52276 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Kantor MDF Jakarta Gedung Bursa Efek Indonesia Tower I Lantai 9 Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12910 Indonesia Tel: (+6221)5229-3000 Fax: (+6221)5229-3111 www.multidonorfund.org Dicetak 2009 Publikasi ini diproduksi oleh Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias Pemenang Lomba Foto Pertama Rajyasri Gayatri Ucapan Terima Kasih Laporan ini disusun oleh Sekretariat Multi Donor Fund dengan kontribusi dari para Badan Mitra (UNDP, WFP, ILO dan Bank Dunia) dan dari berbagai tim proyek. Pemenang Lomba Foto Kedua Muhammad Haikal Sekretariat Multi Donor Fund dipimpin oleh Manajer MDF Shamima Khan, dengan anggota tim: Sarosh Khan, Safriza Sofyan, Anita Kendrick, Shaun Parker, Lina Lo, Lanny Oktavia, Akil Abuljalil, Nia Sarinastiti, dan Geumala Yatim. Tim didukung oleh Rachmawati Swandari, Gabriella Inge Maria Susilo, Friesca Erwan, dan Olga Lambey. Kontributor : Christiani Tumelap Rancangan & Tata Letak: BYBWN Pemenang Lomba Foto Ketiga Chaideer Mahyuddin Percetakan: PT. Mardi Mulyo (atas) Pemenang Lomba Foto Multi Donor Fund 2009 Dermaga baru di Pelabuhan Gunung Sitoli, Nias dibangun melalui proyek Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF) dari MDF. Foto: MDF Secretariat Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Pesan Pesan dari para ketua bersama MDF "Hasil nyata telah dicapai dalam Pemilik rumah dan anak-anaknya bergaya dengan bangga di depan rumah baru mereka yang pembangunannya didanai program pembangunan kembali aset fisik di REKOMPAK. Sampai dengan 30 September 2009, total 10.514 rumah tingkat masyarakat." telah dibangun dan 6.999 telah direhabilitasi, sedangkan 1.599 rumah lainnya masih dalam pembangunan. Foto: Tim Proyek REKOMPAK 2 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Pesan 26 Desember 2009 merupakan peringatan lima tahun MDF terhadap rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh dan Nias peristiwa gempa bumi dan tsunami yang menyebabkan masih relevan, seiring masuknya MDF dalam paruh kedua bencana dan mala petaka yang luar biasa di Aceh dan mandatnya yang akan berakhir Desember 2012. Dana yang Nias. Disusul kemudian gempa bumi Maret 2005 yang masih tersedia kini dialokasikan untuk berbagai proyek menyebabkan kerusakan parah di Nias dan beberapa dalam portofolio MDF. bagian Aceh. Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) dibentuk sebagai tanggapan terhadap upaya Pemerintah Berakhirnya masa tugas BRR pada bulan April tahun ini adalah Indonesia dalam mengkoordinasi dan mengerahkan tonggak penting dalam keseluruhan rekonstruksi Aceh dan dukungan donor bagi rekonstruksi dan rehabilitasi area Nias. Menyusul peristiwa penting ini dan terbentuknya yang terkena bencana. Selama lima tahun terakhir sejak kabinet baru setelah pemilihan presiden, kami menyambut terjadinya bencana, Pemerintah Indonesia telah mencapai perwakilan baru dari pemerintah sebagai ketua bersama hasil yang sangat baik dan MDF bangga menjadi bagian dari Komite Pengarah MDF. Komite Pengarah juga menyambut keberhasilan tersebut. kehadiran perwakilan baru dari para donor. MDF berkeinginan untuk terus memainkan peran penting Untuk selanjutnya, kami ingin menekankan kembali dalam proses rekonstruksi. Para ketua bersama melihat komitmen kepada Indonesia untuk "membangun kembali portofolio telah mengalami kemajuan yang pesat dan hasil dengan lebih baik" bagi masa depan rakyat Aceh dan Nias, kerja portfolio dapat dilihat dengan jelas di seluruh Aceh dan serta menjadikan rekonstruksi yang didukung MDF sebagai Nias. MDF tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan landasan bagi pembangunan dan pertumbuhan yang Pemerintah Indonesia demi memastikan bahwa kontribusi berkesinambungan. Armida S. Alisjahbana Irwandi Yusuf Joachim von Amsberg Julian Wilson Menteri Negara Gubernur Aceh Direktur Bank Dunia untuk Indonesia Kepala Delegasi Badan Perencanaan Komisi Eropa Pembangunan Nasional 3 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Daftar Isi Daftar Isi "Proyek Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Warga Mesjid Dijiem di Kecamatan Indra Jaya, Pidie, bekerja keras untuk memperbaiki jalan yang menghubungkan desa mereka dengan Pedesaan mewajibkan kontraktor untuk membeli jalan provinsi. Para perempuan, seperti yang tampak dalam foto, material secara lokal dan mempekerjakan penduduk bertugas menyingkirkan semak dan kotoran dari pinggir jalan, menata lokal, termasuk perempuan." pecahan batu, dan menyebarkan pasir. Foto: Christiani Tumelap 4 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Daftar Isi Pesan dari para ketua bersama MDF.......................................................................................................................... 2 Daftar Isi ................................................................................................................................................................ 4 Ringkasan Eksekutif ................................................................................................................................................ 6 Operasi MDF dalam Konteks Rekonstruksi yang sedang Berubah......................................................................................7 Status Portofolio ............................................................................................................................................................. 9 Menatap ke Depan ......................................................................................................................................................... 11 Bab 1 | Operasi MDF Lima Tahun setelah Tsunami: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan ...................................12 Operasi MDF dalam Konteks Rekonstruksi yang sedang Berubah.................................................................................... 13 Koordinasi, Komunikasi, dan Penjangkauan Masyarakat yang Efektif ..............................................................................16 Bab 2 | Kemajuan dan Kinerja Portofolio ...................................................................................................................18 Pemulihan Masyarakat ...................................................................................................................................................21 Pemulihan Infrastruktur Skala Besar dan Transportasi .....................................................................................................23 Memperkuat Tata Kelola dan Membangun Kapasitas ...................................................................................................... 27 Mempertahankan Kelestarian Lingkungan......................................................................................................................29 Memperkuat Proses Pemulihan ......................................................................................................................................30 Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian ............................................................................................................ 31 Bab 3 | Keuangan.................................................................................................................................................... 34 Komitmen ......................................................................................................................................................................35 Dana yang Tersedia ........................................................................................................................................................35 Alokasi Pendanaan dan Komitmen .................................................................................................................................35 Penyaluran Dana ............................................................................................................................................................36 Tinjauan Kedepan ..........................................................................................................................................................36 Bab 4 | Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional ......................................................................................38 Perubahan Portofolio .....................................................................................................................................................39 Dukungan bagi Keseluruhan Proses Rekonstruksi ...........................................................................................................39 Tak Sekadar Membangun Kembali dengan Lebih Baik ....................................................................................................42 Kualitas Portofolio..........................................................................................................................................................43 Lampiran | Portofolio Proyek ...................................................................................................................................44 Daftar Singkatan ................................................................................................................................................... 68 5 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif "Proyek yang berfokus pada pemulihan Kantor desa Amandraya di Nias Selatan ini sedang dibangun melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Rehabilitasi dan masyarakat adalah yang paling awal Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN) yang memberikan perumahan dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini dan membantu masyarakat membangun kembali infrastruktur kini sudah hampir selesai." masyarakat penting. Foto: Tim Proyek KRRP 6 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Ringkasan Eksekutif Tanggal 26 Desember 2009 menandai lima tahun sejak sama erat dengan BAPPENAS, Pemerintah Aceh, dan terjadinya gempa bumi dan tsunami yang mengakibatkan Pemerintah Sumatera Utara untuk mengidentifikasi dan kerusakan dan korban yang besar di Aceh dan Nias. menanggapi kebutuhan yang belum terpenuhi dalam proses Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) dibentuk rekonstruksi. Peran MDF yang terus berevolusi masih akan sebagai tanggapan atas upaya Pemerintah Indonesia dalam terus berlanjut sampai akhir masa tugasnya pada Desember mengkoordinasi dan mengerahkan dukungan donor bagi 2012. rekonstruksi dan rehabilitasi area yang terkena bencana. MDF mengumpulkan sumber daya hibah senilai kira-kira AS $ 685 juta yang diberikan oleh 15 donor untuk menunjang Operasi MDF dalam Konteks Rekonstruksi pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi yang sedang Berubah pemerintah. Pencapaian BRR dirayakan seiring berakhirnya masa Sasaran keseluruhan MDF adalah memberikan tugas BRR bulan April 2009. Pencapaian rekonstruksi kontribusi yang efisien dan efektif untuk membangun juga diperlihatkan pada Forum Koordinasi bagi Aceh dan Aceh dan Nias yang "lebih baik" paska gempa bumi dan Nias (CFAN4) terakhir yang diadakan bulan Februari 2009. tsunami. Berbagai proyek MDF tak hanya merekonstruksi MDF memberikan penghormatan kepada BRR pada rapat infrastruktur dan merehabilitasi ekonomi sesuai Rencana Komite Pengarah MDF terakhir dengan BRR sebagai ketua Induk Pemerintah Indonesia, namun juga menjawab berbagai bersama, yang diadakan bulan April 2009. masalah yang menjadi perhatian seperti pengurangan kemiskinan, perbaikan mata pencaharian, peningkatan Dengan BAPPENAS sebagai pimpinan, MDF telah kesetaraan gender, dan pengelolaan lingkungan yang memberikan dukungan kepada mitra barunya, termasuk berkesinambungan. pemerintah Aceh dan Nias, selama masa transisi setelah selesainya masa tugas BRR. Selesainya masa tugas Lima tahun setelah terjadinya tsunami dan gempa bumi, BRR juga menandai berakhirnya tahap rekonstruksi dan upaya pemulihan dan rekonstruksi secara keseluruhan rehabilitasi sehingga prosedur persetujuan, pendanaan, sudah sangat berhasil. MDF menyumbang 10% dari dan pelaksanaan kembali lagi menjadi proses pemerintahan keseluruhan dana rekonstruksi, dan kontribusi tersebut telah reguler. Badan Koordinasi Rekonstruksi Aceh dan Nias mendukung upaya Pemerintah Indonesia dan memberikan (BKRAN) di tingkat pusat, Badan Koordinasi Rekonstruksi forum dialog dengan pemerintah pusat, provinsi, dan Aceh (BKRA) di tingkat Provinsi Aceh, dan Badan Koordinasi lokal, serta pemangku kepentingan utama lainnya untuk Rekonstruksi Nias (BKRN) di tingkat Provinsi Sumatera membicarakan strategi sektoral yang lebih luas mengenai Utara, telah didirikan untuk mendukung kelanjutan program rekonstruksi. Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi pelaksanaan upaya rekonstruksi sampai 31 Desember 2009. (BRR), lembaga Pemerintah Indonesia yang didirikan untuk Dibawah arahan BAPPENAS, MDF bekerja sama dengan mengkoordinasikan pemulihan dan rekonstruksi di Aceh badan-badan tersebut dan mitra pemerintah lainnya di dan Nias, telah berakhir masa tugasnya sesuai jadwal pada setiap tingkatan untuk memfasilitasi pelaksanaan semua April 2009. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional program yang tepat waktu dan lancar. (BAPPENAS) telah ditugaskan untuk mengkoordinasikan upaya rekonstruksi yang tersisa bersama dengan pemerintah provinsi dan semua kementerian yang terkait. MDF masih terus melanjutkan komitmennya paska BRR melalui kerja 7 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Ringkasan Eksekutif Koordinasi dengan pemangku kepentingan utama dalam proses rekonstruksi dan rehabilitasi akan memastikan MDF masih terus memenuhi bahwa dukungan MDF sesuai dengan kebutuhan masyarakat Aceh dan Nias. Melalui proses konsultasi mandatnya dan tetap berkomitmen yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, pada proses rekonstruksi. MDF mendukung prioritas pemerintah dan mengisi kekosongan dalam keseluruhan upaya rekonstruksi. MDF juga memainkan peran koordinasi yang penting untuk menyatukan pelaku utama dari berbagai tingkat pemerintahan, donor, dan masyarakat sipil dalam proses ini. MDF terus menggunakan pendekatan penjangkauan masyarakat dari berbagai aspek untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat dan para penerima manfaat mengenai kegiatan yang didanai MDF. Donor dapat terus mengikuti perkembangan pada tingkat proyek dan portofolio melalui berbagai rapat Pemutakhiran bagi Donor, rapat Kelompok Kajian Teknis, dan rapat Komite Pengarah. MDF masih terus memenuhi mandatnya dan tetap berkomitmen pada proses rekonstruksi. MDF terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mendukung proses transisi setelah berakhirnya masa tugas BRR dan memastikan penyerahan aset yang telah selesai kepada berbagai lembaga pemerintahan. BAPPENAS kini mengambil alih peran utama dalam mengidentifikasi dan mendukung proyek baru, serta memberikan pendanaan tambahan bagi proyek yang ada. MDF terus menciptakan hubungan yang kuat dengan mitra-mitra baru dari setiap tingkat pemerintahan demi melanjutkan upaya rekonstruksi dan rehabilitasi, serta mendorong keberlanjutan investasi yang telah dibuat. Sisa dana terakhir kini dialokasikan untuk berbagai proyek dalam portofolio MDF. Sisa dana yang belum dialokasikan hanya 7% atau senilai kira-kira AS $ 47 juta. Sejumlah alokasi pada program baru sedang dimulai atau sedang dalam proses persetujuan. Alokasi baru tersebut akan berfokus pada program pembangunan ekonomi, kebutuhan infrastruktur strategis yang belum terpenuhi, Sekitar 290 km jalan kabupaten dan provinsi telah dibangun sebagai investasi infrastruktur besar. Foto: Sekretariat MDF 8 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Ringkasan Eksekutif dan penguatan kapasitas lokal, yang semuanya bertujuan (ILO), dan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat. Lebih mendorong keberlanjutan dan diteruskannya pembangunan kurang 66% dari dana yang dialokasikan (AS $ 399 juta) di daerah yang terkena bencana. Prioritas yang sangat telah disalurkan ke berbagai proyek. Pengeluaran dana penting saat ini adalah segera mengalokasikan dana tersisa selama setahun terakhir lebih tinggi dari tahun-tahun agar tersedia waktu yang memadai untuk penyelesaian sebelumnya karena sebagian besar proyek telah memasuki proyek sebelum berakhirnya MDF pada December 2012. tahap pelaksanaan penuh. MDF tetap berkomitmen untuk menyalurkan dana proyek melalui anggaran pemerintah manakala memungkinkan. Terdapat sisa dana sebesar AS $ 47 juta1 yang belum dialokasikan MDF. Dengan mempertimbangkan waktu yang MDF baru saja menyelesaikan Kajian Paruh Waktu dibutuhkan untuk persiapan proyek dan pelaksanaannya, (Mid Term Review - MTR) yang menyimpulkan bahwa dana yang masih tersisa ini perlu segera dialokasikan. program MDF sangat relevan dan telah berkinerja baik. Diharapkan agar dana yang tersisa dapat dipakai untuk MTR diadakan untuk menilai kinerja MDF di tingkat proyek, pendanaan tambahan bagi proyek yang sudah berjalan portofolio, dan operasional. Kajian tersebut menyimpulkan sehingga waktu yang dibutuhkan dalam persiapan proyek bahwa MDF mencapai hasil yang diinginkan dan merupakan dapat dikurangi. mekanisme yang berhasil dalam pendanaan dan koordinasi paska bencana, serta relevan dan responsif terhadap Pada saat ini MDF mempunyai 22 proyek dan satu proyek prioritas Pemerintah. Tidak ada perubahan besar yang dalam tahap persiapan. Beberapa proyek MDF yang direkomendasikan, hanya beberapa usulan kecil untuk dimulai pada awal program sudah hampir selesai. Sampai memperbaiki operasional, termasuk rekomendasi agar dengan 30 September 2009, tiga proyek telah selesai, dan Sekretariat mendukung kesempatan pembelajaran bagi 14 proyek yang lain dijadwalkan akan selesai tahun depan. dana perwalian paska bencana di masa depan. MDF telah Program sertifikasi tanah dari MDF, RALAS, yang mengalami mulai menindaklanjuti berbagai rekomendasi MTR dan sejumlah permasalahan selama periode pelaksanaannya akan mengembangkan rencana aksi untuk menindaklanjuti telah selesai pada 30 Juni 2009. Pada 30 September 2009, sisa rekomendasi melalui proses konsultatif. sebuah proyek tambahan telah dialokasi dana, yaitu Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas (Rural Access and Capacity Building Project) yang dilaksanakan oleh ILO Status Portofolio di Nias. Satu proyek lagi, juga difokuskan di Nias, sedang dalam tahap persiapan. Sejumlah proyek yang dijadwalkan Sampai dengan 30 September 2009, MDF telah selesai pada 2010 diperkirakan akan meminta pendanaan memperoleh komitmen total senilai AS $ 685 juta, tambahan atau perpanjangan jadwal penyelesaian dalam dengan dana yang telah diterima dari donor senilai AS bulan-bulan mendatang. Perpanjangan dan dana tambahan $ 511 juta. MDF telah mengalokasikan dana AS $ 601 juta ini akan digunakan untuk menyelesaikan atau meningkatkan untuk 21 proyek sampai dengan 30 September 2009. Kira- skala kegiatan dengan fokus pada perbaikan strategi kira 73% dari dana yang dialokasikan untuk berbagai proyek pengakhiran dan keberlanjutan proyek tersebut. tersebut telah masuk dalam anggaran pemerintah sehingga disalurkan melalui Anggaran Pemerintah dan Belanja Negara (APBN). Selebihnya dana program disalurkan melalui United Nations Development Programme (UNDP), World Food Programme (WFP), International Labour Organization 1 Perkiraan ini dapat berubah tergantung fluktuasi nilai tukar dan suku bunga. 9 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Ringkasan Eksekutif Proyek pemulihan masyarakat telah terbukti berhasil dalam pendekatannya dan juga dalam memenuhi Proyek pemulihan masyarakat telah tujuannya. Hasil nyata telah dicapai dalam pembangunan kembali aset fisik di tingkat komunitas. Target perumahan terbukti berhasil dalam pendekatannya telah dicapai di Aceh dan kemajuan di Nias juga cukup baik, dan juga dalam memenuhi tujuannya. dengan total 19.112 rumah telah diselesaikan, direhabilitasi, atau dalam konstruksi sampai dengan 30 September 2009. Proyek pemulihan masyarakat telah membantu masyarakat merekonstruksi infrastruktur masyarakat yang penting, termasuk 2.655 kilometer jalan desa, 936 jembatan, serta 1.473 kilometer saluran irigasi dan drainase. Tingkat pemanfaatan infrastruktur dan tingkat hunian perumahan cukup tinggi dan survei mengindikasikan bahwa para penerima manfaat sangat puas dengan hasil yang diperoleh dari berbagai proyek tersebut. Hasil penting lainnya dari proyek pemulihan masyarakat MDF adalah pemberdayaan masyarakat yang berdampak jangka panjang. Bidang portofolio lain juga telah memperlihatkan kemajuan besar dalam pencapaian target selama setahun terakhir karena sebagian besar proyek kini telah masuk dalam tahap pelaksanaan penuh. Investasi infrastruktur besar yang saat ini sedang dilaksanakan sudah hampir selesai dan 41 dari 53 sub-proyek telah diselesaikan. Berbagai investasi tersebut telah menyelesaikan 290 kilometer jalan propinsi dan kabupaten, 9 sistem air perkotaan, dan tiga pelabuhan penting yang telah direhabilitasi. Hasil dari sektor lingkungan juga positif, dan program disektor pembangunan ekonomi, yang baru menerima pendanaan MDF, kini semakin mendekati tahap pelaksanaan. Proses rekonstruksi secara keseluruhan masih akan tetap menerima dukungan dari MDF dalam bentuk bantuan teknis, tata kelola, dan program pembangunan kapasitas. Pengaturan kelembagaan baru MDF paska selesainya masa tugas BRR telah menyebabkan tersendatnya berbagai kemajuan program dalam portofolio. Dikembalikannya mekanisme penyaluran dana ke mekanisme pemerintahan reguler, telah mengakibatkan tersendatnya pelaksanaan karena menunggu persetujuan anggaran. Jika penundaan PNPM-R2PN membangun kembali sekolah yang rusak akibat gempa bumi Maret 2005 di berbagai daerah di kepulauan Nias. Foto: Sekretariat MDF 10 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Ringkasan Eksekutif ini terus berlanjut, dikhawatirkan pelaksanaan sejumlah proyek tidak dapat selesai. Ini adalah salah satu tantangan nyata yang kini dihadapi MDF. Menatap ke Depan Lima tahun setelah terjadinya tsunami dan gempa bumi, upaya pemulihan dan rekonstruksi secara keseluruhan sudah sangat berhasil. MDF mampu menunjukkan praktik yang baik dalam mekanisme pendanaan paska krisis, yang menyelaraskan upaya donor dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi upaya rekonstruksi. Berbagai manfaat dari investasi MDF yang telah selesai kini mulai dirasakan para penerima manfaat. Seorang ibu dan anak-anaknya sedang tersenyum gembira di depan rumah baru mereka yang dibangun melalui PNPM-R2PM. Meskipun Seiring dengan hampir berakhirnya upaya rekonstruksi, terjadi penundaan karena tantangan rekonstruksi yang unik di Nias, kebutuhan untuk peningkatan kesempatan ekonomi proyek telah mengalami kemajuan berarti dalam memenuhi target perumahan. bagi penduduk Aceh dan Nias kini menjadi perhatian Foto: Sekretariat MDF penting pemerintahan lokal. Beberapa proyek MDF baru, seperti Fasilitas Pendanaan Pengembangan Ekonomi Aceh (Aceh Economic Development Financing Facility) dan Proyek Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian reguler. Dukungan dari BAPPENAS sangat diharapkan Nias (Nias Livelihoods and Economic Development Project) untuk memastikan ketepatan waktu penerbitan Daftar yang masih dalam tahap persiapan, yang diperkirakan Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Departemen Keuangan akan memulai kegiatan pada 2010 dan ditujukan untuk agar dana dapat disalurkan dan kegiatan proyek dapat mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di Aceh dilaksanakan sesuai jadwal. Namun demikian, penyaluran dan Nias. dana melalui anggaran pemerintah diperkirakan akan terus menjadi tantangan bagi MDF dan para pemangku Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan proyek masih kepentingan. akan terus menjadi perhatian utama MDF. BKRAN, BKRA, dan BKRN, lembaga sementara yang didirikan untuk Seiring dengan selesainya sejumlah proyek dalam membantu transisi dari BRR, akan selesai masa tugasnya portofolio MDF, berbagai pembelajaran penting pada akhir Desember 2009. BAPPENAS kini memegang mulai muncul. MDF berada dalam posisi unik untuk peran utama dalam koordinasi dengan kementerian mengidentifikasi pelajaran strategis dari pengalaman yang terkait, Departemen Keuangan, dan pemerintah paska tsunami dan gempa bumi di Aceh dan Nias. provinsi, untuk mengawasi pelaksanaan rekonstruksi dan Pelajaran tersebut dapat berkontribusi bagi pemulihan membuat program pemanfaatan sisa dana MDF. MDF dan rekonstruksi yang lebih efisien dan efektif dalam akan mendukung BAPPENAS dalam peran ini seiring dengan menghadapi bencana di masa mendatang, di Indonesia transisi pelaksanaan proyek MDF ke mekanisme pemerintah maupun di seluruh dunia. 