Dukungan administrasi diberikan oleh Deviana Djalil. Diseminasi dilakukan oleh Nugroho Sunjoyo, Jerry Kurniawan, dan GB Surya Ningnagara atas bimbingan Lestari Boediono Qureshi. Edisi ini juga mencakup kontribusi dari Dhruv Sharma (Bagian A.1 dan Kotak A.1), Alief Aulia Rezza (Bagian A.2, A.3 dan Kotak A.2), Dwi Endah Abriningrum (Bagian A.4), Dhruv Sharma and Ratih Dwi Rahmadanti (Bagian A.5), Yus Medina (Bagian A.6), Derek H.C. Chen (Bagian A.7), dan Massimiliano Cali dengan bantuan dan masukan dari Aufa Doarest, Taufik Hidayat, Bertine Kamphuis, Giorgio Presidente, Muhammad Hazmi Ash Shidqi, Daniel van Tuijll dan Ibnu Edy Wiyono, (Bagian B, Kotak B.1 dan Kotak B.2), and Abigail (Lampiran). Laporan ini juga mendapat masukan dari diskusi mendalam dengan dan masukan dari Ekaterina T. Vashakmadze (Senior Economist, DECPG, Bank Dunia), Ergys Islamaj (Senior Economist, EAPCE, Bank Dunia) dan Janani Kandhadai (editorial assistant). Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction and Development Bank Dunia, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan atau Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT) melalui program Support for Enhanced Macroeconomic dan Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA). Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Data terakhir tertanggal 3 Desember 2018. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut. Photo merupakan Hak Cipta Bank Dunia. Semua Hak Cipta dilindungi. Laporan tersedia untuk diunduh dalam bahasa Inggris dan Indonesia melalui: worldbank.org/ieq. Laporan edisi sebelumnya: • September 2018: Urbanisasi untuk Semua • Juni 2018: Pendidikan untuk pertumbuhan • Maret 2018: Menuju pertumbuhan inklusif Untuk mendapatkan publikasi terkait melalui e-mail, silakan hubungi ddjalil@worldbank.org. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan hubungi dchen@worldbank.org. Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke: www.worldbank.org/id @BankDunia #IEQBankDunia BankDunia instagram.com/worldbank www.linkedin.com/company/the-world-bank Singkatan APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara NRP Nominal Rate of Protection BI Bank Indonesia N-O&G Non-Oil & Gas BITs Bilateral Investment Treaties NPL Non-Performing Loans BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal NTI Net Trade Index BLU Badan Layanan Umum NTM Non-Tariff Measures BOP Balance of Payments O&G Oil and Gas BPNT Bantuan Pangan Non Tunai OECD Organization for Economic Co-operation and Development BPS Badan Pusat Statistik OPEC Organization of the Petroleum Exporting Countries CAD Current Account Deficit PBI-JKN Penerima Bantuan Iuran-Jaminan Kesehatan Nasional CAR Capital Adequacy Ratio PHT Penjualan Hasil Tambang CG Central Government PKH Program Keluarga Harapan COMTRADE Commodity Trade Statistics Database PMI Purchasing Managers’ Index CPB Central Planning Bureau PNBP Other Non-Tax Revenues CPI Consumer Price Index PPP Public-Private Partnership CPO Crude Palm Oil qoq quarter-on-quarter CPTPP Comprehensive and Progressive Agreement for RCEP Regional Comprehensive Economic Partnership Trans-Pacific Partnership DAK Dana Alokasi Khusus RHS Sebelah Kanan DAU Dana Alokasi Umum RON Research Octane Number DECPG Development Economics Prospects Group sa Seasonally adjusted DFAT Department of Foreign Affairs and Trade SBI Sertifikat Bank Indonesia DKI Daerah Khusus Ibukota SBN Surat Berharga Negara DNDF Domestic Non-Deliverable Forward SEMEFPA Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis DNI Daftar Negatif Investasi SKKMIGAS Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Mintak dan Gas Bum EAP(CE) EAP Chief Economist SNI Standar Nasional Indonesia EFTA European Free Trade Association SOEs State owned Enterprises (BUMN) EMBI (G) Emerging Market Bond Index Global STRI Service Trade Restrictiveness Index EMCI Emerging Market Currency Index SUN Surat Utang Negara EU European Union TA Tax Amnesty FAOSTATS Database of Food and Agriculture Statistics ToT Terms-of-Trade FDI Foreign Direct Investment (PMA-Penanaman TPP Trans-Pacific Partnership Modal Asing) FSAP Financial Sector Assessment Program UNIDO United Nations Industrial Development Organization FTA Free Trade Agreement UNCTAD United Nations Conference on Trade and Development GDP Gross Domestic Product (PDB) USTR United States Trade Representative GoI Government of Indonesia VAT Value Added Tax ICTs Information and Communication Technologies VIX Volatility Index IDR Indonesia Rupiah WDI World Development Indicators IEQ Indonesia Economic Quarterly yoy year-on-year IHS Institute Human Studies IMF International Monetary Fund KAPET Intergrated Economic Development Zones KBLI Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia kbpd Kilo Barrels per Day KPPU Komisi Pengawas Persaingan Usaha LGST Luxury Goods Sales Tax (Pajak Penjualan Barang Mewah) LHS Left Hand Side LNG Liquefied Natural Gas LPG Liquid Petroleum Gas MoF Ministry of Finance MSMEs Micro, Small, Medium Enterprises (UMKM) MTI Macroeconomics, Trade and Investment Daftar Isi KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... I SINGKATAN ................................................................................................................................. II DAFTAR ISI ................................................................................................................................. III RINGKASAN EKSEKUTIF: MEMPERKUAT DAYA SAING .......................................................... 1 A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI ......................................................... 5 1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit menurun pada Triwulan ke-3 tahun 2018 .........................................................................5 2. Harga komoditas yang terkait dengan energi terus mempertahankan peningkatannya ................................................................. 10 3. Harga minyak mentah yang lebih tinggi menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan semakin melebar ................................ 13 4. Inflasi IHK terus menurun .................................................................................................................................................................... 17 5. Kondisi keuangan makro tetap lemah di Triwulan ke-3 ..................................................................................................................... 19 6. Realisasi penerimaan yang solid mendukung pertumbuhan belanja yang tinggi, tetapi tantangan dalam hal kualitas belanja tetap ada ................................................................................................................................................................................................ 22 7. Perkiraan dan risiko pertumbuhan ekonomi ....................................................................................................................................... 26 B. MENINGKATKAN EKSPOR DAN INVESTASI DI INDONESIA: SALAH SATU AGENDA REFORMASI ................................................................................................................................. 31 1. Indonesia perlu meningkatkan daya saingnya di tingkat global guna memperkuat ketahanan dari berbagai guncangan yang terjadi dan menuai kesempatan-kesempatan yang ada dari lingkungan global saat ini ................................................................ 32 2. Distorsi di pasar faktor produksi utama melemahkan daya saing ekspor dan arus investasi.......................................................... 37 3. Apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk meningkatkan ekspor dan investasi? .......................................................................... 50 REFERENSI .................................................................................................................................. 56 LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA ............................................ 58 GAMBAR Gambar ES.1: Pertumbuhan PDB sedikit menurun di Triwulan ke-3 ........................................................................................................... 3 Gambar ES.2: Pertumbuhan sektor manufaktur mengimbangi dampak penurunan pertumbuhan di sektor pertanian............................... 3 Gambar ES.3: Defisit neraca perdagangan barang menyebabkan memburuknya neraca transaksi berjalan ................................................ 3 Gambar ES.4: Rupiah terus terdepresiasi terhadap dolar AS di Triwulan ke-3, sebelum pulih kembali di Triwulan ke-4............................ 3 Gambar ES.5: Inflasi IHK menurun di Triwulan ke-3 meskipun harga minyak lebih tinggi ........................................................................ 4 Gambar ES.6: Penerimaan dan pengeluaran yang lebih baik dengan hasil bersih dari defisit anggaran Pemerintah yang lebih rendah yang diproyeksikan untuk tahun 2018 ...................................................................................................................................................... 4 Gambar A.1: Pertumbuhan PDB menurun sedikit di Triwulan ke-3 ............................................................................................................. 5 Gambar A.2: Pertumbuhan investasi meningkat karena meningkatnya pertumbuhan investasi di sektor bangunan gedung dan struktur . 6 Gambar A.3: Pertumbuhan konsumsi swasta menurun karena menurunnya konsumsi di sektor peralatan serta kesehatan dan pendidikan ............................................................................................................................................................................................... 6 Gambar A.4: Sebagian besar indikator yang paling sering terkait dengan konsumsi swasta menurun di Triwulan ke-3 ............................. 6 Gambar A.5: Pertumbuhan perdagangan global menurun … ....................................................................................................................... 7 Gambar A.6: … sebagaimana halnya dengan produksi industri .................................................................................................................... 7 Gambar A.7: Pencapaian PMI di seluruh dunia menurun ............................................................................................................................. 8 Gambar A.8: Gejolak pasar keuangan global tidak sepenuhnya menghilang di Triwulan ke-3 .................................................................... 8 Gambar A.9: Pertumbuhan sektor manufaktur mengimbangi penurunan di sektor pertanian ................................................................... 10 Gambar A.10: Rata-rata pergerakan selama tiga bulan dari ekspor komoditas utama Indonesia.................................................................11 Gambar A.11: Harga komoditas non-pertanian terus meningkat, sementara komoditas pertanian tetap mendapat tekanan..................... 12 Gambar A.12: Harga logam dasar di akhir tahun 2018 diperkirakan akan lebih tinggi dari rata-rata YTD ................................................. 12 Gambar A.13: Defisit neraca perdagangan barang menyebabkan melemahnya neraca transaksi berjalan ................................................. 13 Gambar A.14: Pertumbuhan ekspor barang yang lebih rendah terjadi di setiap kategori ............................................................................ 14 Gambar A.15: Pertumbuhan impor barang terus melebihi ekspor, didorong oleh impor bahan bakar dan barang konsumsi. ................... 14 Gambar A.16: Neraca keuangan dan modal mengalami surplus yang stabil ............................................................................................... 15 Gambar A.17: FDI meningkat, sebagian besar di sektor manufaktur… ...................................................................................................... 16 Gambar A.18: ... tetapi investasi langsung bersih belum cukup untuk menutup defisit neraca transaksi berjalan ..................................... 16 Gambar A.19: Inflasi IHK menurun di Triwulan ke-3, tetapi perlahan meningkat di Triwulan ke-4 .......................................................... 17 Gambar A.20: Kenaikan seluruh kategori dalam harga produsen berkontribusi pada meningkatnya indeks harga produsen ................... 18 Gambar A.21: Produsen menghadapi tekanan biaya yang lebih besar karena harga masukan meningkat paling tinggi selama tiga tahun ini ........................................................................................................................................................................................................... 18 Gambar A.22: Rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS di Triwulan ke-3 sebelum pulih di sekitar awal Triwulan ke-4 .............................. 19 Gambar A.23: Secara efektif riil, Rupiah terdepresiasi lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan negara-negara setara di kawasan . 19 Gambar A.24: Kepercayaan investor kembali pulih di Triwulan ke-3 dengan peningkatan imbal hasil obligasi yang jauh lebih rendah daripada di Triwulan ke-2 ...................................................................................................................................................................... 20 Gambar A.25: Selisih (spread) antara obligasi berdenominasi Rupiah dan obligasi berdenominasi USD mencapai puncaknya di Triwulan ke-3 tetapi mulai menyempit di awal Triwulan ke-4 .............................................................................................................. 20 Gambar A.26: Kenaikan tingkat suku bunga kebijakan acuan belum sepenuhnya ditransmisikan ke tingkat suku bunga pinjaman yang lebih tinggi… ......................................................................................................................................................................................... 21 Gambar A.27: ... dan pertumbuhan kredit terus meningkat ......................................................................................................................... 21 Gambar A.28: Sektor perbankan menunjukkan ketahanan yang berkelanjutan dalam menghadapi pengetatan kebijakan moneter ......... 21 Gambar A.29: Pajak penghasilan non-Migas, penerimaan terkait Migas dan PPN adalah kontributor utama untuk peningkatan total penerimaan yang tinggi.......................................................................................................................................................................... 23 Gambar A.30: Subsidi energi, pembayaran bunga, belanja pegawai, dan belanja barang adalah kontributor utama peningkatan total pengeluaran ............................................................................................................................................................................................ 24 Gambar A.31: Tingginya pembelanjaan berlaku secara umum, dengan subsidi bahan bakar dan gas yang lebih tinggi dari yang direncanakan .......................................................................................................................................................................................... 24 Gambar A.32: Indeks harga tertimbang perdagangan bersih - historis dan perkiraan hingga tahun 2019 .................................................. 27 Gambar A.33: Defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan akan melebar pada tahun 2018 dan 2019 karena investasi yang sarat barang impor tetap tinggi dan nilai tukar perdagangan yang melemah ............................................................................................................ 27 Gambar A.34: Tingkat inflasi IHK diproyeksikan akan tetap berada dalam kisaran target ........................................................................ 28 Gambar A.35: Penerimaan dan pengeluaran yang lebih tinggi dengan hasil bersih berupa defisit APBN yang lebih rendah diproyeksikan untuk tahun 2018 .................................................................................................................................................................................... 28 Gambar B.1: Defisit transaksi berjalan melebar bersamaan dengan keseimbangan dasar .......................................................................... 32 Gambar B.2: Rupiah lebih terdepresiasi dibandingkan dengan mata uang regional lainnya ...................................................................... 32 Gambar B.3: Kisah dua negara: Keterbukaan perdagangan di Indonesia vs Thailand................................................................................ 33 Gambar B.4: Total ekspor Indonesia kehilangan pangsa pasar selama beberapa dekade terakhir ............................................................. 33 Gambar B.5: Naik turun daya saing manufaktur Indonesia ........................................................................................................................ 34 Gambar B.6: Apakah deindustrialisasi prematur terjadi di Indonesia?........................................................................................................ 35 Gambar B.7: Arus masuk FDI ke Indonesia masih belum maksimal .......................................................................................................... 35 Gambar B.8: FDI berorientasi ekspor mengungguli FDI berorientasi pasar domestik di sektor manufaktur namun memiliki kemungkinan lebih besar untuk meninggalkan Indonesia.................................................................................................................... 36 Gambar B.9: Penurunan pangsa investasi asing berorientasi ekspor yang baru di sektor manufaktur dan elektronik ............................... 36 Gambar B.10: Indonesia berpotensi menggantikan ekspor China ke AS dengan berbagai produknya ....................................................... 37 Gambar B.11: Produktivitas Indonesia harus menyusul negara-negara komparator ................................................................................... 38 Gambar B.12: Indonesia telah meningkatkan hambatan perdagangannya jauh melebihi negara-negara setara lain sejak tahun 2009 ...... 39 Gambar B.13: Karena hambatan perdagangan meningkat, demikian pula dengan tingkat proteksi perdagangan (NRP) ......................... 39 Gambar B.14: Indonesia telah menaikkan tingkat tarif impor terapan rata-rata lebih tinggi daripada negara-negara setara lain .............. 40 Gambar B.15: Indonesia telah memperluas penerapan Tindakan Non Tarif atas berbagai kategori impor ............................................... 41 Gambar B.16: Sebagian Tindakan Non Tarif menaikkan biaya impor secara signifikan di Indonesia ....................................................... 41 Gambar B.17: Indonesia membatasi impor jasa lebih besar daripada negara-negara lain .......................................................................... 42 Gambar B.18: Restriksi regulasi terhadap FDI masih tinggi di Indonesia .................................................................................................. 43 Gambar B.19: Restriksi DNI mengurangi masuknya industri asing – khususnya eksportir – dan keluarnya industri domestik … ........... 44 Gambar B.20: … dan persaingan yang lebih rendah mengurangi kinerja dan upah, serta menaikkan harga-harga................................... 44 Gambar B.21: Kesulitan perubahan (transisi) sektor hortikultura Indonesia ............................................................................................... 45 Gambar B.22: Sektor elektronik Indonesia yang berorientasi pada pasar domestik .................................................................................... 46 Gambar B.23: Indonesia masih tertinggal dalam hal kekuatan dan ruang lingkup sistem persaingannya (2013) ....................................... 47 Gambar B.24: Kurangnya keterampilan yang tepat dan memadai, khususnya untuk manajer ................................................................... 48 Gambar B.25: Kehandalan pasokan listrik perlu ditingkatkan demi kepentingan perusahaan-perusahaan Indonesia............................... 49 Gambar B.26: FTA mungkin bisa menjadi keuntungan bagi perekonomian Indonesia ............................................................................. 51 Gambar B.27: Penghapusan batas ekuitas asing dapat meningkatkan investasi di berbagai sektor ........................................................... 52 Gambar B.28: Indonesia belum memanfaatkan tenaga terampil asing untuk mengatasi kesenjangan tenaga kerja domestik .................. 52 Gambar B.29: Menurunkan subsidi BMM dapat memperbaiki defisit transaksi berjalan ........................................................................... 53 LAMPIRAN GAMBAR Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB riil ............................................................................................................................................... 58 Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB konsumsi .......................................................................................................................... 58 Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi ........................................................................................................................... 58 Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor ........................................................................................................................... 58 Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen .................................................................................................................................................. 58 Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri dan Manufaktur PMI..................................................................................................... 58 Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran ................................................................................................................................................... 59 Lampiran Gambar 8: Neraca pembayaran: neraca berjalan ......................................................................................................................... 59 Lampiran Gambar 9: Ekspor barang ........................................................................................................................................................... 59 Lampiran Gambar 10: Impor barang............................................................................................................................................................ 59 Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus modal ............................................................................................................................. 59 Lampiran Gambar 12: Inflasi IHK ............................................................................................................................................................... 59 Lampiran Gambar 13: Rincian inflasi IHK bulanan .................................................................................................................................... 60 Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi IHK beberapa negara ............................................................................................................. 60 Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional.................................................................................................................. 60 Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran .................................................................................................................. 60 Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional ............................................................................................................................................. 60 Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS ................................................................................................................................................. 60 Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5-tahunan dalam mata uang lokal ........................................................................ 61 Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS terhadap kelompok negara-negara EMBI Global ............................................................ 61 Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, pedesaan dan deposito .......................................................................................... 61 Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan ...................................................................................................................................... 61 Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah .................................................................................................................................................... 61 Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri ..................................................................................................................................................... 61 TABEL Tabel ES.1: Pertumbuhan PDB riil diperkirakan akan meningkat menjadi 5,2 persen pada tahun 2018 oleh karena adanya permintaan dalam negeri yang lebih tinggi ................................................................................................................................................................. 2 Tabel A.1: Neraca Pembayaran Indonesia ................................................................................................................................................... 13 Tabel A.2: Komponen utama dari indeks harga konsumen ......................................................................................................................... 18 Tabel A.3: Indikator ekonomi utama ........................................................................................................................................................... 26 Tabel A.4: Proyeksi anggaran Kementerian Keuangan dan Bank Dunia .................................................................................................... 29 LAMPIRAN TABEL Lampiran Tabel 1: Realisasi anggaran belanja Pemerintah ......................................................................................................................... 62 Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran....................................................................................................................................................... 62 Lampiran Tabel 3: Indikator ekonomi makro Indonesia ............................................................................................................................. 63 Lampiran Tabel 4: Indikator pembangunan Indonesia ............................................................................................................................... 64 KOTAK Kotak A.1: Kondisi perekonomian global menurun di Triwulan ke-3 ............................................................................................................ 7 Kotak A.2: Kisah dua kelompok komoditas ................................................................................................................................................. 12 Kotak B.1: Agenda reformasi kebijakan untuk meningkatkan ekspor dan investasi ................................................................................... 31 Kotak B.2: Mengapa restriksi perdagangan dan investasi tidak membantu pengembangan industri hortikultura dan elektronik di Indonesia................................................................................................................................................................................................ 45 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Ringkasan Eksekutif: Memperkuat daya saing Setelah mengalami arus keluar modal, depresiasi mata uang, 114,8 miliar dolar AS pada akhir triwulan ketiga. Cadangan naiknya imbal hasil obligasi pemerintah dan meningkatnya cukup untuk membiayai pembayaran utang luar negeri tekanan dari harga BBM selama 10 bulan pertama 2018, pemerintah dan impor selama 6,3 bulan 4. kondisi ekonomi Indonesia di bulan November berubah: Arus modal masuk yang terbatas karena kebijakan moneter harga minyak global turun dan arus modal yang masuk yang lebih ketat di negara-negara maju serta ketidakpastian kembali, menyebabkan apresiasi mata uang dan imbal hasil yang lebih besar terkait kebijakan perdagangan global (arus obligasi yang lebih rendah. Namun demikian, dinamika global masuk obligasi berada pada tingkat yang terendah dalam dan dalam negeri yang terjadi selama 10 bulan pertama tahun tujuh tahun), ditambah dengan defisit neraca transaksi 2018 sebagian besar masih tetap ada, dan edisi Laporan berjalan yang melebar, menyebabkan Rupiah terdepresiasi Triwulanan Perkembangan Perekonomian Indonesia kali ini hingga bulan Oktober, dengan nilai mata uang yang mencapai menyoroti pentingnya reformasi struktural untuk titik terendah sebesar Rp 15.237 per USD pada tanggal 30 meningkatkan ekspor dan FDI (Foreign Direct Investment, Oktober. Sepanjang tahun ini sampai dengan bulan Penanaman Modal Asing), yang akan memperkuat posisi September, mata uang terdepresiasi sebesar 8,2 persen secara eksternal Indonesia. nominal dan secara efektif riil sebesar 7,6 persen (Gambar Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima triwulan ES.4). terakhir ini didorong oleh investasi, terutama di sektor Meskipun harga minyak tinggi di Triwulan ke-3, inflasi IHK pertambangan dan infrastruktur. Pada triwulan ketiga tahun turun dari rata-rata 3,3 persen yoy di Triwulan ke-2 menjadi 2018, pertumbuhan PDB secara umum tetap stabil sebesar rata-rata 3,1 persen di Triwulan ke-3 (Gambar ES.5). Inflasi 5,2 persen tahun-ke-tahun (year-on-year, yoy) 1, didorong oleh IHK yang lebih rendah ini sebagian besar disebabkan oleh permintaan dalam negeri. Meningkatnya pembentukan modal rendahnya inflasi harga barang-barang yang harganya diatur tetap bruto didukung oleh pulihnya investasi di sektor oleh pemerintah (administered price), karena adanya efek dasar konstruksi. Sementara konsumsi swasta sedikit menurun, (base effect) yang tinggi dari kenaikan tarif listrik tahun lalu. lonjakan konsumsi pemerintah menjaga pertumbuhan konsumsi secara total tetap terjaga (Gambar ES.1). Oleh Meskipun inflasi berada pada tingkat yang terendah dalam karena investasi peralatan tetap tinggi, pertumbuhan nilai dua tahun ini, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga impor hampir dua kali lipat dari besarnya pertumbuhan acuan sebanyak dua kali di Triwulan ke-3 dan sekali di bulan ekspor. Dengan demikian, ekspor neto terus membebani November, masing-masing sebesar 25 basis poin. Pengetatan pertumbuhan, meskipun ekspor meningkat selama delapan kebijakan merupakan respon terhadap kondisi eksternal dan triwulan secara berturut-turut. Di sisi produksi, pertumbuhan mencerminkan fokus Pemerintah dalam menjaga stabilitas meningkat di sebagian besar sektor, kecuali untuk sektor ekonomi. Meskipun pasar keuangan global bergejolak, pertanian dan utilitas. Akibatnya, pertumbuhan nilai tambah ketahanan ekonomi makro secara keseluruhan telah bruto sedikit meningkat menjadi 5,1 persen yoy dari 5 persen dipertahankan, sebagian besar karena fundamental ekonomi di Triwulan ke-2 (Gambar ES.2). makro yang sehat dan kerangka respon kebijakan yang Harga minyak mentah yang tinggi sampai dengan bulan terkoordinasi. Oktober dan pertumbuhan investasi peralatan yang terus Posisi fiskal Pemerintah juga mencerminkan prioritas meningkat menghilangkan dampak positif dari adanya sedikit stabilitas. Baik total penerimaan maupun belanja Pemerintah peningkatan dalam neraca penerimaan karena adanya menunjukkan pertumbuhan yang tinggi hingga bulan depresiasi nilai mata uang dan menyebabkan melebarnya Oktober, tetapi hasil bersihnya adalah defisit anggaran yang defisit neraca transaksi berjalan menjadi 2,7 persen dari PDB lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama tahun di Triwulan ke-3 dari 2,3 persen di Triwulan ke-22 (Gambar 2017 (Gambar ES.6), yang menurunkan kebutuhan ES.3). Investasi asing langsung bersih mencapai 3,3 miliar pembiayaan dan tekanan pada pasar obligasi. Pemungutan dolar AS pada triwulan ketiga, tetapi ini masih lebih kecil dari penerimaan yang lebih tinggi terutama didorong oleh pajak setengah defisit transaksi berjalan. Secara keseluruhan, penghasilan non-migas, penerimaan terkait migas dan pajak dengan surplus neraca keuangan dan modal yang lebih kecil, pertambahan nilai (PPN) / pajak penjualan barang mewah defisit neraca pembayaran meningkat menjadi 4,4 miliar dolar (LGST), sementara pertumbuhan pengeluaran terutama AS3, yang mengakibatkan cadangan devisa turun menjadi 1 Perkiraan konsensus untuk pertumbuhan PDB riil pada Triwulan 3 Sebagai pangsa dari PDB, defisit neraca pembayaran adalah ke-3 tahun 2018 adalah 5,1 persen. sebesar 1,7 persen dari PDB pada Triwulan ke-3. 