11 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 1: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan Bab 1 | Operasi MDF Lima Tahun setelah Tsunami: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan "Dengan ikut serta dalam acara yang banyak diliput, Lebih dari 1.500 orang mengunjungi pameran MDF di CFAN4. Sekitar 1.000 di antara mereka ikut ambil bagian dalam kuis "Seberapa MDF dapat menarik perhatian terhadap pekerjaan banyak yang anda tahu tentang MDF?" yang sedang dilakukan MDF." Foto: Sekretariat MDF 12 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 1: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias telah menghimpun Lima tahun setelah terjadinya tsunami dan gempa dana hibah sebesar kira-kira AS $ 685 juta dari 15 donor, bumi, upaya pemulihan dan rekonstruksi Aceh dan termasuk Bank Dunia, untuk mendukung pelaksanaan Nias secara keseluruhan sudah sangat berhasil. Sesuai program rehabilitasi dan rekonstruksi pemerintah paska dengan Deklarasi Paris Mengenai Efektivitas Bantuan bencana tsunami Desember 2004 dan gempa bumi (Paris Declaration on Aid Effectiveness)2 dan Prinsip-Prinsip Maret 2005. Atas permintaan Pemerintah Indonesia, Bank OECD-DAC Mengenai Model Keterlibatan Internasional Dunia bertindak sebagai perwalian untuk mengelola MDF, yang Tepat pada Negara dalam Situasi yang rentan/krisis dan selanjutnya diatur oleh Komite Pengarah yang terdiri (OECD-DAC Principles for Good International Engagement dari para donor, Pemerintah Indonesia, dan perwakilan in Fragile States and Situations)3 , MDF adalah bukti praktik masyarakat sipil, serta PBB dan LSM internasional sebagai yang baik dalam mekanisme pendanaan paska krisis, yang pengamat. Lima belas donor yang memberikan kontribusi mampu menyelaraskan upaya para donor dan meningkatkan kepada MDF adalah: Komisi Eropa, Belanda, Inggris, efektivitas dan efisiensi upaya rekonstruksi. Kanada, Bank Dunia, Swedia, Norwegia, Denmark, Jerman, Belgia, Finlandia, Bank Pembangunan Asia, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Irlandia. Operasi MDF dalam Konteks Rekonstruksi yang sedang Berubah Sasaran keseluruhan MDF adalah memberikan kontribusi yang efisien dan efektif untuk rekonstruksi Aceh dan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias bertujuan Nias yang "lebih baik" paska bencana gempa bumi dan memberikan dukungan yang efisien dan efektif pada tsunami. Oleh karena itu, berbagai proyek MDF tak hanya Rencana Induk Pemerintah Indonesia dalam upaya melakukan rekonstruksi infrastruktur dan rehabilitasi rekonstruksi. Badan Koordinasi untuk Rekonstruksi dan ekonomi sesuai Rencana Induk Pemerintah Indonesia, Rehabilitasi Aceh dan Nias (BRR) mendukung MDF dengan namun juga menjawab berbagai permasalahan sosial seperti mengkoordinasikan upaya rekonstruksi sampai akhir masa pengurangan kemiskinan, perbaikan mata pencaharian, dan tugas BRR pada April 2009. Saat ini koordinasi di tingkat peningkatan kesetaraan gender. pusat dipimpin oleh BAPPENAS dan MDF terus menjalin kerja sama yang erat dengan pemerintah provinsi di Aceh dan Sumatera Utara (Nias) dalam proses rekonstruksi. 2 Deklarasi Paris Mengenai Efektivitas Bantuan tahun 2005 mewajibkan semua penandatangan deklarasi untuk mencapai efektivitas bantuan melalui prinsip-prinsip (i) kepemilikan nasional; (ii) keselarasan ; (iii)keharmonian; (iv) pencapaian hasil; dan (v) akuntabilitas bersama. Indonesia bersama dengan 117 negara lainnya dan berbagai organisasi internasional telah menyetujui Deklarasi Paris dan berkomitmen untuk mengikuti prinsip-prinsip tersebut. 3 Pada tahun 2007, Komite Bantuan Pembangunan (Development Assistance Committee - DAC) OECD mendukung serangkaian Prinsip Mengenai Model Keterlibatan Internasional yang Tepat di Negara dalam Situasi yang Rentan/ Krisis (Principles for Good International Engagement in Fragile States and Situations) yang bertujuan melengkapi dan memberikan dasar bagi komitmen yang telah ditetapkan dalam Deklarasi Paris Mengenai Efektivitas Bantuan tahun 2005, yang juga mencatat perlunya mengadaptasi dan menerapkan prinsip-prinsip efektivitas bantuan terhadap situasi negara yang berbeda- beda, terutama terhadap negara yang rentan. Pameran MDF di CFAN4 menampilkan informasi mengenai kemajuan proyek MDF di Aceh dan Nias. Lantai di atas pameran tersebut bermanfaat untuk menerima pejabat, donor, dan pemangku kepentingan MDF lainnya. Foto: Sekretariat MDF 13 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 1: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan Pencapaian BRR diperingati seiring berakhirnya masa dan rehabilitasi sehingga prosedur persetujuan, pendanaan, tugas BRR pada bulan April 2009. BRR menyiapkan laporan dan pelaksanaan kini kembali pada proses reguler yang memperlihatkan keberhasilan MDF dan memberikan pemerintah. Badan Kesinambungan Rekonstruksi Aceh berbagai masukan untuk meningkatkan efektivitas proses dan Nias (BKRAN) di tingkat pusat, Badan Kesinambungan rekonstruksi. Pencapaian rekonstruksi juga disampaikan Rekonstruksi Aceh (BKRA) di tingkat Provinsi Aceh, dan dalam Forum Koordinasi Aceh dan Nias (CFAN4) terakhir Badan Kesinambungan Rekonstruksi Nias (BKRN) di tingkat yang diselenggarakan pada bulan Februari 2009. MDF Provinsi Sumatera Utara, telah dibentuk melalui Keputusan memberikan tribut kepada BRR dalam rapat Komite Presiden No. 3/2009 untuk mendukung kelanjutan Pengarah terakhir dimana BRR sebagai Ketua Bersama. pelaksanaan upaya rekonstruksi sampai dengan tanggal Dalam rapat ini, BRR mempresentasikan garis besar proses 31 Desember 2009. MDF memberikan dukungan terarah dan pencapaian rekonstruksi, serta menggarisbawahi peran dengan memprioritaskan sumber daya dan kapasitas untuk penting MDF sebagai mitra BRR. BRR juga menerbitkan satu membantu berbagai lembaga tersebut menjalankan peran seri buku yang didanai oleh MDF, yang mendokumentasikan baru mereka. MDF bekerja sama erat dengan lembaga- proses rekonstruksi di Aceh dan Nias secara lengkap dan lembaga tersebut di atas untuk memfasilitasi pelaksanaan menyeluruh. portofolio yang tepat waktu dan lancar. Berakhirnya masa tugas BRR telah menimbulkan MDF bermitra dengan BAPPENAS untuk memastikan sejumlah tantangan kelembagaan dan operasional bagi pelaksanaan proyek yang berkualitas, yang sesuai MDF, tetapi berbagai tantangan tersebut telah teratasi. dengan sasaran rekonstruksi Aceh dan Nias. MDF kini Koordinasi keseluruhan untuk proses pemulihan telah berada dalam tahap akhir pemilihan proyek dan komitmen dialihkan dari BRR ke BAPPENAS, termasuk peran sebagai pendanaan; sekitar 7% total dana MDF masih tersedia ketua bersama di Komite Pengarah MDF. BAPPENAS dan belum dikomitmenkan. Proses untuk mengalokasikan memainkan peranan penting dalam proses persetujuan dana yang masih tersedia kini diprakarsai oleh BAPPENAS berbagai usulan untuk mengalokasikan dana MDF yang sebagai koordinator pemerintah pusat bekerjasama masih tersedia. Revisi Prosedur Operasional (Operation dengan Pemerintah Aceh dan Sumatera Utara. Proses Manual) mencerminkan pengaturan baru ini yang telah pengkajian dan persetujuan MDF terus berlanjut dimana mendapat persetujuan dari Komite Pengarah. BAPPENAS memberikan persetujuan atas proyek baru kepada Sekretariat MDF untuk persetujuan lebih lanjut oleh Terdapat sebelas proyek dalam portofolio MDF yang Komite Pengarah. Beberapa proyek berjalan telah meminta berubah dalam proses transisi dari BRR ke lembaga tambahan dana sehingga diperkirakan sebagian besar dana pemerintahan lainnya dan semua persetujuan hibah tersisa akan dialokasikan dalam waktu dekat. MDF tetap telah diubah untuk mencerminkan pengaturan kemitraan berkomitmen untuk menyalurkan dana bagi proyek melalui baru. Pengalihan peran implementasi dari BRR kepada anggaran pemerintah manakala memungkinkan. Para donor Kementrian Lembaga telah berjalan dengan baik termasuk dapat terus mengikuti perkembangan pada tingkat proyek atas empat proyek pendanaan bersama dengan BRR. dan portofolio melalui berbagai rapat Komite Teknis, dan rapat Komite Pengarah. MDF telah memberikan dukungan kepada mitra barunya, termasuk pemerintah Aceh dan Nias, selama masa transisi Operasi MDF berdasarkan pada Kebijakan Bantuan paska berakhirnya masa tugas BRR. Berakhirnya masa Pemulihan (Recovery Assistance Policy - RAP). RAP tugas BRR juga menandai berakhirnya tahap rekonstruksi memberikan petunjuk sektor yang menjadi prioritas 14 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 1: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan sekaligus pendekatan yang dipakai untuk pendanaan MDF. - SSR) dan Tinjauan Kelestarian Lingkungan (Environmental RAP juga menjabarkan serangkaian arahan kualitas dan Sustainability Review - ESR) yang dilakukan secara terpisah, tema lintas sektoral yang harus dipertimbangkan dalam namun keduanya menjadi masukan untuk MTR. Tim proyek MDF, seperti misalnya kelestarian lingkungan, peninjau menyampaikan temuan dan rekomendasi mereka kesetaraan gender, dan pengentasan kemiskinan. Persoalan kepada Komite Pengarah pada tanggal 16 November lintas sektoral lainnya termasuk kepekaan terhadap konflik 2009. MDF telah berhasil sebagai mekanisme bagi usaha dan pencapaian keseimbangan geografis dalam pnyaluran rekonstruksi paska bencana dan berkontribusi pada proses bantuan rekonstruksi. pembelajaran bagi dana perwalian paska bencana di masa depan. MDF telah mulai menindaklanjuti berbagai MTR tersebut menyimpulkan bahwa MDF sangat relevan rekomendasi MTR dan akan mengembangkan rencana aksi dan berkinerja baik. Tinjauan Paruh Waktu (Mid Term untuk menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi tersebut Review - MTR) dilakukan untuk menilai kinerja MDF di tingkat melalui proses konsultatif. proyek, portofolio, dan operasional. Selain itu, diadakan pula Tinjauan Keberlanjutan Sosial (Social Sustainability Review Para konsultan dan tim proyek memeriksa mutu pekerjaan proyek drainase Lhokseumawe pada saat misi pengawasan. Foto: Sekretariat MDF 15 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 1: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan Koordinasi, Komunikasi, dan Penjangkauan khalayak luas. Situs MDF (www.multidonorfund.org) Masyarakat yang Efektif menyediakan rincian berbagai informasi proyek dan struktur tata kelola MDF. Sekretariat MDF juga memainkan Koordinasi dengan pemangku kepentingan utama peran utama dalam memfasilitasi kunjungan para donor dalam proses rekonstruksi dan rehabilitasi untuk dan delegasi dari berbagai lembaga untuk meninjau memastikan bahwa MDF memberikan tanggapan proyek-proyek MDF, yang memungkinkan para pengunjung yang relevan dengan kebutuhan masyarakat Aceh dan tersebut memperoleh pengalaman mengenai kegiatan Nias. Melalui proses konsultasi yang melibatkan berbagai proyek dan bertemu langsung dengan penerima manfaat pemangku kepentingan, MDF mendukung prioritas serta tim proyek. pemerintah dan mengisi kesenjangan dalam keseluruhan upaya rekonstruksi. MDF memainkan peranan penting Peningkatan kualitas portfolio MDF melalui saluran dalam mengkoordinasikan para pelaku utama dari proses tanggapan atas umpan balik yang efektif. Semua proyek ini yang terdiri dari pemerintah dari berbagai tingkatan, dalam portofolio MDF diharuskan untuk menerapkan para donor dan masyarakat sipil. Peranan MDF dalam Rencana Aksi Anti Korupsi (Anti Corruption Action Plan mengkoordinasikan para pelaku utama rekonstruksi - ACAP). MDF juga menyediakan nomor telepon khusus, menjadi semakin penting seiring dengan berakhirnya masa yang dipantau oleh Sekretariat MDF, untuk menerima tugas BRR. penyampaian pertanyaan, keluhan, dan komentar. Semua persoalan ditangani pada tingkat proyek dengan upaya Partisipasi MDF dalam acara-acara penting untuk tindak lanjut langsung kepada masyarakat maupun kepada menarik perhatian khalayak pada kegiatan rehabilitasi pihak yang menyampaikan keluhan. dan rekonstruksi. MDF menggelar pameran mengenai kegiatan-kegiatannya pada acara CFAN yang keempat yang berfungsi sebagai wadah pertemuan para pemangku kepentingan MDF, termasuk para donor dan berbagai pihak pemerintah. Pameran tersebut dikunjungi oleh lebih dari 1.500 orang. MDF juga mengadakan pemutaran serangkaian film dokumenter di acara tersebut. Pameran foto diadakan di Jakarta dan Aceh, dan MDF pun ikut ambil bagian dalam Aceh International Expo ­ Pekan Budaya yang berfungsi sebagai sarana untuk menunjukkan kegiatan- kegiatan portofolio MDF di Aceh. Kegiatan menjangkau masyarakat ditujukan untuk meningkatkan pemahaman semua pihak mengenai berbagai kegiatan proyek. MDF mengunakan pendekatan penjangkauan masyarakat dari berbagai segi untuk meningkatkan pengetahuan publik dan para penerima manfaat mengenai kegiatan yang didanai oleh MDF. Siaran langsung melalui radio dan pertemuan rutin dengan media untuk memastikan bahwa informasi akan menjangkau Sebuah tim proyek infrastruktur sedang membicarakan kemajuan dan tantangan pembangunan jalan selama misi pengawasan di Aceh. Foto: Sekretariat MDF 16 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 1: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan Bekerja Sama untuk Banda Aceh yang Lebih Aman dan Bersih Paska-tsunami, kerawanan terjadinya banjir telah berkurang di Banda Aceh terutama di daerah-daerah dengan dataran yang lebih rendah setelah renovasi sistem drainase dan pompa yang didanai MDF terwujud, bersamaan dengan upaya terpadu untuk mengurangi akumulasi sampah dalam sistem drainase kota. "Sistem drainase yang lama telah rusak akibat tsunami sehingga daerah kami mudah sekali terjadi banjir saat hujan lebat," kata Kartini, satu- satunya perempuan, operator pompa yang mengoperasikan salah satu dari delapan stasiun pompa di Banda Aceh. "Alhamdulillah, semua fasilitas baru ini telah mengurangi terjadinya banjir." Tiga stasiun pompa tersebut direhabilitasi oleh LSM Muslim Aid melalui Ibu Kartini sedang menunjuk alat kendali salah satu stasiun pompa Banda Aceh Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh (BAFMP) dari MDF, yang juga yang dibangun melalui Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh (BAFMP) dengan membangun sistem drainase sepanjang 16 kilometer dan puluhan katup pelaksana LSM Muslim Aid. banjir pada tiga kecamatan di Zona II Banda Aceh. Foto: Christiani Tumelap "Saya telah banyak belajar dan ini sangat membantu meningkatkan Program pengelolaan limbah yang dilaksanakan oleh UNDP ini awalnya kepercayaan diri saya," kata Kartini mengomentari pelatihan operasi dan berfokus pada pembersihan puing-puing tsunami sambil menciptakan pemeliharaan rumah pompa yang telah ia ikuti bersama para operator lapangan kerja jangka pendek. Namun, program tersebut kini telah lain. berevolusi menjadi sarana perbaikan lingkungan dan usaha untuk Namun, ia mengingatkan bahwa fasilitas kendali banjir modern tidak masyarakat lokal, menciptakan peluang kerja melalui pengelolaan limbah akan berguna apabila masalah sampah perkotaan tidak dibenahi. yang lebih efisien. Lebih dari dua ratus orang pemulung di Banda Aceh "Banjir yang terjadi baru-baru ini terutama diakibatkan oleh sampah dan Aceh Besar telah meningkat pendapatannya sampai 70% karena yang menyumbat pintu air dan katup." menjual sampah plastik yang telah dipilah-pilah kepada PPR dengan Karena itu, proyek pencegahan banjir juga perlu menangani masalah harga yang lebih menguntungkan, jelas Pak Daardaak, koordinator pengelolaan sampah. "Masyarakat didorong untuk mengelola tempat daur ulang PPR yang berada dekat tempat pembuangan sampah pengumpulan dan pembuangan sampah, serta belajar mengenai daur utama Banda Aceh di Gampong Jawa. ulang sampah dan pembuatan kompos," kata Manajer Proyek dari Di tempat daur ulang PPR, sampah plastik yang telah dipilah-pilah itu Muslim Aid, Saliza Mohamadar. "Dinas kebersihan kota telah dilengkapi diproses oleh 10 orang pekerja. Salah satunya adalah Nurhasanah, dengan 18 kendaraan bermotor roda tiga pengumpul sampah untuk orang tua tunggal yang telah mempunyai dua orang anak remaja. Ia mengambil sampah dari area yang tidak terjangkau truk sampah besar," berprofesi sebagai pemulung sebelum bergabung dengan PPR setahun tambahnya lagi. yang lalu sebagai pemilah dan pembersih dengan penghasilan antara Upaya pengumpulan sampah di Zona II terkait pula dengan sistem Rp 30.000 sampai Rp 50.000 per hari. "Kadang-kadang penghasilan pengelolaan limbah di bawah proyek lain dengan pendanaan MDF, yaitu saya berkurang saat harga plastik turun atau saat sampah yang dapat Program Pengelolaan Limbah Tsunami (TRWMP). Program ini telah diproses hanya sedikit, tapi paling tidak saya masih bisa memberi makan membangun sejumlah tempat pembuangan sampah di berbagai wilayah keluarga," katanya. Aceh, seperti tempat pembuangan Gampong Jawa dan fasilitas daur Tempat daur ulang PPR di Gampong Jawa menghasilkan paling sedikit ulang di Banda Aceh. Untuk mengurangi jumlah sampah perkotaan yang 700 kilogram keping plastik per hari - jumlah cukup besar yang tidak lagi dibuang ke tempat-tempat pembuangan tersebut, ratusan pemulung menyumbat saluran atau memenuhi tempat pembuangan. Dampak dari telah mengikuti pelatihan untuk mengumpulkan dan memilah-milah berbagai upaya pengelolaan limbah padat Banda Aceh ini telah terlihat sampah plastik oleh Palapa Plastic Recycling (PPR), sebuah organisasi jelas. Pada Juni 2009, Presiden Indonesia menyerahkan Piala Adipura yang bekerja sama dengan program pengelolaan limbah. 2009 untuk Kota Bersih Tingkat Nasional kepada Walikota Banda Aceh. 17 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Bab 2 | Kemajuan dan Kinerja Portofolio "Salah satu hasil penting dari proyek pemulihan Di Nias, perempuan terlibat dalam pembangunan jalan masyarakat yang didanai oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - masyarakat oleh MDF adalah pemberdayaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN). Membangun masyarakat yang berdampak jangka panjang." rasa kepemilikan masyarakat melalui pendekatan berbasis masyarakat dalam berbagai proyek MDF seperti PPK, P2KP, REKOMPAK, dan PNPM-R2PN, telah menyebabkan tingginya tingkat kepuasan penerima manfaat. 18 Foto: Tim Proyek PR2K Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Lima tahun setelah terjadinya tsunami dan gempa bumi, tanggap terhadap prioritas pemerintah. MDF bekerjasama upaya pemulihan dan rekonstruksi secara keseluruhan erat dengan BAPPENAS, Pemerintah Provinsi Aceh and dapat dinilai telah mencapai hasil yang sangat Pemerintah Provinsi Sumatra Utara setelah berakhirnya memuaskan. Kontribusi MDF sebesar 10% dari keseluruhan masa tugas BRR untuk mengidentifikasi dan menanggapi dana rekonstruksi telah memberikan dampak yang kebutuhan yang belum terpenuhi dalam proses rekonstruksi. signifikan pada upaya rekonstruksi tersebut. Kajian Paruh Peran MDF akan terus berevolusi sampai akhir masa Waktu (Mid Term Review - MTR) MDF yang dilakukan pada tugasnya pada Desember 2012. tahun 2008-2009 menyimpulkan bahwa MDF memberikan kontribusi positif dalam menyelaraskan upaya donor dan Tahun ini, MDF mengalokasikan sumber dana tambahan meningkatkan efektivitas dan efisiensi upaya rekonstruksi. bagi Kepulauan Nias. Pada tahun 2009, dua proyek baru yang berfokus pada Kepulauan Nias telah disetujui: Program Secara keseluruhan, rekonstruksi sudah hampir berakhir, Transisi Kepulauan Nias (NITP) dengan UNDP sebagai Badan namun masih terdapat sejumlah kesenjangan. Secara Mitra, dan Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan resmi masa tugas BRR berakhir pada bulan April 2009 Kapasitas Nias (RACBP) dengan ILO sebagai Badan Mitra. yang mengindikasikan berakhirnya tahap rekonstruksi bagi Proyek Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Berbagai donor Nias (Nias Livelihoods and Economic Development Project internasional dan LSM pun turut mengakhiri program - Nias LEDP) dengan Bank Dunia sebagai Badan Mitra, paska bencana di Aceh dan Nias pada tahun 2009. Namun, telah memasuki tahap akhir persiapan dan diperkirakan seperti yang telah diidentifikasi oleh pemerintah lokal akan disampaikan kepada Komite Pengarah untuk disetujui dan masyarakat, masih terdapat sejumlah kebutuhan dan pada awal 2010. Berbagai proyek tersebut akan melengkapi kesenjangan. Sisa sumber dana MDF yang terbatas hanya proyek MDF lain yang telah berinvestasi di Nias, termasuk mampu menjawab sebagian kecil dari kebutuhan tersebut. Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) dan Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF), MDF telah memberikan kontribusi besar terhadap Program Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil, Program keseluruhan rekonstruksi dan tetap memainkan peranan Pengelolaan Limbah Tsunami (TRWMP), Perbaikan Jalan penting dalam kegiatan rekonstruksi paska berakhirnya dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan (CBLR3), dan Program masa tugas BRR. Kajian Paruh Waktu menyimpulkan bahwa Nasional Pemberdayaan Masyarakat ­ Rehabilitasi dan MDF secara keseluruhan telah berhasil dalam memenuhi Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM ­ R2PN). mandatnya sebagai mekanisme pengisi kesenjangan yang Saat ini, MDF mempunyai 22 proyek satu diantaranya dalam tahap persiapan. Gambar 2-1 memperlihatkan status berbagai proyek dalam portofolio MDF sampai dengan 30 September 2009. Portofolio MDF memperlihatkan kemajuan besar dalam mencapai target selama setahun terakhir karena sebagian besar proyek kini telah memasuki tahap pelaksanaan penuh. Proyek infrastruktur besar seperti Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP), Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur Sebuah balai desa sedang dibangun dengan pendanaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. Foto: Tim Proyek UPP 19 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Gambar 2-1: Status Proyek MDF sampai dengan 30 September 2009. Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perumahan Masyarakat (REKOMPAK) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN) Program Angkutan dan Logistik Laut (SDLP) Pemulihan Masyarakat Pemulihan Infrastruktur yang Lebih Besar dan Program Pemberdayaan Transportasi Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) Membangun Kapasitas dan Tata Kelola Pengelolaan Lingkungan yang Lestari Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur Memperkuat Proses Pemulihan (IRFF) Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan (CBLR3) Program Penguatan Proyek Pencegahan Banjir Organisasi Masyarakat Banda Aceh (BAFMP) Sipil di Aceh dan Nias (CSO) Proyek Rekonstruksi Program Bantuan Teknis Percepatan Pembangunan Pengurangan Risiko Sistem Administrasi untuk BRR & Bappenas Daerah Tertinggal dan Bencana Aceh (DRR-A) Pertanahan Aceh (RALAS) (TA to BRR)** Khusus (P2DTK) Proyek Akses Pedesaan Proyek Pemeliharaan Program Pengembangan Proyek Hutan dan Program Transformasi dan Pembangunan Jalan Lamno-Calang Kecamatan (PPK) Lingkungan Aceh (AFEP) Pemerintah Aceh (AGTP) Kapasitas di Nias (RACBP)* Proyek Penanggulangan Fasilitas Pendanaan Proyek Pengembangan Program Rekonstruksi Program Pengelolaan Program Transisi Kemiskinan Perkotaan Pengembangan Ekonomi Ekonomi dan Mata Pelabuhan (TRPRP) Limbah Tsunami (TRWMP) Kepulauan Nias (NITP) (P2KP) (EDFF) Pencaharian Nias (LEDP) Memasuki tahap akhir dan Pelaksanaan penuh Pelaksanaan penuh Tahap permulaan Telah ditutup (3) akan ditutup Desember dengan jadwal penutupan dengan jadwal penutupan Tahap persiapan (2) pelaksanaan (1) 2009 (4) 2010** (10) setelah 2010 (3) * Proyek mulai efektif setelah 30 September 2009 ** Beberapa proyek mungkin akan meminta perpanjangan (IRFF), dan Program Pencegahan Banjir Banda Aceh telah dari proyek-proyek tersebut (PPK, P2KP) akan selesai tepat memasuki tahap pelaksanaan penuh dalam setahun waktu, namun sebagian lainnya (PNPM-R2PN, Bantuan terakhir dan sebagian besar sub­proyek dari proyek-proyek Teknis untuk BRR dan BAPPENAS) masih memerlukan besar tersebut telah selesai. Dengan diselesaikannya perpanjangan waktu. Proyek-proyek lainnya juga akan pembangunan hamper 8.000 rumah baru dan rehabilitasi memerlukan dana tambahan dalam beberapa bulan 6.999 rumah yang rusak target rekonstruksi perumahan di mendatang untuk meningkatkan skala kegiatan, yang pada Aceh hampir tercapai. Beberapa proyek telah hampir selesai umumnya berfokus pada perbaikan strategi pengalihan dan dan dijadwalkan akan selesai pada akhir 2009. Beberapa keberlanjutan proyek tersebut. 20 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Berakhirnya masa tugas BRR yang mengharuskan untuk proyek-proyek baru yang sedang direncanakan akibat pengaturan kelembagaan baru bagi MDF berdampak pada pengaturan kelembagaan yang baru. penundaan kelanjutan proyek-proyek dalam portfolio MDF. Fasilitas Pendanaan Pengembangan Ekonomi (EDFF) Aceh yang dinantikan belum dapat dilanjutkan ke tahap Pemulihan Masyarakat pelaksanaan penuh karena tertundanya proses anggaran pemerintah telah mempengaruhi penyaluran dana. Proyek- Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat proyek lain seperti AGTP, DRR-A, dan NITP juga mengalami adalah proyek-proyek MDF yang pertama dan pekerjaan kelambatan persetujuan untuk pengaturan kelembagaannya di sektor ini kini sudah hampir selesai. Proyek dalam sehingga pelaksanaan kegiatan di lapangan ikut terlambat. sektor pemulihan masyarakat memanfaatkan mekanisme Alokasi dana tersisa yang sifatnya mendesak ikut yang telah ada (proyek dan pendekatan PPK/PNPM dan terpengaruh karena lambatnya pengambilan keputusan P2KP) untuk mencapai hasil. Strategi yang berhasil ini telah menjadi model bagi upaya rekonstruksi perumahan Pak Yatim, penerima manfaat yang puas dari Pidie, sedang berada di depan rumahnya yang telah dibangun kembali melalui program REKOMPAK. Foto: Sekretariat MDF menyusul gempa bumi di Jawa Tengah dan Yogyakarta tahun 2006, dan mungkin relevan bagi upaya rekonstruksi di Sumatera Barat yang baru-baru ini mengalami bencana gempa bumi. Proyek pemulihan masyarakat telah mencapai hasil nyata dalam membangun kembali asset-aset fisik di tingkat masyarakat. Target perumahan telah tercapai di Aceh dan kemajuan yang berarti sedang berlangsung di Nias. Sampai dengan 30 September 2009, total 10.514 rumah telah Sebuah tim sedang memeriksa pembangunan jalan di Nias dengan pendanaan PNPM-R2PN. Proyek-proyek PNPM, REKOMPAK, dan PNPM-R2PN telah membantu masyarakat dalam pembangunan kembali infrastruktur masyarakat yang utama. Foto: Sekretariat MDF 21 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio dibangun dan 6.999 rumah telah direhabilitasi, sedangkan Pemulihan Masyarakat 1.599 rumah lainnya masih dalam pembangunan. Proyek- Dana yang proyek PPK/PNPM, P2KP, REKOMPAK, dan PNPM-R2PN Proyek Dialokasikan telah membantu masyarakat merekonstruksi infrastruktur dalam AS$ juta masyarakat yang penting, termasuk 2,655 kilometer Rehabilitasi dan Rekonstruksi 85,00 jalan desa, 936 jembatan, serta 1.473 kilometer saluran Perumahan Masyarakat (REKOMPAK) irigasi dan drainase. Tingkat pemakaian infrastruktur dan Program Pengembangan Kecamatan 64,70 tingkat hunian perumahan termasuk tinggi dan survei (PPK) mengindikasikan bahwa para penerima manfaat sangat Proyek Penanggulangan Kemiskinan 17,96 puas dengan hasil yang diperoleh dari berbagai proyek Perkotaan (P2KP) tersebut. Hal disebabkan karena rasa memiliki yang tinggi Program Nasional Pemberdayaan dan keikutsertaan penerima manfaat dalam merancang Masyarakat - Rehabilitasi dan 25,75 Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN) dan melaksanakan proyek. Proyek Rekonstruksi Sistem 28,50 Administrasi Pertanahan Aceh (RALAS) Salah satu hasil penting dari proyek pemulihan masyarakat oleh MDF adalah pemberdayaan masyarakat yang Total 221,91 berdampak jangka panjang. Kajian Paruh Waktu terhadap MDF mencatat bahwa proyek pemulihan masyarakat telah memberikan kontribusi penting bagi pembangunan masyarakat. Pengembangan kapasitas fasilitator lokal, penciptaan proses masyarakat, dan rasa memiliki yang kuat dalam masyarakat, mempunyai dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar sasaran proyek spesifik dalam bidang rekonstruksi infrastruktur dan perumahan. RALAS, program sertifikasi tanah dari MDF, mengalami sejumlah kendala dalam pelaksanaannya, namun tetap berhasil memberikan kontribusi penting bagi upaya rekonstruksi. Serangkaian persoalan dalam pelaksanaan dan pengelolaannya membuat kinerja RALAS tidak sesuai harapan dan tidak dapat memenuhi sasarannya sampai dengan berakhirnya program pada 30 Juni 2009. Namun demikian, RALAS telah berhasil memberikan 222.638 lembar sertifikat tanah kepada penerima manfaat di Aceh. Program tersebut juga telah melatih lebih dari 400 orang fasilitator dari masyarakat lokal dan LSM/organisasi masyarakat sipil dalam hal pemetaan tanah masyarakat dan mendukung proses ajudikasi berbasis masyarakat dan melatih lebih dari 640 orang pegawai pemerintah mengenai ajudikasi berbasis masyarakat. Mempersiapkan rekonstruksi awal dari sekolah baru di Nias. Sekolah ini merupakan bagian dari proyek infrastruktur masyarakat yang memperoleh pendanaan melalui PNPM-R2PN. Foto: Tim Proyek KRRP 22 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Proyek perumahan dan infrastruktur berbasis lancar. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar proyek- masyarakat di Nias, PNPM-R2PN, telah mengalami proyek tersebut hampir selesai atau merupakan bagian dari penundaan karena tantangan rekonstruksi yang unik di program nasional sehingga transisi ke jalur administrasi Nias. Banyak kesulitan yang ditemukan dalam pelaksanaan, pemerintahan biasa berlangsung lancar bagi sebagian seperti kesulitan untuk merekrut dan mempertahankan besar proyek-proyek tersebut. Masalah hanya terjadi pada staf yang kompeten dan kesulitan pengiriman material ke REKOMPAK akibat tertundanya penerbitan Daftar Isian area pedesaan terpencil, sedang diatasi dan masa kerja Pelaksanaan Anggaran (DIPA) melalui jalur pemerintahan proyek akan diperpanjang untuk memenuhi komitmen yang biasa sehingga pelaksanaan proyek pun terhambat. telah dibuat kepada para penerima manfaat yang sedang menunggu dibangunnya rumah dan sekolah. Kemajuannya Pekerjaan pada sektor Pemulihan Masyarakat kini semakin baik dengan diselesaikannya pembangunan 1,281 memasuki tahap "pembelajaran" seiring dengan rumah dalam periode pelaporan kali ini dan dimulainya hampir selesainya berbagai proyek. Keberhasilan proyek konstruksi lebih dari 1.500 rumah. pemulihan masyarakat dari MDF telah memperlihatkan bahwa pendekatan berbasis masyarakat dapat berhasil Proses transisi dari masa BRR ke masa paska BRR, pada dalam situasi paska bencana. Secara keseluruhan, sektor ini Sektor Pemulihan Masyarakat berjalan dengan cukup telah berkinerja baik dan memberikan sejumlah pelajaran bagi upaya rekonstruksi paska bencana di masa depan. Pemulihan Infrastruktur Skala Besar dan Transportasi Paska tsunami, MDF masih terus menanggapi kebutuhan infrastruktur skala besar. Sekitar 30% dari total dana MDF telah dialokasikan untuk membangun kembali atau merehabilitasi infrastruktur skala besar. Berbagai proyek infrastruktur MDF sudah hampir selesai dan pada umumnya memberikan hasil yang sangat baik. Sebanyak 41 dari 53 sub-proyek di bawah IRFF kini telah selesai dan berada dalam berbagai tahapan serah terima. Berbagai sub-proyek tersebut telah membangun lebih dari 288 kilometer jalan nasional, provinsi, dan kabupaten, 9 sistem pasokan air perkotaan, dan merehabilitasi tiga pelabuhan. Program Angkutan Laut dan Logistik telah menyelesaikan elemen infrastruktur dari kegiatannya dan kini sedang mendorong keberlanjutan investasinya pada pelabuhan dengan berfokus pada program pelatihan yang diselenggarakan dengan Universitas Syiah Kuala. Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh telah selesai dilaksanakan Pembuatan drainase di sepanjang jalan baru yang dibangun melalui proyek IRFF di Aceh. Drainase yang benar akan dapat mengurangi risiko banjir dan kerusakan jalan saat hujan deras. Foto: Sekretariat MDF 23 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Memulihkan Fasilitas Pelabuhan di "Dermaga baru itu padat oleh orang- Gunung Sitoli, Nias orang yang begitu bersemangat menyambut merapatnya kapal untuk Pembangunan dermaga pelabuhan Gunung Sitoli, Nias, yang selesai akhir tahun lalu dengan pendanaan MDF telah pertama kali sejak gempa bumi bulan menghasilkan kemajuan besar dalam memperlancar arus orang Maret 2005." dan barang, baik yang menuju maupun yang meninggalkan pulau. Beroperasinya dermaga dan jembatan sepanjang 200 meter dan sedalam 11 meter, telah memungkinkan kapal feri penumpang MV Lawit untuk melanjutkan kembali pelayanan rutinnya yang menghubungkan Nias dengan Padang, Medan, dan Jakarta, pada Januari 2009. "Dermaga baru itu padat oleh orang-orang yang begitu bersemangat menyambut merapatnya kapal untuk pertama kali sejak gempa bumi bulan Maret 2005," kenang Makmur Polem, kepala Administrasi Pelabuhan (Adpel) Gunung Sitoli. Fasilitas pelabuhan baru itu adalah pintu masuk utama ke Pulau Nias untuk impor hampir semua jenis komoditas dasar dan barang manufaktur dari Medan dan Padang, demikian penjelasan Semuel Parinussa dari Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP), proyek MDF yang bertanggung jawab atas rancangan pembangunan dermaga baru tersebut. Dermaga tersebut dibangun melalui Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF), yang juga didanai oleh MDF. Dermaga baru tersebut juga membantu mengurangi kepadatan di dermaga tua yang sudah tidak mampu untuk menangani rata-rata 120 kapal yang merapat setiap bulan, kata E. Sitompul, asisten manajer pada operator pelabuhan Pelindo cabang Gunung Sitoli. "Kegiatan bongkar muat sering kali berlangsung sangat lamban. Hampir setiap hari ada saja keluhan mengenai keterlambatan," lanjutnya. "Kini para pelanggan dapat bergembira karena kami sudah mampu memberikan layanan yang lebih cepat," tuturnya lagi. "Para pemilik kapal dan barang dapat menghemat waktu dan biaya karena tak perlu lagi menunggu berhari-hari untuk membongkar muatan." Dukungan MDF untuk konstruksi infrastruktur fisik di pelabuhan Gunung Sitoli juga ditunjang oleh program MDF yang memfokuskan pada peningkatan keahlian manajemen dan teknis para karyawan pelabuhan di seluruh Aceh dan Nias. Karyawan pelabuhan Gunung Sitoli ikut bergabung bersama dengan rekan-rekan mereka dari 18 pelabuhan lain di Aceh dan Sumatera Utara mengikuti kursus pelatihan mengenai Dermaga baru di Pelabuhan Gunung Sitoli, Nias dibangun melalui proyek Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF) dari MDF. Foto: Christiani Tumelap 24 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio operasi dan manajemen pelabuhan yang diselenggarakan oleh Unit Dukungan Logistik dari World Food Programme, di bawah Program Angkutan Laut dan Logistic (SDLP) dengan pendanaan MDF. Kursus satu tahun tersebut dikembangkan oleh Sistem Maritim Singapura dan mencakup 22 modul yang ditujukan untuk membangun kapasitas bagi manajemen pelabuhan modern. Kursus tersebut diadakan di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Pihak universitas akan mengambil alih pelaksanaan kursus dalam yang tidak lama lagi dan berencana mengembangkannya lebih jauh menjadi program bergelar penuh menurut pejabat pengiriman WFP-LSU/kapten pelabuhan, Syariful A. Lubis. Dari antara 232 orang peserta kursus, 60 berasal dari Nias, M. Yusuf Chaniago dengan bangga memperlihatkan termasuk kepala Administrasi Pelabuhan Makmur Polem dan sertifikatnya. kepala urusan umum Pelindo, M. Yusuf Chaniago. "Secara Foto: Christiani Tumelap keseluruhan, kursus tersebut telah membantu memperluas wawasan saya mengenai operasi dan manajemen yang benar untuk sebuah pelabuhan modern," kata Polem yang menyelesaikan modul mengenai manajemen umum pelabuhan, keuangan, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan komunikasi yang efektif. Meskipun Gunung Sitoli saat ini masih merupakan pelabuhan konvensional, Polem berharap di masa depan, pelatihan semacam itu akan membantu generasi berikutnya dalam menjalankan pelabuhan utama Gunung Sitoli yang modern. Chaniago, yang mengambil modul dalam bahasa Inggris, juga memperoleh banyak kesempatan untuk menerapkan hasil kursus dan melaporkan, "Kelas dalam bahasa Inggris tersebut ternyata sangat bermanfaat. Saya mempelajari banyak topik penting seperti navigasi, keselamatan dan keamanan pelabuhan dan kapal, serta peraturan mengenai masuk dan keluar pelabuhan." Ia kini tanpa ragu-ragu membantu rekannya di pelabuhan jika ada pertanyaan berbahasa Inggris dari kapal penumpang atau kargo asing. Di rumah, ia pun mendorong anak-anaknya untuk belajar bahasa Inggris dan berkomentar dengan bangga, "Anak saya yang belajar di akademi pelayaran niaga lokal juga merasakan bahwa bahan- bahan kursus saya sangat berguna baginya!" 25 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio dan kini mulai beroperasi dengan komponen pengumpulan Pemulihan Infrastruktur Skala Besar dan Transportasi sampah oleh masyarakat untuk mencegah sampah yang Dana yang menyumbat saluran dan pintu air sehingga sistem drainase Proyek Dialokasikan tetap berfungsi, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan dalam AS$ juta Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh 6,50 Program Pemberdayaan Rekonstruksi 42,00 Infrastruktur (IREP) Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi 100,00 Infrastruktur (IRFF) Proyek Pemeliharaan Jalan Lamno- 1,46 Calang Proyek Angkutan Laut dan Logistik 25,03 (SDLP) Program Rekonstruksi Pelabuhan 3,78 (TRPRP) Total 178,77 Pembangunan dinding pelindung laut ini adalah bagian dari proyek pelabuhan Lhokseumawe dan telah mengurangi risiko banjir akibat air pasang dan gelombang tinggi. Foto: Sekretariat MDF Penyeberangan untuk pejalan kaki dan rambu jalan yang dibangun Kondisi fisik di lokasi sering menjadi kendala dan mengakibatkan oleh proyek IRFF agar anak-anak yang akan ke sekolah dapat kenaikan biaya kontrak. Kontraktor sering kali menemui kendala menyeberang dengan lebih aman. akibat kondisi alam, seperti jalan di Aceh ini yang rusak akibat dinding Foto: Sekretariat MDF penahannya longsor terkena gempa bumi lokal. Foto: Sekretariat MDF 26 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio dan lingkungan yang lebih bersih. Proyek Pemeliharaan demi memastikan keberlanjutan investasi. Mengingat Jalan Lamno-Calang dan Program Rekonstruksi Pelabuhan keterbatasan waktu yang tersisa untuk pelaksanaan proyek (TRPRP) telah menyelesaikan kegiatannya pada akhir 2007 hanya sampai dengan 2012, sehingga disarankan untuk dan telah ditutup. memberikan pendanaan tambahan bagi proyek yang sudah ada daripada memulai proyek baru. Tantangan yang sebelumnya timbul dalam pelaksanaan telah teratasi, namun kini timbul sejumlah tantangan baru. Meskipun sejumlah sub-proyek IRFF mengalami Memperkuat Tata Kelola dan Membangun kelambatan, konsultan proyek telah bekerja sama dengan Kapasitas kontraktor untuk meningkatkan kinerja dan secara umum, proyek telah memberikan hasil. Tantangan berat yang Kajian Paruh Waktu terhadap MDF mencatat bahwa mulai timbul setahun terakhir adalah keterlambatan yang pembangunan kapasitas di seluruh Aceh dan Nias terjadi dalam penerbitan DIPA sehingga mempengaruhi merupakan pencapaian MDF terpenting. Kapasitas pelaksanaan proyek, tak hanya pada sektor ini, tetapi juga kelembagaan dan keorganisasian yang telah diperkuat, pada seluruh portofolio MDF. serta pengembangan keterampilan, berdampak terutama pada sektor publik di tingkat provinsi dan kabupaten, serta Pemerintah telah mengidentifikasi kebutuhan lebih lanjut pada tingkat kecamatan dan lembaga. untuk investasi infrastruktur dan membangun kapasitas Sejak awal, penguatan tata kelola melalui pembangunan kapasitas telah diidentifikasi sebagai target penting dalam upaya MDF. Membangun kapasitas bagi tata kelola lokal yang lebih baik adalah tujuan utama tiga proyek dalam portofolio (Program Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil di Aceh dan Nias, P2DTK, dan Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan). Sedangkan tiga proyek lainnya (AGTP, NITP, dan Bantuan Teknis untuk BRR dan BAPPENAS) yang berkontribusi langsung terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas proses pemulihan secara spesifik telah memasukkan pembangunan kapasitas tata kelola untuk mengelola tanggung jawab rekonstruksi setelah berakhirnya masa tugas BRR. Selain itu, hampir semua proyek MDF memasukkan unsur pembangunan kapasitas yang spesifik untuk setiap proyek sebagai cara untuk memastikan keberlanjutan investasi setelah berakhirnya rekonstruksi. Proyek Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan yang dilaksanakan oleh ILO yang bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan BAPPEDA di tingkat Perwakilan masyarakat dari Mukim Lamteungoh, Kabupaten Aceh Jaya, bekerja sama untuk mengidentifikasi kegiatan pemakaian tanah dan batas-batas Mukim. Mukim adalah lembaga tradisional Aceh yang bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya alam. FFI-AFEP membantu penduduk Mukim untuk mengidentifikasi dan memetakan batas tanah mereka dengan hutan, serta membangun kembali kapasitas kelembagaan dan pengelolaan untuk mengelola sumber daya alam, sebagai bagian dari strategi mata pencaharian yang berkelanjutan, adil, dan tepat. Inisiatif untuk memperkuat Mukim dari FFI merupakan inisiatif berbasis masyarakat dan dirancang untuk menjadi bagian dari proses perencanaan tahunan pemerintah. Foto: Tim Proyek AFEP 27 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio kabupaten, bertujuan membangun kapasitas lokal untuk layanan sosial dasar, dan kegiatan masyarakat spesifik yang menggunakan sumber daya lokal dalam pembangunan dipimpin perempuan. jalan desa. Proyek tersebut juga membangun kapasitas kontraktor kecil lokal dan memperkuat kapasitas Masalah dalam pelaksanaan Proyek Percepatan masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan keputusan. Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas Nias, telah teratasi sehingga memungkinkan kemajuan pesat proyek baru ILO di Nias, akan mengembangkan lebih jauh bagi pelaksanaan di masa yang akan datang. Proyek telah mekanisme ini dan akan memperkuat kapasitas pemerintah, mengajukan permohonan perpanjangan waktu pelaksanaan masyarakat, dan kontraktor lokal untuk memperbaiki akses proyek sampai dengan Juni 2011 untuk menyelesaikan ke area pedesaan terpencil di Nias. pelaksanaan yang tertunda akibat masalah penyaluran anggaran dan masalah lainnya. Program Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil di Aceh and Nias di bawah UNDP, mulai memperlihatkan MDF juga bertujuan meningkatkan kapasitas pemerintah hasil seiring hampir selesainya program tersebut. Lebih lokal untuk mengelola aset rekonstruksi setelah dari 200 Organisasi Masyarakat Sipil, termasuk 80 di Nias, berakhirnya masa tugas BRR. Proyek Transformasi telah menerima pelatihan kompetensi strategis kunci Pemerintah Aceh (AGTP) yang bekerja sama dengan melalui proyek ini. Penilaian proyek mengindikasikan pemerintah provinsi di Aceh, dan Proyek Transisi Kepulauan bahwa pemerintah lokal telah semakin tanggap terhadap Nias (NITP) yang bekerja sama dengan pemerintah suara masyarakat dan masyarakat sendiri juga telah kabupaten di Nias, bertujuan membangun kapasitas untuk semakin menyadari kemampuannya untuk menyuarakan mengelola aset dan proses rekonstruksi. pendapat. Proyek telah memberikan laporannya mengenai pemantauan rekonstruksi berbasis masyarakat kepada pemerintah lokal di Aceh maupun Nias. Melalui proyek tersebut, 141 hibah kecil telah diberikan kepada organisasi masyarakat sipil untuk mendukung penciptaan pendapatan, Memperkuat Tata Kelola dan Membangun Kapasitas Dana yang Proyek Dialokasikan dalam AS$ juta Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya 11,80 Lokal Pedesaan Program Percepatan Pembangunan 25,60 Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) Program Penguatan Organisasi 6,00 Masyarakat Sipil di Aceh dan Nias (Proyek Akses Pedesaan dan (10,00)* Pembangunan Kapasitas Nias)* Total 43,40* * Proyek baru mulai efektif setelah 30 September 2009 dan tidak dimasukkan MDF menekankan bahwa kelestarian lingkungan merupakan tema dalam angka total. lintas sektoral yang perlu diperhatikan oleh seluruh proyek dalam portofolio, sekaligus menjadi fokus utama beberapa proyek. Papan tanda ini, yang didirikan oleh proyek Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur di Aceh, melarang pengambilan pasir dari pantai untuk tujuan pembangunan. Semua proyek IRFF diwajibkan untuk memenuhi kebijakan perlindungan lingkungan dari Pemerintah Indonesia. 