2 Dinyatakan sebagai jumlah bergulir selama empat triwulan. 4 Bank Indonesia (15 Agustus 2018). Sebagai pangsa dari PDB, defisit neraca transaksi berjalan adalah sebesar 3,4 persen dari PDB di Triwulan ke-3. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 1 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia disebabkan oleh belanja pegawai, belanja barang dan subsidi Resiko negatif terhadap prospek pertumbuhan Indonesia energi yang lebih tinggi. Sinyal APBN 2019 memproyeksikan tetap besar. Ketegangan perdagangan global, khususnya defisit anggaran yang lebih rendah sebesar 1,8 persen dari antara Amerika Serikat dan Cina, walaupun tampak telah PDB pada tahun 2019, yang didukung oleh peningkatan mereda, tetapi dapat muncul kembali jika negosiasi yang penerimaan yang cukup besar. Konsolidasi fiskal yang sedang berlangsung tidak berhasil. Kemungkinan eskalasi diproyeksikan pada tahun 2019 akan semakin mengurangi lebih lanjut dari sengketa semacam itu tetap menimbulkan kebutuhan pembiayaan. risiko yang signifikan bagi Indonesia melalui sektor eksternal yang lebih lemah dan harga-harga komoditas yang rendah. Pertumbuhan PDB riil diproyeksikan sebesar 5,2 persen yoy Pada saat yang sama, siklus pengetatan saat ini dari Bank tahun ini dan pada tahun 2019, lebih tinggi dari tahun 2017 Sentral AS terus meningkatkan risiko arus keluar modal dan (Tabel ES.1). Ini disebabkan oleh karena permintaan dalam gejolak keuangan di antara negara-negara pasar berkembang, negeri yang lebih tinggi diperkirakan mampu mengimbangi termasuk Indonesia. hambatan dari sektor eksternal. Meskipun inflasi IHK diproyeksikan perlahan naik tahun depan, konsumsi swasta Sampai saat ini, Indonesia masih dapat lolos dari dampak diperkirakan menguat karena peningkatan belanja sosial dan gejolak global yang terjadi baru-baru ini yang mengganggu pasar tenaga kerja yang kuat. Pembentukan modal tetap bruto negara-negara pasar berkembang, terutama karena juga diperkirakan akan tetap kuat, karena perusahaan- fundamental ekonomi makro yang sehat dan perusahaan yang saat ini menahan diri untuk investasi, karena penyangga/buffer yang memadai, yang memungkinkan adanya pemilihan umum, akan membuat komitmen- koordinasi kerangka kebijakan moneter, fiskal dan nilai tukar komitmen baru. Demikian juga, konsumsi Pemerintah yang baik. Penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan diperkirakan akan tetap tinggi seiring dengan berlanjutnya peluang yang ada saat ini untuk membangun kembali reformasi dan pertumbuhan penerimaan yang menciptakan cadangan devisa guna mempertahankan penyangga yang ruang untuk konsolidasi fiskal dan belanja tambahan. cukup besar. Tabel ES.1: Pertumbuhan PDB riil diperkirakan akan Edisi Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia kali ini meningkat menjadi 5,2 persen pada tahun 2018 oleh juga menyoroti pentingnya meningkatkan ekspor dan investasi langsung karena adanya permintaan dalam negeri yang lebih luar negeri untuk menurunkan defisit neraca transaksi berjalan tinggi Indonesia, dan lebih meningkatkan ketahanan eksternal, selain 2017 2018f 2019f meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. (Perubahan Posisi neraca transaksi berjalan Indonesia pada tahun 2018 PDB Riil persentase 5,1 5,2 5,2 tahunan) memiliki keunggulan dari defisit neraca transaksi berjalan Indeks (Perubahan yang ‘sehat’: yang besarannya tidak sebesar periode harga persentase 3,8 3,2 3,5 sebelumnya dan tidak sebesar dengan negara-negara lain, konsumen tahunan) selain itu, defisit ini juga didorong oleh investasi daripada Neraca transaksi (Persen PDB) -1,7 -2,9 -2,5 konsumsi. Namun demikian, ketergantungan Indonesia pada berjalan aliran modal portofolio yang bergejolak untuk membiayai Saldo defisit neraca transaksi berjalannya telah memperkuat anggaran (Persen PDB) -2,5 -2,1 -1,8 dampak dari gejolak global baru-baru ini di pasar keuangan pemerintah Indonesia. Ketika arus portofolio surut yang tidak Sumber: BI; Badan Pusat Statistik (BPS); Kementerian Keuangan; Perhitungan staf Bank Dunia disebabkan oleh adanya kesalahan Indonesia, nilai Rupiah Catatan: 2017 adalah hasil aktual; p adalah perkiraan Bank Dunia terdepresiasi, dan imbal hasil obligasi naik. Ketergantungan pada arus portofolio sebagian besar disebabkan oleh Dengan adanya ketidakpastian saat ini dalam kebijakan pertumbuhan ekspor yang lambat dan investasi asing perdagangan global, pertumbuhan dari negara-negara mitra langsung yang terbatas, yang telah mengalami kontraksi dagang utama yang diproyeksikan akan melambat, nilai tukar selama beberapa triwulan terakhir. Perkembangan ini juga perdagangan (ToT, terms-of-trade) yang lebih lemah, dan ditambah oleh penurunan pangsa dalam manufaktur global tingginya investasi dalam negeri yang terus mendorong dan ekspor jasa komersial, tingkat FDI yang rendah dalam kebutuhan impor yang tinggi, defisit neraca transaksi berjalan PDB dibandingkan dengan negara-negara tetangga, dan diproyeksikan akan melebar menjadi 2,9 persen dari PDB produktivitas tenaga kerja yang rendah. pada tahun 2018, meskipun dampak pelemahan mata uang terhadap impor dan terutama terhadap neraca penerimaan Indonesia dapat bertumbuh lebih cepat, menciptakan menurun. Dampak tersebut diperkirakan akan dirasakan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik serta lebih kuat pada tahun 2019, ketika defisit neraca transaksi meningkatkan posisi neraca transaksi berjalan dan berjalan diperkirakan menurun menjadi 2,5 persen PDB5. pembiayaannya, dengan meningkatkan pertumbuhan ekspor 5Meskipun baru-baru ini terapresiasi, nilai Rupiah masih 3,9 persen lebih lemah untuk tahun ini per 30 November (lihat Bagian A.5). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 2 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dan menarik lebih banyak dana savings pool global. Savings pool (tertentu), yang menaikkan harga kepada konsumen dan adalah sistem di mana individu-individu menggabungkan perusahaan, sehingga mereka kurang kompetitif; (ii) simpanan mereka ke dalam kumpulan dana yang lebih besar, pelaksanaan perjanjian perdagangan bebas yang ambisius, yang dapat memberi manfaat yang sama bagi masing-masing yang dapat menjadi katalis bagi reformasi kebijakan dan individu. Anggota menyimpan dana ke dalam kumpulan dana meningkatkan akses pasar untuk produk-produk Indonesia di tersebut, dan kemudian secara bergantian mengakses luar negeri; (iii) pengurangan pembatasan yang signifikan bagi kumpulan dana tersebut. Negara-negara seperti Thailand, investor asing, yang membatasi investasi dan persaingan yang Vietnam dan Malaysia telah berhasil mengintegrasikan diri ke merugikan daya saing sektor yang dilindungi; (iv) penurunan dalam rantai nilai global dan menarik investasi produksi yang persyaratan bagi masuknya mereka yang memiliki melakukan relokasi keluar dari Cina. keterampilan yang langka dari luar negeri untuk secara sementara mengisi kesenjangan keterampilan di dalam negeri, Agenda kebijakan untuk meningkatkan ekspor dan investasi sejalan dengan pengalaman negara-negara lain di kawasan. – dan yang akan menjadikan Indonesia lebih kompetitif Langkah-langkah ini, bersama dengan penurunan secara global – memerlukan kondisi investasi yang lebih bisa kesenjangan infrastruktur dan sumber daya manusia, tidak membuka diri terhadap perdagangan, investasi dan tenaga hanya akan memperkuat posisi eksternal, tetapi akan kerja dari pasar global. Ini termasuk: (i) penurunan hambatan meningkatkan daya saing Indonesia dan mendukung impor, termasuk hambatan tarif dan hambatan non-tarif percepatan pertumbuhan dalam dekade mendatang. Gambar ES.1: Pertumbuhan PDB sedikit menurun di Gambar ES.2: Pertumbuhan sektor manufaktur Triwulan ke-3 mengimbangi dampak penurvunan pertumbuhan di (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) sektor pertanian (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) Perubahan dalam inventoris Jasa lain Jasa keuangan Perbedaan statistik* Transport & komunikasi Perdagangan, perhotelan & restoran Ekspor bersih Bangunan Listrik, gas & air bersih 10 Investasi Manufaktur Pertambangan & galian Konsumsi pemerintah Pertanian Gross Value Added* 8 6 Konsumsi swasta 6 PDB 5 4 4 3 2 2 0 1 -2 0 -4 -1 Sep-15 Jun-16 Mar-17 Dec-17 Sep-18 Sep-15 Sep-16 Sep-17 Sep-18 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Lihat Gambar A.9 Gambar ES.3: Defisit neraca perdagangan barang Gambar ES.4: Rupiah terus terdepresiasi terhadap dolar menyebabkan memburuknya neraca transaksi berjalan AS di Triwulan ke-3, sebelum pulih kembali di Triwulan (jumlah bergulir sepanjang empat triwulan, persen dari PDB) ke-4 (indeks, Jan 1 2018 = 100) Income Penerimaan Services Neraca trade balance perdagangan jasa 104 Goods trade Neraca balance perdagangan Current transaksi Neraca berjalan account balance 2 barang 100 0 96 USD/IDR 92 -2 JP Morgan EMCI (Emerging 88 Market Currency Indeks - Indeks Mata Uang Negara- -4 84 Q32014 Q22015 Q12016 Q42016 Q32017 Q22018 Nov-17 Feb-18 May-18 Aug-18 Nov-18 Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 3 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Sumber: CIEC, Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: JP Morgan, BPS dan Perhitungan staf Bank Dunia Gambar ES.5: Inflasi IHK menurun di Triwulan ke-3 Gambar ES.6: Penerimaan dan pengeluaran yang lebih meskipun harga minyak lebih tinggi baik dengan hasil bersih dari defisit anggaran (perubahan yoy, persen) Pemerintah yang lebih rendah yang diproyeksikan untuk tahun 2018 (persen dari PDB) 12 Barang-barang yang Penerimaan Revenue Expenditure Pengeluaran balance fiskal Keseimbangan Fiscal 18.0 10 harganya diatur 15.0 14.8 15.0 15.1 15.0 12.8 13.2 12.5 12.3 8 Makanan 12.0 6 9.0 Infalsi IHK 4 6.0 2 3.0 Inflasi Inti 0.0 0 -3.0 -2.2 -1.9 -2 -2.5 -2.5 APBN Budget Bank WB Jun-16 Oct-16 Feb-17 Jun-17 Oct-17 Feb-18 Jun-18 Oct-18 Dunia 2016 2017 2018 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Ministry of Finance; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Lihat Gambar A.19 Catatan: Lihat Gambar A.35 Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 4 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia A. Perkembangan ekonomi dan fiskal terkini 1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit menurun pada Triwulan ke-3 tahun 2018 Pertumbuhan PDB Perekonomian Indonesia Gambar A.1: Pertumbuhan PDB menurun sedikit di riil adalah sebesar bertumbuh sebesar 5,2 persen Triwulan ke-3 5,2 persen pada tahun ke tahun (yoy, year-on-year) (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) Perubahan dalam inventoris Triwulan ke-3 tahun pada Triwulan ke-3 tahun 2018, Perbedaan statistik* 2018, sedikit lebih sedikit lebih rendah dari 5,3 10 Ekspor bersih Investasi rendah dari 5,3 persen pada Triwulan ke-2 tahun Konsumsi pemerintah 8 persen yang tercatat 2018, tetapi sedikit di atas Konsumsi swasta di Triwulan ke-2 perkiraan konsensus sebesar 5,1 PDB 6 persen. Pertumbuhan PDB yang sedikit menurun ini sebagian 4 disebabkan oleh akumulasi 2 persediaan yang lebih lambat serta menurunnya pertumbuhan 0 konsumsi swasta (Gambar A.1). -2 Konsumsi pemerintah terus menjaga pertumbuhannya yang -4 pesat, yang terlihat pada Triwulan Sep-15 Jun-16 Mar-17 Dec-17 Sep-18 ke-2 dan terus meningkat di Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Triwulan ke-3. Seperti pada Triwulan ke-2, pertumbuhan impor hampir dua kali lipat dari pertumbuhan ekspor, yang sebagian mencerminkan pulihnya pertumbuhan investasi setelah mengalami perlambatan yang yang hanya sekali saja terjadi di Triwulan ke-2. Seperti halnya dalam tiga triwulan sebelumnya, ekspor bersih terus membebani laju pertumbuhan, meskipun permintaan dalam negeri tinggi. Di sisi produksi, pertumbuhan di Triwulan ke-3 melampaui pertumbuhan di Triwulan ke-2 untuk sebagian besar sektor, kecuali untuk sektor pertanian dan utilitas. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 5 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Pertumbuhan Pertumbuhan pembentukan Gambar A.2: Pertumbuhan investasi meningkat karena investasi tetap pulih modal tetap bruto pulih kembali meningkatnya pertumbuhan investasi di sektor bangunan kembali di Triwulan hingga sebesar 7,0 persen di gedung dan struktur ke-3 Triwulan ke-3, dari pelambatan (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) yang satu kali terjadi di Triwulan Kekayaan intelektual Budidaya Sumberdaya Hayati Peralatan lainnya Kendaraan bermotor ke-2 sebesar 5,9 persen Mesin & Peralatan Gedung dan struktur (Gambar A.2). Pelambatan 8 Investasi sementara yang terjadi di 7 triwulan sebelumnya adalah 6 karena jumlah hari kerja yang 5 lebih sedikit tahun ini, oleh 4 karena periode perayaan hari 3 besar Umat Islam jatuh 2 seluruhnya di Triwulan ke-2, 1 dibandingkan dengan tahun 0 2017, ketika periode perayaan -1 hari besar tersebut tersebar di -2 antara Triwulan ke-2 dan Triwulan ke-3. Pemulihan tersebut juga bertepatan dengan Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia meningkatnya impor barang modal secara nominal di Triwulan ke-3 sebesar 22,5 persen yoy, serta peningkatan tajam dalam pertumbuhan kredit investasi (lihat Bagian 5). Peningkatan aktivitas di sektor bangunan gedung dan struktur berkontribusi pada percepatan pertumbuhan investasi. Dalam hal kontribusi terhadap pertumbuhan, kontribusi investasi di sektor bangunan gedung dan struktur meningkat dari 3,8 poin persentase (pp) di Triwulan ke-2 menjadi 4.2 pp di Triwulan ke-3. Kontribusi dari investasi kendaraan bermotor berkurang untuk dua triwulan berturut- turut dari 0,5 pp menjadi 0,3 pp. Gambar A.3: Pertumbuhan konsumsi swasta menurun karena Gambar A.4: Sebagian besar indikator yang paling menurunnya konsumsi di sektor peralatan serta kesehatan dan sering terkait dengan konsumsi swasta menurun di pendidikan Triwulan ke-3 (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) (yoy, persen/3mma yoy, persen, Seb. Kiri; indeks kepuasan konsumen; Seb. Kanan) Lembaga Nirlaba Lainnya Restoran & Hotel Transportasi & Komunikasi 40 130 Kesehatan & Pendidikan Peralatan Pakaian, alas kaki & perawatan Makanan & Minuman selain restoran 6 Konsumsi swasta 30 Indeks Kepercayaan Konsumen 120 Penjualan Sepeda Motor 20 110 4 10 100 Indeks Penjualan Eceran 2 0 90 Penjualan Kendaraan Bermotor Penumpang -10 80 0 Oct-17 Jan-18 Apr-18 Jul-18 Oct-18 Sep-16 Dec-16 Mar-17 Jun-17 Sep-17 Dec-17 Mar-18 Jun-18 Sep-18 Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Bank Indonesia, CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Indeks penjualan ritel dalam persentase yoy persen; penjualan kendaraan bermotor dalam rata-rata pergerakan selama 3 bulan (mma, month moving average) persen yoy. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 6 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Pertumbuhan Meskipun terjadi sedikit penurunan dalam inflasi IHK (lihat Bagian A.4), pertumbuhan konsumsi swasta konsumsi swasta menurun menjadi 5,1 persen di Triwulan ke-3 dari 5,2 persen oleh karena menurun menjadi 5,1 adanya sedikit penurunan dalam konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan konsumsi lembaga- persen karena lembaga nirlaba. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga menurun menjadi 4,9 persen (dari 5,0 hilangnya stimulus persen pada Triwulan ke-2) yang disebabkan oleh hilangnya belanja di musim hari raya di yang ada di masa Triwulan ke-2. Dalam kategori rumah tangga (Gambar A.3), kontribusi terhadap pertumbuhan hari raya di Triwulan dari konsumsi peralatan serta kesehatan dan pendidikan, menurun. Sementara itu, konsumsi ke-2 makanan dan minuman, serta transportasi dan komunikasi memberi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan. Konsumsi restoran dan perhotelan serta transportasi dan komunikasi meningkat paling cepat. Sejalan dengan sedikit penurunan dalam pertumbuhan konsumsi, indikator yang paling sering dikaitkan dengan konsumsi, seperti indeks kepercayaan konsumen, penjualan sepeda motor dan penjualan ritel menurun di Triwulan ke-3 (Gambar A.4). Mengingat kekhawatiran mengenai konsumsi selama beberapa tahun terakhir ini, perlu dicatat bahwa meskipun terjadi penurunan dalam pertumbuhan konsumsi swasta, pertumbuhan tetap berada di atas tingkat pertumbuhan rata-rata selama empat tahun terakhir ini. Kotak A.1: Kondisi perekonomian global menurun di Triwulan ke-3 Kondisi perekonomian global menurun di Triwulan ke-3. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan yang lebih lambat di kawasan euro dan Cina. Pertumbuhan PDB di kawasan euro menurun menjadi 1,7 persen yoy dari 2,2 persen di Triwulan ke-2, sebagian disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang lemah di Italia, sementara kenaikan inflasi berkontribusi pada menurunnya pertumbuhan konsumsi. Sesuai dengan perkiraan, menurunnya pertumbuhan perekonomian Cina berlanjut pada kecepatan yang terukur, dengan pertumbuhan PDB sebesar 6,5 persen pada Triwulan ke-3, turun dari 6,7 persen di Triwulan ke-2. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya investasi dan produksi industri, serta terjadinya deleveraging keuangan (upaya untuk menurunkan rasio hutang terhadap ekuitas – pent.) yang sedang berlangsung sebagai upaya Pemerintah Cina untuk meningkatkan kualitas utang dalam negeri.1 Sebaliknya, perekonomian AS, yang didukung oleh stimulus fiskal, meningkat pesat dan meningkat sebesar 3 persen di Triwulan ke-3. Gambar A.5: Pertumbuhan perdagangan global menurun Gambar A.6: … sebagaimana halnya dengan produksi … industri (persen, yoy) (persen, yoy) 7 Negara-negara Pasar Berkembang Asia Perdagangan dunia 7 6 6 Impor Kawasan Euro 5 5 Kawasan Euro 4 4 Dunia 3 3 2 2 1 1 0 0 -1 Negara-negara Maju Ekspor Kawasan Euro -1 -2 Mar-16 Mar-17 Mar-18 Jun-16 Jun-17 Jun-18 Dec-17 Sep-15 Dec-15 Sep-16 Dec-16 Sep-17 Sep-18 Mar-16 Mar-17 Mar-18 Jun-16 Jun-17 Jun-18 Sep-15 Dec-15 Sep-16 Dec-16 Sep-17 Dec-17 Sep-18 Sumber: CBP World Trade Monitor, perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CBP World Trade Monitor, perhitungan staf Bank Dunia Indikator dengan frekuensi yang lebih tinggi dari kegiatan ekonomi global memberi gambaran beragam di awal Triwulan ke-3, dengan pertumbuhan perdagangan global yang tetap tinggi sebesar 3,5 persen, meskipun adanya pembatasan perdagangan terkait dengan meningkatnya proteksionisme yang mulai berlaku (Gambar A.5). Namun demikian, pertumbuhan perdagangan di antara negara-negara pasar berkembang secara substansial lebih tinggi daripada di antara negara-negara maju di Triwulan ke-32. Perekonomian kawasan euro adalah penyebab utama hambatan pada pertumbuhan perdagangan negara-negara maju karena tarif yang dikenakan AS pada baja dan aluminium mulai berlaku. Pertumbuhan ekspor dan impor kawasan euro menurun ke tingkat yang terendah dalam lima dan enam triwulan, masing-masing. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 7 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Sementara itu, pertumbuhan produksi industri global menurun menjadi 2,8 persen di Triwulan ke-3, paling rendah sejak Triwulan ke- 1 tahun 2017, dibandingkan dengan rata-rata 3,3 persen di Triwulan ke-2 (Gambar A.6). Meskipun pertumbuhan produksi industri di Amerika Serikat mencatat hasil yang tertinggi sejak tahun 2011, produksi industri di negara-negara maju juga menurun. Pertumbuhan produksi industri di negara-negara pasar berkembang menurun menjadi 3,3 persen di Triwulan ke-3, dibandingkan dengan 3,8 persen di Triwulan ke-2, sebagian besar disebabkan karena adanya kontraksi di kawasan Amerika Latin oleh karena adanya masalah ekonomi di Argentina. Indikator lain dari kegiatan ekonomi, Indeks Manajer Pembelian Gabungan dari Markit ( Markit's Composite PMI), mencatat adanya penurunan yang meluas di Triwulan ke-3 yang mencerminkan menurunnya kegiatan ekonomi sejalan dengan menurunnya pertumbuhan perdagangan global dan menurunnya produksi industri (Gambar A.7). Walaupun Indeks Manajer Pembelian Gabungan global (composite global PMI) masih berada di wilayah ekspansif (rata-rata sebesar 53,3 di Triwulan ke-3), namun turun ke titik yang terendah sejak akhir tahun 2016. Bertolak-belakang dengan hasil perdagangan, di mana negara-negara pasar berkembang mengungguli negara-negara maju, Indeks Manajer Pembelian Gabungan negara-negara maju, meskipun menurun hingga mencapai rata-rata 53,8 di Triwulan ke-3 dari rata-rata 54,7 di Triwulan ke-2, lebih tinggi dari Indeks Manajer Pembelian Gabungan untuk negara-negara pasar berkembang yang menurun ke tingkat rata-rata 52 dibandingkan dengan 52,4 di Triwulan ke-2 dan 53 di Triwulan ke-1. Dengan latar belakang menurunnya hasil pertumbuhan perekonomian global dan sinyal bauran yang berkaitan dengan indikator yang memiliki frekuensi lebih tinggi, pembuat kebijakan di seluruh dunia telah bereaksi dengan berbagai tingkat urgensi. Sebagaimana telah tercatat, peningkatan pesat dalam pertumbuhan PDB di Amerika Serikat telah didorong oleh kebijakan fiskal yang ekspansif. Untuk mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekspor di tengah terjadinya ketegangan perdagangan, pemerintah Cina telah memberlakukan serangkaian langkah yang ditujukan untuk merangsang kegiatan ekonomi, mulai dari memotong rasio kebutuhan cadangan (mirip dengan melonggarkan persyaratan kredit), mengurangi pembatasan emisi (sebagai sarana untuk meningkatkan produksi dan investasi ) dan memberlakukan pemotongan pajak. Sejauh ini, kebijakan-kebijakan tersebut tampaknya telah berhasil mencapai tujuannya (Lihat Bank Dunia, 2019). Gambar A.7: Pencapaian PMI di seluruh dunia menurun Gambar A.8: Gejolak pasar keuangan global tidak (pertumbuhan yoy, persen) sepenuhnya menghilang di Triwulan ke-3 (indeks, 1 Januari 2018 =100) 350 Koreksi pasar modal AS Kekhawatiran tentang 58 Q1-18 Q2-18 Q3-18 penghasilan perusahaan 56 300 VIX untuk perusahaan seperti Google dan Amazon 54 250 Pengumuman AS untuk menaikkan tarif 52 Melonjaknya untuk baja dan aluminium suku bunga Bank 50 200 Sentral AS yang Melonjaknya suku bunga ke-1 Bank Sentral AS yang ke-3 48 150 China Emerging Economies United States Economies Global Euro Area Japan Developed MOVE 100 Melonjaknya suku bunga Bank Sentral AS yang ke-2 Saham perusahaan-perusahaan 50 teknologi diobral Feb-18 Mar-18 May-18 Jan-18 Jun-18 Nov-17 Apr-18 Oct-18 Dec-17 Jul-18 Aug-18 Sep-18 Nov-18 Dec-18 Sumber: Markit Economics, Haver, perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Bloomberg; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Data yang terbaca di atas 50 mewakili ekspansi dan data di bawah 50 mewakili kontraksi Di tataran kebijakan moneter, Bank Sentral AS terus mengulangi komitmennya untuk menormalkan suku bunga sementara bank sentral di banyak negara pasar berkembang juga memperketat posisi kebijakan moneter mereka dalam upaya untuk mengelola gejolak aliran modal serta gejolak mata uang. Di kawasan euro, Bank Sentral Eropa telah menegaskan kembali komitmennya untuk mengakhiri pelonggaran secara kuantitatif, meskipun hasil kegiatan ekonomi yang masih suam-suam kuku dalam beberapa bulan terakhir. Bersama- sama dengan Indonesia, banyak bank sentral di negara-negara pasar berkembang di Asia juga telah menaikkan tingkat suku bunga untuk mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh perubahan signifikan dari gejolak nilai tukar ditambah dengan depresiasi dan yang diperparah oleh arus keluar modal 3. Mengelola kondisi keuangan makro tetap menjadi tantangan bagi para pembuat kebijakan karena gejolak pasar ekuitas (sebagaimana diwakili oleh indeks VIX) dan gejolak pasar obligasi (sebagaimana diwakili oleh indeks MOVE - Merrill lynch Option Volatility Estimate) tidak sepenuhnya hilang di Triwulan ke-3 setelah terjadinya masa yang penuh kegelisahan Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 8 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia di Triwulan ke-2. Awal Triwulan ke-4 terjadi gejolak yang signifikan dalam indeks VIX karena laba perusahaan yang lebih kecil dari yang diharapkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Google dan Amazon (Gambar A.8). Tren kenaikan harga minyak berlanjut di Triwulan ke-3 meskipun permintaan global menurun karena kegiatan ekonomi yang menurun. Indeks harga minyak mentah Bank Dunia naik ke tingkat yang tertinggi sejak Desember 2014. Secara lebih luas, indeks harga energi Bank Dunia juga naik sebesar 41,4 yoy, mencapai tingkat yang tertinggi sejak Triwulan ke-4 2014. Sanksi AS4 terhadap Iran yang diperbaharui, yang berlaku mulai tanggal 4 November, dapat memberi tekanan lebih lanjut pada harga energi 5. Sebaliknya, harga non- energi (yang diukur dengan indeks harga non-energi Bank Dunia) turun 0,8 persen di Triwulan ke-3 terhadap peningkatan sebesar 8,7 persen di Triwulan ke-2. 1 Bank Dunia (2019). 2 Suatu dikotomi tampaknya muncul dengan adanya pertumbuhan perdagangan negara-negara maju yang di Triwulan ke-3 secara signifikan lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan perdagangan di negara-negara pasar berkembang. Pertumbuhan impor di negara-negara maju rata-rata sebesar 1,1 persen yoy dan pertumbuhan ekspor rata-rata sebesar 2,4 persen yoy. Sebaliknya, hasil perdagangan negara-negara pasar berkembang lebih positif dengan pertumbuhan impor melonjak ke rata-rata 7,6 persen di Triwulan ke-3, dan pertumbuhan ekspor melaju ke rata-rata 4,4 persen di Triwulan ke-3. 3 Bank sentral India telah menaikkan tingkat suku bunga sebanyak dua kali sejak bulan Juni 2018 (dengan peningkatan total sebesar 50 basis poin), bank sentral Filipina dengan total 100 basis poin, dan Bank Indonesia dengan total 75 basis poin (lihat Bagian A.5). 4 https://www.businesstimes.com.sg/energy-commodities/oil-prices-fall-on-signs-of-rising-global-supply 5 Harga minyak global jatuh di bulan November, dengan harga minyak jenis Brent yang turun dari puncaknya sebesar USD 86 per barel pada tanggal 4 Oktober menjadi USD 58 pada tanggal 23 November (Lihat Bagian A.2). Pertumbuhan Pertumbuhan konsumsi Pemerintah riil meningkat menjadi 6,3 persen yoy dari 5,2 persen di konsumsi Triwulan ke-2. Hasil di Triwulan ke-3 ini sebagian karena adanya peningkatan belanja barang pemerintah melonjak secara nominal yang melonjak sebesar 26,3 persen yoy dibandingkan dengan 8,8 persen di di Triwulan ke-3 Triwulan ke-2. Ini adalah laju pertumbuhan belanja barang yang tertinggi sejak Triwulan ke-1 seiring dengan tahun 2017 dan sebagian besar didorong oleh pengeluaran yang terkait dengan Asian Games. meningkatnya Belanja pegawai secara nominal juga meningkat menjadi 16,7 persen yoy dari 12,6 persen di nominal belanja Triwulan ke-2. Pertumbuhan belanja sosial secara signifikan melambat menjadi 4,3 persen yoy barang dibandingkan dengan 67,6 persen di Triwulan ke-2. Hal ini sudah diperkirakan sebelumnya mengingat bahwa capaian hasil di Triwulan ke-1 dan Triwulan ke-2 didorong terutama oleh peluncuran lebih awal dari Program Bantuan Sosial bersubsidi dari Pemerintah, program Penerima Bantuan Iuran (PBI) serta peningkatan cakupan program Keluarga Harapan (PKH). Ekspor bersih sekali Sejalan dengan perdagangan global yang lebih lambat, baik pertumbuhan ekspor maupun impor lagi menjadi faktor secara marjinal menurun di Triwulan ke-3, namun, impor masih bertumbuh hampir dua kali lipat pengurang bagi lebih cepat dibandingkan dengan ekspor, yang secara keseluruhan menyebabkan hambatan pertumbuhan terhadap pertumbuhan PDB dari pertumbuhan ekspor neto. Pertumbuhan ekspor sedikit menurun menjadi 7,5 persen di Triwulan ke-3 dari 7,6 persen di Triwulan ke-2, sementara impor bertumbuh sebesar 14,1 persen, turun dari 15,3 persen di Triwulan ke-2. Pencapaian hasil pertumbuhan ekspor ini didorong oleh penurunan ekspor minyak dan gas (Migas) yang sebagian diimbangi oleh ekspor produk non-Migas yang lebih tinggi. Karena pengeluaran yang terkait dengan Asian Games, pertumbuhan ekspor jasa yang meningkat hampir dua kali lipat juga mencatat laju pertumbuhan yang tertinggi sejak Triwulan ke-4 tahun 2017. Pertumbuhan impor terus didorong oleh impor non-Migas, sementara impor produk-produk Migas menurun ke pertumbuhan yang paling rendah sejak Triwulan ke-3 2017, sebagian karena adanya keharusan untuk penggunaan bahan bakar nabati (biofuel) yang dimulai pada 1 September 6. 6 https://www.reuters.com/article/us-singapore-siew-indonesia/indonesia-imposes-mandatory-use-of-b20-biodiesel-in-drive-to-cut-fuel-bill- deputy-minister-idUSKCN1N5160 Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 9 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Di sisi produksi, Dalam hal nilai tambah bruto, Gambar A.9: Pertumbuhan sektor manufaktur mengimbangi pertumbuhan di pertumbuhan sedikit penurunan di sektor pertanian sebagian besar meningkat dari 5,0 persen di (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) Jasa lain sektor meningkat Triwulan ke-2 menjadi 5,1 Jasa keuangan dibandingkan persen di Triwulan ke-3 Transport & komunikasi Perdagangan, perhotelan & restoran dengan di Triwulan (Gambar A.9). Sebagian besar Bangunan ke-2, kecuali untuk sektor mengalami Listrik, gas & air bersih Manufaktur sektor pertanian dan pertumbuhan yang lebih 6 Pertambangan & galian utilitas tinggi dibandingkan dengan Pertanian Gross Value Added* 5 Triwulan ke-2, kecuali untuk sektor pertanian dan utilitas 4 (Gambar A.9). Pertumbuhan sektor pertanian menurun 3 menjadi 3,6 persen, sebagian 2 karena adanya efek dasar (base effect, pengaruh perubahan 1 harga konsumen dari bulan 0 yang sama tahun sebelumnya pada perubahan dalam inflasi -1 tahunan pada bulan yang sama Sep-15 Sep-16 Sep-17 Sep-18 tahun ini – pent.) dari panen Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia yang melimpah ruah di tahun Catatan: Nilai Tambah bruto (Gross Value Added) berasal dari penjumlahan lalu dan penurunan produksi nilai tambah di sektor pertanian, industri dan jasa. Jika nilai tambah dari sektor-sektor ini dihitung pada nilai pembeli, nilai tambah bruto diperoleh tanaman pangan dan dengan mengurangkan pajak tidak langsung neto dari PDB. komoditas, seperti minyak kelapa sawit dan karet tahun ini. Sektor manufaktur mencatat peningkatan aktivitas (4,3 persen yoy dibandingkan dengan 3,8 persen di Triwulan ke-2). Sektor pertambangan dan galian juga terus meningkat dengan pertumbuhan yang meningkat dari 2,6 persen di Triwulan ke-2 menjadi 2,7 persen di Triwulan ke-3, yang didukung oleh tingginya harga komoditas global. Meskipun mengalami peningkatan dalam kegiatan investasi, terutama di sektor bangunan gedung dan struktur, sektor konstruksi hanya sedikit meningkat menjadi 5,8 persen di Triwulan ke-3 dari 5,7 persen di Triwulan ke-2. 2. Harga komoditas yang terkait dengan energi terus mempertahankan peningkatannya Harga komoditas Harga komoditas ekspor utama Indonesia di Triwulan ke-3 mengikuti tren yang teramati pada utama mengikuti triwulan-triwulan sebelumnya. Harga batubara, minyak mentah, dan gas alam cair (LNG) naik, tren yang terjadi di mencatatkan rata-rata pertumbuhan yoy sebesar 31,0 persen, hampir sama dengan di Triwulan triwulan-triwulan ke-2. Di sisi lain, harga karet dan minyak kelapa sawit mentah (CPO) terus menurun sebesar terakhir 17,0 persen, melanjutkan tren penurunan yang terjadi sejak awal tahun. Harga logam dasar relatif stabil, mencatatkan penurunan sebesar hanya 2 persen (Lihat Kotak A.2). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 10 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Sebagian karena adanya Gambar A.10: Rata-rata pergerakan selama tiga bulan peningkatan sebesar 100 juta ton dari ekspor komoditas utama Indonesia dalam kuota ekspor batubara yang (indeks volume ekspor, Januari 2016 = 100; indeks untuk logam di dimulai di bulan September tahun Seb. Kanan) ini, ekspor batubara naik menjadi 130 500 7,3 persen yoy di Triwulan ke-3, 450 lebih lambat dari 12,9 persen di 120 Karet 400 Triwulan ke-27. Ekspor logam dasar Batubara juga mencatat peningkatan sebesar 110 350 128,3 persen di Triwulan ke-3, lebih 300 rendah dari pertumbuhan sebesar 100 250 hampir 300 persen yang tercatat di 200 triwulan kedua. Lonjakan ekspor 90 Gas mineral ini sebagian besar karena 150 Minyak Pemerintah menghapus sebagian 80 100 larangan ekspor terhadap mineral Logam 50 yang belum diolah pada tahun 2017, 70 0 yang diberlakukan sejak tahun Jan-17 May-17 Sep-17 Jan-18 May-18 Sep-18 20148. Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Data untuk CPO tidak tersedia. Volume ekspor logam dasar tidak disajikan karena adanya lonjakan yang signifikan teramati di Di sisi lain, ekspor komoditas tahun 2018. utama lainnya lebih lemah. Volume ekspor migas mencatatkan kontraksi yoy sebesar 22,2 persen karena adanya pertukaran kepemilikan beberapa blok minyak yang menyebabkan perubahan tajam dalam jumlah yang dialokasikan untuk ekspor9. Secara volume, ekspor minyak (termasuk produk olahan) dan gas menurun dari 35,4 juta barel (mbbls) dan sekitar 300 juta British thermal unit (mmbtu) masing- masing di Triwulan ke-3 tahun 2017, menjadi 28,7 mbbls dan sekitar 267 mmbtu di Triwulan ke-3 2018. Volume karet yang diekspor mengalami kontraksi yoy sebesar hampir 7 persen, sebagian disebabkan oleh permintaan komoditas yang melemah setelah terjadinya perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat (Gambar A.10). 7 Dalam upaya untuk mempersempit defisit neraca transaksi berjalan, Pemerintah telah meningkatkan kuota ekspor batubara sebesar 100 juta ton yang mulai belaku sejak bulan September 2018. Sementara industri hanya mampu memenuhi sekitar 25 persen dari kuota tambahan tersebut, total peningkatan volume ekspor masih kurang dari 25 juta ton karena sebagian dari produksi batubara tambahan dipergunakan untuk memenuhi Kewajiban Pasar Dalam Negeri (lihat http://pubdocs.worldbank.org/en/823461540394173663/CMO-October-2018-Forecasts.pdf). Selain itu, kemungkinan industri menanggapi kuota yang lebih tinggi ini dengan hati-hati dalam upaya untuk menghindari kelebihan pasokan pasar dan mempengaruhi harga secara negatif (lihat https://www.montelnews.com/de/story/indonesia-cuts-november-coal-price-by-3/950238) 8 Indonesia mencabut larangan ekspor mineral non-olahan secara parsial di awal tahun 2017. Dengan demikian, negara terus meningkatkan volume ekspor mineralnya. Sebelumnya, sejak bulan Januari 2014, para penambang diharuskan untuk setidaknya memproses bijih besi dan konsentrat mereka sebelum izin untuk ekspor diberikan. 9 Pemerintah baru-baru ini memberi izin kepada Pertamina untuk mengoperasikan 12 blok minyak yang sebelumnya dioperasikan sebagian oleh perusahaan minyak asing. Akibatnya, keluaran dari ladang-ladang tersebut sekarang diproses (dan kemudian dikonsumsi) di dalam negeri, sehingga mengurangi total ekspor minyak. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 11 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak A.2: Kisah dua kelompok komoditas Sejalan dengan tren yang dimulai di akhir Triwulan ke-1 2018, harga komoditas ekspor utama Indonesia terus bergerak dalam lintasan yang berbeda. Harga komoditas non-pertanian seperti batubara, minyak mentah, dan LNG mempertahankan tren kenaikan mereka. (Gambar A.11). Sebaliknya, ketersediaan yang cukup dan permintaan yang lemah terus membebani harga karet dan CPO. Harga batubara naik rata-rata sebesar 23,7 persen yoy di Triwulan ke-3, setelah terjadinya lonjakan sebesar 31,3 persen di Triwulan ke- 2, yang didorong oleh lonjakan permintaan dari Cina dan India dalam persiapan untuk memenuhi permintaan listrik yang tinggi selama berlangsungnya musim dingin. Dengan demikian, pada bulan September 2018, Kementerian Ekologi dan Lingkungan Cina mengurangi target penurunan polusi menjadi 3 persen dari 5 persen untuk periode Oktober 2018 hingga Maret 2019, membuka pintu bagi peningkatan yang cukup tinggi dalam penggunaan batubara untuk produksi listrik di provinsi bagian utara negara tersebut. Sementara itu, suasana yang menggairahkan untuk minyak mentah terus berlanjut karena harga mencapai tingkat yang tertinggi dalam empat tahun ini di akhir Triwulan ke-3, yang menyebabkan pertumbuhan sebesar 45,5 persen yoy, yang sebagian mencerminkan kekhawatiran pasokan oleh karena adanya sanksi yang dikenakan terhadap Iran. Namun demikian, peningkatan harga minyak mentah tersebut berbalik di pertengahan Triwulan ke-4 dengan jatuhnya harga minyak. Harga minyak Brent turun dari puncaknya sebesar USD 86 per barel pada tanggal 4 Oktober menjadi USD 58 pada tanggal 23 November. Salah satu alasan utama untuk pembalikan tersebut adalah karena AS memberi pengecualian untuk importir utama minyak (seperti India) untuk terus membeli minyak dari Iran. Selanjutnya, kegiatan ekonomi global menurun di Triwulan ke-3 dan meredakan tekanan permintaan yang menyebabkan tekanan tambahan pada harga. Sementara itu, LNG juga menikmati harga yang tinggi selama beberapa bulan di Triwulan ke-3, melonjak 23,5 persen, karena adanya peningkatan permintaan secara besar-besaran di Cina dan pulihnya permintaan di Korea Selatan. Pada komoditas pertanian, harga karet terus melemah karena ketidakpastian kebijakan perdagangan global mengurangi sentimen pasar. Harga di Triwulan ke-3 menurun lebih lanjut sebesar 19,5 persen yoy setelah terjadi penurunan sebesar 17,2 persen di Triwulan ke-2, dan kemungkinan akan turun lebih lanjut karena pasokan yang mencukupi, oleh karena penyadapan di daerah-daerah penghasil utama telah dimulai. Di sisi lain, harga CPO turun lebih lanjut sebesar 15,2 persen, mengikuti jatuhnya harga minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai, minyak rapeseed (tumbuhan keluarga Brassica yang dibudidayakan untuk diambil minyak dari bijinya – pent.), dan minyak bunga matahari. Ke depan, Bank Dunia (2018) memperkirakan harga karet dan CPO tetap berada di bawah tekanan. Harga batubara diproyeksikan stabil, sementara harga logam dasar diperkirakan akan sedikit naik. Harga rata-rata minyak pada tahun 2018 diperkirakan masih akan lebih tinggi dari tahun lalu, meskipun terjadi penurunan yang signifikan di bulan November 2018. (Gambar A.12). Gambar A.11: Harga komoditas non-pertanian terus Gambar A.12: Harga logam dasar di akhir tahun 2018 meningkat, sementara komoditas pertanian tetap diperkirakan akan lebih tinggi dari rata-rata YTD mendapat tekanan (indeks Januari 2016 = 100) (indeks Januari 2016 = 100) 260 Minyak mentah Avg Q2-18 Avg Q3-18 Oct-18 2018 (F) YTD Avg 250 Karet 220 Batubara 200 180 Logam Dasar 150 140 100 CPO 100 50 LNG 60 0 Jan-16 Jan-17 Jan-18 Oct-18 Apr-16 Oct-16 Apr-17 Jul-17 Oct-17 Apr-18 Jul-16 Jul-18 Rubber Karet Logam Base Coal Crude Batubara Oil Minyak LNG CPO Dasar Metals Mentah Sumber: Pink Sheet Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC, BPS; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: LNG adalah singkatan dari Liquified Natural Gas; CPO adalah singkatan dari Crude Palm Oil (Minyak Sawit mentah) Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 12 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 3. Harga minyak mentah yang lebih tinggi menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan semakin melebar Defisit neraca Di tengah tingginya harga Gambar A.13: Defisit neraca perdagangan barang transaksi berjalan minyak mentah di Triwulan ke- menyebabkan melemahnya neraca transaksi berjalan melebar karena 3 dan berlanjutnya penguatan (jumlah bergulir selama empat triwulan, persen dari PDB) Neraca perdagangan jasa neraca perdagangan pertumbuhan investasi perdagangan Neracatrade Goods barang balance Services trade balance transaksi Neraca account berjalan Penerimaan Income Current balance barang mengalami peralatan , defisit neraca 10 defisit, sementara transaksi berjalan Indonesia 2 defisit neraca melebar menjadi 2,7 persen di 1 perdagangan jasa Triwulan ke-3, lebih lebar meningkat daripada Triwulan ke-2 yakni 0 2,3 persen11 (Gambar A.13). -1 Secara triwulanan, defisit transaksi berjalan di Triwulan -2 ke-3 mencapai 3,4 persen dari -3 PDB, lebih besar daripada defisit sebesar 1,8 persen yang -4Q32014 Q32015 Q32016 Q32017 Q32018 terjadi di Triwulan ke-3 tahun Sumber: CEIC, Perhitungan staf Bank Dunia 2017 (Tabel A.1). Defisit neraca transaksi berjalan melebar pada neraca perdagangan barang yang berubah menjadi defisit dan defisit perdagangan jasa yang lebih besar. Secara keseluruhan, karena surplus pada neraca keuangan dan neraca modal tidak cukup untuk mengimbangi defisit pada neraca transaksi berjalan, neraca pembayaran mencatatkan defisit sebesar USD 4,4 miliar. Setelah tiga triwulan berturut-turut neraca pembayaran mengalami defisit, cadangan internasional BI turun menjadi 114,8 miliar dolar AS di akhir Triwulan ke-3, tetapi masih cukup untuk membiayai pembayaran utang luar negeri pemerintah dan impor selama 6,3 bulan12. Tabel A.1: Neraca Pembayaran Indonesia (miliar dolar AS kecuali dinyatakan lain) Q3-2017 Q4-2017 Q1-2018 Q2-2018 Q3-2018 Nominal PDB 262,9 257,9 258,2 263,9 262,5 Neraca Pembayaran Secara Keseluruhan 5,4 1,0 (3,9) (4,3) (4,4) Sebagai persen dari PDB 2,0 0,4 (1,5) (1,6) (1,7) Sebagai persen dari PDB, jumlah bergulir 1,5 1,1 0,3 (0,2) (1,1) selama empat triwulan Neraca Transaksi Berjalan (4,6) (6,0) (5,5) (8,0) (8,9) Sebagai persen dari PDB (1,8) (2,3) (2,1) (3,0) (3,4) Sebagai persen dari PDB, jumlah bergulir (1,3) (1,7) (2,0) (2,3) (2,7) selama empat triwulan Neraca perdagangan barang 5,3 3,1 2,3 0,3 (0,4) Neraca perdagangan jasa (2,1) (2,3) (1,7) (1,9) (2,2) Penerimaan (7,8) (6,6) (6,3) (6,4) (6,2) Neraca Modal dan Neraca Keuangan 10,2 (6,8) 2,3 4,5 4,2 Sebagai persen dari PDB 3,9 2,7 0,7 1,7 1,6 Sebagai persen dari PDB, jumlah bergulir 3,0 2,9 2,4 2,3 1,7 selama empat triwulan Investasi Langsung 7,6 4,3 3,1 2,7 3,9 Investasi Portofolio 4,0 2,0 (1,2) 0,1 (0,1) Investasi Lainnya (1,4) 0,7 (0,2) 1,7 0,2 Sumber: Bank Indonesia; Perhitungan staf Bank Dunia 10 Investasi peralatan memiliki kandungan impor yang tinggi, yang mendorong impor barang modal dan barang antara. 11 Dinyatakan sebagai jumlah bergulir empat kuartal. 12 Bank Indonesia (15 Agustus 2018). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 13 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Total impor tetap Peningkatan total impor barang dan jasa secara nominal tetap melebihi total ekspor selama melebihi total empat triwulan berturut-turut. Total ekspor meningkat 10,7 persen yoy di Triwulan ke-3, lebih ekspor… rendah dari peningkatan sebesar 22,6 persen yang tercatat pada triwulan yang sama tahun lalu, didorong oleh ekspor jasa. Di sisi lain, total impor naik menjadi 23,8 persen di Triwulan ke-3 dari 21,3 persen di Triwulan ke-3 tahun lalu. …didorong oleh Pertumbuhan impor barang lebih dari dua kali lipat dibanding pertumbuhan ekspor di Triwulan peningkatan impor ke-3. Impor barang meningkat sebesar 25,5 persen di Triwulan ke-3, dari 22,4 persen di Triwulan barang yang tinggi. ke-3 tahun 2017, didorong oleh konsumsi dan investasi yang tinggi13. Sementara itu, peningkatan ekspor barang menurun secara substansial menjadi 10,0 persen di Triwulan ke-3 dari 24,3 persen di Triwulan ke-3 tahun 2017. Penurunan ekspor barang ini sebagian disebabkan oleh adanya efek dasar yang tinggi yang teramati di Triwulan ke-3 tahun 2017, serta menurunnya pertumbuhan global dan perdagangan global. Ini menyebabkan neraca perdagangan barang mengalami defisit untuk pertama kalinya sejak Triwulan ke-2 tahun 201414. Gambar A.14: Pertumbuhan ekspor barang yang lebih Gambar A.15: Pertumbuhan impor barang terus melebihi rendah terjadi di setiap kategori ekspor, didorong oleh impor bahan bakar dan barang (kontribusi thd pertumbuhan yoy, persen) konsumsi. (kontribusi thd pertumbuhan yoy, persen) Barang Mata Other dagangan lainnya merchandise Other lainnya Barang goods Other manufaktur lainnya manufactures Komoditas olahan Capitalmodal Barang goods Textile Tekstil && textile produk products tekstil Processed commodities Coal Batubara Minyak & gas Oil & gas Fuel &bakar Bahan lubricants & pelumas Total ekspor Barang goods bahan antara kecuali Intermediate bakar excluding fuel Agriculture Pertanian & other mining & pertambangan Total exports lainnya Barang konsumsi Consumption kecuali goods bahan bakar excluding fuel 24 imports Totalimpor Total 24 20 20 16 16 12 12 8 8 4 4 0 0 -4 -4 -8 -8 -12 -12 Q42016 Q32017 Q22018 Q22016 Q32016 Q42016 Q12017 Q22017 Q32017 Q42017 Q12018 Q22018 Q32018 Q22016 Q32016 Q12017 Q22017 Q42017 Q12018 Q32018 Sumber: CEIC dan Bank Indonesia; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC dan Bank Indonesia; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Kategori “barang manufaktur lainnya” termasuk kertas, bahan kertas, furnitur, plastik, makanan olahan, bahan kimia, dan barang “lainnya” Menurunnya Dibandingkan dengan Triwulan ke-2 tahun 2018 dan Triwulan ke-3 tahun 2017, pertumbuhan pertumbuhan ekspor ekspor barang yoy di Triwulan ke-3 tahun 2018 menurun di hampir semua kategori. Ekspor barang di Triwulan batubara15, produk manufaktur lainnya (termasuk kertas dan produk kertas dan makanan olahan), tekstil dan kendaraan bermotor, khususnya, mengalami pertumbuhan yang lebih rendah 13 Impor barang meningkat 25,0 persen di Triwulan ke-2 tahun 2018, sedangkan ekspor meningkat 11,7 persen. 14 Di Triwulan ke-2 tahun 2014, peningkatan impor barang relatif tinggi, didorong oleh permintaan yang lebih tinggi untuk barang konsumsi, baik untuk bulan puasa maupun hari raya Lebaran. Di sisi lain, peningkatan ekspor barang terhambat oleh permintaan yang lesu terhadap komoditas utama Indonesia, terutama batubara dan minyak kelapa sawit, serta keputusan pemerintah Indonesia untuk melarang ekspor mineral yang belum diolah. 15 Pengiriman batubara dilaporkan menurun khususnya untuk tujuan Cina karena negara tersebut mulai membatasi impor batubara dan preferensi untuk batubara berkalori tinggi (yang bukan sifat dari batubara Indonesia). Nilai ekspor batu bara juga disebabkan oleh harga batubara yang relatif lebih rendah pada akhir Triwulan ke-3, karena Pemerintah Indonesia meningkatkan kuota ekspornya sebesar 100 juta ton. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 14 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia ke-3 terjadi pada (Gambar A.14). Kontraksi berkelanjutan dari ekspor minyak kelapa sawit dan karet olahan seluruh kategori… berkontribusi terhadap turunnya kontribusi dari kategori komoditas olahan. Di sektor migas, meskipun produksi sedikit lebih rendah16, pertumbuhan ekspor relatif stabil sebesar 18 persen, serupa dengan di Triwulan ke-3 tahun 2017. Terlepas dari ekspor ke Amerika Serikat 17, India18, Korea Selatan19, dan Vietnam 20, ekspor ke sepuluh negara tujuan teratas lainnya mencatat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan di Triwulan ke-2 tahun 2018. …sementara harga Impor barang terus meningkat lebih dari 20 persen yoy selama lima kuartal terakhir (Gambar minyak yang lebih A.15). Pendorong utamanya, impor bahan bakar dan barang konsumsi, tumbuh masing-masing tinggi menopang sebesar 56,7 persen dan 36,0 persen yoy. Lonjakan harga bahan bakar dunia menjadi salah satu pertumbuhan impor penyebab eskalasi21 impor bahan bakar. Demikian pula, impor barang konsumsi meningkat lebih barang cepat dan mencapai pertumbuhan yoy tertinggi dalam enam tahun terakhir. Hal ini terlepas dari depresiasi Rupiah yang stabil, baik secara nominal maupun riil dan kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan pajak impor barang konsumsi22. Sementara itu, pertumbuhan impor barang modal menurun menjadi 22,7 persen, sedikit lebih rendah dari 24,1 persen di Triwulan ke-3 tahun 2017. Defisit neraca Defisit neraca perdagangan jasa meningkat menjadi 2,2 miliar dolar AS di Triwulan ke-3 tahun perdagangan jasa 2018, sedikit lebih tinggi dari defisit sebesar 1,9 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya. sedikit meningkat Pertumbuhan impor jasa meningkat 13,3 persen di Triwulan ke-3, sejalan dengan impor barang yang lebih tinggi dan peningkatan permintaan jasa karena kegiatan ibadah haji. Defisit neraca perdagangan jasa yang lebih besar tertahan oleh ekspor jasa yang lebih tinggi karena jumlah wisatawan asing ke Indonesia meningkat selama berlangsungnya acara Asian Games yang diadakan di Jakarta dan Palembang. Surplus neraca Meskipun dilatarbelakangi oleh Gambar A.16: Neraca keuangan dan modal mengalami keuangan relatif kondisi eksternal yang bergejolak, surplus yang stabil stabil neraca keuangan dan modal (USD miliar) Equities SBI mencatat surplus yang relatif SUN Govt global Obligasi bonds global stabil sebesar 4,2 miliar dolar AS Main net portfolio Arus masuk bersih inflows portofolio pemerintah 6 utama (1,6 persen dari PDB) di Triwulan 5 ke-3 dibanding 4,5 miliar dolar 4 AS (1,7 persen dari PDB) di 3 Triwulan ke-2, namun jauh di 2 bawah 10,3 miliar dolar AS (3,9 1 persen dari PDB) yang tercatat di 0 Triwulan ke-3 tahun lalu. Angka -1 -2 tersebut mencerminkan kenaikan -3 pada arus masuk penanaman Jan-17 Jan-18 Oct-16 Apr-17 Oct-17 Apr-18 Oct-18 Jul-17 Jul-18 modal asing/PMA (FDI) menjadi 3,9 miliar dolar AS dari 2,7 miliar Sumber: CEIC; Bank Dunia; Perhitungan staf Bank Dunia 16 Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengumumkan bahwa jumlah produksi (lifting) minyak dan gas di Triwulan ke-3 menurun sebesar 1,5 persen qoq (kuartal ke kuartal) dari 791 kbpd (kilo barel per hari) menjadi 780 kbpd sebagian karena penghentian operasi (shutdown) yang tidak direncanakan di dua lapangan utama di Plaju dan Dumai. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral juga mengungkapkan bahwa pertukaran/swap ladang minyak Mahakam yang sebelumnya dimiliki oleh Total ke Pertamina telah mempengaruhi sebagian angka ekspor. Di sisi lain, produksi gas meningkat, baik secara qoq (6,8 persen) maupun yoy (21,2 persen). 17 Terutama didorong oleh ekspor tekstil dan alas kaki. 18 Didorong oleh ekspor batubara, karet dan minyak kelapa sawit. 19 Pendorong utamanya adalah ekspor logam non-mulia dan tembaga. 20 Ekspor suku cadang kendaraan bermotor dan suku cadang peralatan listrik mendorong peningkatan. 21 Harga minyak dan produk minyak olahan meningkat masing-masing sebesar 56,0 persen dan 45,2 persen yoy. Sementara itu, volume impor minyak dan produk minyak olahan masing-masing meningkat sebesar 3,2 persen dan 9,6 persen. 22 https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4199347/pajak-impor-barang-konsumsi-naik-hingga-10-kapan-berlaku Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 15 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dolar AS di triwulan sebelumnya, sehingga keseimbangan dasar (jumlah neraca transaksi berjalan dan total FDI bersih) relatif tidak berubah, meskipun masih negatif. Aliran masuk portofolio bersih di Triwulan ke-3 mencapai 1,1 miliar dolar AS, lebih dari cukup untuk membalikkan 0,6 miliar dolar AS arus keluar modal di Triwulan ke-2, walaupun secara signifikan lebih rendah dari 4,2 miliar dolar AS yang masuk ke Indonesia di Triwulan ke-3 tahun lalu (Gambar A.16). Pemulihan ini didorong oleh berbaliknya arus modal dari pembelian obligasi berdenominasi Rupiah (SUN), bukti bahwa kepercayaan investor di Indonesia mulai pulih kembali di Triwulan ke-3. Tekanan di sisi ekuitas juga berkurang dengan arus keluar dari pasar ekuitas turun ke 0,1 miliar dolar AS di Triwulan ke-3 tahun 2018 dari 1,7 miliar dolar di triwulan sebelumnya. Arus keluar sektor swasta dari surat utang ( debt securities) mencapai sekitar 1 miliar dolar AS versus arus masuk bersih sebesar 0,8 miliar dolar AS di Triwulan ke-2, konsisten dengan penurunan kepemilikan obligasi Pemerintah oleh pihak asing terutama pada bulan September, ketika situasi di Turki memburuk. Kondisi pasar obligasi ini telah stabil dan mulai mengalami peningkatan yang lebih berarti dalam beberapa minggu terakhir ini, yang sebagian mencerminkan valuasi yang menarik di tengah stabilitas yang mulai terjadi di pasar internasional (Lihat Bagian A.5). Investasi asing Penanaman modal asing (FDI) bersih mencapai 3,9 miliar dolar AS di Triwulan ke-3, naik dari langsung bersih 2,7 miliar dolar AS di Triwulan ke-2 (Gambar A.17). Namun masih lebih rendah dari 7,4 miliar meningkat dari dolar AS yang tercatat di Triwulan ke-3 tahun 201723. Sektor manufaktur, perdagangan grosir, capaiannya di pertanian, perikanan, serta sektor intermediasi keuangan adalah penerima utama arus investasi Triwulan ke-2 asing langsung di Triwulan ke-324. Walaupun terjadi peningkatan nilai, meskipun sangat rendah25, investasi langsung bersih (investasi langsung di Indonesia dikurangi investasi langsung Indonesia di luar negeri) di Triwulan ke-3 belum cukup untuk membiayai defisit neraca transaksi berjalan sejak Triwulan ke-1 tahun 2018 (Gambar A.18). Gambar A.17: FDI meningkat, sebagian besar di sektor Gambar A.18: ... tetapi investasi langsung bersih belum manufaktur… cukup untuk menutup defisit neraca transaksi berjalan (USD miliar) (jumlah bergulir selama empat triwulan, persen PDB) 10 3 Investasi langsung bersih Neraca Transaksi Berjalan Keseimbangan Dasar 5 2 1 0 Other Lainnya 0 Financial Intermediation Intermediasi Keuangan -5 -1 Perdagangan grosir Wholesale & retail & eceran, trade, perbaikan Vehicle kendaraan repair, household bermotor, goods barang-barang rumah tangga -2 -10 Manufacturing Manufaktur Mining and Quarrying Pertambangan & Galian -3 -15 Agriculture, Pertanian, Hunting, and Perburuan, danForestry Kehutanan -4 Mar-17 Mar-18 Jun-17 Jun-18 Dec-16 Dec-17 Sep-16 Sep-17 Sep-18 Sumber: CEIC dan Bank Indonesia; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC dan Bank Indonesia; perhitungan staf Bank Dunia 23 Investasi langsung yang signifikan di Triwulan ke-3 tahun lalu terlihat masuk ke beberapa bisnis rintisan ( start-up) ‘unicorn’ (bisnis rintisan unicorn adalah bisnis rintisan yang memiliki valuasi senilai USD 1 miliar atau lebih – pent.) Indonesia yang diyakini bernilai lebih dari USD 1 miliar. 24 Aliran keluar investasi langsung di Triwulan ke-3 tahun 2018 senilai USD 1,9 miliar, lebih tinggi dari Triwulan ke-2 tahun 2018 (USD 1,2 miliar) dan Triwulan ke-3 tahun 2017 (USD 1 miliar) karena perusahaan Indonesia dilaporkan telah mengakuisisi perusahaan pertambangan batubara di Australia. 25 Indonesia menarik FDI relatif sedikit dibandingkan dengan negara-negara setara. Selama 2013-2017, FDI ke Indonesia rata-rata sebesar 2,1 persen dari PDB. Ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan, misalnya, Malaysia (3,5 persen), Brasil (3,7 persen) dan Vietnam (5,7 persen). Lihat Bagian B untuk pembahasan yang lebih rinci. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 16 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 4. Inflasi IHK terus menurun Tekanan inflasi Inflasi IHK menurun menjadi rata- Gambar A.19: Inflasi IHK menurun di Triwulan ke-3, menurun di rata 3,1 persen yoy di Triwulan ke-3, tetapi perlahan meningkat di Triwulan ke-4 Triwulan ke-3 dari rata-rata 3,3 persen di Triwulan (perubahan yoy, persen) terutama didukung ke-2 (Gambar A.19). Inflasi IHK 12 oleh inflasi yang yang lebih rendah ini sebagian besar Barang-barang yang harganya diatur oleh pemerintah lebih rendah dari didorong oleh inflasi barang-barang 10 (administered) barang-barang yang yang harganya diatur oleh pemerintah harganya diatur oleh (administered goods) yang rendah oleh 8 pemerintah karena adanya efek dasar yang tinggi (administered karena kenaikan tarif listrik tahun 6 goods) lalu. Inflasi IHK 4 Inflasi harga barang-barang yang harganya diatur oleh pemerintah 2 Inflasi Inti turun dari rata-rata 3,5 persen di Inflasi makanan Triwulan ke-2 menjadi 2,4 persen yoy 0 di Triwulan ke-3, karena tekanan dari Nov-16 May-17 Nov-17 May-18 Nov-18 kenaikan tarif listrik tahun lalu semakin menurun, mengimbangi Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Harga makanan adalah rata-rata tertimbang dari kenaikan harga bahan bakar non- komponen harga bahan makanan dan makanan olahan dari IHK. subsidi26. Selain itu, harga barang-barang yang harganya diatur oleh pemerintah yang terkait dengan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencatat kenaikan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan ke-2, sehingga membatasi tekanan ke atas di Triwulan ke-3. Inflasi inti Inflasi inti, di luar inflasi dari barang harganya bergejolak ( volatile goods) dan barang-barang yang meningkat, karena harganya diatur oleh pemerintah (administered goods), naik tipis di Triwulan ke-3 menjadi 2,9 biaya pendidikan di persen yoy dari 2,7 persen di Triwulan ke-2, sebagian karena adanya kenaikan yang lebih besar tahun 2018 dalam biaya sekolah dan harga jasa tahun ini. Bank Indonesia melaporkan kenaikan biaya sekolah meningkat lebih yang lebih tinggi di semua tingkat pendidikan, termasuk di universitas, untuk tahun ajaran baru tinggi dari yang dimulai di Triwulan ke-3 tahun 201827. Biaya pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik 3,5 sebelumnya persen yoy di Triwulan ke-3 dari 3,4 persen di Triwulan ke-2. Ini sebagian berkontribusi pada menurunnya konsumsi sektor yang terkait dengan pendidikan dan kesehatan (lihat Bagian A.1). Inflasi IHK bergerak Pada basis bulanan, inflasi IHK bergerak cukup tinggi, menjadi 3,2 persen yoy di bulan naik di bulan November dari 2,9 persen di bulan September, yang disebabkan oleh inflasi inti yang lebih tinggi, November, tetapi inflasi dari harga barang-barang yang harganya diatur oleh pemerintah ( administered goods), dan tetap terjaga dalam inflasi dari barang yang harganya bergejolak (volatile goods). Inflasi inti naik menjadi 3,0 persen yoy kisaran target di bulan November dibandingkan dengan 2,8 persen di bulan September. Penyesuaian harga dari berbagai bahan bakar non-subsidi menyebabkan inflasi dari barang yang harganya diatur oleh pemerintah lebih tinggi di bulan November. Inflasi dari barang yang harganya bergejolak meningkat karena kenaikan harga bahan bakar yang tidak disubsidi dan harga pangan yang lebih tinggi. Yang terakhir ini didorong oleh kenaikan kecil harga bahan makanan seperti cabai merah, 26 Harga Pertamax (RON 92) dinaikkan sebanyak dua kali di Triwulan ke-3 tahun 2018, dari Rp 8.900 per liter menjadi Rp 9.500 per liter di bulan Juli dan selanjutnya menjadi Rp 10.400 per liter di bulan Oktober. Pemerintah juga menaikkan harga RON 94 (menjadi Rp 12.250 dari Rp 10.700), Pertadex (menjadi Rp 11.850 dari Rp 10.500); Dexlite (menjadi Rp 10.500 dari Rp 9.000), solar non-subsidi (menjadi Rp 9.800 dari Rp 7.700), dan minyak tanah non-subsidi (menjadi Rp 12.870 dari Rp 11.550) https://www.pertamina.com/id/news-room/announcement/daftar- harga-bbk-tmt-10-oktober-2018. 