28 Foto: Sekretariat MDF Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Komitmen MDF adalah untuk mendukung tata kelola fokus penting sampai sekarang. MDF menekankan yang baik dalam rekonstruksi termasuk penekanan pada kelestarian lingkungan sebagai tema lintas sektoral yang masalah kesetaraan dengan memastikan keterlibatan perlu diperhatikan di seluruh proyek dalam portofolio, perempuan dan kelompok rentan. Sebagai bagian dari sekaligus menjadi fokus utama beberapa proyek. Proyek Kajian Paruh Waktu MDF, telah pula dilaksanakan studi Hutan dan Lingkungan Hidup Aceh (AFEP) khusus dibuat tentang keberlanjutan sosial portfolio MDF yang dilanjutkan untuk menjawab kekhawatiran mengenai rekonstruksi dengan lokakarya yang diadakan pada bulan Mei 2009 di yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap Banda Aceh tentang upaya meningkatkan keberlanjutan ekosistem hutan yang penting di Aceh. Selain itu, Proyek sosial terhadap seluruh portfolio MDF. Proyek MDF Pengelolaan Limbah Tsunami ditujukan tak hanya untuk yang berhubungan langsung dengan penerima manfaat, membantu pembersihan paska tsunami, tetapi juga termasuk Program Penguatan Organisasi Masyarakat untuk menciptakan sistem pengelolaan limbah padat Sipil di Aceh dan Nias, P2KP, PPK, RALAS, PNPM-R2PN, yang berkesinambungan di Aceh. Kajian Paruh Waktu Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan, terhadap MDF mencatat bahwa kedua proyek tersebut dan P2DTK, telah dirancang untuk melibatkan perempuan menyumbangkan pendekatan inovatif dan meningkatkan dalam kegiatan proyek sebagai bagian dari strategi proyek. kesadaran mengenai lingkungan dan pengelolaan limbah. Mempertahankan Kelestarian Lingkungan Mempertahankan Kelestarian Lingkungan Dana yang Proyek Dialokasikan Kelestarian lingkungan telah menjadi perhatian MDF dalam AS$ juta sejak periode awal paska tsunami dan masih menjadi Proyek Hutan Aceh dan Lingkungan 17,53 Hidup (AFEP) Program Pengelolaan Limbah Tsunami 39,41 (TRWMP) Total 56,94 Program Pengelolaan Limbah Tsunami (TRWMP) yang saat ini sudah memasuki tahap ketiga, sedang membangun kapasitas lokal untuk mengelola limbah padat yang berkesinambungan. Proyek ini membangun infrastruktur utama, termasuk tempat pembuangan sementara dan akhir, serta membangun kapasitas dinas kebersihan pemerintahan lokal untuk mengelola, mengoperasikan, dan memelihara sistem pengumpulan dan pembuangan sampah dengan efektif. Mengembangkan sistem iuran untuk pelayanan pengumpulan sampah adalah kegiatan inti yang akan mendorong keberlanjutan jangka panjang sistem pengelolaan sampah setelah berakhirnya pendanaan dari proyek. Selain itu, TRWMP juga mendukung Rehabilitasi tempat pembuangan sampah adalah salah satu kegiatan utama TRWMP. Sepuluh tempat pembuangan sementara telah ditingkatkan atau direhabilitasi dengan pembangunan lebih dari 26 hektar sel sampah. Foto: Tim TRWMP 29 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio pengembangan usaha kecil di bidang daur ulang dan memberikan analisis mengenai perubahan cakupan hutan, kegiatan lain yang berkaitan dengan limbah. serta bekerjasama dengan pihak penegak hukum untuk membangun kapasitas dalam kasus pembalakan liar mulai AFEP tetap tanggap terhadap keadaan yang dinamis dari penahanan sampai vonis. dan menantang, serta telah menghasilkan kemajuan berarti. Proyek ini masih melanjutkan kerja sama dengan mitra pemerintah seperti inisiatif Aceh Hijau (Green Aceh) Memperkuat Proses Pemulihan dari Gubernur, BPKEL, dan TIPERESKA. Kegiatannya memerlukan fleksibilitas dan kecepatan tanggap untuk Multi Donor Fund dirancang untuk meningkatkan menunjang peningkatan kapasitas lokal bagi pengelolaan efektivitas dan efisiensi proses rekonstruksi secara berkesinambungan dan pemantauan yang efektif atas keseluruhan bukan hanya sekadar mencapai hasil pada sumber daya hutan Aceh. Beberapa pencapaian utama sektor tertentu. Kajian Paruh Waktu menyimpulkan bahwa termasuk pelatihan lebih dari 255 polisi hutan (jagawana) MDF sangat relevan sebagai instrumen pengisi kesenjangan dan 90 pemantau hutan masyarakat, penanaman kembali yang tanggap terhadap prioritas pemerintah. Portofolio lebih dari 2.299 hektar hutan, mempertahankan mata MDF sebagian besar merupakan inisiatif pemerintah dan pencaharian melalui pencegahan konflik antara manusia dilaksanakan melalui sistem pemerintah. dan hewan liar, pendirian 47 pembibitan masyarakat, pengembangan kurikulum dan materi mengenai kesadaran Beberapa proyek dalam portofolio MDF dirancang untuk lingkungan untuk dipakai di sekolah, dan pelatihan mendukung pemerintah dalam mengkoordinasikan lebih dari 875 guru. Proyek masih terus memantau dan upaya pemulihan dan rekonstruksi paska tsunami dan Meskipun menghadapi kondisi yang sering kali menyulitkan, upaya rekonstruksi telah mengalami kemajuan berarti. Peralatan berat dari Program Logistik dan Angkutan Laut (SDLP) yang dilaksanakan World Food Programme sedang dijalankan di tengah hujan deras demi membantu pengiriman bahan bangunan ke lokasi. Foto: Bambang Suseno 30 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio gempa bumi secara keseluruhan. Bantuan Teknis untuk sebagian besar masalah anggaran teratasi, AGTP akan BRR (TA to BRR) memberikan bantuan keahlian dalam dapat mencapai kemajuan pelaksanaan dalam periode bidang teknis yang dibutuhkan dalam mengkoordinasikan pelaporan berikutnya. NITP dimulai pada bulan Mei, dan pemulihan dan rekonstruksi. Kajian Paruh Waktu mencatat saat ini sedang membicarakan rincian mengenai pengaturan bahwa BRR telah puas dengan hasil yang diperoleh melalui pelaksanaan yang akan diformalisasikan dalam sebuah dukungan ini. Dalam tahun terakhir masa tugasnya, BRR perjanjian dengan Departemen Dalam Negeri. mulai lebih banyak memfokuskan pada pembelajaran dan persiapan untuk melakukan transisi ke pemerintah lokal. Hal Berbagai proyek yang memfokuskan pada Pengurangan ini termasuk menyiapkan database RAN mengenai kegiatan Risiko Bencana (DRR) telah berkontribusi menguatkan rekonstruksi untuk diserahkan kepada pemerintah lokal, pemulihan dengan menunjang ketahanan terhadap pusat manajemen pengetahuan KNOW, dan penerbitan bencana. Dua proyek MDF yang berfokus pada DRR adalah serial buku mengenai pembelajaran. Pada bulan Mei, proyek Proyek Pengurangan Risiko Bencana Aceh (DRR-A) dan NITP TA to BRR berganti nama menjadi proyek "Bantuan Teknis yang memasukkan komponen DRR. DRR-A bekerja sama untuk BRR dan BAPPENAS," dan diperpanjang sampai dengan Departemen Pendidikan untuk mengembangkan 31 Desember 2009 untuk memberikan dukungan kepada materi pendidikan kesiapsiagaan menghadapi bencana BAPPENAS dalam peran barunya sebagai koordinator. dalam dengan menggunakan setempat, dengan beberapa materi khusus untuk kaum perempuan. DRR-A dimaksudkan Sementara itu, Program Transformasi Pemerintah Aceh untuk membangun kapasitas dan keberlanjutan melalui (AGTP) dan Program Transisi Kepulauan Nias (NITP) dukungan ke Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana memberikan dukungan serupa kepada pemerintah (TDMRC) yang berkedudukan di Universitas Syiah Kuala. provinsi Aceh dan pemerintah kabupaten Nias. Namun demikian, bantuan keuangan kepada TDMRC Baik AGTP maupun NITP menemui kesulitan dalam tertunda karena mengalami kesulitan dalam menentukan memformalisasikan pengaturan kelembagaan. Anggaran jalur pendanaan ke pihak universitas. tahun 2009 telah dikeluarkan dan anggaran tahun 2010 akan dikeluarkan sesuai jadwal pada bulan Januari. Setelah Pengembangan Ekonomi dan Mata Memperkuat Proses Pemulihan Pencaharian Dana yang Multi Donor Fund telah menunjukkan komitmennya Proyek Dialokasikan dalam AS$ juta untuk mendukung pengembangan ekonomi dan mata pencaharian sebagai bagian dari proses pemulihan. Seiring Bantuan Teknis kepada BRR dan 22,48 dengan hampir selesainya sebagian besar rekonstruksi fisik BAPPENAS dan upaya pemulihan di Aceh dan Nias, pengembangan Pengurangan Risiko Bencana Aceh 9,87 ekonomi dan mata pencaharian kini menjadi perhatian (DRR-A) penting pemerintahan lokal. Program Transformasi Pemerintah 13,98 Aceh (AGTP) Fasilitas Pendanaan Pengembangan Ekonomi (EDFF) Program Transisi Kepulauan Nias 3,89 telah dimulai pada kuartal pertama tahun ini. Proyek senilai (NITP) AS$ 50 juta ini akan mendanai serangkaian sub-proyek yang Total 50,22 dirancang untuk menunjang pengembangan ekonomi pada 31 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian Dana yang Proyek Dialokasikan dalam AS$ juta Fasilitas Pendanaan Pengembangan 50,00 Ekonomi (EDFF) Total 50,00 sektor mata pencaharian utama di Aceh seperti pertanian dan perikanan. Proyek telah mengumumkan permohonan proposal pada bulan April 2009. Minat terhadap proyek ini cukup tinggi, terbukti melalui lebih dari 100 proposal yang diserahkan oleh LSM dan berbagai lembaga yang bermitra dengan pemerintah lokal. Proses pemilihan kini sedang dilakukan. Awal proyek telah tertunda karena masalah pengeluaran anggaran, tetapi masalah tersebut tampaknya sudah diselesaikan. Iklim bisnis di Aceh telah diperbaiki melalui salah satu komponen proyek P2DTK yang memperkuat kapasitas pemerintah provinsi untuk mengeluarkan izin usaha. Komponen ini dilaksanakan oleh Asia Foundation dengan mendirikan layanan satu atap bagi berbagai usaha yang membutuhkan izin usaha di Aceh sehingga menghapus kendala utama untuk berinvestasi pada perekonomian lokal. Proyek Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian (LEDP) untuk Nias sedang dalam tahap akhir persiapan. Dengan disetujui, proyek senilai AS$10 juta ini akan memberikan bantuan teknis dan masukan kepada masyarakat pada kelompok ekonomi kunci untuk mendukung perbaikan mata pencaharian. Kelompok ekonomi yang menjadi sasaran akan dikoordinasikan dengan Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas yang dilaksanakan ILO untuk memastikan bahwa peningkatan produksi pertanian ditunjang oleh peningkatan akses ke berbagai pasar dan layanan. Seorang perempuan sedang memetik cabe merah di sebuah perkebunan yang didanai oleh proyek AFEP melalui Yayasan Leuser Internasional. Hibah disalurkan melalui koperasi perempuan untuk mendukung inisiatif yang memberdayakan perempuan dan membantu masyarakat yang tinggal di pinggiran hutan agar dapat memperoleh mata pencaharian yang berkelanjutan. Foto: Rajyasri Gayatri 32 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 2: Kemajuan dan Kinerja Portofolio Memperkuat Pusat Riset Bencana Aceh "Pejabat pemerintah lokal perlu terus memperoleh pengetahuan dan teknologi yang tersedia untuk mitigasi dan penanganan mengenati MDF mensponsori penguatan pusat riset bencana di Aceh melalui bencana, serta cara untuk melakukan pemantauan dan evaluasi. Kami program Pengurangan Risiko Bencana Aceh (DRR-A) dengan pelaksana telah membagikan kepada mereka berbagai pembelajaran mengenai United Nations Development Programme (UNDP). Tujuan pusat riset bencana dan penanganan paska bencana yang diperoleh dari seluruh bencana tersebut adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran dunia,"kata Dr. M. Dirhamsyah. dari bencana tsunami tahun 2004 didokumentasikan dengan baik dan TDMRC telah menyiapkan skema pengembangan kapasitas dalam dibagikan kepada pemangku kepentingan lokal maupun luar negeri sebuah Nota Kesepakatan dengan sejumlah Satkorlak (unit koordinasi demi upaya mitigasi bencana yang lebih baik di masa depan. penanganan bencana yang berada di bawah pemerintahan lokal) di Dr. M. Dirhamsyah, MT, direktur Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Aceh. Pusat riset juga