27 https://www.bi.go.id/id/moneter/koordinasi-pengendalian-inflasi/highlight-news/Pages/Analisis-Inflasi-TPIP-Juli-2018.aspx Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 17 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia bawang merah, dan beras, serta harga makanan olahan. Inflasi IHK tetap berada dalam kisaran target BI sebesar 2,5 persen hingga 4,5 persen meskipun ada penyesuaian ke atas. Tabel A.2: Komponen utama dari indeks harga konsumen (perubahan rata-rata yoy, persen) Kategori Q1-17 Q2-17 Q3-17 Q4-17 Q1-18 Q2-18 Q3-18 Okt-18 Nov-18 Inflasi IHK 3,7 4,3 3,8 3,5 3,3 3,3 3,1 3,2 3,2 Inflasi Inti 3,4 3,2 3,0 3,0 2,7 2.7 2,9 2,9 3,0 Pakaian 2,9 2,8 2,4 3,5 4,0 3,8 3,5 3,5 3,6 Kesehatan 4,0 3,8 3,4 3,1 2,8 2,9 3,0 3,0 3,1 Pendidikan, rekreasi dan olah raga 2,7 2,8 2,9 3,3 3,4 3,4 3,5 3,2 3,1 Barang-barang yang harganya diatur 4,5 9,5 9,3 8,7 5,4 3,5 2,4 2,7 3,1 oleh pemerintah Perumahan, utilitas, bahan bakar 3,4 5,7 5,7 5,2 3,8 2,4 2,1 2,4 2,5 Transportasi, komunikasi dan 3,0 5,4 4,7 4,5 1,6 1,8 1,6 2,1 2,6 keuangan Barang/jasa yang perkembangan 3,8 2,7 0,9 -0,1 3,3 4,7 4,7 4,5 4,3 harganya sangat bergejolak Bahan makanan 3,9 2,9 1,4 1,0 3,5 4,8 4,7 4,4 4,3 Makanan olahan, minuman, tembakau 5,1 4,6 4,3 4,2 4,1 4,1 4,1 4,0 4,0 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Gambar A.20: Kenaikan seluruh kategori dalam harga Gambar A.21: Produsen menghadapi tekanan biaya yang produsen berkontribusi pada meningkatnya indeks lebih besar karena harga masukan meningkat paling tinggi harga produsen selama tiga tahun ini (perubahan yoy, persen) (50 = tidak ada perubahan dari bulan sebelumnya, bulanan) 20 30 80 Ekspansi 18 Pertambangan & Galian (Seb. Kanan) Pertanian: tanaman pangan 16 Sept-15: 64,8 70 Okt-18: 64,7 14 20 12 Manufaktur Harga masukan 10 60 8 10 6 Pertanian 4 50 2 Indeks harga produsen Kontraksi 0 0 40 Apr-15 Oct-15 Apr-16 Oct-16 Apr-17 Oct-17 Apr-18 Oct-18 Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: IHS Markit, Nikkei Harga produsen Indeks harga produsen naik 4,2 persen di Triwulan ke-3 dibandingkan dengan peningkatan 3,8 terus mengalami tren persen yoy di Triwulan ke-2, melanjutkan tren yang muncul sejak awal tahun 2018. Hal ini peningkatan di disebabkan oleh kenaikan harga yang pada seluruh sektor makanan, barang manufaktur, pertanian Triwulan ke-3 tanaman pangan, dan sektor pertambangan dan galian (Gambar A.20). Ini adalah peningkatan indeks yang tertinggi sejak Triwulan ke-3 tahun 2014. Depresiasi Rupiah dan kenaikan harga bahan baku berkontribusi terhadap kenaikan harga barang-barang masukan yang tertinggi selama tiga tahun ini di bulan Oktober (Gambar A.21). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 18 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 5. Kondisi keuangan makro tetap lemah di Triwulan ke-3 Kondisi keuangan Kondisi keuangan makro Indonesia terus memburuk di Triwulan ke-3 dengan berlanjutnya makro memburuk di pelemahan Rupiah dan imbal hasil obligasi yang meningkat, secara luas sejalan dengan gejolak Triwulan ke-3 yang berkelanjutan di pasar keuangan global, meskipun terjadi sedikit penurunan dibandingkan sebelum dengan Triwulan ke-2 (lihat Kotak A.1). Akibatnya, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga menunjukkan tanda- acuannya sebanyak dua kali di Triwulan ke-3, sebesar 25 basis poin setiap kalinya. Sebagian tanda pemulihan di karena fundamental ekonomi yang sehat dan ketahanan sektor keuangan, dua ukuran secara awal Triwulan ke-4 umum dari kesehatan sistem keuangan - rasio kredit macet (NPL) dan rasio kecukupan modal (CAR) - tetap stabil. Rupiah terdepresiasi Sebagian mencerminkan gejolak pasar keuangan global yang sedang berlangsung (lihat Kotak baik secara riil A.1), melemahnya nilai Rupiah yang berlanjut dari Triwulan ke-2 ke Triwulan ke-3 (Gambar maupun nominal di A.22), terdepresiasi 4,2 persen terhadap dolar AS – kurang dari penurunan sebesar 4,2 persen di Triwulan ke-3 Triwulan ke-2. Jika dibandingkan dengan negara-negara pasar berkembang lainnya, yang diwakili oleh JP Morgan Emerging Market Currency Index (EMCI), depresiasi nilai Rupiah secara umum hampir sama, sampai di akhir Triwulan ke-3 ketika EMCI pulih lebih dari tingkat pulihnya nilai Rupiah yang secara keseluruhan mencatatkan kerugian di Triwulan ke-3 sebesar 3,7 persen (dibandingkan dengan 8,6 persen di Triwulan ke-2). Secara year-to-date28, Rupiah telah terdepresiasi sebesar 5,6 persen secara nominal, sementara mata uang negara-negara pasar berkembang telah terdepresiasi sebesar 10,2 persen. Gambar A.22: Rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS di Gambar A.23: Secara efektif riil, Rupiah terdepresiasi Triwulan ke-3 sebelum pulih di sekitar awal Triwulan ke-4 lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan negara- (indeks, 1 Jan 2018 = 100) negara setara di kawasan (persen perubahan) 104 6 Q2 2018 Q3 2018 YTD (Jan-Nov 2018) 4 100 2 0 96 -2 USD/Rp -4 92 -6 JP Morgan EMCI -8 88 -10 India Korea China Philippines Vietnam Thailand Indonesia Singapore Japan Malaysia 84 Nov-17 Feb-18 May-18 Aug-18 Nov-18 Sumber: JP Morgan, BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Sumber: JP Morgan Real Effective Exchange Rate, CPI based (2010 = 100), dan perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Pergerakan ke bawah mewakili penyusutan Rupiah terus terdepresiasi di Triwulan ke-4 dengan nilai mata uang yang menembus batas Rp 15.000 pada tanggal 3 Oktober, yang pertama kalinya sejak puncak krisis keuangan Asia di bulan Juni 1998. Namun demikian, tren menurun ini tampaknya telah berbalik sejak saat itu, dengan mata uang yang kembali menguat untuk memperkecil kerugian sampai dengan pemilu sela (mid- term elections) di AS pada tanggal 6 November. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh melemahnya nilai dolar AS, terkait dengan partai Demokrat yang berhasil menguasai mayoritas di majelis 28 Sampai dengan 30 November 2018 Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 19 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia rendah Kongres AS dan tantangan potensial yang mungkin muncul dari kondisi tersebut terhadap sikap kebijakan stimulan fiskal pemerintah saat ini 29. Pengumuman BI bahwa BI akan memberlakukan kebijakan transaksi domestic non-deliverable forward (DNDF) sebagai sarana untuk mempertahankan stabilitas Rupiah (berlaku mulai 1 November)30 juga berpotensi memperkuat pemulihan mata uang. Secara efektif riil 31, hanya Rupee India yang jatuh melebihi tingkat depresiasi Rupiah sebesar 4,1 persen di Triwulan ke-3 (Gambar A.23). Secara year-to-date dan efektif riil, mata uang ini telah terdepresiasi sebesar 3,9 persen. Di Triwulan ke-3, Seperti pada paruh pertama tahun 2018, bagaimanapun juga imbal hasil obligasi terus meningkat imbal hasil obligasi di Triwulan ke-3, dengan laju yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan di Triwulan ke-2 meningkat tetapi (Gambar A.24). Di Triwulan ke-3, imbal hasil obligasi 10-tahun naik 19 basis poin dibandingkan lajunya lebih rendah 122 basis poin di Triwulan ke-2. Kenaikan yang lebih kecil dalam imbal hasil obligasi juga terjadi dibandingkan di negara-negara pasar berkembang lainnya, dengan Emerging Markets Bond Index Plus (EMBI +) dengan di Triwulan mengakhiri Triwulan ke-3 di wilayah netral dalam hal kerugian dan keuntungan, dibandingkan ke-2 dengan kenaikan 73 basis poin di Triwulan ke-2. Tekanan naik yang lebih rendah pada imbal hasil obligasi negara-negara pasar berkembang (EM) secara umum terjadi karena menurunnya ketidakpastian dan gejolak yang terkait dengan negara-negara pasar berkembang tertentu – Turki dan Argentina – terutama menjelang akhir Triwulan ke-3. Gambar A.24: Kepercayaan investor kembali pulih di Gambar A.25: Selisih (spread) antara obligasi Triwulan ke-3 dengan peningkatan imbal hasil obligasi berdenominasi Rupiah dan obligasi berdenominasi USD yang jauh lebih rendah daripada di Triwulan ke-2 mencapai puncaknya di Triwulan ke-3 tetapi mulai (persen) menyempit di awal Triwulan ke-4 (persen) 9.5 4.5 10 Indonesia 10 tahun 9 9.0 4.0 8 8.5 Indonesia 5-tahun (Rp) 7 3.5 8.0 AS 10 tahun (Seb. Kanan) 6 risiko mata uang 7.5 5 3.0 Indonesia 5-tahun (USD) 7.0 4 2.5 risiko kredit 3 6.5 EMBI+ 2 6.0 2.0 AS 5-tahun 1 May-18 Jun-18 Jul-18 Oct-18 Nov-18 Aug-18 Sep-18 0 Nov-17 Feb-18 May-18 Aug-18 Nov-18 Sumber: JP Morgan, CEIC, perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Bloomberg, CEIC, perhitungan staf Bank Dunia Catatan: EMBI+ adalah imbal hasil obligasi JP Morgan emerging market hingga jatuh tempo Salah satu hal yang menandakan kemungkinan pulihnya kepercayaan investor terhadap aset Indonesia (dan khususnya mata uangnya), selisih ( spread) antara obligasi berdenominasi Rupiah dan Dolar AS mencapai puncaknya (dibandingkan dengan spread sepanjang tahun 2018) di awal September sebelum menyempit di Triwulan ke-4. Menganalisis komposisi spread untuk 29 https://www.cnbc.com/2018/11/07/forex-markets-dollar-us-midterm-elections-in-focus.html 30 DNDF adalah instrumen lindung nilai tukar bagi bank dan perusahaan untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar. Tidak seperti transaksi berjangka (forward transactions) lainnya, transaksi DNDF akan menggunakan Rupiah, bukan USD; mendorong para pelaku bisnis dan investor untuk membeli lebih banyak Rupiah. Lihat https://www.bi.go.id/en/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_207318.aspx untuk informasi lebih lanjut. 31 Nilai tukar efektif riil (real effective exchange rates ) didasarkan pada rata-rata tertimbang nilai tukar bilateral dan disesuaikan dengan tingkat harga (inflasi) konsumen. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 20 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia mengetahui apakah risiko utamanya berasal dari pergerakan mata uang, atau dari risiko yang terkait dengan kredit (credit-related risk); terlihat bahwa, seperti halnya di Triwulan ke-2, risiko utama tetap berasal dari gejolak nilai tukar (Gambar A.25). Spread antara imbal hasil obligasi Indonesia berdenominasi Dolar AS dan imbal hasil obligasi AS tetap stabil; sementara spread antara imbal hasil obligasi Indonesia berdenominasi Rupiah dengan yang berdenominasi Dolar AS melebar di Triwulan ke-3 sebelum mulai menyempit kembali. Selain itu, lelang obligasi Pemerintah pada tanggal 6 November mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak tiga kali yang menguatkan hipotesis tentang kembalinya kepercayaan investor secara bertahap. Rata-rata, lelang obligasi Pemerintah di Triwulan ke-4 (hingga akhir November) mengalami kelebihan permintaan sebesar rata-rata 2,5 kali lipat, lebih tinggi daripada di Triwulan ke-3 (2,2) dan Triwulan ke-2 (2,1). Gambar A.26: Kenaikan tingkat suku bunga kebijakan Gambar A.27: ... dan pertumbuhan kredit terus acuan belum sepenuhnya ditransmisikan ke tingkat suku meningkat bunga pinjaman yang lebih tinggi… (pertumbuhan yoy, persen) (persen) 13 7 14 Suku bunga kredit konsumsi Pertumbuhan kredit 12 6 Kredit konsumsi 12 10 Kredit investasi 5 8 7 Day Reverse Repo Rate (Seb. Kanan) 11 6 Kredit modal kerja Suku bunga kredit modal kerja 4 4 Suku bunga kredit investasi 10 3 2 Sep-17 Jan-18 May-18 Sep-18 Sep-17 Jan-18 May-18 Sep-18 Sumber: CEIC, Bank Indonesia, dan perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC, Bank Indonesia, dan perhitungan staf Bank Dunia Pengetatan Pengetatan kebijakan moneter Gambar A.28: Sektor perbankan menunjukkan kebijakan moneter berlanjut di Triwulan ke-3 dengan ketahanan yang berkelanjutan dalam menghadapi berlanjut di Triwulan BI menaikkan suku bunga pengetatan kebijakan moneter ke-3 kebijakannya sebanyak dua kali, (persen) 24 3.6 senilai 25 basis poin setiap kalinya Rasio Kecukupan Modal (Gambar A.26). Namun demikian, berbeda dengan Triwulan ke-2 di mana kebijakan moneter berfokus 23 3.3 pada stabilitas Rupiah; di Triwulan ke-3, BI secara eksplisit menyatakan tujuan lainnya ialah 22 3.0 untuk menurunkan defisit Kredit Macet (Seb. Kanan) 21 2.7 20 2.4 Sep-15 Jun-16 Mar-17 Dec-17 Sep-18 Sumber: CEIC dan Bank Indonesia Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 21 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia transaksi berjalan32. Berbeda dengan pergeran suku bunga kebijakan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) yang meningkat, tingkat suku bunga pinjaman masih cenderung menurun; masih dipengaruhi oleh siklus pelonggaran moneter sebelumnya, dengan rata-rata tingkat suku bunga pinjaman 33 turun ke 11,0 persen di Triwulan ke-3 dibandingkan dengan 11,1 di Triwulan ke-2. Akibatnya, pertumbuhan kredit menguat, mencapai rata-rata 11,8 persen yoy di Triwulan ke-3 (Gambar A.27), yang tertinggi dalam hampir 4 tahun ini, dengan pemberian kredit untuk kredit modal kerja dan kredit investasi yang meningkat tajam – 13,6 persen yoy dan 11,4 persen yoy. Sebagai pertanda dari ketahanan sistem perbankan, depresiasi mata uang dan pengetatan kebijakan moneter tampaknya tidak memiliki dampak buruk pada kredit macet, yang berada di sekitar 2,7 persen di Triwulan ke-3 (secara umum mirip dengan hasil di Triwulan ke-2). Rasio kecukupan modal (CAR) juga menunjukkan sistem perbankan yang tangguh, dan rata-rata 22 persen di Triwulan ke-3 – serupa dengan di Triwulan ke-2 dan jauh di atas batas aman 8 persen (Gambar A.28). 6. Realisasi penerimaan yang solid mendukung pertumbuhan belanja yang tinggi, tetapi tantangan dalam hal kualitas belanja tetap ada Realisasi Baik total penerimaan maupun belanja Pemerintah terus menunjukkan pertumbuhan yang tinggi penerimaan yang sampai dengan bulan Oktober tahun ini. Realisasi penerimaan terutama didorong oleh pajak lebih baik penghasilan dari sektor non-Migas dan penerimaan yang terkait dengan Migas, dan PPN/ mengakibatkan PPnBM, sementara pertumbuhan total belanja Pemerintah yang tinggi terutama disebabkan oleh defisit yang lebih belanja pegawai, belanja barang, dan subsidi energi yang lebih tinggi. Hasilnya adalah defisit rendah meskipun anggaran yang jauh lebih kecil, dibandingkan dengan defisit selama periode yang sama tahun pengeluaran lebih 2017. APBN tahun 2019 menandakan prioritas Pemerintah untuk meningkatkan realisasi tinggi penerimaan guna mendukung pengeluaran yang lebih tinggi. Akibatnya, defisit anggaran diproyeksikan akan lebih rendah sebesar 1,8 persen dari PDB pada tahun 2019, dibandingkan dengan defisit yang diperkirakan sebesar 2,1 persen sesuai dengan perkiraan untuk tahun 2018. Total penerimaan Penerimaan Pemerintah Pusat sampai dengan bulan Oktober 2018 terus meningkat pesat: 23 terus meningkat kuat persen tahun ini yoy dibandingkan dengan 10,4 persen selama periode yang sama tahun 2017, seperti yang terlihat tidak termasuk penerimaan dari Program Amnesti Pajak34 (lihat Gambar A.29). di awal tahun ini 32 Sepertiyang terlihat dalam siaran pers yang menyertai keputusan Dewan pada bulan Agustus dan September 2018. Siaran pers bulan Agustus: https://www.bi.go.id/en/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_206618.aspx, dan bulan September: https://www.bi.go.id/en/ruang- media/siaran-pers/Pages/sp_207318.aspx. 33 Rata-rata termasuk tingkat suku bunga kredit konsumsi, suku bunga kredit modal kerja, dan suku bunga kredit investasi. 34Program Amnesti Pajak adalah program penerimaan pajak penghasilan Pemerintah Pusat yang dimulai dari Triwulan ke-3 tahun 2016 hingga Triwulan ke-1 tahun 2017. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 22 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Semua komponen penerimaan Gambar A.29: Pajak penghasilan non-Migas, berkontribusi positif terhadap penerimaan terkait Migas dan PPN adalah kontributor peningkatan total penerimaan. utama untuk peningkatan total penerimaan yang tinggi Penerimaan dari pajak (kontribusi terhadap pertumbuhan, Jan - Okt yoy, poin persentase) Other International Pajak perdagangantrade taxes internasional penghasilan non-Migas dan dari 36 Lainnya Cukai Excises VAT/LGST PPN / PPnBM PPN 37 terus menunjukkan Pajak penghasilan Non-Migas Penerimaan terkait Migas Income taxes N-O&G O&G related revenues kontribusi yang signifikan, Total Totalpenerimaan revenues masing-masing sebesar 9,2 dan 23.0 25 4,4 poin persentase. Selain itu, 20 penerimaan yang terkait dengan 15 10.8 10.2 10.4 Migas (pajak penghasilan, 10 dividen, dan royalti) juga 5 menunjukkan kontribusi positif 0 terhadap total penerimaan -0.6 sebesar 4,6 poin persentase, -5 meskipun lebih kecil -10 -9.7 dibandingkan pada tahun 2017. -15 Peningkatan penerimaan Migas 2013 2014 2015 2016-TA 2017-TA 2018* ini sebagian disebabkan oleh Sumber: Kementerian Keuangan; Perhitungan staf Bank Dunia harga komoditas global yang lebih Catatan: Penerimaan terkait Migas mengacu pada pajak penghasilan minyak dan gas, dividen dan royalti (penerimaan negara bukan pajak), tinggi, khususnya minyak dan Non-Migas adalah singkatan dari pajak penghasilan non-migas; PPN batubara. Hingga akhir Oktober /PPnBM adalah singkatan dari pajak pertambahan nilai / pajak 2018, penerimaan cukai mencatat penjualan barang mewah; “Lainnya” meliputi: pajak bumi dan bangunan, penerimaan pajak lainnya; penerimaan negara bukan pajak peningkatan dua digit – 10,4 non-minyak dan gas; penerimaan negara bukan pajak lainnya persen yoy dibandingkan 9,4 (keuntungan perusahaan publik, penerimaan dari Badan Layanan persen di tahun 2017 untuk Umum [BLU], dan penerimaan negara bukan pajak [PNBP]35 lainnya); serta dana hibah. 2017-TA berarti bahwa total penerimaan periode yang sama, peningkatan mengecualikan biaya penebusan yang dipungut berdasarkan Program yang tertinggi sejak tahun 2013. Amnesti Pajak. 2018* adalah perbandingan yoy terhadap 2017-TA. Hal ini didorong oleh pemberlakuan tarif cukai yang lebih tinggi dan produksi tembakau yang lebih tinggi.38 Peningkatan total Total pengeluaran pemerintah di tahun ini sampai bulan Oktober 2018, termasuk transfer ke belanja Pemerintah pemerintah daerah, naik 12 persen yoy, meningkat dua kali lipat dari peningkatan sebesar 6 persen meningkat dua kali selama periode yang sama tahun 2017 (Gambar A.30). Subsidi energi, tidak termasuk tunggakan lipat, didorong oleh pembayaran, meningkat sebagian karena harga komoditas global yang lebih tinggi. Pengeluaran belanja subsidi pada pembayaran bunga pinjaman juga meningkat, terutama didorong oleh depresiasi Rupiah energi… dan imbal hasil obligasi Pemerintah yang lebih tinggi. Demikian pula, belanja sosial juga meningkat menyusul dilakukannya perluasan program PKH dan pencairan awal premi kesehatan 35 Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) lainnya termasuk dana bagi hasil dari penjualan batubara (Penjualan Hasil Tambang / PHT) dan kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi. Kontribusi besar dari komponen “lain-lain” terhadap peningkatan total penerimaan pada tahun 2018 sebagian disebabkan oleh peningkatan harga komoditas tersebut sementara pada tahun 2016 sebagian disebabkan oleh jumlah produksi (lifting) Migas yang lebih tinggi. 36 Hal ini terutama didorong oleh realisasi pemungutan pajak penghasilan perusahaan yang tinggi oleh karena adanya peningkatan kepatuhan. Tahun ini hingga bulan Oktober, pajak penghasilan dari impor (Pasal 22 Impor) dan pajak penghasilan badan (Pasal 25/29) masing-masing meningkat sebesar 28 persen dan 25 persen secara tahunan. PPh Pasal 22 Impor adalah pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang terkait dengan transaksi impor tertentu, yang dapat dianggap sebagai bagian dari pajak penghasilan badan untuk Indonesia. 37 PPN meningkat 15 persen yoy di akhir Oktober karena harga komoditas yang lebih tinggi. Sementara itu, meningkatnya permintaan dalam negeri mendorong peningkatan PPN impor yang mengalami peningkatan sebesar 28,1 persen yoy secara nominal dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. 38Tarif cukai tembakau yang diberlakukan meningkat lebih dari tarif normatif sebesar 10,04 persen pada tahun ini hingga bulan Oktober. Sementara itu, produksi tembakau juga meningkat 2,6 persen yoy sebagian karena adanya peningkatan dalam penegakan peraturan (Program Penertiban Cukai Berisiko Tinggi yang dimulai di Triwulan ke-3 tahun 2017). Selanjutnya, cukai pada cairan vape (rokok elektronik – pent.) yang digunakan dalam rokok elektronik mulai diberlakukan tanggal 1 Oktober 2018. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 23 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia bersubsidi (PBI-JKN), khususnya dalam tujuh bulan pertama tahun 2018. Belanja pegawai dan belanja barang meningkat pada pembayaran tunjangan bagi para pensiunan dan tambahan tunjangan kinerja bagi pegawai negeri aktif selama perayaan Idul Fitri. Sementara itu, belanja barang meningkat sebagian karena berlangsungnya beberapa acara besar seperti pemilihan daerah, Asian Games 2018 dan Pertemuan Tahunan Bank Dunia-IMF di Bali. Namun demikian, di akhir Oktober 2018, belanja modal hanya meningkat sebesar 1 persen yoy, lebih kecil dari 8 persen pada periode yang sama tahun lalu, karena alokasi anggaran yang lebih rendah 39. Tingkat pencairan Hingga bulan Oktober 2018, Pemerintah telah membelanjakan 77 persen dari anggaran (lihat belanja terus Gambar A.31), walau ini merupakan yang tertinggi setidaknya dalam delapan tahun terakhir, meningkat tetapi tetapi masih ada tantangan yang berkaitan dengan kualitas belanja. Tingginya belanja berlaku tetap terdapat secara umum, tetapi sangat tinggi untuk subsidi energi, belanja bantuan sosial dan pegawai. masalah dalam hal Sebaliknya, pelaksanaan belanja modal hanya mencapai setengah dari anggaran (53 persen) kualitas selama 10 bulan tahun ini, meskipun ini sedikit lebih baik dari tahun 2017. Gambar A.30: Subsidi energi, pembayaran bunga, belanja Gambar A.31: Tingginya pembelanjaan berlaku secara pegawai, dan belanja barang adalah kontributor utama umum, dengan subsidi bahan bakar dan gas yang lebih peningkatan total pengeluaran tinggi dari yang direncanakan (kontribusi pengeluaran Januari-Oktober bagi peningkatan, poin (pengeluaran Januari-Oktober sebagai persen anggaran, persen) persentase) Others* Lainnya* Transfer Transfers Pemda ke to SNG 160 Social Sosial Belanja Non Energy Subsidi Subsidies Non Energi 2016 2017 2018* 134 140 Subsidies EnergyEnergi Subsidi Interest Payments Pembayaran Bunga CapitalModal Belanja Material Belanja Barang 120 Belanja Personnel Pegawai Total Expenditures TotalPengeluaran 100 77 79 85 77 15 12 80 67 53 10 60 5 6 37 40 5 20 0 0 -2 Others* Material Personnel Electricity* Fuel & gas* Social Capital Total Expenditures -5 -10 -15 -20 2015 2016 2017 2018* Sumber: Kementerian Keuangan, perhitungan staf Bank Dunia Catatan: *Bahan bakar dan gas untuk 2018 bukan angka yang diterbitkan oleh APBN Kita dari Pemerintah, karena tidak termasuk pembayaran tunggakan yang ditambahkan kembali ke kategori belanja “Lainnya” sesuai dengan klasifikasi anggaran. *Lainnya mulai tahun 2017 dan seterusnya termasuk pembayaran tunggakan dari subsidi energi sebelumnya Realisasi Hingga akhir Oktober 2018, total defisit anggaran Pemerintah mencapai Rp 237 triliun, atau 73 penerimaan yang persen dari kekurangan anggaran yang ditargetkan, lebih rendah, baik dalam jumlah maupun lebih baik dalam tingkat capaian terhadap target yang sebesar 75 persen untuk periode yang sama tahun menyebabkan defisit 2017, ketika itu sebesar Rp 299 triliun, berkat adanya peningkatan realisasi penerimaan. yang lebih rendah Demikian pula total pembiayaan bersih pada Oktober 2018 mencapai Rp320 triliun atau 98 persen dari target, yang lebih rendah secara nominal sebesar 16 persen yoy dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Total utang Pemerintah Pusat mencapai Rp 4.479 triliun atau 31 persen dari PDB pada akhir Oktober 2018, dan masih sekitar setengah dari ambang batas legal 60 persen. Utang berdenominasi Rupiah tetap mendominasi, yakni sebesar 57 persen dan hanya 10,1 persen yang 39APBN Kita, November 2018 Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 24 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia akan jatuh tempo dalam jangka pendek40, mengurangi tekanan terhadap nilai tukar dan risiko pembiayaan ulang (refinancing risks). APBN tahun 2019 Pada tahun 2019, Pemerintah menargetkan pertumbuhan dua digit baik untuk penerimaan menyoroti maupun pengeluaran dengan defisit primer dan defisit fiskal yang lebih rendah. Total pentingnya penerimaan dan dana hibah diproyeksikan sebesar Rp 2.165 triliun (13,5 persen dari PDB), peningkatan realisasi meningkat 13,8 persen (dalam nominal) dibandingkan dengan perkiraan tahun 2018. Angka ini penerimaan sedikit lebih rendah dari perkiraan kenaikan sebesar 14,2 persen tahun ini, tetapi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan rata-rata sebesar 3,8 persen dari tahun 2014 hingga 2017. Selain itu, total pengeluaran diusulkan sebesar Rp 2.461 triliun (15,3 persen dari PDB) meningkat 11 persen relatif terhadap perkiraan tahun 2018. Ini adalah peningkatan tahun ke tahun terbesar yang diproyeksikan41 sejak Presiden Joko Widodo menjabat pada tahun 2014, menyoroti pentingnya peningkatan realisasi penerimaan untuk mengakomodasi belanja yang lebih tinggi sambil tetap mempertahankan defisit fiskal yang konservatif. Target rasio pajak Penerimaan pajak diperkirakan akan meningkat sebesar 11,4 persen secara riil terhadap perkiraan yang optimis sebesar tahun 2018 (atau 15,4 persen secara nominal), sehingga rasio pajak menjadi 11,1 persen dari 11,1 persen dari PDB PDB. Ini adalah target yang optimistis tetapi belum pernah terjadi sebelumnya, mengingat bahwa pada tahun 2019 pertumbuhan riil penerimaan pajak telah melampaui 10 persen sebanyak lima kali dalam 15 tahun terakhir. Pemungutan Pajak Penghasilan non-Migas, diikuti oleh pemungutan PPN, diharapkan menjadi pendorong utama peningkatan penerimaan, karena upaya untuk meningkatkan kepatuhan pajak terus berlanjut. Cukai juga diperkirakan akan meningkat sebesar 6,4 persen secara nominal dari perkiraan tahun 2018, sebagian besar melalui penegakan peraturan yang lebih baik42. Peningkatan total Pengeluaran Pemerintah Pusat dalam APBN tahun 2019 diperkirakan masih meningkat dua digit belanja yang lebih sebesar 12,4 persen (angka nominal) dari perkiraan tahun 2018, lebih rendah dari rata-rata tinggi diharapkan peningkatan 14,5 persen pada tahun 2017-18. Ini menunjukkan alokasi yang secara umum lebih terjadi pada tahun tinggi untuk subsidi energi dan peningkatan manfaat dari PKH dan premi serta jumlah penerima 2019, karena manfaat yang lebih tinggi untuk PBI-JKN. Konsisten dengan harapan akan melemahnya nilai pengeluaran yang Rupiah dan tingginya harga minyak mentah tahun depan, Pemerintah akan mengalokasikan Rp lebih tinggi untuk 160 triliun untuk subsidi energi, sekitar 69 persen lebih tinggi dari APBN tahun 2018, tetapi subsidi energi, jumlahnya (dan sebagai persentase terhadap total anggaran) masih jauh lebih rendah daripada program-program masa pra-reformasi43. Alokasi anggaran tahun 2019 sedikit lebih rendah dari perkiraan tahun sosial, dan transfer 2018, karena pembayaran tunggakan subsidi kepada Pertamina dan PLN tahun 2018 untuk ke daerah tetapi belanja subsidi pada tahun 2016 dan 2017 tidak dianggarkan kembali di 2019. Untuk belanja peningkatan belanja bantuan sosial, Pemerintah merencanakan untuk meningkatkan besaran bantuan PKH (Program untuk sektor Keluarga Harapan) yang diterima tiap rumah tangga, hampir senilai dua kali lipat – saat ini rata- infrastruktur yang rata Rp 1,7 juta (USD 118) per tahun – menjadi Rp 3,1 juta (USD 215) pada tahun 2019. Dengan lebih rendah demikian, alokasi PKH akan berlipat ganda menjadi Rp 34,4 triliun, sementara jumlah rumah tangga penerima manfaat ditargetkan tetap sebesar 10 juta keluarga miskin. Selain itu, Pemerintah juga bermaksud untuk meningkatkan jumlah Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar 8,3 persen dari perkiraan tahun 2018, yang lebih besar dari rata-rata peningkatan 5,5 persen pada tahun 2017-18. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan konsisten dengan peningkatan proyeksi pengeluaran secara 40 Pada bulan Desember 2017, Pemerintah memproyeksikan 10,1; 25,4; dan 39,8 persen dari total utang pemerintah akan jatuh tempo dalam 1, 3, dan 5 tahun, masing-masing. Sumber: http://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/load/24 41 Membandingkan alokasi anggaran (APBN) yang disetujui selama tahun-tahun tersebut 42 Pengumuman Pemerintah baru-baru ini menyatakan bahwa tidak akan ada kenaikan tarif cukai hasil tembakau dalam APBN 2019. Namun demikian, Dirjen Bea Cukai menyebutkan bahwa mereka optimis untuk dapat memenuhi target APBN 2019. http://ekonomi.metrotvnews.com/makro/gNQMYBvN-target-penerimaan-cukai-masih-sesuai-apbn-2019 43 Periode pra-reformasi mengacu pada periode ketika Pemerintah masih memberikan subsidi untuk bensin RON 88 atau sebelum tahun 2015. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 25 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia keseluruhan, termasuk dana transfer tambahan ke Kelurahan sebagai bagian dari DAU (Dana Alokasi Umum). Infrastruktur masih menjadi prioritas, tetapi peningkatannya lebih rendah dari rata-rata tahunan selama empat tahun terakhir. Pemerintah berencana untuk membelanjakan Rp 415 triliun untuk infrastruktur dalam APBN tahun 2019 yang berasal dari belanja Pemerintah Pusat, Transfer ke Daerah dan pembiayaan, atau peningkatan sebesar 1,1 persen dari perkiraan tahun 2018 tetapi kurang dari rata-rata 18 persen peningkatan tahun-ke-tahun (yoy) di antara APBN tahun 2016- 18. Namun demikian, jumlah tersebut masih senilai hampir seperlima dari total belanja, jauh lebih tinggi dari total belanja di tahun 2013-14 yang hanya sepersepuluh. 7. Perkiraan dan risiko pertumbuhan ekonomi Perkiraan Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap cukup positif dan stabil karena fundamental pertumbuhan ekonomi makro yang kuat dan permintaan dalam negeri yang tinggi selama rentang waktu ekonomi masih proyeksi. Namun demikian, risiko penurunan (downside risks) tetaplah substansial meskipun cukup positif, terjadi sedikit pelonggaran baru-baru ini dalam gejolak keuangan. dengan risiko penurunan yang tetap substansial 7. Pertumbuhan Pertumbuhan PDB riil diproyeksikan sebesar 5,2 persen yoy tahun ini dan pada tahun 2019, lebih diproyeksikan tinggi dari tahun 2017 (Tabel A.3), karena permintaan dalam negeri yang lebih tinggi mencapai 5,2 persen diperkirakan lebih dari cukup untuk mengimbangi hambatan dari sektor eksternal. Meskipun pada tahun 2018 dan perkiraan inflasi harga konsumen akan meningkat tahun depan, konsumsi swasta diproyeksikan 2019 karena akan menguat oleh karena belanja sosial yang meningkat. Pembentukan Modal Tetap Bruto permintaan dalam (PMTB) juga diharapkan akan meningkat karena investor terus mengambil keuntungan dari negeri yang lebih kondisi pembiayaan dalam negeri yang masih mudah, khususnya pada paruh kedua tahun ini tinggi diperkirakan ketika ketidakpastian politik berkurang. Demikian pula konsumsi Pemerintah diperkirakan akan lebih dari cukup tetap tinggi seiring berlanjutnya reformasi dan peningkatan penerimaan yang menciptakan ruang untuk mengimbangi untuk konsolidasi fiskal dan belanja tambahan. hambatan dari sektor eksternal Tabel A.3: Indikator ekonomi utama (pertumbuhan yoy, persen, kecuali dinyatakan lain) Revisi dari IEQ Tahunan sebelumnya 2017 2018p 2019p 2018 1. Indikator ekonomi utama Produk Domestik Bruto (PDB) 5,1 5,2 5,2 0,0 Pengeluaran konsumsi swasta 5,0 5,1 5,2 0,0 Konsumsi pemerintah 2,1 5,0 5,3 1,0 Pembentukan modal tetap bruto 6,2 7,0 7,5 0,2 Ekspor barang dan jasa 9,1 7,3 7,2 0,8 Impor barang dan jasa 8,1 13,8 10,7 4,3 2. Indikator ekonomi lainnya Indeks harga konsumen 3,8 3,2 3,5 -0,2 3. Asumsi Ekonomi Nilai tukar (Rp/USD) 13.381 14.200 14.250 100 Harga minyak mentah Indonesia (USD/bbl) 51,2 67,7 66,7 4,8 Sumber: BPS; Bank Indonesia; CEIC; proyeksi staf Bank Dunia Catatan: Angka di tahun 2017 adalah hasil aktual. p adalah singkatan dari perkiraan. Perbedaan statistik dan perubahan inventaris tidak disajikan dalam tabel ini. Semua komponen PDB didasarkan pada data PDB terbaru. Nilai tukar dan asumsi harga minyak mentah adalah data tahunan rata-rata. Revisi relatif terhadap proyeksi pada Laporan Triwulanan Perkembangan Perekonomian Indonesia (IEQ) edisi September 2018 Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 26 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Nilai tukar perdagangan (terms-of-trade) diproyeksikan akan menurun Nilai tukar Dengan tidak adanya pergerakan Gambar A.32: Indeks harga tertimbang perdagangan perdagangan signifikan dalam harga ekspor bersih - historis dan perkiraan hingga tahun 2019 Indonesia pada komoditas utama Indonesia di (indeks 2015=100) tahun 2018 Triwulan ke-4 tahun 2018, maka nilai 160 kemungkinan akan tukar perdagangan (terms-of-trade, lebih lemah ToT) Indonesia44 di tahun 2018 140 dibandingkan diperkirakan akan lebih rendah dengan tahun 2017 dibandingkan dengan di tahun 2017 (Gambar A.32). Setelah 2018, 120 2017 proyeksi pergerakan harga batubara, 2016 2018 2019 minyak mentah, dan minyak kelapa sawit – tiga komoditas dengan bobot 100 2015 terbesar dalam kelompok komoditas ekspor – menyiratkan adanya koreksi penurunan lebih lanjut di tahun 2019 80 untuk Indeks Harga Perdagangan Jan-15 Jan-16 Jan-17 Jan-18 Jan-19 Jul-17 Jul-15 Jul-16 Jul-18 Jul-19 Besar Neto Indonesia45 diperkirakan akan terjadi46. Sumber: BPS; Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Indeks harga perdagangan tertimbang bersih dibangun atas enam komoditas ekspor utama Indonesia (karet, logam dasar, batubara, minyak, LNG, dan minyak kelapa sawit) Defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan akan melebar di tahun 2018 Defisit neraca Dengan adanya ketidakpastian Gambar A.33: Defisit neraca transaksi berjalan transaksi berjalan kebijakan perdagangan global saat ini, diperkirakan akan melebar pada tahun 2018 dan 2019 diperkirakan akan proyeksi pertumbuhan ekonomi mitra karena investasi yang sarat barang impor tetap tinggi melebar di tahun dagang utama yang lebih lambat, nilai dan nilai tukar perdagangan yang melemah (persen PDB) 2018 tukar perdagangan (ToT) yang lebih lemah, dan investasi dalam negeri yang 0 terus mendorong kebutuhan impor -0.5 yang tinggi, defisit neraca transaksi -1 berjalan diproyeksikan akan melebar menjadi 2,9 persen dari PDB di tahun -1.5 2018, meskipun terdapat langkah- -2 -1.8 -1.7 langkah kebijakan yang diberlakukan -2.5 -2 baru-baru ini yang mendukung ekspor -2.5 dan membatasi impor. Namun -3 -2.7 -2.9 demikian, dengan meredam dampak -3.5 -3.2 -3.1 depresiasi mata uang yang membebani 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 impor dan neraca penerimaan, defisit Sumber: CEIC dan Bank Indonesia; perhitungan Staf Bank Dunia Catatan: Data untuk tahun 2018 dan 2019 adalah perkiraan tukar perdagangan (Terms of Trade, TOT) mengacu pada harga relatif impor dalam hal ekspor dan didefinisikan sebagai rasio harga ekspor 44 Nilai terhadap harga impor. Hal ini dapat diartikan sebagai jumlah barang impor yang dapat dibeli oleh suatu negara per satuan barang ekspor. , , 45 Indeks Harga Perdagangan Besar Neto (Net Trade-Commodity Price Index, NTI) didefinisikan sebagai: = di mana , = , (,)−(, ) ∑(,)−∑ , dan i= jenis komoditas; t= bulan; p=periode siklus (mis. 5 tahun rata-rata); N = jumlah komoditas; T= tahun basis; E=nilai ekspor; I=nilai impor 46 Jika harga untuk penyerahan berjangka diasumsikan bukannya menggunakan perkiraan Bank Dunia untuk batubara, minyak mentah dan minyak kelapa sawit, ToT yang diproyeksikan untuk tahun 2018 dan 2019 (tidak disajikan dalam grafik) akan sedikit lebih rendah. NTI alternatif dihitung dengan menggunakan rata-rata harga berjangka batubara (ICE, Newcastle), rata-rata dari tiga tolok ukur minyak, yaitu Brent, WTI dan Dubai (ICE) dan minyak kelapa sawit (Malaysia). Harga untuk komoditas penting lainnya diambil dari Bank Dunia (2018). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 27 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia neraca transaksi berjalan diperkirakan akan mencapai 2,5 persen dari PDB pada tahun 2019 (Gambar A.33). Inflasi harga konsumen diperkirakan akan sedikit meningkat di tahun 2019, tetapi dalam kisaran target BI Proyeksi inflasi IHK Inflasi IHK diperkirakan akan tetap Gambar A.34: Tingkat inflasi IHK diproyeksikan direvisi turun secara berada dalam kisaran target Bank akan tetap berada dalam kisaran target marjinal, tetapi tetap Indonesia rata-rata sebesar 3,2 persen (perubahan rata-rata tahunan yoy, persen) 6 dalam kisaran target pada tahun 2018, lebih rendah dari 3,8 persen di tahun 2017 (Gambar A.34). Indeks Harga Konsumen Belanja sosial yang tinggi bersama dengan inflasi harga barang-barang yang 5 harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) yang lebih tinggi Perkiraan karena base effects yang tinggi dari tahun 4 2017 telah menurun, diperkirakan akan memberi upward pressures di tahun 2019, 3,8% 3,5% 3,5% yang diperkirakan akan menjadi 3,5 3 3,2% persen. 2 Dec-15 Dec-16 Dec-17 Dec-18 Dec-19 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Defisit APBN diperkirakan menurun di tahun 2018 Pengelolaan fiskal Pengelolaan fiskal dalam Gambar A.35: Penerimaan dan pengeluaran yang lebih meningkat; Bank sembilan bulan pertama tahun tinggi dengan hasil bersih berupa defisit APBN yang lebih Dunia 2018 meningkat karena perkiraan rendah diproyeksikan untuk tahun 2018 memproyeksikan penerimaan yang realistis, dan (persen PDB) defisit fiskal sebesar akibatnya, APBN Perubahan Revenue Penerimaan Expenditure Pengeluaran Keseimbangan Fiscal balance 1,9 persen dari PDB tidak diperlukan pada tahun 18 15.0 14.8 15.0 fiskal 15.1 pada tahun 2018 2018, meskipun tahun ini 15 12.5 12.3 12.8 13.2 merupakan tahun pemilihan. Ini 12 merupakan perubahan yang 9 signifikan dari tahun-tahun sebelumnya, seperti di tahun 6 2016 ketika diperlukan adanya 3 pemotongan anggaran tengah 0 tahun. Berdasarkan realisasi penerimaan hingga bulan -3 -2.5 -2.5 -2.2 -1.9 Budget WB Bank Oktober, total penerimaan APBN Dunia Pemerintah Pusat diproyeksikan 2016 2017 2018 mencapai Rp 1.876 triliun, Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia meningkat 12,6 persen dibandingkan dengan tahun 2017, yang sebagian besar didorong oleh proyeksi peningkatan dalam realisasi penerimaan dari pajak penghasilan (Tabel A.4). Sementara itu, total pengeluaran pemerintah diproyeksikan mencapai Rp 2.145 triliun, meningkat 6,9 persen dibandingkan dengan tahun 2017, didorong oleh peningkatan belanja sosial. Secara keseluruhan, Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 1,9 persen PDB, 0,3 poin persentase lebih rendah dari defisit anggaran yang ditargetkan untuk tahun 2018 sebesar 2,2 persen PDB (Gambar A.35). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 28 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel A.4: Proyeksi anggaran Kementerian Keuangan dan Bank Dunia (Rp triliun, kecuali dinyatakan lain) Perkiraan APBN thn 2017 2018 2018 2018 2019 Kemenkeu thn 2019 vs 2018 vs APBN APBN thn Perkiraan Bank thn 2018 (% 2018 (% Aktual APBN APBN penyimpangan) perubahan) Kemenkeu Dunia A. Penerimaan 1.666 1.895 1.903 1.876 2.165 0,44 14,3 1. Penerimaan pajak 1.344 1.618 1.548 1.469 1.786 -4,30 10,4 Penerimaan pajak Minyak & Gas 50 38 55 66 66 45,3 73,6 Penerimaan pajak Non-Migas, 1.101 1.386 1.296 1.207 1.511 -6,5 9,1 antara lain: Pajak penghasilan Non-Migas 596 817 706 663 828 -13,6 1,4 PPN/PPnBM 481 542 565 517 655 4,2 21,0 Pajak bumi dan bangunan 17 17 17 19 19 0,4 10,0 Pajak lainnya 7 10 8 8 9 -21,4 -11,3 Cukai 153 155 156 149 166 0,1 6,5 Pajak perdagangan internasional 39 39 42 47 43 8,7 11,9 2. Penerimaan negara bukan pajak 311 275 349 398 378 26,8 37,4 Penerimaan sumber daya alam 111 104 169 181 191 63,2 84,0 Minyak & Gas 82 80 144 145 160 79,6 98,9 Non-Minyak & Gas 29 23 25 37 31 6,6 32,9 Penerimaan negara bukan pajak 200 172 180 216 188 4,8 9,2 lainnya 3. Dana hibah 12 1 5 9 0 349,8 -66,6 B. Pengeluran 2.007 2.221 2.217 2.145 2.461 -0,2 10,8 1. Pemerintah pusat 1.265 1.454 1.454 1.377 1.634 -0,1 12,4 Belanja pegawai 313 366 342 345 382 -6,3 4,3 Belanja barang 291 340 320 307 345 -6,0 1,5 Belanja modal 209 204 194 163 189 -5,0 -7,1 Pembayaran bunga 217 239 249 253 276 4,5 15,6 Subsidi, antara lain: 166 156 228 214 224 46,0 43,6 Energi 98 95 163 151 160 73,0 69,3 BBM 47 47 109 95 101 131,3 114,7 Listrik 51 48 55 56 59 15,3 24,3 Non-energi 69 62 65 62 64 4,8 4,2 Dana hibah 5 1 1 0 2 0,0 32,9 Sosial 55 81 80 84 102 -1,2 25,6 Lainnya 9 67 39 11 114 -42,5 69,6 2. Transfer ke daerah 742 766 764 768 827 -0,3 7,9 C. Saldo Keseluruhan (341) (326) (314) (269) (296) D. Pembiayaan 367 326 314 269 296 1. Pembiayaan utang 429 399 387 - 359 2. Pembiayaan investasi (60) (66) (66) - (76) 3. Pemberian pinjaman (2) (7) (6) - (2) 4. Kewajiban penjaminan (1) (1) (1) - - 5. Pembiayaan lainnya 0 0 0 - 15 Item memo (sebagai % PDB) Total Penerimaan 12,3 12,8 12,8 13,2 13,5 Penerimaan Pajak 9,9 10,9 10,4 10,3 11,1 Penerimaan Negara Bukan Pajak 2,3 1,9 2,4 2,8 2,4 Total Pengeluaran 14,8 15,0 15,0 15,1 15,3 Pengeluaran Pemerintah Pusat 9,3 9,8 9,8 9,7 10,2 Transfer ke daerah dan Dana Desa 5,5 5,2 5,2 5,4 5,1 Saldo Keseluruhan -2,5 -2,2 -2,1 -1,9 -1,8 Asumsi: Tingkat pertumbuhan PDB riil (%) 5,1 5,4 5,2 5,2 5,3 IHK (%) 3,6 3,5 3,5 3,2 3,5 Nilai tukar (Rp/USD) 13.384 13.400 14.294 14.200 15.000 Harga minyak mentah (USD/barrel) 51,2 48,0 70,0 69,5 70,0 Sumber: Kementerian Keuangan dan perhitungan Staff Bank Dunia. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 29 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Sementara perkiraan pertumbuhan ekonomi tetap positif, dengan adanya peningkatan downside risks Risiko eksternal Meskipun baru-baru ini ada dari arus modal keluar dari negara-negara pasar berkembang terhadap perkiraan (emerging markets, EM) cukup tertahan dan adanya pelemahan nilai tukar Rupiah, risiko yang pertumbuhan merugikan terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia, bagaimanapun juga, tetaplah ekonomi termasuk substansial. meningkatnya sengketa Ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan global terus menimbulkan risiko terhadap perdagangan yang perkiraan pertumbuhan negara-negara besar regional, seperti Cina. Negara-negara lain seperti berlarut-larut, Vietnam dan Malaysia, yang berperan dalam regional supply chains juga dapat mengalami efek gejolak di pasar limpahan (spillover) negatif dari potensi pelambatan ekonomi di Cina. Oleh karena itu, persistensi keuangan dan atau eskalasi perselisihan tersebut terus menimbulkan risiko signifikan bagi perekonomian modal, pengetatan Indonesia melalui ekspor yang lebih lemah dan harga komoditas yang rendah. kondisi keuangan, dan penyangga yang Pada saat yang sama, kelanjutan potensi pengetatan kebijakan moneter The Fed dapat tidak memadai menyebabkan lebih banyak arus modal keluar dan gejolak keuangan di antara negara-negara EM, untuk stabilisasi termasuk Indonesia. Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi dan biaya pinjaman yang lebih tinggi kebijakan dapat menghambat pemulihan kredit yang baru mulai berlangsung dan oleh karenanya dapat menghambat investasi swasta. Indonesia harus Sampai saat ini, Indonesia telah mampu melalui gejolak dengan cukup baik, terutama karena mengambil memiliki fundamental ekonomi makro yang sehat dan penyangga (buffer) yang memadai yang kesempatan untuk memungkinkan terkoordinasinya kerangka kebijakan moneter, fiskal dan nilai tukar. Inflasi yang membangun stabil dan rendah, memungkinkan kebijakan moneter untuk berfokus pada stabilisasi nilai tukar. kembali dan Reformasi fiskal baru-baru ini telah meningkatkan kepatuhan dan enforcement, sehingga memperkuat pertumbuhan penerimaan fiskal mencapai nilai yang tertinggi dalam beberapa tahun ini, sehingga penyangga kebijakan memungkinkan Pemerintah untuk meningkatkan belanja yang mendorong pertumbuhan maupun melakukan konsolidasi fiskal. Yang terakhir, cadangan devisa yang mencapai rekor tertinggi berkontribusi terhadap upaya untuk mengatasi depresiasi Rupiah selama masa gejolak nilai tukar yang berlarut-larut ini. Dengan kembalinya arus masuk modal dan menguatnya kemungkinan apresisasi nilai Rupiah, sudah waktunya bagi Indonesia untuk membangun kembali cadangan devisa dengan mempertahankan penyangga yang cukup besar guna memungkinkan pengelolaan lebih lanjut dari gejolak nilai tukar, jika gejolak tersebut kembali muncul dalam waktu dekat. Dengan cara yang serupa, reformasi penting lainnya seperti yang berkaitan dengan peningkatan penerimaan fiskal dan peningkatan kualitas belanja harus terus memperkuat kebijakan fiskal lebih lanjut. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 30 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia B. Meningkatkan ekspor dan investasi di Indonesia: Salah satu agenda reformasi Indonesia telah menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat dalam beberapa tahun terakhir, yang didukung oleh landasan-landasan ekonomi makro yang sehat serta pasar komoditas dan struktur demografi yang relatif menguntungkan. Akan tetapi, gejolak global baru- baru ini telah menyingkap beberapa kerentanan yang dimiliki Indonesia, khususnya ketergantungan pada arus modal portofolio yang tidak stabil untuk membiayai defisit transaksi berjalan. Sebagian dari kerentanan tersebut disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan ekspor dan penanaman modal asing (FDI), yang akhirnya menambah tantangan dalam upaya penguatan daya saing Indonesia. Kerentanan Indonesia semakin jelas dengan menurunnya pangsa ekspor manufaktur global, rendahnya rasio nilai investasi asing terhadap PDB, serta rendahnya produktivitas tenaga kerja yang sebagian besar merupakan akibat dari sederet kebijakan yang memperbesar biaya dan mengurangi kualitas maupun ketersediaan input fisik, jasa, dan tenaga kerja untuk produksi. Distorsi-distorsi ini mencakup berbagai hambatan regulasi, seperti pembatasan perdagangan dan investasi; inefisiensi pasar tenaga kerja dan pasar modal yang memperbesar biaya tenaga te rampil dan pembiayaan perusahaan; serta kekurangan infrastruktur, termasuk energi dan transportasi. Agenda kebijakan untuk meningkatkan ekspor dan investasi harus mengatasi distorsi-distorsi tersebut melalui reformasi jangka pendek dan jangka menengah (Kotak B.1). Reformasi yang akan dilaksanakan juga dapat meningkatkan efektivitas kebijakan insentif pajak yang memakan biaya relatif besar dalam upaya menarik investasi oleh pemerintah Indonesia, mengingat dampak dari insentif pajak masih akan tetap minim tanpa didampingi reformasi struktural. Kotak B.1: Agenda reformasi kebijakan untuk meningkatkan ekspor dan investasi Agenda reformasi kebijakan untuk meningkatkan ekspor dan investasi harus mengatasi distorsi-distorsi yang ada pada pasar utama melalui enam reformasi jangka pendek dan empat reformasi jangka menengah. Reformasi jangka pendek meliputi: • mengurangi kebijakan tarif dan non-tarif (tertentu) terhadap impor; • melaksanakan perjanjian perdagangan bebas secara ambisius; • melonggarkan pembatasan investasi; • mengizinkan penambahan jumlah tenaga kerja dengan keterampilan sangat langka dari luar negeri; • mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM); dan • meningkatkan kemampuan Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk mencegah praktek-praktek anti persaingan dalam dunia usaha. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 31 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Reformasi jangka menengah meliputi: • memasukkan pertimbangan-pertimbangan persaingan dalam proses pembuatan kebijakan Indonesia dan memperkuat otoritas pengawas persaingan usaha; • memperkuat sistem pendidikan dasar, menengah, dan tinggi; • memperkuat infrastruktur energi dan transportasi dengan memanfaatkan investasi swasta di sektor-sektor ini—termasuk dengan mengurangi subsidi untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menambah tender terbuka melalui penyederhanaan kerangka hukum kemitraan publik-swasta (PPP), serta memperluas pasar perbankan dan pasar modal lokal. 1. Indonesia perlu meningkatkan daya saingnya di tingkat global guna memperkuat ketahanan dari berbagai guncangan yang terjadi dan menuai kesempatan-kesempatan yang ada dari lingkungan global saat ini Indonesia telah Indonesia telah menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat di sekitar 5 persen per tahun secara menikmati riil sejak tahun 2012, yang didukung oleh landasan-landasan ekonomi makro yang sehat, pertumbuhan termasuk rendahnya tingkat defisit fiskal, utang publik, dan inflasi. Meskipun terjadi penurunan ekonomi yang kuat dari puncaknya pada tahun 2011, harga-harga komoditas masih cukup baik dan menjadi dengan landasan- penggerak utama perluasan ekonomi. Selain itu, Indonesia masih memperoleh dividen dari landasan ekonomi struktur demografi yang memungkinkan jutaan orang bergabung dengan angkatan kerja setiap makro yang sehat tahun. Gambar B.1: Defisit transaksi berjalan melebar Gambar B.2: Rupiah lebih terdepresiasi dibandingkan bersamaan dengan keseimbangan dasar dengan mata uang regional lainnya (rata-rata bergerak 4 triwulan, persen dari PDB) (USD/mata uang lokal – 1 Sep 2017 = 100) 3 Investasi langsung bersih 115 Neraca Transaksi Berjalan Keseimbangan Dasar 2 110 Malaysia 1 105 Thailand 0 100 -1 Vietnam 95 Filipina -2 Indonesia 90 -3 85 Mar-18 Feb-18 May-18 Jun-18 Jan-18 Oct-17 Nov-17 Dec-17 Apr-18 Jul-18 Oct-18 Nov-18 Sep-17 Aug-18 Sep-18 -4 Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data BI Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data BI Akan tetapi, Terlepas dari kinerja ekonomi makro yang positif, gejolak global baru-baru ini telah lambatnya menyingkapkan beberapa kerentanan yang dimiliki Indonesia. Defisit transaksi berjalan pertumbuhan ekspor Indonesia meningkat sepanjang tahun 2018 yang mencapai 3,4 persen dari PDB pada triwulan dan penanaman ketiga tahun tersebut (Gambar B.1).47 Defisit yang melebar ini sebagian disebabkan oleh modal asing/PMA pertumbuhan ekspor yang lamban dan pertumbuhan impor yang berkelanjutan, terutama barang (FDI) memperbesar modal. Pertumbuhan impor ini berhubungan dengan diperbaharuinya kerja sama investasi di ketergantungan sektor pertambangan setelah harga-harga komoditas menguat dan dengan promosi infrastruktur Indonesia pada oleh Pemerintah dalam tiga tahun terakhir. Karena besarnya kesenjangan infrastruktur di 47 Gambar ini didasarkan pada rata-rata bergerak 4 triwulan. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 32 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia portofolio jangka Indonesia dan adanya potensi ekspor pertambangan di masa mendatang, tingkat pertumbuhan pendek yang tidak impor yang tinggi tidak terlalu mengkhawatirkan. Sebaliknya, yang menjadi masalah adalah stabil, yang sebagian lambatnya pertumbuhan ekspor dan menurunnya FDI yang, dalam beberapa triwulan terakhir, besar telah belum dapat menutupi defisit transaksi berjalan. Akibatnya, Indonesia semakin bergantung pada meninggalkan arus portofolio jangka pendek untuk membiayai defisit transaksi berjalan. 48 Arus portofolio Indonesia selama tersebut lebih bergejolak daripada FDI dan cenderung keluar dari negara-negara ekonomi terjadinya gejolak berkembang (emerging economies) ke negara-negara yang aman (safe haven destinations) selama masa- global baru-baru ini. masa ketidakpastian global. Itulah yang terjadi selama beberapa bulan terakhir akibat ketegangan dan gejolak perdagangan yang berkaitan dengan negara-negara ekonomi berkembang besar tertentu lainnya. Hal ini menyebabkan Rupiah lebih terdepresiasi terhadap USD daripada mata uang regional lainnya antara Maret sampai Oktober 2018 (Gambar B.2), sekalipun terdapat landasan ekonomi makro yang sehat dan pengetatan kebijakan moneter dan fiskal domestik (lihat Bagian A5). Gambar B.3: Kisah dua negara: Keterbukaan Gambar B.4: Total ekspor Indonesia kehilangan pangsa perdagangan di Indonesia vs Thailand pasar selama beberapa dekade terakhir (ekspor dan impor barang dan jasa, persen dari PDB) (pangsa ekspor barang dan jasa di pasar dunia) 80 Ekspor Thailand 1.4% 70 Malaysia 1.2% 60 Thailand Impor Thailand 1.0% 50 40 0.8% Ekspor Indonesia Indonesia 30 0.6% Vietnam 20 0.4% Impor Indonesia 10 0.2% Filipina 0 0.0% 2000 2013 2014 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2015 2016 2017 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 2015 Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan Indikator Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan Indikator Pembangunan Dunia dan Bank Thailand Pembangunan Dunia Indonesia berpotensi Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan ekspornya ke level yang mendekati level besar untuk di negara-negara setara lain di kawasan regional. Ekspor barang dan jasa Indonesia mencapai meningkatkan sekitar 20 persen dari PDB, separuh dari 40 persen pada tahun 2000 (Gambar B.3). Pangsa ekspornya ke level ekspor tersebut jauh lebih rendah daripada Thailand, negara yang hampir tidak menunjukkan yang mendekati level tanda-tanda kerentanan eksternal terhadap gejolak global baru-baru ini (Gambar B.2), karena di negara-negara ekspornya mengalami pertumbuhan yang kuat selama dua dekade terakhir. Seperti kebanyakan setara lain di negara di kawasan regional, ekspor menjadi bagian utama dari perekonomian Thailand, yang kawasan regional. mencapai hampir 70 persen dari PDB, di mana pangsa ini tetap stabil dari waktu ke waktu. Di Indonesia maupun Thailand, impor juga sangat dipengaruhi oleh ekspor dalam hal jumlah dan pertumbuhan, sesuai dengan kebutuhan impor untuk ekspor. Demikian pula, kinerja ekspor Indonesia di pasar global kurang memuaskan. Nilainya terus berkurang sejak tahun 2000, kecuali selama masa kejayaan harga komoditas (commodity boom) (tahun 2007–11) (Gambar B.4). Pada tahun 2016—yaitu tahun terakhir ketika tersedia data perdagangan global pembanding—pangsa ekspor barang dan jasa Indonesia di pasar global mencapai 0,81 persen, turun dari pangsa tahun 2011 sebesar 0,95 persen dan bahkan dari 0,91 persen pada saat terjadinya krisis Asia. Tren ini berlawanan dengan yang dialami Vietnam dan Thailand, yang pangsa pasar globalnya terus 48Ini terlihat pada defisit keseimbangan dasar yang semakin melebar, yaitu FDI – defisit transaksi berjalan, yang mencapai 1,3 persen dari PDB pada triwulan 3 tahun 2018. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 33 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2000. Eksportir komoditas utama lain di kawasan regional, yaitu Malaysia, mengalami penurunan pangsa pasar global secara bertahap, tetapi masih lebih tinggi daripada pangsa Indonesia, meskipun ukuran perekonomian Malaysia hanya sepertiga dari Indonesia. Potensi ekspor Potensi pertumbuhan ekspor Indonesia meliputi berbagai sektor sebagaimana diilustrasikan, meliputi berbagai misalnya, dengan kasus hortikultura, produk elektronik, dan transportasi laut. Ekspor sektor sebagaimana hortikultura dan elektronik Indonesia jauh lebih rendah dan kurang dinamis dibandingkan diilustrasikan, dengan ekspor dari negara-negara setara lain di kawasan regional (lihat Kotak B.2), meskipun misalnya, dengan sumber daya yang dimiliki berupa tanah yang subur dan tenaga kerja yang melimpah menjadi kasus hortikultura, kesempatan yang baik untuk memanfaatkan pasar global yang berkembang dengan pesat. produk elektronik, Demikian pula, meskipun letak Indonesia terbentang di sepanjang kepulauan terbesar di dunia, dan transportasi laut. tidak satu pun perusahaan pengiriman angkutan laut Indonesia termasuk di antara 30 perusahaan teratas dunia berdasarkan pangsa pasarnya, dibandingkan dengan negara seperti Singapura dengan dua perusahaan yang berperingkat 20 teratas (UNCTAD, 2017). 49 Potensi ini juga berlaku bagi ekspor jasa pelabuhan: operator pelabuhan Indonesia tidak aktif di tingkat internasional, berbeda dengan operator-operator regional lain seperti Pelabuhan Singapura dan ICTS Filipina yang masing-masing berperingkat kedua dan ketujuh terbesar di dunia dalam hal investasi, yang terdiri dari lusinan proyek di seluruh dunia (UNCTAD, 2017). Di sektor Sebagian besar penurunan Gambar B.5: Naik turun daya saing manufaktur manufaktur, pangsa ekspor Indonesia di pasar global Indonesia ekspor Indonesia di disebabkan oleh turunnya (pangsa ekspor manufaktur di tingkat global) tingkat global dan pangsa ekspor manufaktur, 1.8% Malaysia PDB mengalami berbeda dari situasi di negara- 1.6% penurunan, berbeda negara lain yang berorientasi 1.4% dengan negara- ekspor di kawasan. Pangsa pasar 1.2% Thailand negara lain di Indonesia dalam ekspor 1.0% kawasan regional. manufaktur global mencapai 0,6 0.8% persen pada tahun 2016, jauh Indonesia lebih rendah dibandingkan 0.6% dengan puncak 0,8 persen pada 0.4% Vietnam tahun 2000 dan bahkan lebih 0.2% Filipina rendah dibandingkan dengan 0.0% pangsa tahun 1993 sebesar 0,7 persen (Gambar B.5).50 Angka ini tampaknya belum sesuai Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan Indikator dengan potensi Indonesia Pembangunan Dunia sebenarnya, mengingat Indonesia adalah negara terbesar di kawasan dan pangsa pasar Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara-negara besar lain.51 Dalam periode yang sama, pangsa manufaktur Vietnam dan Thailand di pasar global mengalami peningkatan; pangsa Vietnam bertumbuh 10 kali lipat sejak tahun 2000 dan telah menjadi salah satu eksportir manufaktur dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Stagnasi daya saing manufaktur Indonesia di pasar global juga tercermin dari penurunan rasio manufaktur terhadap PDB. Penurunan ini biasa terjadi pada negara-negara yang mengalami pergeseran status dari berpenghasilan menengah ke berpenghasilan tinggi. Akan tetapi, Indonesia mengalami deindustrialisasi sebelum pergeseran 49 Data sistematis tentang ekspor dan impor transportasi laut tidak tersedia. 50 Selama periode yang sama, pangsa ekspor komoditas Indonesia di tingkat global hampir tidak bergerak pada kisaran 1,7 persen kecuali puncaknya tahun 2007–11. 51 Satu-satunya perkecualian adalah Filipina. Akan tetapi, secara relatif, ekspor manufaktur Indonesia masih belum maksimal, bahkan meskipun dibandingkan dengan Filipina karena pangsa global Filipina mencapai 70 persen dari pangsa Indonesia sedangkan ukuran perekonomiannya hanya sepertiga dari Indonesia. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 34 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia status tersebut, di mana sektor manufaktur telah mulai menyusut pada tingkat penghasilan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat penghasilan negara-negara seperti Malaysia dan Thailand ketika mereka mulai mengalami deindustrialisasi (Gambar B.6). “Deindustrialisasi prematur” ini (Rodrik 2016) bukan merupakan kabar baik bagi Indonesia karena berisiko akan mengurangi kualitas kerja maupun pertumbuhan produktivitas di seluruh Indonesia, yang lazimnya lebih tinggi terjadi pada manufaktur dibandingkan dengan sektor-sektor lain (Rodrik 2012). Gambar B.6: Apakah deindustrialisasi prematur terjadi di Indonesia? (pangsa manufaktur dalam PDB vs. PDB per kapita) 35 Manufacture as Percentage of CHN1995 CHN2005 CHN2010 CHN1990 THA2010 CHN2000 MYS2000 30 CHN2015 THA1990 THA2000 THA2005 IDN2000 THA2015 THA2016 MYS2005 PHL1990 PHL2000 THA1995 MYS1995 IDN2005 GDP 25 MYS2010 MYS2015 PHL2005 MYS1990 PHL1995 IDN1995 IDN2010 IND1995 PHL2010 IDN2015 MYS2016 20 IND1990 VNM2005 PHL2015 PHL2016 IDN2016 VNM2000 IDN1990 IND2000 IND2010 15 IND2005 IND2015 IND2016 VNM1995 VNM2016 VNM2015 VNM1990 VNM2010 10 1000 11000 6000 16000 21000 26000 PDB Per Kapita, PPP (Konstan US $ 2011) Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan Indikator Pembangunan Dunia dan Diop (2016) Indonesia dapat Pada saat yang sama, Indonesia Gambar B.7: Arus masuk FDI ke Indonesia masih belum melakukan lebih juga dapat melakukan lebih maksimal banyak untuk banyak untuk menarik FDI — (Arus masuk FDI sebagai persentase dari PDB, rata-rata, 2016–17) menarik dan khususnya yang berorientasi 7% mempertahankan ekspor—guna mengamankan FDI, yang masih sumber yang sangat dibutuhkan 6% rendah bila bagi pembiayaan eksternal dan 5% dibandingkan pertumbuhan ekspor yang stabil. dengan ukuran Meskipun persentase arus 4% perekonomiannya – masuk FDI terhadap PDB, yang 3% khususnya FDI masih rendah menurut standar berorientasi ekspor regional (Gambar B.7), 2% yang sangat mengalami peningkatan selama 1% dibutuhkan. dua dekade terakhir, nilainya terus menyusut dalam 3 tahun 0% terakhir. Sebagian besar FDI 52 yang masuk ke Indonesia didorong oleh keinginan untuk menggali dan/atau memproses Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan Indikator Pembangunan Dunia sumber daya alam atau untuk melayani pasar domestik yang besar. Di pihak lain, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia berupaya menarik FDI yang mencari efisiensi, biasanya untuk mendapatkan basis produksi yang efisien untuk ekspor. Menarik investasi itu penting karena investasi menghasilkan banyak lapangan pekerjaan dengan gaji tinggi dan sering kali menjadi sumber produk dan teknologi produksi baru bagi negara penyelenggaranya. Gambar B.8 memperlihatkan bahwa, di sektor 52Menurut data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), FDI turun dari 3,3 persen PDB pada tahun 2014–15 menjadi 3,1 persen pada tahun 2016–17; padahal menurut data dari Bank Indonesia untuk periode yang sama, FDI turun dari 2,2 persen menjadi 1,3 persen PDB. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 35 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia manufaktur, FDI yang berorientasi ekspor mengungguli FDI yang berorientasi pasar domestik, dalam hal pertumbuhan produktivitas tenaga kerja, upah rata-rata, jumlah produk baru serta tingkat investasi selama periode tahun 2008-15. Pada saat yang sama, FDI yang berorientasi ekspor memiliki kemungkinan lebih besar untuk meninggalkan Indonesia karena investasi ini lebih sensitif terhadap kemunduran iklim usaha dibandingkan FDI manufaktur lainnya, yang lebih bergantung pada pasar domestik yang besar. FDI manufaktur di Indonesia semakin berorientasi untuk melayani pasar domestik ketimbang pasar global, yang menandakan bahwa Indonesia telah kehilangan daya saingnya di sektor manufaktur. Pada tahun 2014, industri manufaktur asing baru di Indonesia yang berorientasi ekspor hanya mencapai 35 persen, turun secara signifikan dari 58 persen pada tahun 1996 (Gambar B.9).53 Penurunan ini bahkan lebih menonjol ketika kita memperhitungkan sektor yang secara historis sudah berorientasi ekspor seperti elektronik di mana pangsa industri berorientasi ekspor dibandingkan dengan seluruh pabrik asing baru anjlok dari 67 persen manjadi hanya 17 persen. Penurunan FDI berorientasi ekspor menyebabkan penurunan nilai FDI maupun ekspor secara keseluruhan dan akhirnya penurunan pendapatan devisa, sehingga membuat Indonesia semakin rentan terhadap guncangan eksternal. Gambar B.8: FDI berorientasi ekspor mengungguli FDI Gambar B.9: Penurunan pangsa investasi asing berorientasi pasar domestik di sektor manufaktur namun berorientasi ekspor yang baru di sektor manufaktur dan memiliki kemungkinan lebih besar untuk meninggalkan elektronik Indonesia (rasio industri berorientasi ekspor terhadap seluruh industri asing, (perubahan persentase pada industri asing yang berorientasi pasar baru dan lama) domestik, 2008-2015) 55% 70% 1996 2014 45% 60% 35% 50% 25% 40% 15% 30% 5% 20% -5% 10% Δ Produk Δ Rata- Δ Produk Investasi Tingkat Manufaktur keseluruhan Elektronik Lab rata gaji baru keluar Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data Statistik Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data Statistik Industri. Industri. Catatan: Batang-batang pada grafik menggambarkan estimasi angka Catatan: Yang dimaksud dengan industri baru adalah industri yang dengan interval kepercayaan 95 persen terhadap regresi variabel hasil di berusia 3 tahun ke bawah; industri lama adalah industri yang berusia tingkat industri dalam grafik (yang dihitung untuk periode 2008-15) lebih dari 3 tahun. Industri asing adalah industri yang lebih dari 50 sehubungan dengan model industri yang berorientasi ekspor persen sahamnya dimiliki pihak asing. Industri yang berorientasi ekspor (didefinisikan sebagai ekspor jika > 50 persen penjualan) dalam sampel adalah industri yang mengekspor lebih dari 50 persen nilai industri asing yang dimasukkan dalam data, yang menguasai model- penjualannya. model sektor KBLI 2 digit. 53Selain itu, data dari Survei Industri Besar dan Sedang memperlihatkan bahwa industri asing yang berorientasi ekspor juga mempunyai kemungkinan 36 persen lebih tinggi untuk meninggalkan Indonesia daripada industri-industri asing lain yang berorientasi domestik selama periode tahun 2008-15. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 36 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Jika berkepanjangan, Kondisi global saat ini bukan hanya Gambar B.10: Indonesia berpotensi menggantikan ketegangan mengingatkan Indonesia tentang ekspor China ke AS dengan berbagai produknya perdagangan antara pentingnya meningkatkan ekspor (Perkiraan penurunan ekspor Cina ke AS vs ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan dan investasi asing melainkan juga AS tahun 2017, juta USD) 400 Cina memberikan memberikan kesempatan yang unik potensi penggantian ekspor Cina (dalam Tas perjalanan kesempatan yang untuk melakukannya. Secara unik untuk khusus, ketegangan perdagangan Papan lainnya 300 meningkatkan yang berkepanjangan antara Konduktor terisolasi ekspor dan investasi Amerika Serikat dan Cina telah Tas tangan juta USD) asing karena ekspor menyebabkan kedua negara itu 200 Cina ke Amerika menaikkan tarif atas sebagian besar Bagian mesin Serikat anjlok dan barang impor antara kedua Siaran radio cetak para investor negara. 54 Meskipun telah 100 Mebel Bentwood Pengapian berupaya menimbulkan ketidakpastian pada terisolasi Roda pneumatik baru menghindari tarif perdagangan dan pasar keuangan Sarung tangan tanpa jahitan impor dengan global, peningkatan tarif impor 0 memindahkan tersebut juga memberikan 0 50 100 150 200 ekspor Indonesia ( dalam juta USD) produksi mereka ke kesempatan kepada negara-negara Sumber: Estimasi Bank Dunia berdasarkan data USTR, biro sensus Asia Tenggara untuk menggantikan ekspor di AS dan Kee et al. (2008) kedua pasar terbesar di dunia itu. Catatan: Produk-produk yang ada di bagian kanan atas mempunyai Potensi terbesar untuk negara- potensi penggantian terbesar. negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, adalah untuk menggantikan ekspor Cina ke Amerika Serikat mengingat kemiripan ‘keranjang ekspor’ mereka. Hasil perhitungan Bank Dunia menunjukkan bahwa penurunan impor AS dari Cina untuk produk-produk yang dikenakan kebijakan tarif impor dapat mencapai hampir USD70 miliar (Calì 2018). Penurunan ini mencakup produk-produk yang sudah diekspor ke Amerika Serikat oleh Indonesia dan, dengan demikian, membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menggantikan Cina. Ekspor Cina ke Amerika Serikat untuk produk-produk tersebut mencapai 1 persen PDB Indonesia berdasarkan nilai tambah domestik, dan meliputi barang-barang mulai dari tas perjalanan sampai suku cadang printer dan ban angin (pneumatic tires) (Gambar B.10). Selain itu, ketegangan perdagangan juga mengalihkan investasi dari Cina dan Amerika Serikat karena para investor berupaya menghindari lonjakan tarif impor. Hasil survei baru-baru ini memperlihatkan bahwa dua per tiga perusahaan di Cina Selatan berencana merelokasi sebagian produksi mereka keluar Cina dan separuh dari mereka berencana akan merelokasi seluruh produksinya sebagai akibat memuncaknya ketegangan perdagangan55. Sebagian besar berencana untuk pindah ke Asia Tenggara dan bukti awal menunjukkan bahwa Vietnam dan Thailand khususnya telah menikmati peningkatan investasi akibat adanya ketegangan perdagangan tersebut. 56 2. Distorsi di pasar faktor produksi utama melemahkan daya saing ekspor dan arus investasi Agar dapat Agar dapat memanfaatkan peluang ini, Indonesia perlu meningkatkan daya saing memanfaatkan perekonomiannya dan merealisasikan potensinya sebagai negara tujuan investasi dan basis peluang ini, produksi kelas dunia. Kinerja ekspor dan investasi asing yang relatif lemah dapat menjadi 54 Khususnya, antara bulan Juli dan September tahun ini, Amerika Serikat telah mengenakan tarif impor sebesar 10 persen dan 25 persen atas impor dari Cina senilai USD 235 miliar (tarif impor 10 persen akan dinaikkan menjadi 25 persen mulai Januari 2019). Sebagai pembalasan, Cina telah menaikkan tarif impor menjadi 25 persen atas sebagian besar impor senilai USD130 miliar dari Amerika Serikat. 55 Kamar Dagang Amerika di Cina Selatan (2018). 56 Misalnya, China GoerTek sedang memindahkan produksi wireless earphones AirPods ke Vietnam, dan Cheng Uei, yang menyuplai charger dan connector untuk telepon cerdas (smartphone) iPhones dan Android, sedang mengevaluasi fasilitas barunya di Thailand, Vietnam, dan Filipina (Ting-Fan dan Li 2018). Perpindahan tersebut juga melibatkan sektor-sektor lain, termasuk suku cadang kendaraan oleh perusahaan Jepang Yukowo yang memindahkan produksi komponen antena mobilnya ke Vietnam, dan Panasonic yang memindahkan produksi elektronik mobilnya ke Thailand, Malaysia, dan Meksiko, demikian pula dengan Daikin Industries yang memindahkan produksi kompresornya ke Thailand dan Malaysia (Nikkei Asian Review 2018). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 37 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Indonesia perlu penyebab maupun akibat dari rendahnya produktivitas perusahaan di Indonesia. Bahkan memperkuat daya berbagai jenis industri seperti pengolahan makanan yang bersifat padat karya dan mineral (bahan saingnya galian) non-logam yang bersifat padat modal di Indonesia mengalami ketimpangan daya saing dibandingkan dengan negara-negara komparator di kawasan regional (Gambar B.11). Karena rendahnya produktivitas, perusahaan-perusahaan Indonesia tidak dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan negara lain di pasar global. Akibatnya, ekspor dan FDI yang rendah semakin memperlambat pertumbuhan produktivitas perusahaan, karena kurangnya akses mereka terhadap teknologi, pasar dan keterampilan global. Gambar B.11: Produktivitas Indonesia harus menyusul negara-negara komparator (nilai tambah median tiap pekerja, USD 2015) (a) Pengolahan makanan (b) Mineral non logam 14,000 16,000 12,000 14,000 12,000 10,000 10,000 8,000 8,000 6,000 6,000 4,000 4,000 2,000 2,000 - - Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Filipina Indonesia Thailand Vietnam Filipina Malaysia Sumber: Estimasi staf Bank Dunia berdasarkan data Badan Usaha dari Bank Dunia Catatan: Data untuk Indonesia, Vietnam, Malaysia dan Filipina berasal dari tahun 2015. Data untuk Thailand berasal dari tahun 2016. Meskipun Meskipun Pemerintah Indonesia telah melaksanakan serangkaian reformasi kebijakan ekonomi serangkaian dalam beberapa tahun terakhir, distorsi di pasar faktor produksi utama masih melemahkan daya reformasi ekonomi saing Indonesia. Indonesia telah meluncurkan 16 paket kebijakan ekonomi sejak September telah dilaksanakan 2015, dengan tujuan untuk mengurangi biaya melakukan usaha. Reformasi yang dilaksanakan dalam beberapa meliputi penyederhanaan proses impor-ekspor sampai pengurangan berbagai hambatan ( barriers tahun terakhir, to entry) di sektor-sektor tertentu dan merevisi formulasi penghitungan upah minimum. distorsi di pasar Meskipun sejumlah reformasi yang dilakukan merupakan langkah ke arah yang tepat, berbagai faktor produksi distorsi berdampak pada meningkatnya biaya dan menurunnya kualitas dan ketersediaan faktor- utama masih faktor utama produksi yang melemahkan daya saing industri Indonesia. Ini mencakup hambatan melemahkan daya regulasi seperti restriksi perdagangan dan investasi, inefisiensi pasar tenaga kerja dan modal, dan saing Indonesia kekurangan infrastruktur. Banyak dari distorsi tersebut mungkin menjadi lebih berpengaruh ketika terdapat peningkatan permintaan untuk customized products ( customization) dan tekanan yang semakin besar untuk meluncurkan produk baru dalam waktu singkat, peningkatan peranan input jasa dalam produksi manufaktur (“servisifikasi”) dan peningkatan penerapan otomatisasi. Faktor-faktor tersebut lebih menekankan akses dan keterhubungan dengan pasar input dan output serta kemampuan pekerja, perusahaan dan negara untuk mengadopsi teknologi baru. 57 Restriksi perdagangan dan investasi Indonesia telah Dalam satu dekade terakhir, Indonesia secara bertahap telah meningkatkan hambatan impor meningkatkan barang yang meliputi tarif dan hambatan non-tarif (NTM), yang menambah biaya dan hambatan impor mengurangi ketersediaan input. Antara tahun 2009 dan 2017, Indonesia menerapkan tambahan 57 Hallward-Driemeier dan Nayyar (2017). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 38 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia barang, termasuk hambatan impor dalam porsi yang jauh lebih besar daripada negara-negara lain di kawasan tarif dan tindakan- regional (Gambar B.12). Ini telah menyebabkan kenaikan tingkat proteksi perdagangan (NRP) tindakan non-tarif Indonesia (Gambar B.13).58 Harga pangan domestik tahun 2015 rata-rata 33 persen lebih tinggi melebihi negara- daripada harga tanpa restriksi perdagangan, lebih dari dua kali lipat NRP pada tahun 2008 (Marks negara lain 2017). Kenaikan serupa pada NRP diamati terjadi di sektor-sektor utama lain, termasuk yang digunakan sebagai produk antara (intermediates) dalam produksi, seperti tanaman pangan, ternak, peralatan modal dan logam. Akibatnya, kebijakan perdagangan yang restriktif tersebut meningkatkan biaya produksi yang harus ditanggung oleh produsen domestik, dan juga biaya hidup rumah tangga. Gambar B.12: Indonesia telah meningkatkan hambatan Gambar B.13: Karena hambatan perdagangan meningkat, perdagangannya jauh melebihi negara-negara setara lain demikian pula dengan tingkat proteksi perdagangan sejak tahun 2009 (NRP) (pangsa nilai impor yang dikenakan restriksi impor baru) (Selisih harga dibandingkan dengan skenario perdagangan bebas, persen) 70% 30 2015 NRP 2008 NRP Indonesia 60% 20 10 50% 0 40% -10 30% -20 Korea Selatan 20% Thailand 10% Vietnam Singapura Malaysia Filipina 0% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Sumber: Global Trade Alert Sumber: Marks (2017) https://www.globaltradealert.org/data_extraction (diakses 1 November Catatan: NRP negatif menunjukkan subsidi produksi dan/atau ekspor. 2018) NRP dihitung sebagai selisih antara harga domestik yang disurvei dan harga yang berlaku dalam sistem perdagangan bebas, sehingga 58 menghasilkan estimasi dampak dari semua tindakan distorsi perdagangan (tarif dan non-tarif) terhadap harga-harga domestik. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 39 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Indonesia Dalam beberapa tahun terakhir, Gambar B.14: Indonesia telah menaikkan tingkat tarif menaikkan tingkat Indonesia menaikkan tarif impor, impor terapan rata-rata lebih tinggi daripada negara- tarif impor, yang yang memperbesar biaya input negara setara lain kemudian produksi dan barang konsumsi, (perubahan persentase pada tingkat tarif impor rata-rata memperbesar biaya berlawanan dengan trend penurunan keseluruhan (2000–17) dan produk antara (2000–16)) dan/atau tarif di kawasan ini. Antara tahun Menengah (2000-16) Keseluruhan (2000-17) 1.5 menurunkan kualitas 2000 dan 2017, Indonesia telah 0.5 input produksi menaikkan tarif impor rata-rata sebesar 1,3 persen dan tarif impor -0.5 atas produk antara sebesar 0,3 persen -1.5 (Gambar B.14). Meskipun Indonesia -2.5 awalnya menerapkan tarif impor -3.5 yang relatif rendah, -4.5 kecenderungannya seraya waktu -5.5 berjalan bertolak belakang dengan -6.5 kebanyakan negara lain di Asia Timur, yang menurunkan tarif impor mereka secara substansial. Tarif impor juga diterapkan dalam bentuk kebijakan anti-dumping atas Sumber: Estimasi Bank Dunia berdasarkan data dari TRAINS sejumlah produk—termasuk baja Catatan: Grafik ini melaporkan tarif impor terapan Negara Yang Paling Disukai (Most Favored Nation/MFN), yaitu tingkat tarif dan benang—untuk melindungi yang paling luas digunakan dibandingkan dengan mitra-mitra produsen domestik dari persaingan perdagangan. Karena alasan ketersediaan data untuk tarif impor yang dianggap tidak keseluruhan, maka tahun awal untuk Cina dan Vietnam adalah 2001; tahun akhir untuk Malaysia dan Thailand masing-masing seimbang. Bukti empiris adalah 2016 dan 2015. Untuk tarif produk antara, tahun akhir untuk memperlihatkan bahwa kenaikan Thailand adalah 2015. tarif impor yang besar dapat mengurangi produktivitas dan output perusahaan di sektor-sektor yang dilindungi karena persaingan impor yang lebih rendah mengurangi insentif untuk berinvestasi dan meningkatkan efisiensi. 59 Bukti ini juga berlaku bagi Indonesia di mana kenaikan tarif melemahkan daya saing sektor-sektor hilir, dengan bertambahnya biaya dan/atau menurunnya kualitas input produksi.60 Indonesia juga telah Indonesia juga telah memperluas hambatan non-tarif (NTM) atas impor barang yang seringkali memperluas didasarkan pada pertimbangan kesehatan, keselamatan dan lingkungan hidup, tetapi berdampak penerapan hambatan pada peningkatan biaya impor secara signifikan. Perluasan penerapan NTM telah dilakukan non-tarif (NTM) atas untuk berbagai kategori impor, khususnya barang modal dan produk antara (Gambar B.15). impor barang, yang Tindakan-tindakan non-tarif terdiri dari perizinan dan pemeriksaan impor yang bertujuan untuk seringkali memastikan bahwa barang yang diimpor aman bagi konsumen dan tidak membahayakan didasarkan pada kesehatan masyarakat atau lingkungan, seperti penyakit yang dibawa oleh tumbuhan dan hewan alasan kesehatan, yang diimpor, atau bahaya keselamatan dari barang-barang yang digunakan oleh anak-anak. keselamatan dan Meskipun sebagian tindakan ini bisa dibenarkan, tindakan-tindakan lainnya tampaknya bisa lingkungan hidup, memperbesar biaya impor yang tidak perlu. Hasil analisis Bank Dunia baru-baru ini tetapi disisi lain memperlihatkan bahwa tindakan kebijakan seperti monopoli impor oleh badan usaha milik memperbesar biaya negara (BUMN) secara signifikan memperbesar biaya impor tanpa manfaat yang jelas bagi impor secara perekonomian (Gambar B.16). Demikian pula, biaya impor yang tinggi untuk memenuhi signifikan kebutuhan kesesuaian kualitas produk menunjukkan perlunya meninjau kembali kebutuhan produk maupun sistem sertifikasi yang ada.61 Potensi untuk merasionalisasi NTM guna menekan 59 Pavnick (2002); Amiti dan Khandewal (2013). 60 Amiti dan Konings (2007); Narjoko, Anas dan Herdiyanto (2018); Rahardja dan Varela (2014). 61 Salah satu contoh biaya yang disebabkan oleh NTM tertentu adalah perselisihan pada bulan Maret yang lalu mengenai garam berkualitas tinggi yang menjadi salah satu input utama berbagai industri manufaktur. Garam ini dikenakan kuota impor yang dikendalikan oleh Kementerian Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 40 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia biaya perdagangan diilustrasikan dengan penghapusan izin impor di delapan kategori produk manufaktur besar pada akhir tahun 2015, yang berdasarkan hasil analisis Bank Dunia telah menghasilkan penurunan biaya impor secara signifikan. 62 Gambar B.15: Indonesia telah memperluas penerapan Gambar B.16: Sebagian Tindakan Non Tarif menaikkan Tindakan Non Tarif atas berbagai kategori impor biaya impor secara signifikan di Indonesia (persentase impor yang termasuk dalam sedikitnya satu NTM) (dampak NTM atas harga impor berdasarkan nilai kesetaraan tarif (ad valorem equivalent)) 60% 85 Barang konsumsi 50% 75 40% 65 30% 55 20% 45 10% Barang modal 35 0% 25 Barang setengah jadi 15 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Calì dan Puzzello (2018) Catatan: * menunjukkan bahwa estimasi ini signifikan secara statistik sedikitnya pada tingkat 10 persen. SPS singkatan dari Sanitary and Phytosanitary Standards (berlaku bagi produk pangan dan hasil pertanian lain) dan TBT singkatan dari Technical Barriers to Trade (berlaku bagi hasil manufaktur) Kelautan dan Perikanan untuk tujuan melindungi produsen garam domestik. Kuota tahunan yang direkomendasikan sebesar 2,2 juta ton tidak cukup untuk memenuhi permintaan domestik tahun ini karena penurunan jumlah produksi domestik. Kelangkaan garam yang ditimbulkan sangat menghambat produksi berbagai industri, termasuk pengolahan makanan dan produk farmasi, yang hampir menghentikan produksi mereka. Hal ini mendorong dikeluarkannya keputusan presiden ‘darurat’ untuk mengalihkan tanggung jawab at as kuota impor kepada Kementerian Industri (lihat Reuters (2018) “Kisruh soal garam di Indonesia menggoyang dunia industri” (Indonesia’s salt spat gives industry a shake, 6 April). 62 Calì (2017) memperkirakan bahwa penghapusan izin impor bagi importir maupun produsen memangkas harga impor sebesar 6,7 persen. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 41 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Impor jasa juga Impor jasa juga dikenakan hambatan Gambar B.17: Indonesia membatasi impor jasa lebih dikenakan hambatan (barriers) substansial yang berdampak besar daripada negara-negara lain substansial yang negatif terhadap daya saing dengan (derajat restriksi impor jasa; 0 = terendah; 1 = tertinggi) berdampak negatif menurunnya kualitas dan Rata-rata di seluruh negara Indonesia terhadap daya saing bertambahnya biaya jasa domestik, Legal dengan menurunnya padahal sebagian besar jasa ini Distribusi kualitas dan menjadi input utama produksi. Telkom bertambahnya biaya Misalnya, hambatan impor jasa Transportasi maritim jasa domestik, hukum mencakup larangan Asuransi padahal sebagian pengacara asing untuk mendirikan Perbankan komersial besar jasa ini kantor hukum atau berpraktek Transportasi udara Akuntansi menjadi input utama hukum di Indonesia; di sektor jasa Kurir produksi distribusi, investasi asing tidak Penangan kargo logistik diizinkan untuk dilakukan pada Konstruksi sebagian besar distribusi retail, Transportasi angkutan… termasuk pasar swalayan dan Penyiaran minimarket; di sektor transportasi Penyimpanan logistik dan… laut, perusahaan-perusahaan asing Pengiriman barang logistik tidak dapat mengangkut barang antar Transportasi angkutan… pelabuhan di Indonesia sehingga Arsitektur sangat membatasi persaingan di Komputer sektor transportasi utama. Bukti Film Tehnik terbaru memperlihatkan bahwa Pialang bea cukai logistik hambatan yang lebih besar di sektor Rekaman suara jasa menurunkan daya saing industri 0.0 0.5 1.0 manufaktur Indonesia yang menggunakan jasa tersebut secara Sumber: OECD lebih luas dalam produksinya63. Bukti ini selaras dengan bukti internasional 64 dan memperlihatkan bahwa hambatan-hambatan yang dikenakan memperburuk kualitas dan/atau memperbesar harga jasa domestik. Menurut Indeks Restriksi Perdagangan Jasa (STRI) OECD, tingkat restriksi perdagangan di 22 sektor jasa di Indonesia lebih tinggi dari rata-rata tingkat restriksi perdagangan jasa di 44 negara berpenghasilan tinggi dan menengah yang disurvei (Gambar B.17). Hambatan tersebut antara lain meliputi restriksi transfer pekerja intra perusahaan tetapi lintas negara (intra-corporate transferees), restriksi masuknya investasi asing seperti batas modal asing dan hambatan persaingan seperti persyaratan modal minimum yang tinggi. 65 Indonesia menerapkan hambatan yang paling ketat dibandingkan dengan semua negara lain yang disurvei di semua sektor yang menyediakan input jasa utama bagi produsen, seperti telekomunikasi, distribusi, angkutan darat, angkutan laut dan konstruksi. Banyak hambatan Selain perdagangan internasional. banyak hambatan kebijakan juga memperbesar biaya investasi kebijakan—sebagian di Indonesia, terutama bagi investor asing. Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan besar tercantum regulasi yang paling restriktif terhadap FDI diantara 68 negara berpenghasilan menengah dan dalam Daftar Negatif menengah ke bawah yang disurvei oleh OECD (Gambar B.18). Contoh-contoh utama mengenai Investasi— restriksi itu dicantumkan dalam Daftar Negatif Investasi (DNI), berupa: batas kepemilikan asing, memperbesar biaya peruntukkan sektor tertentu bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), izin khusus dan investasi di persyaratan tingkat kandungan dalam negeri. Contohnya, DNI membatasi penyertaan modal 63 Duggan, Rahardja dan Varela (2013). 64 Arnold, Javorcik, dan Mattoo (2011); Arnold et al. (2016). 65STRI (Indeks Restriksi Perdagangan Jasa) adalah indikator restriksi gabungan pada lima kategori kebijakan standar, yang meliputi restriksi masuknya investasi asing, restriksi perpindahan orang, hambatan persaingan, transparansi berdasarkan regulasi dan tindakan-tindakan diskriminatif lain. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 42 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Indonesia, terutama asing hingga 15 persen di semua sektor, yang dalam beberapa kasus bahkan melarang investasi bagi investor asing asing sama sekali, seperti untuk instalasi produksi hulu migas di darat, pembangkit listrik di yang dilarang bawah 1MW, usaha retail mobil, sepeda motor dan kendaraan komersial, serta pasar swalayan melakukan investasi dengan luas kurang dari 1.200 m². Selain itu, puluhan sektor pertanian, industri dan jasa hanya di beberapa sektor diperuntukkan bagi UMKM, sehingga menutup kesempatan untuk investor asing karena mereka tidak dapat beroperasi sebagai UMKM di Indonesia.66 Gambar B.18: Restriksi regulasi terhadap FDI masih tinggi di Indonesia (Indeks restriksi regulasi terhadap FDI, 0 = terendah; 1 = tertinggi) 0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000 Filipina Korea Swis Perancis Ukrainia Yunani Latvia Serbia Polandia Germany Vietnam Brazil Russia Estonia Moroko Chile Albania Indonesia Swedia Hungaria Montenegro Finland Czech Republic Jepang Portugal Luxembourg Selandia Baru Laos Tunisia Canada Norwegia Kambodia Malaysia Kazakhstan Sumber: OECD Restriksi-restriksi ini Restriksi-restriksi ini secara signifikan mengurangi investasi asing maupun domestik, secara signifikan mengurangi masuknya modal dan kinerja, dan menaikkan harga di sektor-sektor dimana mengurangi restriksi-restriksi tersebut diberlakukan. Berdasarkan hasil analisa yang melihat hubungan antara investasi asing restriksi dan investasi dari waktu ke waktu di berbagai sektor, Bank Dunia (2017a) berpendapat maupun domestik, bahwa dengan menaikkan batas maksimum kepemilikan asing yang diizinkan di salah satu mengurangi sektor, jumlah proyek FDI maupun investasi domestik akan meningkat secara substansial.67 masuknya modal Hasil analisa ini juga memperlihatkan bahwa mencadangkan suatu sektor hanya bagi UMKM dan kinerja, dan akan mengurangi jumlah proyek FDI, dan mewajibkan tingkat kandungan dalam negeri menaikkan harga di (TKDN) dalam produksi—sebagaimana yang baru-baru ini diterapkan oleh Indonesia atas sektor-sektor yang produk elektronik, peralatan IT, telepon seluler dan agribisnis —akan memberikan dampak dilindungi negatif kepada investasi asing maupun domestik.68 Restriksi investasi juga memperburuk daya saing sektor manufaktur. Dengan membandingkan restriksi investasi yang tercantum di DNI di seluruh sektor dari waktu ke waktu dengan data perusahaan di industri manufaktur, hasil analisis terbaru Bank Dunia menunjukkan bahwa restriksi tersebut mengurangi persaingan di sektor manufaktur. Setelah penerapan restriksi DNI (melalui batas kepemilikan asing, pencadangan suatu sektor untuk UKM atau izin khusus), jumlah perusahaan asing baru yang masuk ke industri manufaktur mengalami penurunan, khususnya yang berorientasi ekspor, demikian pula dengan jumlah industri domestik yang keluar karena kurang keterbukaan untuk bersaing (Gambar B.19). Dengan berkurangnya persaingan, perusahaan-perusahaan petahana (incumbent) diuntungkan karena mereka bisa menaikkan laba dan harga yang membebani pemakai dan konsumen produk 66 Sektor-sektor lain masih terbuka namun harus bermitra dengan UMKM. Jadi restriksi ini masih lebih ringan daripada memperuntukan suatu sektor bagi UMKM. 67 Analisis ini dilakukan dengan data terkodifikasi menurut klasifikasi KBLI 4 digit, yang mencakup 514 sektor. 68 Dalam hal investasi asing, analisis ini memperlihatkan bahwa persyaratan kandungan lokal mengurangi jumlah investasi yang telah disetujui (namun belum direalisasikan), namun tidak terlalu mempengaruhi jumlah investasi yang sudah direalisasikan. Persyaratan kandungan lokal tampaknya lebih menekan investasi domestik karena investasi yang telah disetujui maupun telah direalisasikan menurun sebagai akibat dari persyaratan kandungan lokal. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 43 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Gambar B.20). Jika persaingan berkurang, maka kinerja rata-rata industri pun akan menurun, sebagaimana diukur dengan penurunan probabilitas investasi, produktivitas tenaga kerja, upah rata-rata yang dibayarkan dan kuantitas produksi industri. Dampak ini juga konsisten dengan restriksi yang mengurangi penerapan teknologi baru untuk produksi, yang biasanya didatangkan oleh industri asing. Hasil analisis menunjukkan bahwa restriksi yang diterapkan juga memperbesar biaya input utama produksi, khususnya produk antara dan jasa, sehingga mengurangi profitabilitas industri-industri hilir. Gambar B.19: Restriksi DNI mengurangi masuknya Gambar B.20: … dan persaingan yang lebih rendah industri asing – khususnya eksportir – dan keluarnya mengurangi kinerja dan upah, serta menaikkan harga- industri domestik … harga (perubahan persentase berkaitan dengan penerapan restriksi DNI dengan (perubahan persentase berkaitan dengan penerapan restriksi DNI dengan interval kepercayaan 95 persen bersangkutan) interval kepercayaan 95 persen bersangkutan) 2% 17% 1% 12% 0% 7% 2% -1% -3% -2% -8% -13% -3% -18% -4% Masuk Keluar Masuk Keluar Perusahaan lokal Perusahaan asing Sumber: Estimasi staf Bank Dunia berdasarkan PerPres DNI dan data Statistik Industri. Catatan: Kedua gambar di atas menggambarkan estimasi angka dengan interval kepercayaan 95 persen terhadap regresi variabel hasil di tingkat industri dalam grafik dengan model restriksi DNI bervariasi-waktu yang didefinisikan pada level 5-digit KBLI selama periode 2008-14 (121.068 survei untuk industri domestik dan 12.314 survei untuk industri asing). Restriksi Sebaliknya alih-alih meningkatkan daya saing industri Indonesia di pasar global, restriksi perdagangan dan perdagangan dan investasi tampaknya telah memperluas keterisolasian mereka dan mengurangi investasi telah keinginan mereka untuk bersaing secara global. Dua contoh dalam hal ini adalah hortikultura memperluas dan elektronik, dua sektor yang berorientasi ekspor dengan tingkat pertumbuhan permintaan keterisolasian dunia global yang besar, yang berhasil dimanfaatkan oleh negara-negara Asia Tenggara. Dalam industri dan beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mencoba mendorong pengembangan kedua sektor ini mengurangi melalui kebijakan investasi dan perdagangan yang bersifat membatasi (restriktif), seperti keinginan mereka membatasi penyertaan modal asing di perusahaan hortikultura dan mewajibkan TKDN untuk bersaing minimum dalam produksi elektronik untuk penjualan domestik. Tindakan-tindakan kebijakan secara global restriktif ini ditengarai menjadi salah satu penyebab ekspor Indonesia yang stagnan, berbeda dengan ekspor dan impor yang tinggi dan terus meningkat di negara-negara Asia Tenggara lainnya yang mengadopsi sistem perdagangan dan investasi yang lebih terbuka (Kotak B.2). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 44 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak B.2: Mengapa restriksi perdagangan dan investasi tidak membantu pengembangan industri hortikultura dan elektronik di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Hortikultura No. 13 Tahun 2010, Indonesia berupaya mengembangkan sektor hortikultura melalui kombinasi restriksi terhadap investor asing (berupa kepemilikan modal asing maksimal 30 persen)1 dan hambatan impor (import barriers) melalui penerapan persyaratan perizinan dan pelabuhan masuk secara terbatas. Restriksi investasi telah mengurangi partisipasi perusahaan benih asing, yang dapat menjadi sumber pengetahuan yang sangat bernilai di sektor padat teknologi, seperti hortikultura. Demikian pula, restriksi perdagangan telah menghambat pertumbuhan impor hortikultura dalam beberapa tahun terakhir (dan telah menaikkan harga buah-buahan dan sayur-sayuran domestik) 2, tetapi tidak mendorong peningkatan ekspor yang signifikan (Gambar B.21). Di pihak lain, dengan mempertahankan sistem perdagangan dan investasi yang terbuka, Vietnam, Thailand dan, sampai taraf tertentu, Filipina, telah memperluas ekspor maupun impor produk hortikultura selama periode yang sama. Ekspor Vietnam, khususnya, telah meningkat lima kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir menjadi USD 5 miliar, dan impornya telah meningkat lebih dari 10 kali lipat menjadi hampir USD 3 miliar. Perdagangan dan investasi memainkan peranan penting dalam pengembangan sektor ini: perusahan-perusahaan asing menguasai 80 persen pasar benih domestik, dan 80 persen pasokan benih buah-buahan dan sayur- sayuran domestik berasal dari impor. Pemerintah telah menetapkan wilayah-wilayah produksi 8 buah-buahan unggulan ekspor, di mana petani diberikan hak kepemilikan lahan jangka panjang dan penyuluhan intensif untuk mengadopsi teknik-teknik tanam yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan pelanggan dari luar negeri. Selain itu, investasi swasta diundang untuk meningkatkan kapasitas penanganan pasca-panen dan ekspor. Gambar B.21: Kesulitan perubahan (transisi) sektor hortikultura Indonesia (ekspor dan impor produk hortikultura dalam miliar USD) 6.0 Indonesia 6.0 Filipina 5.0 5.0 Impor Ekspor Impor Ekspor 4.0 4.0 3.0 3.0 2.0 2.0 1.0 1.0 0.0 0.0 -1.0 -1.0 -2.0 -2.0 -3.0 -3.0 2006 2014 2005 2012 2001 2002 2003 2004 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2015 2016 2017 2001 2002 2003 2004 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2013 2014 2015 2016 2017 6.0 Thailand 6.0 Vietnam 5.0 5.0 Impor Ekspor Impor Ekspor 4.0 4.0 3.0 3.0 2.0 2.0 1.0 1.0 0.0 0.0 -1.0 -1.0 -2.0 -2.0 -3.0 -3.0 2006 2014 2005 2012 2001 2002 2003 2004 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2015 2016 2017 2001 2002 2003 2004 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2013 2014 2015 2016 2017 Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan FAOSTATS. Indonesia juga telah menggunakan tindakan-tindakan restriksi investasi dan penjualan untuk mendorong pengembangan industri elektronik. Sejak tahun 2013, pemerintah telah menerapkan persyaratan kandungan lokal antara 20 persen sampai 40 persen dari nilai produk untuk memasarkan berbagai peralatan elektronik di dalam negeri. 3 Berbagai tindakan ini bertujuan untuk mendorong industri domestik agar meningkatkan nilai kandungan lokal. Akan tetapi, restriksi ini mempersulit produsen domestik untuk mendapatkan Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 45 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia input terbaik di tingkat global, yang khususnya menjadi masalah bagi industri yang produksinya sangat terfragmentasi dari berbagai negara. Sebaliknya alih-alih menyelesaikan permasalahan daya saing yang telah mengurangi keinginan para investor untuk menggunakan Indonesia sebagai basis produksi ekspor elektronik mereka (Gambar B.9 di atas), berbagai tindakan tersebut justru telah menjadikan industri elektronik Indonesia semakin berorientasi pada pasar lokal. Dalam satu dekade terakhir, impor maupun ekspor telah mengalami penyusutan, dan penjualan domestik telah menggantikan ekspor sebagai sumber pendapatan terbesar bagi produsen domestik (Gambar B.22). Meskipun Indonesia mempunyai pasar domestik terbesar di kawasan regional, pasar globalnya masih kecil.4 Jadi, Indonesia masih belum tampak cukup menarik bagi produsen yang ingin memenuhi pasar global dengan mencari input-input terbaik dari sumber-sumber global. Bahkan, nilai penjualan domestik Indonesia masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai ekspor elektronik dari negara-negara regional lain, seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia, yang memiliki industri elektronik yang lebih berorientasi ekspor, dengan nilai impor dan ekspor yang jauh lebih besar daripada Indonesia. Angka-angka berikut ini memperlihatkan bahwa Indonesia perlu mempertimbangkan kembali strateginya yang berwawasan tertutup saat ini untuk mengembangkan industrinya. Gambar B.22: Sektor elektronik Indonesia yang berorientasi pada pasar domestik (ekspor dan impor produk elektronik dalam miliar USD) Indonesia 90 Malaysia 90 Ekspor Impor Domestik 70 Ekspor Impor 70 50 50 30 30 10 10 -10 -10 -30 -30 -50 -50 -70 -70 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 90 Vietnam Thailand 80 70 Ekspor Impor Ekspor Impor 50 30 30 10 -10 -20 -30 -50 -70 -70 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data perdagangan COMTRADE dan Statistik Industri, serta hasil survei usaha mikro dan kecil manufaktur untuk penjualan domestik Indonesia. Catatan: Data penjualan domestik hanya untuk Indonesia dan tidak tersedia untuk tahun 2016–17. 1 Undang-Undang Hortikultura berlaku surut, yang menyiratkan bahwa perusahaan-perusahaan asing perlu melakukan divestasi atas kepemilikan mayoritas mereka paling lambat tahun 2015. Meskipun pemerintah telah menunjukkan fleksibilitasnya dalam penerapan batas waktu divestasi, perusahan-perusahaan asing tetap menghadapi ketidakpastian hukum. 2 Bank Dunia memperkirakan bahwa harga buah-buahan dan sayur-sayuran sudah mengalami kenaikan lebih dari 20 persen dibandingkan dengan harga tanpa restriksi perdagangan. 3 Persyaratan ini diperkenalkan melalui dua peraturan Menteri Informasi (No. 26/2013 dan No. 27/2015). 4 Misalnya, pasar Indonesia hanya mencapai 2 persen dari pasar smartphone global senilai USD 479 miliar pada tahun 2017. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 46 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Karena membatasi Karena membatasi persaingan, Gambar B.23: Indonesia masih tertinggal dalam hal persaingan, tindakan-tindakan regulasi ini kekuatan dan ruang lingkup sistem persaingannya tindakan-tindakan juga dapat memfasilitasi (2013) regulasi ini dapat perusahaan-perusahaan petahana (0 sampai 6, mulai dari paling kondusif sampai paling tidak kondusif memfasilitasi (incumbent) memperkuat posisi bagi persaingan) perusahaan petahana dominannya atau mempermudah (incumbent) untuk kolusi di antara mereka sehingga 1.4 memperkuat posisi akhirnya menghambat 1.2 dominannya atau persaingan. Kurangnya 1.0 mempermudah persaingan menghalangi 0.8 kolusi di antara pertumbuhan produktivitas 0.6 mereka sehingga dengan mengurangi insentif bagi 0.4 menghambat perusahaan-perusahaan untuk 0.2 produktivitas. melakukan inovasi produk dan Dengan demikian, proses. Praktek-praktek anti 0.0 Romania Italia Peru Canada Malta Jerman Brazil Colombia Perancis Estonia Spanyol Turki Afrika Selatan Inggris Russia Amerika Serikat Indonesia Swiss Mesir Korea Hungaria Latvia Mexico India Ukrainia Belanda Chile Australia Jepang Polandia Selandia Baru dibutuhkan persaingan ini seringkali terdapat penguatan kerangka di sektor-sektor antara69, hukum persaingan sehingga semakin melemahkan usaha yang sekarang daya saing dengan naiknya biaya masih lemah dan input produksi. Oleh karena itu, Sumber: Penjabaran Bank Dunia berdasarkan laporan Alemani et al. lembaga penegak kebijakan persaingan yang kuat (2016) hukumnya yaitu dan penegakannya sangat dibutuhkan. Di banyak negara, otoritas pengawas persaingan usaha KPPU dapat membantu memastikan bahwa perumusan kebijakan mempertimbangkan kepentingan yang mendukung persaingan usaha dan mencegah atau menghalangi perilaku anti persaingan dari perusahaan-perusahaan petahana (incumbent). Di Indonesia, efektivitas kerangka kebijakan dan implementasinya perlu diperkuat. Undang-Undang Persaingan Usaha di Indonesia sudah ada sejak tahun 1999—undang-undang pertama yang disusun atas inisiatif DPR di era pasca pemerintahan Suharto—ketika Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) juga dibentuk dengan mandat untuk menegakkan kebijakan persaingan itu. Akan tetapi, kerangka persaingan maupun kewenangan KPPU masih mengalami sejumlah keterbatasan yang membuat sistem persaingan di Indonesia menjadi paling tidak efektif di antara sistem persaingan di 49 yurisdiksi yang disurvei oleh OECD (Gambar B.23). Misalnya, KPPU adalah satu-satunya instansi pengawas yang tidak dapat melakukan inspeksi mendadak (Sidak) di tempat kedudukan perusahaan yang sedang diselidiki atas dugaan melakukan tindakan kartel untuk keperluan pengumpulan bukti. Demikian pula, KPPU juga tidak dapat bertindak terhadap perusahaan yang berkedudukan di luar negeri meskipun perilaku mereka secara langsung mempengaruhi persaingan dan/atau konsumen di pasar domestik. Akibatnya, jumlah kartel yang dideteksi oleh KPPU masih sangat terbatas dibandingkan dengan negara-negara lain yang bahkan lebih kecil. 70 Selain itu, KPPU mempunyai wewenang yang terbatas untuk melakukan pencegahan: denda maksimum yang dapat dijatuhkan oleh KPPU bernilai kurang dari USD 2 juta, yang jauh lebih rendah daripada kebanyakan yurisdiksi lain. Akhirnya, meskipun sebagian besar kegiatan KPPU dalam memberikan pendapat dan pertimbangan berfokus pada praktek-praktek anti persaingan yang difasilitasi oleh peraturan pemerintah, dampak dari pendapat yang diberikannya dalam pengambilan kebijakan masih belum jelas karena tidak adanya mekanisme umpan balik formal dari pemerintah. 69Ivaldi, Jenny dan Khimich (2016). 70Di Indonesia, selama periode 2000–17, KPPU menyelidiki hanya 11 kasus kartel, tidak termasuk kolusi dengan pejabat pemerintah dalam tender pengadaan publik (sumber: surat keputusan KPPU yang diterbitkan secara online). Sebagai perbandingan, di Afrika Selatan, yang perekonomiannya tiga kali lebih kecil daripada Indonesia, sebanyak 76 kartel berhasil dideteksi dan dikenakan sanksi antara tahun 2005 sampai 2015, tidak termasuk proyek-proyek konstruksi (Bank Dunia 2016). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 47 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Inefisiensi di pasar faktor produksi lainnya Kualitas tenaga kerja Dengan meningkatnya otomatisasi dan kecanggihan teknologi produksi maka kualitas yang relatif rendah, keterampilan tenaga kerja menjadi semakin penting, dan hal ini memperkuat kebutuhan untuk khususnya tenaga memperbaiki kualitas tenaga kerja di Indonesia, khususnya tenaga kerja berketerampilan tinggi. kerja Kualitas keterampilan tenaga kerja, terutama para profesional dan manajer yang berketerampilan berketerampilan tinggi, merupakan masalah yang serius. Perusahaan di Indonesia yang melaporkan kesulitan tinggi, merupakan untuk mempekerjakan manajer dan profesional dengan keterampilan yang memadai menduduki salah satu kendala jumlah tertinggi di kawasan regional (Gambar B.24). Di pihak lain, perusahaan-perusahaan utama yang tersebut melaporkan bahwa mereka lebih mudah mencari pekerja produksi tidak terampil di menghambat Indonesia. ketersediaan tenaga kerja tidak terampil lebih sedikit di negara ASEAN lainnya seperti peningkatan daya Malaysia, Thailand dan Filipina. Selain itu, 80 persen perusahaan Indonesia secara spesifik saing perusahaan- mengeluh mengenai keterampilan bahasa dan manajerial, dan persentase ini jauh lebih tinggi perusahaan di daripada negara-negara lain di kawasan. Berdasarkan hasil kajian bersama antara Pemerintah Indonesia Indonesia dan Bank Dunia baru-baru ini, Indonesia sangat kekurangan tenaga terampil untuk puluhan posisi, seperti Kepala Pengawasan Manufaktur Kimia, Supervisor Biokimia, Supervisor Mikrobiologi, Ahli Teknologi Pangan, Teknisi Kimia, Arsitek Solusi Cloud dan Desainer UI/UX.71 Kekurangan tenaga terampil ini menyebabkan pertumbuhan produktivitas dan kesempatan kerja lebih rendah72. Memang, buruknya kualitas manajemen biasanya berhubungan dengan rendahnya inovasi 73, yang turut bertanggung jawab atas rendahnya persentase perusahaan yang menghasilkan inovasi produk atau proses di Indonesia. Masalah Masalah keterampilan tenaga kerja Gambar B.24: Kurangnya keterampilan yang tepat keterampilan tenaga selaras dengan kebutuhan untuk dan memadai, khususnya untuk manajer kerja selaras dengan memperbaiki kualitas sistem (persentase perusahaan yang melaporkan keterampilan yang tidak kebutuhan untuk pendidikan domestik, dan masalah memadai sebagai hambatan utama dalam upaya mempekerjakan memperbaiki ini diperburuk dengan minimnya setiap jenis pekerja, dalam persen) Indonesia Thailand kualitas sistem pelatihan kerja formal yang 80 Malaysia Filipina pendidikan domestik disediakan oleh perusahaan- 70 dan masalah ini perusahaan Indonesia, khususnya diperburuk dengan bagi pekerja terampil. Perluasan 60 minimnya pelatihan akses pendidikan yang pesat baru- 50 kerja formal yang baru ini (dengan jumlah sekolah yang 40 disediakan oleh meningkat lebih dari dua kali lipat perusahaan- pada tahun 2003–16) telah 30 perusahaan menyebabkan peningkatan masif 20 Indonesia, jumlah tenaga kerja lulusan khususnya bagi pendidikan tinggi dan menengah. 10 pekerja terampil Akan tetapi, ini masih belum 0 tercermin dalam perbaikan kualitas Manajer Pekerja produksi tidak terampil pendidikan yang sesuai sejak tahun 200074. Berdasarkan hasil tes Sumber: Gomez-Mera dan Hollweg (2018) berdasarkan data WBES internasional, lebih dari 55 persen warga negara Indonesia yang menamatkan pendidikan mereka masih ‘buta aksara fungsional’, persentase yang jauh lebih besar daripada Vietnam (14 persen) dan negara-negara OECD (20 persen). Meskipun mengalami kekurangan keterampilan ini, 71 Pemerintah RI dan Bank Dunia (2018). 72 Perusahaan-perusahaan yang melaporkan kesulitan dalam mempekerjakan manajer dan pegawai tingkat tinggi mengalami pertumbuhan lapangan kerja 50 persen lebih rendah; kesulitan dalam mencari karyawan dengan keterampilan bahasa asing, teknis, kepemimpinan dan manajemen disebabkan oleh kinerja perusahaan yang lebih lemah dan produktivitas yang lebih rendah, lihat Gomez Mera dan Hollweg (2018). 73 Cirera dan Maloney (2017). 74 Bank Dunia (2018a). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 48 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia persentase perusahaan Indonesia yang melakukan pelatihan kerja masih menjadi yang terendah di antara negara-negara berpenghasilan menengah. 75 Kebijakan subsidi Kebijakan pemberian subsidi energi telah menurunkan harga energi domestik, tetapi dengan pasar energi mengorbankan pemenuhan kebutuhan yang paling vital untuk perusahaan-perusahaan, yaitu memberikan insentif pasokan listrik yang lebih andal. Pemerintah telah cukup lama menerapkan kebijakan harga negatif (perverse energi bersubsidi, terutama BBM, yang harganya di Indonesia paling rendah di dunia. Subsidi incentives) kepada BBM sebagian besar telah dihapuskan dalam APBN 2015, sayangnya sekitar 27 persen subsidi produsen untuk kembali membebani APBN tahun ini 76. Kebijakan subsidi menciptakan disinsentif kepada menggunakan perusahaan-perusahaan untuk beralih dari penggunaan mesin-mesin bertenaga BBM yang tidak mesin-mesin tua efisien dan berproduktivitas rendah ke mesin-mesin bertenaga listrik yang lebih modern. bertenaga bahan Faktanya, Calì et al. (2018) memperkirakan, berdasarkan data panel industri manufaktur bakar minyak Indonesia, bahwa kenaikan harga BBM sebesar 10 persen menaikkan produktivitas industri (BBM), sebaliknya sebesar 1,4 persen. Hasil ini dicapai karena adanya peralihan ke peralatan yang lebih produktif daripada memenuhi dan hemat energi, yang didorong oleh lonjakan harga BBM. Pada saat yang sama, kehandalan kebutuhan pasokan listrik masih menjadi masalah. Meskipun sudah banyak perusahaan yang terkoneksi ke perusahaan: pasokan jaringan transmisi listrik PLN, terutama di pulau-pulau besar, perusahaan-perusahaan Indonesia listrik yang lebih masih mengalami pemadaman listrik jauh lebih lama dan lebih sering, khususnya di Jawa Tengah, andal dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan regional (Gambar B.25). Hal ini mengganggu proses produksi dan menaikkan biaya energi, misalnya, perusahaan terpaksa menggunakan generator untuk mendapatkan pasokan listrik yang handal, sehingga akhirnya berdampak pada penurunan produktivitas, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang berskala usaha lebih kecil.77 Gambar B.25: Kehandalan pasokan listrik perlu ditingkatkan demi kepentingan perusahaan-perusahaan Indonesia a. Jumlah rata-rata pemadaman yang dilaporkan perusahaan setiap b. Durasi rata-rata pemadaman yang dilaporkan perusahaan setiap tahun tahun (dalam jam) 6.0 8 7.5 6 7 5 5.7 6 4 5 3.8 4 3 3.0 2.4 2.4 3 2 1.2 1.2 2 1.7 1 1 0 0 Malaysia Filipina Thailand Vietnam Indonesia Thailand Filipina Malaysia Indonesia Vietnam Sumber: Estimasi staf Bank Dunia berdasarkan data WBES (data tahun 2015 untuk semua negara kecuali Thailand (2016)) Daya saing Yang terakhir, daya saing perusahaan-perusahaan Indonesia terkena dampak negatif dari biaya perusahaan- transportasi yang tinggi, terutama akibat kemacetan dan kurangnya investasi yang memadai perusahaan untuk infrastruktur. Data baru yang berhasil dikumpulkan oleh Bank Dunia (2018b) Indonesia terkena memperlihatkan bahwa sebagian besar biaya logistik perusahaan manufaktur Indonesia dampak negatif dari digunakan untuk transportasi, terutama transportasi darat dan laut, dan persentase biaya 75 Gomez-Mera dan Hollweg (2018). 76 Ini belum termasuk subsidi di luar APBN, yang sebagian besar diserap oleh Pertamina. 77 Poczter (2017). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 49 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia biaya transportasi transportasi terhadap nilai penjualan produk manufaktur lebih tinggi di Indonesia daripada di yang tinggi, Vietnam dan Thailand. Dorongan untuk menggunakan transportasi darat ketimbang terutama akibat transportasi laut, termasuk subsidi solar dan minimnya penegakan aturan keselamatan di jalan kemacetan lalulintas raya menyumbang kepada masalah kemacetan lalulintas. Selain itu, kesenjangan infrastruktur dan kurangnya yang besar terjadi di pelabuhan-pelabuhan, khususnya pelabuhan-pelabuhan sekunder, yang investasi yang memperlambat kegiatan operasional pelabuhan dan/atau membuat pelabuhan tidak sanggup memadai untuk memenuhi permintaan yang diharapkan di masa mendatang.78 Tingginya biaya ini mengurangi infrastruktur kemampuan perusahaan untuk sepenuhnya memanfaatkan skala ekonomi, bahkan di pulau- pulau besar Jawa dan Sumatra. Kesulitan konektivitas yang lebih besar terjadi di daerah-daerah terluar,79 di mana upaya pemerintah untuk mensubsidi pembangunan sektor swasta tanpa memperluas integrasi daerah-daerah itu dengan daerah-daerah inti di Indonesia sebagian besar telah gagal (Rothenberg et al. 2017).80 3. Apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk meningkatkan ekspor dan investasi? Untuk mengatasi Untuk mengatasi kendala-kendala yang menghambat peningkatan daya saingnya, Indonesia kendala-kendala perlu mempercepat investasi, ekspor dan pertumbuhan dengan memenuhi potensinya sebagai yang dihadapi, perlu salah satu negara dengan perekonomian yang bertumbuh tercepat di dunia. Kabar baiknya dilakukan reformasi adalah bahwa beberapa kendala dapat diatasi melalui enam reformasi kebijakan jangka pendek jangka pendek spesifik, yaitu: mengurangi hambatan impor, melaksanakan Perjanjian Perdagangan Bebas maupun jangka (FTA) yang ambisius, merevisi DNI, mengizinkan perekrutan lebih banyak tenaga kerja menengah internasional dengan keahlian yang saat ini belum tersedia secara memadai di Indonesia, mencabut subsidi BBM dan merevisi Undang-Undang Persaingan Usaha. Hambatan lain yang berkaitan dengan modal manusia dan infrastruktur membutuhkan agenda reformasi jangka menengah. Kebijakan-kebijakan jangka pendek Salah satu tindakan Salah satu tindakan penting bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor dan investasi adalah penting untuk mengurangi hambatan impor secara substansial, berupa tarif maupun non-tarif yang sangat meningkatkan membebani. Karena eksportir menggunakan banyak input impor maka tindakan ini dapat ekspor dan investasi mengurangi biaya dan meningkatkan ketersediaan input utama produksi untuk ekspor. Tindakan adalah mengurangi ini perlu dimulai dengan menurunkan kembali tarif impor dari beberapa tahun terakhir, terutama hambatan impor untuk produk antara, termasuk kajian yang tepat mengenai apakah kondisi-kondisi yang menjadi secara substansial, alasan diterapkannya tarif anti-dumping masih relevan. Dalam mereformasi hambatan non tarif berupa tarif maupun (NTM), Indonesia akan terbantu jika terlebih dulu berfokus pada tindakan-tindakan yang paling non-tarif menghambat impor. Reformasi harus diarahkan untuk mengurangi jenis dan jumlah produk yang tercakup di dalam hambatan non tarif dan memastikan bahwa penerapan NTM tidak menambah biaya. Misalnya, kajian terhadap sertifikasi SNI akan membantu mengidentifikasi biaya dan manfaat sertifikasi untuk berbagai jenis barang dan kemungkinan menemukan cara- cara untuk mengurangi biaya sertifikasi itu sendiri. Selain itu, Pemerintah Indonesia dapat meningkatkan transparansi instansi-instansinya dalam penerapan NTM. Ini dapat mencakup, misalnya, penerbitan surat rekomendasi untuk impor barang tertentu oleh kementerian teknis, yang seringkali menggunakan diskresi dalam mengeluarkan surat-surat semacam itu. 78 Ini didasarkan pada kajian terperinci di 18 pelabuhan yang dilaksanakan oleh Bank Dunia – lihat Bank Dunia (2015a). 79 Bank Dunia (2015a) 80 Salah satu contohnya adalah Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bertujuan mengembangkan daerah-daerah tertinggal di Indonesia Timur. Skema ini mencakup keringanan pajak atas semua faktor produksi, selain fasilitas, infrastruktur dan jasa layanan bersubsidi (Temenggung 2013). Meskipun subsidi yang diberikan mahal secara fiskal, masih belum ada bukti mengenai dampak signifikan atas investasi atau kinerja (Rothenberg et al. 2017), karena hal ini mungkin terkendala oleh kurangnya konektivitas di daerah-daerah tersebut ke pasar maupun kurangnya faktor-faktor produksi yang memadai. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 50 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Indonesia juga dapat Indonesia dapat mempercepat Gambar B.26: FTA mungkin bisa menjadi mempercepat penyelesaian perundingan Perjanjian keuntungan bagi perekonomian Indonesia penyelesaian Perdagangan Bebas (FTA) yang (perubahan persentase pada variabel ekonomi Indonesia yang Perjanjian sedang berlangsung dan berkaitan dengan berbagai FTA, pada tahun 2030) Perdagangan Bebas mempertimbangkan untuk EU-IDN CPTPP (TPP-15) RCEP yang sedang mengadakan perjanjian lain dengan 7% berlangsung dan tingkat ambisi yang tinggi. FTA 6% mempertimbangkan bukanlah alternatif dari reformasi untuk mengadakan perdagangan dan investasi yang 5% perjanjian lain mutlak harus dilakukan, melainkan dengan tingkat menjadi mekanisme eksternal untuk 4% ambisi yang tinggi mempercepat proses reformasi 3% agar dapat tersebut dan memberikan peluang membantu bagi Indonesia untuk meningkatkan 2% mempercepat akses ke pasar utama. Meskipun 1% reformasi domestik Indonesia tidak lama lagi akan dan meningkatkan menandatangani perpanjangan 0% akses ke pasar-pasar perjanjian kemitraan ekonomi PDB Ekspor Impor utama dengan Jepang dan FTA dengan Sumber: Maliszewska et al. (akan terbit) Australia dan dengan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA), perjanjian-perjanjian penting lain masih dalam proses negosiasi, terutama perjanjian dengan Uni Eropa dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), yang sedang dibahas bersama 16 negara Asia. Kajian baru-baru ini berdasarkan model keseimbangan umum dinamis menunjukkan dampak positif dari kedua Perjanjian tersebut, khususnya perjanjian dengan Uni Eropa, karena perjanjian ini secara signifikan akan mengurangi hambatan tarif dan non-tarif bilateral (Gambar B.26). Kajian itu memperlihatkan bahwa Indonesia juga dapat memperoleh manfaat dari keikutsertaannya dalam Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Lintas Pasifik ( Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP)), yang menggantikan perjanjian sebelumnya yaitu TPP. Pencantuman ketentuan mengenai investasi yang ambisius dalam perjanjian “generasi baru” ini juga dapat membantu Indonesia menarik investasi asing tanpa melakukan Perjanjian Investasi Bilateral (BIT). Pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak memperpanjang BIT yang habis masa berlakunya. Proses re-negosiasi BIT dengan beberapa negara seperti Singapore sedang dalam proses. Sebenarnya, renegosiasi BIT tampaknya bisa menjadi strategi yang lebih efektif daripada mengakhirinya karena perjanjian ini memberikan perlindungan yang penting kepada investor asing terhadap kemungkinan perubahan hak-hak yang disepakati pada saat melakukan investasi. Untuk itu, pemerintah dapat mempertimbangkan untuk menerapkan ketentuan pengamanan tambahan dalam BIT yang membatasi kemungkinan jalan lain untuk menyelesaikan sengketa antara negara dengan investor. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 51 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Revisi DNI adalah Melonggarkan restriksi terhadap Gambar B.27: Penghapusan batas ekuitas asing dapat langkah penting investasi adalah reformasi penting meningkatkan investasi di berbagai sektor untuk melonggarkan lainnya yang diperlukan untuk (investasi tambahan yang diharapkan dari penghapusan batas restriksi terhadap meningkatkan FDI dan ekspor. ekuitas asing, dalam juta USD) investasi, dan Restriksi investasi di berbagai sektor 2,500 Asing Domestik penghapusan batas dapat direvisi melalui penerbitan 2,000 ekuitas asing saja DNI baru, termasuk batas dapat menghasilkan kepemilikan asing, peruntukkan dan 1,500 investasi asing dan kemitraan dengan UKM, dan 1,000 domestik tambahan persyaratan tingkat kandungan senilai USD 6 miliar dalam negeri (TKDN).81 Misalnya, 500 Bank Dunia memperkirakan bahwa 0 penghapusan batas kepemilikan asing di semua sektor yang tidak tertutup bagi investasi akan menghasilkan tambahan investasi asing dan domestik, masing-masing sebesar USD 4 miliar dan USD 2 miliar.82 Beberapa sektor seperti Sumber: Estimasi staf Bank Dunia berdasarkan PerPres DNI dan listrik dan gas, produk kertas, data investasi BKPM konstruksi serta jasa pariwisata dan makanan akan menerima manfaat terbesar dari tambahan investasi tersebut (Gambar B.27). Restriksi lain yang tidak tercakup dalam DNI perlu ditangani melalui perubahan undang-undang (misalnya, Undang-Undang Hortikultura dan Undang- Undang Pendidikan) dan peraturan-peraturan sektoral (misalnya, TKDN untuk barang elektronik). Selain itu, sebagai bagian dari agenda jangka panjang, perlu dilakukan review pelaksanaan peraturan pemerintah daerah, terutama di tingkat kabupaten/kota, yang seringkali menghambat investasi. Dalam jangka Dalam jangka pendek, Indonesia Gambar B.28: Indonesia belum memanfaatkan pendek, Indonesia dapat meningkatkan ketersediaan tenaga terampil asing untuk mengatasi kesenjangan dapat meningkatkan tenaga kerja terampil yang sangat tenaga kerja domestik ketersediaan tenaga langka—salah satu kendala utama (pangsa pekerja asing dalam angkatan kerja, 2016) kerja terampil yang terhadap daya saing perusahaan- 43.05% 45% sangat langka perusahaan—dengan mengizinkan 40% dengan mengizinkan masuknya lebih banyak tenaga 35% masuknya lebih profesional berketerampilan tinggi 30% banyak tenaga dari luar negeri. Ini dapat dilakukan 25% profesional dengan memperkuat reformasi yang 20% berketerampilan diinisiasi melalui Peraturan Presiden 12.35% 15% tinggi dari luar terbaru tentang izin pekerja (No. 10% 4.47% negeri dan 28/2018), yang masih belum 5% 0.15% 0.06% memperkuat sepenuhnya dilaksanakan. Yang 0% reformasi yang lebih penting lagi, beberapa diinisiasi melalui ketentuan yang bersifat membatasi peraturan presiden (restriktif) mengenai mempekerjakan terbaru tentang izin tenaga profesional asing masih tetap pekerja berlaku, termasuk perlunya rencana Sumber: Statistik imigrasi di setiap negara (untuk jumlah visa pekerja asing mendapatkan asing) dan Indikator Pembangunan Dunia (untuk angkatan kerja). Catatan: Data 2016 untuk semua negara kecuali Vietnam (2015). persetujuan dan ratio pekerja asing 81Ketika isu ini sampai ke pihak media, Pemerintah membahas kemungkinan untuk mengeluarkan revisi DNI, yang mungkin akan segera terbit. 82Hasil perhitungan ini didasarkan pada estimasi tanggapan investasi terhadap batas ekuitas asing dari model empiris yang disebutkan di atas dan diuraikan dalam laporan Bank Dunia (2017). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 52 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia terhadap domestik yang ketat. Indonesia perlu mempertimbangkan untuk melonggarkan ketentuan-ketentuan ini, yang bisa menjelaskan mengapa hanya 0,06 persen tenaga kerja asing yang ada di Indonesia, yaitu hanya sebagian kecil dari pangsa negara-negara setara lain di kawasan regional (Gambar B.28). Menghapuskan Reformasi penting lain yang dapat Gambar B.29: Menurunkan subsidi BMM dapat subsidi BBM dicapai dalam jangka pendek adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan merupakan penghapusan subsidi BBM, yang (estimasi perubahan impor tahunan setelah penghapusan subsidi reformasi jangka tidak hanya berdampak positif BBM, dalam juta USD) pendek penting lain, terhadap daya saing Indonesia tetapi Batas atas Batas bawah yang dapat juga memperkuat stabilitas 0 berpengaruh positif eksternal. Di satu pihak, -200 bagi daya saing penghapusan subsidi BBM akan -400 industri manufaktur banyak membebaskan sumber daya -600 maupun stabilitas fiskal untuk membiayai pengeluaran eksternal. lain yang lebih efektif. Pada tahun -800 2018, pemerintah memperkirakan -1000 subsidi yang diberikan mencapai -1200 sekitar 5 persen dari belanja -1400 pemerintah pusat dalam APBN dan 0,7 persen dari PDB 2018. Di pihak -1600 lain, kenaikan harga BBM sebagai -1800 akibat dari penghapusan subsidi Gasoline Diesel dapat mendorong sektor industri Sumber: Estimasi staf Bank Dunia berdasarkan data Citi Research untuk melakukan penghematan (estimasi harga ekonomis), BPS (data impor), Agustina et al. (2008) (elastisitas permintaan) dan Pertamina (pemisahan sebagaimana ditunjukkan oleh bukti konsumsi BBM) empiris di atas. Meskipun penghapusan subsidi bisa menyebabkan tekanan inflasi, kenaikan harga BBM domestik juga akan menurunkan permintaan, dan oleh karena itu impor, solar, bensin dan LPG sehingga memperbaiki keseimbangan eksternal Indonesia. Bank Dunia memperkirakan bahwa pencabutan subsidi BBM dapat menurunkan impor solar dan bensin senilai USD 2 sampai 2,5 miliar (Gambar B.29). Merevisi Undang- Merevisi Undang-Undang Persaingan Usaha yang ada (no. 5/1999) merupakan langkah penting Undang Persaingan untuk membuat kerangka persaingan usaha Indonesia lebih efektif dalam mengidentifikasi dan Usaha yang ada menjatuhkan sanksi atas perilaku anti persaingan. DPR RI sedang membahas revisi Undang- merupakan langkah Undang ini, yang menjadi kesempatan yang unik untuk memperkuat kemampuan sistem dalam penting untuk mengidentifikasi dan mencegah perilaku anti persaingan usaha dari perusahaan-perusahaan. membuat kerangka Secara khusus, alat-alat untuk mendeteksi dan mencegah kartel perlu dikembangkan, termasuk persaingan usaha memberikan wewenang kepada KPPU untuk mengadakan pemeriksaan mendadak guna Indonesia lebih mengumpulkan bukti-bukti praktek anti persaingan; meningkatkan batas maksimum denda; efektif dalam memperkuat kemampuan KPPU untuk melaksanakan ketentuan itu; dan memberikan mengidentifikasi dan kemungkinan keringanan hukuman atas perusahaan yang menyampaikan informasi yang dapat menjatuhkan sanksi digunakan untuk mendeteksi dan menjatuhkan sanksi atas kartel. Selain itu, revisi UU dapat atas perilaku anti memperjelas penerapan sanksi administratif dan pidana atas badan usaha dan perorangan; persaingan menetapkan definisi “pelaku usaha” agar mencakup semua badan hukum yang beroperasi sebagai unit ekonomi tunggal di pasar; dan mensosialisasikan konsep settlement yang bisa meningkatkan efisiensi dalam proses penegakan hukum. Yang terakhir, sistem yang ada perlu memperkuat kemampuan KPPU untuk mencegah merger anti persaingan dengan menggantikan sistem notifikasi pasca-merger saat ini menjadi sistem notifikasi wajib pra-merger, mempertegas standar teori kerugian dan definisi merger yaitu penggabungan dua atau lebih unit ekonomi yang sebelumnya berdiri sendiri (independen) melalui perubahan pengendalian perusahaan untuk jangka panjang. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 53 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Jangka menengah Dalam jangka Dalam jangka menengah, Indonesia perlu memasukkan pertimbangan persaingan usaha dalam menengah, perumusan kebijakannya dan memperkuat kapasitas teknis KPPU untuk menegakkan undang- Indonesia perlu undang persaingan usaha dan mendukung reformasi pro-persaingan usaha. Penegakan undang- memasukkan undang sangat penting karena peraturan-peraturan pemerintah seringkali mencegah masuknya pertimbangan industri dan membatasi persaingan impor sehingga membantu menciptakan posisi dominan dan persaingan usaha memfasilitasi terbentuknya kartel-kartel. Hal ini memerlukan sistem tata kelola regulasi yang dalam perumusan lebih efektif. Misalnya, ini mencakup pelaksanaan Instruksi Presiden No. 7/2017, yang kebijakannya dan mengamanatkan kementerian-kementerian koordinator untuk meneliti peraturan-peraturan memperkuat baru dan kementerian-kementerian penanggung jawab untuk melaksanakan analisis dampak dan kapasitas KPPU mengadakan konsultasi publik yang luas dalam rangka melaksanakan reformasi yang diusulkan, dalam menegakkan dan revisi Undang-Undang tentang Penyusunan Undang-Undang (2011). Mengikutsertakan undang-undang KPPU dalam proses konsultasi akan membantu memastikan adanya pertimbangan yang lebih persaingan usaha sistematis mengenai dampak regulasi terhadap hambatan masuk, perluasan dan persaingan dan mendukung usaha. Selain itu, KPPU dan regulator sektoral dapat memperkuat penilaian mereka mengenai reformasi pro- pasar Indonesia untuk mengidentifikasi peraturan-peraturan yang ada sekarang dan intervensi- persaingan usaha intervensi pemerintah yang menghambat persaingan, serta merekomendasikan tindakan alternatif yang meminimalkan distorsi pasar. Selain itu, penguatan kapasitas KPPU untuk melakukan analisis dan investigasi juga penting guna memastikan adanya penegakan aturan persaingan yang lebih baik, khususnya jika revisi undang-undang persaingan usaha memberinya wewenang penyelidikan dan pencegahan yang lebih efektif. Agar hal ini dapat terlaksana, prosedur penanganan kasus, pengambilan keputusan dan pemantauan oleh KPPU perlu disederhanakan. Untuk Meningkatkan ketersediaan dan kualitas tenaga terampil Indonesia merupakan agenda jangka meningkatkan panjang yang kompleks dan hendaknya menjadi inti dari strategi pemerintah untuk ketersediaan dan meningkatkan ekspor dan investasi. Untuk itu, sistem pendidikan di semua jenjang pendidikan kualitas tenaga perlu ditingkatkan. Meskipun Indonesia telah berhasil memperkuat pencapaian pendidikan terampil Indonesia sekolah sejak awal tahun 2000an, hasil belajar siswa masih di bawah tingkat siswa di negara- maka kualitas sistem negara setara lain. Bank Dunia (2018a) menyampaikan beberapa rekomendasi penting untuk pendidikan perlu meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah. Rekomendasi tersebut mencakup diperkuat di semua mendefinisikan dan menegakkan kriteria kualifikasi wajib bagi guru dengan lebih baik, jenjang pendidikan melengkapi mekanisme pembiayaan pendidikan yang ada dengan memberikan bantuan yang tepat sasaran dan berbasis kinerja kepada sekolah dan kabupaten/kota tertinggal, dan meluncurkan kampanye peningkatan kualitas pendidikan nasional untuk menghasilkan tekanan publik agar melaksanakan aksi-aksi yang efektif untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Selain itu, pendidikan pasca sekolah menengah dapat memanfaatkan masuknya universitas asing seperti yang ditandai dengan niat Pemerintah yang dinyatakan awal tahun ini untuk membuka universitas bagi investasi asing.83 Reformasi tersebut, yang disertai dengan pelonggaran restriksi untuk mempekerjakan dosen asing dapat meningkatkan sistem pendidikan tinggi dengan memperluas batas-batas pengetahuan dan meningkatkan persaingan dalam menyediakan layanan pendidikan tinggi. Untuk Memperkuat infrastruktur energi dan transportasi merupakan unsur-unsur lain dari agenda meningkatkan kebijakan utama untuk meningkatkan kehandalan dan mengurangi biaya listrik dan transportasi. infrastruktur energi Untuk itu, pemerintah perlu terus memperluas investasi di bidang infrastruktur seperti pada dan transportasi, tahun-tahun sebelumnya—mungkin bahkan bisa lebih cepat. Selain itu, memanfaatkan investasi maka yang perlu sektor swasta dapat membantu Indonesia dalam memenuhi kebutuhan infrastrukturnya yang dilakukan adalah besar dengan lebih efektif. Sebagaimana diidentifikasi oleh Bank Dunia (2017b), mobilisasi 83 See, for instance, The Strait Times (April 4, 2018). Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 54 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia mengurangi sektor swasta untuk pembangunan infrastruktur membutuhkan perbaikan pada: (i) lingkungan dominasi pasar peraturan perundang-undangan yang kompleks untuk kerjasama publik dan badan usaha BUMN, (KPBU), (ii) proses perencanaan, penilaian dan pemilihan proyek, (iii) transparansi dan efisiensi menyederhanakan BUMN yang mendominasi sektor infrastruktur, termasuk mengurangi subsidi kepada BUMN kerangka hukum dan menggunakan tender kompetitif terbuka untuk proyek-proyek infrastruktur, dan (iv) luasnya untuk kemitraan pasar perbankan dan modal lokal. publik-swasta (PPP), dan memperkuat pasar perbankan dan pasar modal lokal Reformasi juga akan Reformasi yang dilakukan juga akan meningkatkan efektivitas insentif pajak, salah satu meningkatkan instrumen yang tampaknya semakin diminati untuk digunakan oleh pemerintah Indonesia dalam efektivitas insentif menarik investasi. Pemerintah memperkirakan bahwa pada tahun 2017, insentif pajak melalui pajak yang mahal, PPN, pajak penghasilan dan tarif impor sama besarnya dengan pendapatan fiskal sebelumnya yang tampaknya senilai lebih dari USD 10 miliar (Pemerintah Indonesia, 2018). Meskipun dampak dari insentif semakin diminati tersebut dalam menarik investasi masih belum dinilai, bukti internasional memperlihatkan untuk digunakan bahwa insentif pajak tidak begitu banyak berperan dibandingkan dengan faktor-faktor lain, oleh pemerintah seperti biaya bahan mentah dan produk antara, transparansi sistem hukum, kualitas infrastruktur untuk menarik dan ketersediaan tenaga terampil (UNIDO 2011; Bank Dunia 2018c). Malahan, data yang ada investasi, namun memperlihatkan bahwa insentif pajak kurang berguna dalam menarik investasi di negara-negara hanya ada sedikit di mana faktor-faktor itu tidak dikembangkan (Van Parys dan James 2009). Dalam hal ini, bukti insentif pajak hanya menjadi beban fiskal bagi negara bersangkutan, karena yang menikmatinya keberhasilannya hanya investor yang membayar pajak lebih rendah. Hal itu juga terjadi pada program Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu di Indonesia, yang memberikan keringanan pajak kepada perusahaan-perusahaan di kabupaten/kota tertentu di pulau-pulau terluar Indonesia. Ketika program ini dievaluasi, Rothenberg et al. (2017) mendapati bahwa perusahaan-perusahaan di kabupaten/kota KAPET membayar pajak lebih rendah tetapi insentif pajak yang diberikan tidak mendorong peningkatan masuknya perusahaan-perusahaan maupun memperbesar ukuran output atau kesejahteraan lokal. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 55 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Referen si Bagian A APBN Kita. November 2018. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/apbn-kita/informasi-apbn-kita-2018/ Bank Indonesia. July 2018. https://www.bi.go.id/id/moneter/koordinasi-pengendalian-inflasi/highlight-news/Pages/Analisis- Inflasi-TPIP-Juli-2018.aspx Bank Indonesia. September 2018. Press releases. https://www.bi.go.id/en/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_207318.aspx Bank Indonesia. August 15, 2018. Press releases. https://www.bi.go.id/en/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_206618.aspx CNBC. November 07, 2018. https://www.cnbc.com/2018/11/07/forex-markets-dollar-us-midterm-elections-in-focus.html Detik.com. September 05, 2018. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4199347/pajak-impor-barang-konsumsi- naik-hingga-10-kapan-berlaku DJPPR. November 2017. Struktur Jatuh Tempo Utang. http://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/load/24 Metronews. November 05, 2018. http://ekonomi.metrotvnews.com/makro/gNQMYBvN-target-penerimaan-cukai-masih- sesuai-apbn-2019 Montel. November 05, 2018. https://www.montelnews.com/de/story/indonesia-cuts-november-coal-price-by-3/950238 Pertamina. October 10, 2018. https://www.pertamina.com/id/news-room/announcement/daftar-harga-bbk-tmt-10-oktober- 2018. Reuters. October 31, 2018. https://www.reuters.com/article/us-singapore-siew-indonesia/indonesia-imposes-mandatory-use-of- b20-biodiesel-in-drive-to-cut-fuel-bill-deputy-minister-idUSKCN1N5160 The Business Times. November 01, 2018. https://www.businesstimes.com.sg/energy-commodities/oil-prices-fall-on-signs-of- rising-global-supply World Bank Commodities Price Forecast. October 2018. http://pubdocs.worldbank.org/en/823461540394173663/CMO- October-2018-Forecasts.pdf World Bank. 2019 (forthcoming). Global Economic Prospects: Darkening Skies. January. Washington, DC: World Bank. Bagian B Alemani, E., C. Klein, I. Koske, C. Vitale, and I. Wanner. 2016. New Indicators of Competition Law and Policy in 2013 for OECD and non-OECD Countries. In Frédéric Jenny and Yannis Katsoulacos (eds.), Competition Law Enforcement in the BRICS and in Developing Countries. Springer, Cham, pp. 59–102 American Chamber of Commerce in South China. 2018. Special Report on the Impact of US and Chinese Tariffs. Amiti, M. and A. K. Khandewal. 2013. Import Competition and Quality Upgrading. Review of Economics and Statistics 95 (2): 476–90. Amiti, M. and J. Konings. 2007. Trade liberalization, intermediate inputs, and productivity: Evidence from Indonesia, American Economic Review 97 (5): 1611–38. Arnold, J. M., B. Javorcik and A. Mattoo. 2011. Does services liberalization benefit manufacturing firms?: Evidence from the Czech Republic Journal of International Economics 85 (1): 136–46. Arnold, J. M., B. Javorcik, M. Lipscomb, and Mattoo, A. 2016. Services reform and manufacturing performance: Evidence from India. Economic Journal 126 (590): 1–39. Calì, M. 2017 Have the economic policy packages reduced import costs in Indonesia? A quantitative assessment of two sets of measures . mimeo. World Bank. _____. 2018. The impact of the US-China trade war on East Asia.VoxEu Calì, M., T. Hidayat, G. Presidente and N. Cantore. 2018. Too Much Energy: The Perverse Effect of Low Fuel Prices. Mimeo. World Bank. Calì, M. and L. Puzzello. 2018. The welfare impact of non tariff measures on Indonesia. mimeo. World Bank. Cirera, X., and W. F. Maloney. 2017. The innovation paradox: Developing-country capabilities and the unrealized promise of technological catch-up. World Bank. Diop, N. 2016. Making Indonesian Manufacturing an Engine of Growth Again: Now or Never? Mimeo. World Bank. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 56 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Duggan, V., S. Rahardja, and G. Varela. 2013. “Service Sector Reform and Manufacturing Productivity: Evidence from Indonesia.” Policy Research Working Paper 6349. Washington, DC: World Bank. Gomez-Mera, L. and C. Hollweg. 2018. Firm performance and constraints in Indonesia. Mimeo. World Bank. Government of Indonesia. 2018. Tax expenditure report 2016-2017. Jakarta: Indonesian Ministry of Finance. Government of Indonesia and World Bank. 2018. Indonesia Critical Occupations List 2018 Technical Report. Mimeo. World Bank. Hallward-Driemeier, M., & Nayyar, G. 2017. Trouble in the Making? The Future of Manufacturing-led Development. World Bank. Ivaldi, M., F. Jenny and A. Khimich. 2016. Cartel damages to the economy: an assessment for developing countries. In Frédéric Jenny and Yannis Katsoulacos (eds.), Competition Law Enforcement in the BRICS and in Developing Countries. Cham: Springer. pp. 103-133. Maliszewska, M., Z. Olekseyuk, I. Osorio Rodarte and M. Calì. (forthcoming). Economic and distributional Impacts of Free Trade Agreements – the Indonesian case. World Bank. Marks, S. V. 2017. Non-tariff Trade Regulations in Indonesia: Nominal and Effective Rates of Protection. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 53(3), 333–57. Narjoko, D., T. Anas, and R. Herdiyanto. 2018. The Elusive Pursuit of Import Substitution in 21st Century Indonesia. Asian Economic Papers, 17(1), 73–93. Nikkei Asian Review. 2018. Trade war drives Asian manufacturing out of China. October 24. Pavnick, N. 2002. Trade Liberalization, Exit, and Productivity Improvements: Evidence from Chilean Plants, Review of Economic Studies, 69 (1): 245–76. Poczter, S. 2017. You Can't Count on Me: The Impact of Electricity Unreliability on Productivity. Agricultural and Resource Economics Review, 46(3), 579–602. Rahardja, S., and G. Varela. 2014. Nothing to Fear but Fear Itself: Evidence on Imported Intermediates in Indonesia. World Bank Economic Premise no. 138. Rodrik, D. 2012. Unconditional Convergence in Manufacturing. Quarterly Journal of Economics, 128(1), 165–204. ______. 2016. Premature Deindustrialization. Journal of Economic Growth, 21(1), 1–33. Rothenberg, A.D., S. Bazzi, S. Nataraj and A. Chari. 2017. When Regional Policies Fail: An Evaluation of Indonesia’s Integrated Economic Development Zones. Mimeo. Temenggung, D. 2013. Policies to Promote Development and Integration of Lagging Regions: The Indonesian Experience, in The Internal Geography of Trade: Lagging Regions and Global Markets, ed. by T. Farole. Washington, D.C.: The World Bank, 209–27. Ting-Fan, C. and L. Li. 2018. Apple Supplier Seeks to Escape Trade War Fallout with Shift Out of China. Nikkei Asian Review. October 12. The Strait Times. April 4, 2018. “Indonesia to open university sector to 100 percent foreign ownership”. UNIDO 2011. Africa Investor Report. Vienna: UNIDO. Van Parys, S., and James, S. 2009. Why Tax Incentives May be an Ineffective Tool to Encourage Investment? The Role of Investment Climate SSRN Electronic Journal December 2008. World Bank. 2015a. Improving Indonesia’s freight logistics system: A plan of action, Report No: AUS5940. _________. 2016. South Africa Economic Update: Promoting faster growth and poverty alleviation through competition . Washington DC: World Bank. _________. 2017a. Indonesia Economic Quarterly: Upgraded. June. Jakarta: World Bank. _________. 2017b. Indonesia Economic Quarterly: Closing the gap. October. Jakarta: World Bank. _________. 2017c. Indonesia Financial Sector Assessment Program (FSAP). mimeo. _________. 2018a. Indonesia Economic Quarterly: Learning more, growing faster. June. Jakarta: World Bank. _________. 2018b. Survey on the logistics costs of Indonesian manufacturers 2017. mimeo. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 57 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia LAMPIRAN : INDIKATOR GAMBA RAN EKONOMI INDONESIA Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB riil Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB konsumsi (pertumbuhan triwulanan yoy, persen) (kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil yoy, poin persentase) Kons. Rumahtangga Kons. nonprofit 7 Kons. Pemerintah Investasi Perubahan stok Selisih stat. 10 Ekspor Impor PDB total 8 6 6 Total PDB 4 2 5 0 -2 4 -4 Sep-12 Sep-14 Sep-16 Sep-18 Sep-15 Sep-16 Sep-17 Sep-18 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor (kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil yoy, poin persentase) (pertumbuhan yoy, persen) Pertanian, hutan, p'ikan Industri 80 Jasa-jasa Pajak-subsidi 6 PDB total 60 5 Penjualan sepeda motor 40 4 20 3 0 2 1 -20 Penjualan kendaraan bermotor 0 -40 Sep-15 Sep-16 Sep-17 Sep-18 Okt-15 Okt-16 Okt-17 Okt-18 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri dan (Tahun dasar penjualan eceran 2010=100) Manufaktur PMI (indeks difusi PMI; pertumbuhan produksi industri yoy, persen) Indeks penjualan ritel (kiri) 250 Indeks survey kons BI (kanan) 150 55 Indeks produksi industri (Kanan) 10 230 120 5 210 90 50 0 190 60 Manufacturing PMI (Kiri) -5 170 30 150 0 45 -10 Okt-15 Okt-16 Okt-17 Okt-18 Nov-15 Nov-16 Nov-17 Nov-18 Sumber: BI Sumber: BPS; Nikkei/Markit; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Manufacturing PMI diatas 50 mengindikasikan ekspansi Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 58 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran Lampiran Gambar 8: Neraca pembayaran: neraca berjalan (USD miliar) (USD miliar) Kesalahan & pembulatan Pendapatan sekunder Neraca modal & keuangan 12 Pendapatan primer 15 Perdagangan jasa Neraca transaksi berjalan Neraca keseluruhan Perdagangan barang 8 Neraca transaksi berjalan 10 5 4 0 0 -5 -4 -10 -8 -15 -12 Sep-15 Sep-16 Sep-17 Sep-18 Sep-15 Sep-16 Sep-17 Sep-18 Sumber: BI Sumber: BI Lampiran Gambar 9: Ekspor barang Lampiran Gambar 10: Impor barang (USD miliar) (USD miliar) Ekspor total (fob) Pertanian Impor total (cif) Minyak & gas 20 Manufaktur Pertambangan 20 Barang konsumsi Bahan mentah 18 Minyak & gas 18 Barang modal 16 16 14 14 12 12 10 10 8 8 6 6 4 4 2 2 0 0 Okt-15 Okt-16 Okt-17 Okt-18 Okt-15 Okt-16 Okt-17 Okt-18 Sumber: BPS Sumber: BPS Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus modal Lampiran Gambar 12: Inflasi IHK (USD miliar) (pertumbuhan yoy, persen) 9 8 Thousands Thousands 130 7 6 110 6 3 Makanan 5 90 0 4 Headline 70 3 -3 Global bonds (kiri) Inti SBI (kiri) 2 50 Non-makanan -6 SUN (kiri) Equities (kiri) 1 Cadangan devisa (kanan) -9 30 0 Nov-15 Nov-16 Nov-17 Nov-18 Okt-16 Apr-17 Okt-17 Apr-18 Okt-18 Sumber: BI; Kementerian Keuangan Sumber: BPS; BI; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: SUN = Surat Utang Negara; SBI = Surat Berharga BI Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 59 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 13: Rincian inflasi IHK bulanan Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi IHK (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) beberapa negara (pertumbuhan yoy, persen) Makanan olahan Makanan mentah Pakaian Transportasi Philippines 5 Kesehatan Pendidikan Perumahan Headline India 4 Indonesia 3 USA China 2 Korea Japan 1 Thailand 0 Singapore Malaysia -1 Okt-16 Apr-17 Okt-17 Apr-18 Okt-18 0 2 4 6 8 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: data Oktober 2018 Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan internasional pengangguran (harga grosir, IDR per kg) (persen) 20 12,500 11,000 16 Beras domestik, IR64-II 9,500 12 Tingkat kemiskinan 8,000 6,500 Beras Viet Nam, pecah 5 persen 8 Tingkat pengangguran 5,000 3,500 4 Nov-15 Nov-16 Nov-17 Nov-18 2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017 Sumber: Pusat perkulakan beras Cipinang; FAO Sumber: BPS Catatan: “pecah 5 persen” mengacu pada kualitas penggilingan beras. 5 Catatan: Garis kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional persen merupakan proporsi biji pecah selama proses penggilingan. Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS (indeks harian, September 1, 2015=100) (indeks bulanan, Agustus 2015=100) JSI-Indonesia Shanghai-China BSE-India SGX-Singapore 130 Brazil 150 SET-Thailand 120 Indonesia 140 110 130 100 Afrika 120 90 Selatan India 80 110 70 Turki 100 60 90 50 80 40 Dec-16 Jun-17 Dec-17 Jun-18 Dec-18 Nov-16 Mei-17 Nov-17 Mei-18 Nov-18 Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 60 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5- Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS tahunan dalam mata uang lokal terhadap kelompok negara-negara EMBI Global (persen) (basis poin) Indonesia Malaysia 10 Singapura Thailand Indonesia - global spread (RHS) Amerika Serikat 250 Indonesia - EMBIG bond spread 50 8 230 0 6 210 -50 4 190 -100 2 170 -150 0 Dec-16 Jun-17 Dec-17 Jun-18 Dec-18 150 -200 Dec-16 Jun-17 Dec-17 Jun-18 Dec-18 Sumber: CEIC Sumber: JP Morgan Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan pedesaan dan deposito (bulanan, persen) (pertumbuhan yoy, persen) Rasio pinjaman thd deposito (kiri) 15 Rasio likuiditas thd aset (kiri) Rasio kecukupan modal (kiri) Rasio kredit b'masalah (kanan) 100 Rasio pengembalian aset (kanan) 5 12 Pinjaman 80 4 9 60 3 40 2 6 Simpanan swasta 20 1 3 0 0 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri (rasio terhadap PDB, kiri; USD miliar, kanan) (rasio terhadap PDB, kiri; USD miliar, kanan) Domestik (kanan) Swasta (kanan) Eksternal (kanan) Publik (kanan) 40 300 40 400 Rasio utang LN thd PDB % Rasio total utang thd PDB % 30 225 30 300 20 150 20 200 10 75 10 100 0 0 0 0 Sumber: BI; Kementerian Keuangan; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 61 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 1: Realisasi anggaran belanja Pemerintah (IDR triliun) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi A. Penerimaan dan hibah 1,211 1,338 1,439 1,550 1,508 1,556 1,666 1. Penerimaan pajak 874 981 1,077 1,147 1,240 1,285 1,344 2. Penerimaan non-pajak 331 352 355 399 256 262 311 B. Pengeluaran 1,295 1,491 1,651 1,777 1,807 1,864 2,007 1. Pemerintah pusat 884 1,011 1,137 1,204 1,183 1,154 1,265 2. Transfer ke pemerintah 411 481 513 574 623 710 742 daerah C. Neraca utama 9 -53 -99 -93 -142 -126 -124 D. Surplus / Defisit -84 -153 -212 -227 -298 -308 -341 (persen dari PDB) -1.1 -1.9 -2.3 -2.2 -2.6 -2.5 -2.5 Sumber: Kementerian Keuangan; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Neraca keseluruhan sebagai terhadap PDB menggunakan PDB yang telah direvisi dengan tahun dasar yang disesuaikan Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran (USD miliar) 2017 2018 2014 2015 2016 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Neraca pembayaran 15.2 -1.1 12.1 4.5 0.7 5.4 1.0 -3.9 -4.3 -4.4 Persen dari PDB 1.7 -0.1 1.3 1.9 0.3 2.0 0.4 -1.5 -1.6 -1.7 Neraca berjalan -27.5 -17.5 -17.0 -2.2 -4.6 -4.6 -5.9 -5.6 -8.0 -8.8 Persen dari PDB -3.1 -2.0 -1.8 -0.9 -1.8 -1.7 -2.3 -2.2 -3.0 -3.4 Neraca perdagangan -3.0 5.4 8.2 4.4 2.7 3.2 0.7 0.7 -1.6 -2.6 Pendapatan bersih & transfer -24.5 -22.9 -25.2 -6.6 -7.3 -7.8 -6.6 -6.3 -6.4 -6.2 berjalan Neraca modal dan keuangan 44.9 16.9 29.3 6.7 5.3 10.3 7.0 2.4 4.5 4.2 Persen dari PDB 5.0 2.0 3.1 2.8 2.1 3.9 2.7 0.9 1.7 1.6 Investasi langsung 14.7 10.7 16.1 2.8 4.4 7.4 4.7 3.3 2.7 3.9 Investasi portfolio 26.1 16.2 19.0 6.5 8.1 4.0 2.2 -1.3 0.1 -0.1 Investasi lain 4.3 -10.1 -5.8 -2.5 -7.2 -1.1 0.1 0.3 1.7 0.2 Kesalahan & pembulatan -2.2 -0.4 -0.3 0.0 0.0 -0.4 -0.1 -0.6 -0.9 0.3 Cadangan devisa* 111.9 105.9 116.4 121.8 123.1 129.4 130.2 126.0 119.8 114.8 Sumber: BI; BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: * Cadangan pada akhir periode. Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 62 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 3: Indikator ekonomi makro Indonesia 2000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1 Neraca nasional (% perubahan) PDB riil 4.9 6.2 6.2 6.0 5.6 5.0 4.9 5.0 5.1 Investasi riil 11.4 8.5 8.9 9.1 5.0 4.4 5.0 4.5 6.2 Konsumsi riil 4.6 4.1 5.1 5.4 5.7 4.7 4.9 4.3 4.6 Swasta 3.7 4.8 5.1 5.5 5.5 5.3 4.8 5.0 5.0 Pemerintah 14.2 0.3 5.5 4.5 6.7 1.2 5.3 -0.1 2.1 Ekspor riil, barang dan jasa 30.6 15.3 14.8 1.6 4.2 1.1 -2.1 -1.6 9.1 Impor riil, barang dan jasa 26.6 17.3 15.0 8.0 1.9 2.1 -6.2 -2.4 8.1 Investasi (% PDB) 20 31 32 33 32.5 32.4 32.4 32.2 32.6 PDB nominal (USD miliar) 165 755 893 918 915 891 861 933 1,015 PDB per kapita (USD miliar) 857 3,167 3,688 3,741 3,668 3,532 3,370 3,603 3,878 Anggaran Pemerintah Pusat (% PDB)2 Pendapatan dan hibah 20.8 14.5 15.5 15.5 15.1 14.7 13.1 12.5 12.3 Pendapatan non-pajak 9.0 3.9 4.2 4.1 3.7 3.8 2.2 2.1 2.3 Pendapatan pajak 11.7 10.5 11.2 11.4 11.3 10.9 10.8 10.4 9.9 Pengeluaran 22.4 15.2 16.5 17.3 17.3 16.8 15.7 15.0 14.8 Konsumsi 4.0 3.6 3.8 3.9 4.1 4.0 4.5 4.6 4.4 Modal 2.6 1.2 1.5 1.7 1.9 1.4 1.9 1.4 1.5 Bunga pinjaman 5.1 1.3 1.2 1.2 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 Subsidi 6.3 2.8 3.8 4.0 3.7 3.7 1.6 1.4 1.2 Surplus/defisit -1.6 -0.7 -1.1 -1.8 -2.2 -2.1 -2.6 -2.5 -2.5 Utang Pemerintah 97.9 24.5 23.1 23.0 24.9 24.7 27.4 28.3 30.8 Utang luar negeri pemerintah 51.4 11.1 10.2 9.9 11.2 10.2 12.7 12.3 12.8 Total utang luar negeri (termasuk utang 87.1 26.8 25.2 27.5 29.1 32.9 36.1 34.3 34.8 swasta) Neraca pembayaran (% PDB)3 Neraca pembayaran keseluruhan .. 4.0 1.3 0.0 -0.8 1.7 -0.1 1.3 1.1 Neraca transaksi berjalan 4.8 0.7 0.2 -2.7 -3.2 -3.1 -2.0 -1.8 -1.7 Ekspor, barang dan jasa 42.8 22.0 23.9 23.0 22.4 22.3 19.9 18.0 19.1 Impor, barang dan jasa 33.9 19.2 21.2 23.2 23.1 22.7 19.3 17.1 18.0 Transaksi berjalan 8.9 2.8 2.7 -0.2 -0.7 -0.3 0.6 0.9 1.1 Neraca transaksi keuangan .. 3.5 1.5 2.7 2.4 5.0 2.0 3.1 2.9 Penanaman modal langsung, neto -2.8 1.5 1.3 1.5 1.3 1.7 1.2 1.7 2.0 Cadangan devisa bruto (USD miliar) 29.4 96 110 113 99 112 106 116 130 3 Moneter (% perubahan) Deflator PDB1 20.4 8.3 7.5 3.8 5.0 5.4 4.0 2.5 4.3 Suku bunga Bank Indonesia (%) .. .. .. .. .. .. 6.3 4.8 4.3 Kredit domestik (akhir periode) .. 23.3 24.7 23.1 21.4 11.6 10.1 7.8 8.2 Nilai tukar nominal (rerata, IDR/USD) 8,392 9,087 8,776 9,384 10,460 11,879 13,392 13,307 13,384 Harga (% perubahan)1 Indeks Harga Konsumen (akhir periode) 9.4 7.0 3.8 3.7 8.1 8.4 3.4 3.0 3.6 Indeks Harga Konsumen (rerata) 3.7 5.1 5.3 4.0 6.4 6.4 6.4 3.5 3.8 Harga minyak mentah Indonesia (USD 28 79 112 113 107 60 36 51 61 per barel, akhir periode)4 Sumber: BPS dan Perhitungan staf Bank Dunia, menggunakan angka yang direvisi dengan tahun dasar 2010. Kementerian Keuangan dan 1 2 Perhitungan staf Bank Dunia, 3 BI, 4 CEIC Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 63 Memperkuat daya saing Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 4: Indikator pembangunan Indonesia 2000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Kependudukan1 Penduduk (juta orang) 212 243 246 249 252 255 258 261 264 Pertumbuhan penduduk (%) 1.4 1.3 1.3 1.3 1.3 1.2 1.2 1.1 1.1 Penduduk perkotaan (% dari total) 42 50 51 51 52 53 53 54 55 Rasio ketergantungan (% dari penduduk usia kerja) 55 51 51 50 50 50 49 49 49 Ketenagakerjaan2 Angkatan kerja, total (juta orang) 98 117 117 120 120 122 122 125 128 Laki-laki 60 72 73 75 75 76 77 77 79 Perempuan 38 45 44 46 45 46 46 48 49 Proporsi pekerja di sektor agrikultur (%) 45 38 36 35 35 34 33 32 30 Proporsi pekerja di sektor industri (%) 17 19 21 22 20 21 22 21 22 Proporsi pekerja di sektor jasa (%) 37 42 43 43 45 45 45 47 48 Pengangguran, total (% dari jumlah angkatan kerja) 8.1 7.1 7.4 6.1 6.2 5.9 6.2 5.6 5.5 Kemiskinan dan distribusi pendapatan3 Median konsumsi rumah tangga (000 IDR per bulan) 104 374 421 446 487 548 623 697 765 Garis kemiskinan nasional (000 IDR per bulan) 73 212 234 249 272 303 331 354 375 Populasi di bawah garis kemiskinan nasional (million) 38 31 30 29 28 28 29 28 28 Tingkat kemiskinan (% populasi di bawah garis kemiskinan 19.1 13.3 12.5 12.0 11.4 11.3 11.2 10.9 10.6 nasional) Urban (% dari populasi di bawah garis kemiskinan urban) 14.6 9.9 9.2 8.8 8.4 8.3 8.3 7.8 7.7 Rural (% dari populasi di bawah garis kemiskinan rural) 22.4 16.6 15.7 15.1 14.3 14.2 14.2 14.1 13.9 Laki-laki sebagai kepala rumah tangga 15.5 11.0 10.2 9.5 9.2 9.0 9.3 9.0 8.7 Perempuan sebagai kepala rumah tangga 12.6 9.5 9.7 8.8 8.6 8.6 11.1 9.8 9.3 Indeks Gini 0.30 0.38 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.40 0.39 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok termiskin (%) 9.6 7.9 7.4 7.5 7.4 7.5 7.2 7.1 7.0 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok terkaya (%) 38.6 40.6 46.5 46.7 47.3 46.8 47.3 46.2 45.7 Belanja pemerintah utk jaminan dan kesejahteraan sosial (% .. 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.6 0.5 0.5 PDB)4 Kesehatan dan Gizi1 Tenaga kesehatan (per 1,000 orang) 0.16 0.14 .. 0.20 .. .. .. .. .. Angka kematian balita (per 1.000 anak usia dibawah 5 thn) 52 33 32 31 29 28 27 26 25 Angka kematian neonatal (per 1.000 kelahiran hidup) 22 16 16 15 14 14 13 13 12 Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 41 28 26 25 25 24 23 22 21 Angka kematian ibu (estimasi model, per 100.000 kelahiran 265 165 156 148 140 133 126 .. .. hidup) Imunisasi campak (% dari anak usia dibawah 2 tahun) 76 78 80 82 81 75 75 76 75 Total pengeluaran untuk kesehatan (% dari PDB) 2.0 3.5 3.3 3.4 3.4 3.4 3.3 .. .. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan (% dari PDB) 0.6 1.1 1.0 1.2 1.3 1.3 1.3 .. .. Pendidikan3 Angka Partisipasi Murni (APM) SD (%), .. 92 92 93 92 93 97 97 97 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 48 49 49 50 48 49 49 49 Angka Partisipasi Murni pendidikan tingkat menengah (%), .. 61 60 60 61 65 66 66 79 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 50 50 49 50 50 51 51 49 Angka Partisipasi Murni universitas/pendidikan tinggi (%), .. 16 14 15 16 18 20 21 19 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 53 50 54 54 55 56 55 53 Angka melek huruf Dewasa (%) .. 91 91 92 93 93 95 95 96 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% dari PDB)5 .. 3.5 3.6 3.8 3.8 3.6 3.5 3.3 3.0 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% dari APBN)5 .. 20.0 20.2 20.1 20.0 19.9 20.6 20.0 20.0 Air bersih dan kesehatan lingkungan1 Penduduk dengan akses air bersih disempurnakan (% dari total 75 85 86 87 88 89 90 .. .. penduduk) Urban (% dari penduduk urban) 89 94 94 95 96 96 97 .. .. Rural (% dari penduduk rural) 64 76 77 78 79 80 81 .. .. Penduduk dengan akses fasilitas sanitasi (% dari total 44 60 62 64 65 66 68 .. .. penduduk) Urban (% dari penduduk urban) 66 74 74 75 76 77 77 .. .. Rural (% dari penduduk rural) 28 47 49 51 53 55 57 .. .. Lainnya1 Skor perbaikan pengurangan risiko bencana (skala 1-5; .. .. 3.3 .. .. .. .. .. .. 5=paling baik) Proporsi perempuan di kursi parlemen (%)6 8 18 18 19 19 17 17 17 20 Sumber: 1 World Development Indicators; 2 BPS (Sakernas); 3 BPS (Susenas) dan World Bank; 4 Kementerian Keuangan, Bappenas, dan Perhitungan staf Bank Dunia, hanya termasuk pendistribusian Raskin, asuransi kesehatan dan beasiswa pendidikan untuk warga miskin, dan Program Keluarga Harapan (PKH) serta realisasi; 5 Kementerian Keuangan; 6 Inter-Parliamentary Union Desember 2018 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 64 Supported by funding from the Australian Government (Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT), under the Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA) program.