mendorong keterlibatan aktif staf Satkorlak Bencana (TDMRC) yang berbasis di Universitas Syiah Kuala, dalam pengembangan rencana aksi lokal, latihan bencana, dan mengatakan, "DRR-A adalah proyek penting yang strategis karena berbagai rencana kerja pemerintah. mempersiapkan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi Meskipun beberapa pusat riset bencana telah didirikan paska tsunami bencana." Aceh, TDMRC berbeda dengan pusat-pusat riset tersebut karena DRR-A telah mengidentifikasikan betapa pentingnya pusat riset mampu membangun kemitraan yang kuat dengan pemerintah lokal, bencana sehingga mengalokasikan dana sebesar AS$ 5.06 juta. ungkap Dirhamsyah. Para penelitinya bersedia menjadi narasumber Dukungan MDF bagi TDMRC ditujukan untuk memperkuat kapasitas dalam berbagai diskusi umum yang diselenggarakan oleh sekolah- institusi lokal, termasuk Universitas Syiah Kuala, dalam mengelola sekolah di Aceh, dan TDMRC telah melakukan studi pengkajian risiko kegiatan kesiap-siagaan menghadapi bencana sehingga DRR-A dapat bencana serta mengembangkan sistem informasi manajemen bencana memberikan dampak berkelanjutan meski proyek telah berakhir. bagi Aceh. Kegiatan utama pusat riset tersebut termasuk membantu pemerintah "Semua kegiatan tersebut sangat penting untuk melibatkan orang lokal dan lembaga pemerintah untuk melatih staf mengenai berbagai secara efektif, sehingga masyarakat dan pemerintah lokal akan lebih aspek mitigasi bencana, yang mencakup rekomendasi penting kepada menyadari dan lebih siap menghadapi bencana, sambil membantu pembuat kebijakan selama perancangan qanun mengenai mitigasi mereka agar memiliki pengetahuan untuk menangani bencana," bencana yang baru-baru ini disahkan. lanjut Dirhamsyah. Pendekatan ini termasuk eksplorasi dan dokumentasi budaya dan kearifan tradisional yang berkaitan dengan mitigasi bencana. Menurut Dirhamsyah, "Salah satu bagian dari pekerjaan kami adalah mencari data secara aktif dari para pemangku kepentingan yang terlibat dalam rehabilitasi Aceh." Menurut data dari situs web TDMRC, sejak berdiri pada tahun 2006, pusat riset tersebut telah menerbitkan beberapa dokumen yang berkaitan dengan bencana, terutama tsunami.Pusat riset tersebut bekerja sama dengan Konsorsium Kanada-Sri Lanka untuk Restorasi Paska Tsunami dan New Mexico State University, serta berbagai pusat riset internasional seperti PacificTsunami Museum-Hawaii, Earthquake Megacity Initiatives, dan Tsunami Research Center di Sydney. TDMRC baru saja berhasil menyelenggarakan program konferensi tahunan, International Workshop and Expo on Sumatra Tsunami Disaster & Recovery (AIWEST-DR). Hadir dalam lokakarya pada program tersebut para peneliti dari 15 negara yang menyampaikan lebih dari 70 makalah. Dirhamsyah berkata, "Sejak awal, kami telah berusaha menciptakan pusat riset yang berkesinambungan, sebuah pusat keunggulan regional, sehingga kami akan terus bekerja sama dan membangun kepercayaan dengan para pemangku kepentingan." Rektor Universitas Syiah Kuala sedang menyampaikan pidato dalam acara Annual International Workshop and Expo on Sumatera Tsunami Disaster and Recovery (AIWEST) yang diselenggarakan oleh TDMRC pada bulan November 2009 di Banda Aceh. Foto: Rosly Syamsurizal 33 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 3: Keuangan Bab 3 | Keuangan "Sebagian besar dana (37%) yang Anak-anak bermain di depan sekolah mereka yang baru yang dibangun dengan dukungan MDF. dialokasikan oleh MDF adalah untuk pemulihan masyarakat." Foto: Abbie Trayler-Smith / Panos Pictures / Department for International Development (UK) 34 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 3: Keuangan Komitmen pelaporan, 11% dari portofolio MDF kini mencakup dukungan bagi mata pencaharian dan pengembangan Sampai dengan 30 September 2009, Multi Donor Fund ekonomi. (MDF) telah menerima komitmen sejumlah AS$ 685 juta dari 15 donor sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1. Sekitar 73% dari dana yang dialokasikan bagi proyek- Tidak semua komitmen berbentuk Dolar Amerika Serikat proyek di dalam portofolio Multi Donor Fund telah dan sebagian dari komitmen tersebut belum diterima. masuk dalam Anggaran Nasional Pemerintah Indonesia Nilai komitmen total akan berbeda-beda tergantung nilai sehingga disalurkan melalui Anggaran Pendapatan dan tukar pada saat dana diberikan kepada MDF dan tanggal Belanja Negara (APBN). Dana yang tersisa disalurkan pelaporan MDF. Semua komitmen telah diformalisasikan melalui United Nations Development Programme, World melalui perjanjian kontribusi yang ditandatangani antara Food Programme, Organisasi Buruh Internasional, dan MDF dengan para donor. berbagai LSM seperti tampak pada Grafik 3.2. Dana yang Tersedia Sampai saat ini, MDF telah menerima AS$ 511 juta dari Tabel 3.1: Komitmen dan Kontribusi kepada Multi Donor total komitmen para donor. Proyeksi dana tunai dipantau Fund sampai dengan 30 September 2009 secara berkala untuk memastikan bahwa MDF memiliki dana Nilai Komitmen yang cukup untuk terus mendanai bagi kegiatan proyek. dan Perjanjian Dana yang Kontribusi Telah Diterima Sumber yang telah dalam AS$ Ditandatangani Juta dalam AS$ Juta Alokasi Pendanaan dan Komitmen Komisi Eropa* 272,11 174,01 Pemerintah Belanda 171,60 100,00 Sampai dengan 30 September 2009, MDF telah Pemerintah Inggris 68,50 68,50 mengalokasikan AS$ 601 juta ke 21 proyek di lima Pemerintah Kanada* 24,51 20,22 bidang: pemulihan masyarakat, infrastruktur dan Bank Dunia 25,00 25,00 transportasi, pembangunan kapasitas dan tata kelola, Pemerintah Swedia 20,72 20,72 dukungan terhadap pengelolaan pelestarian lingkungan, Pemerintah Norwegia 19,57 19,57 dan pengembangan ekonomi. Pemerintah Indonesia telah Pemerintah Denmark 18,03 18,03 berkomitmen memberikan AS$ 168 juta untuk bersama Pemerintah Jerman 13,93 13,93 mendanai empat proyek dalam portofolio MDF. Pemerintah Belgia 11,05 11,05 Pemerintah Finlandia 10,13 10,13 Sebagian besar dana (37%) yang dialokasikan oleh MDF Bank Pembangunan Asia 10,00 10,00 adalah untuk pemulihan masyarakat, seperti yang tampak Pemerintah Amerika Serikat 10,00 10,00 pada Grafik 3.1. Sektor infrastruktur dan transportasi Pemerintah Selandia Baru 8,80 8,80 menerima 30% dari dana yang dialokasikan, sedangkan Pemerintah Irlandia 1,20 1,20 proyek yang dilaksanakan pada sektor lingkungan, tata Kontribusi Total 685,15 511,17 kelola, dan mata pencaharian menerima 33% dana yang *Nilai tukar pada 30 September 2009; Sumber: Bank Dunia tersisa. Berdasarkan alokasi dan komitmen dalam periode 35 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 3: Keuangan Grafik 3.1: Alokasi Sektoral sampai dengan 30 September Grafik 3.2: Alokasi Dana per Badan Pelaksana sampai 2009 dengan 30 September 2009 Pengelolaan Pelestarian Pengembangan Ekonomi Pemulihan ILO WFP Kementerian Pembangunan Lingkungan dan Mata Pencaharian Masyarakat 2% 4% Daerah Tertinggal 9% 8% 37% 12% UNDP Badan Pertanahan Nasional 17% 5% luar anggaran LSM 4% dalam anggaran Departemen Membangun Kapasitas Departemen Pekerjaan dan Tata Kelola Infrastruktur dan Transportasi Dalam Negeri Umum 16% 30% 15% 41% Penyaluran Dana Grafik 3.3: Alokasi dan Komitmen Sektoral sampai dengan 30 September 2009 Sampai dengan September 2009, Multi Donor Fund telah Pengelolaan Pelestarian Pengembangan Ekonomi Pemulihan Lingkungan dan Mata Pencaharian Masyarakat menyalurkan AS$ 399 juta (sekitar 66% dari dana yang 9% 11% 36% dialokasikan) ke 21 proyek. Sekitar AS$ 269 juta telah disalurkan kepada Pemerintah Indonesia untuk mendanai kegiatan proyek APBN, sedangkan selebihnya dana disalurkan ke proyek-proyek di luar anggaran pemerintah. Tinjauan Kedepan Membangun Kapasitas dan Tata Kelola Infrastruktur dan Transportasi 15% 29% Sampai dengan 30 September 2009, total dana yang belum dialokasikan dalam anggaran Multi Donor Fund adalah sebesar AS$ 47 juta4 . Dana yang tersisa keterlambatan dalam penyaluran dana selama enam bulan diperkirakan akan dimanfaatkan untuk pendanaan terakhir sampai dengan September 2009. Anggaran melalui tambahan bagi proyek yang sedang dalam pelaksanaan. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) menimbulkan Dengan mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk tantangan bagi pelaksanaan dan kecepatan penyaluran persiapan proyek dan pelaksanaannya, dana yang masih dana proyek. Saat ini, semua pengaturan transisi telah tersisa ini perlu segera dialokasikan sehingga semua sisa selesai dan disepakati bersama, sehingga penyaluran dana dana dapat dimanfaatkan pada tahun 2012. bagi proyek diharapkan akan meningkat pada tahun depan seiring dengan dimulainya tahap pelaksanaan penuh bagi Penyaluran dana selama setahun terakhir (Oktober 2008 ­ 15 proyek. September 2009) lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. Penyaluran dana selama April sampai September 2009 lebih Telah dialokasikan dana senilai AS$ 10 juta setelah sedikit daripada selama periode Oktober 2008 sampai Maret 30 September 2009 bagi Proyek Akses Pedesaan dan 2009. Berakhirnya masa tugas BRR dan transisi pengaturan Pembangunan Kapasitas yang diselenggarakan ILO pelaksanaan proyek merupakan beberapa alasan terjadinya di Nias. Proyek Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian Nias senilai AS$ 10 juta saat ini masih dalam tahap persiapan dan diperkirakan akan disetujui pada 4 Perkiraan dana yang tersisa dapat berubah karena fluktuasi nilai tukar dan suku bunga. kuartal pertama 2010. 36 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 3: Keuangan Dukungan kepada Masyarakat untuk sangat berat untuk menguji keahlian dan komitmen mereka. Perlindungan Mata Pencaharian dan Dengan menjadikan penebang liar atau pemburu hewan liar sebagai pelestari lingkungan, program AFEP ini menghasilkan Lingkungan ­ Polisi Hutan (Jagawana) dan manfaat ganda bagi hutan. Patroli Unit Tanggap Masyarakat Konflik antara manusia dan fauna merupakan masalah yang banyak terjadi dan terus mengancam mata pencaharian Pendekatan terkoordinir merupakan kunci untuk mengurangi serta jiwa masyarakat peladang yang tinggal di pinggiran pembalakan liar dan ancaman terhadap ekosistem, yang pada hutan. AFEP bekerja sama dengan masyarakat di lokasi-lokasi akhirnya berdampak terhadap kesejahteraan manusia. Proyek tersebut untuk mengatasi masalah kerusakan kebun dan Hutan dan Lingkungan Hidup Aceh (AFEP) melaksanakan kematian hewan ternak akibat serangan gajah atau harimau. kegiatan di berbagai tingkatan untuk memantau dan Sebagai tanggapan atas permintaan masyarakat dan melindungi sumber daya ekosistem yang sangat vital di Aceh pemangku kepentingan pemerintah, proyek telah membentuk yaitu Taman Nasional Leuser dan Ekosistem Ulu Masen. Unit Tanggap Masyarakat (Community Response Units - CRU) Pada tingkat masyarakat, pendekatan program ini di Aceh Jaya dan Pidie. CRU menggunakan patroli gajah memberikan insentif positif seperti penciptaan lapangan kerja alternatif yang ramah lingkungan, maupun peningkatan penegakan hukum lingkungan hidup. Melalui AFEP, Fauna and Flora International (FFI) melatih mantan kombatan, penebang liar, dan pemburu hewan liar sebagai `Polisi Hutan (Jagawana) Masyarakat'. Para calon Jagawana, seperti yang tampak dalam foto, harus melalui orientasi 10 hari yang Unit Tanggap Masyarakat menggunakan patroli gajah untuk memantau hutan dan melindungi tanaman dan ternak dari serangan hewan liar. Foto: Abbie Trayler-Smith / Panos Pictures / Department for International Development (UK) (tampak pada gambar) untuk mengusir gajah liar kembali ke hutan dan juga melakukan patroli pemantauan hutan secara rutin. Melalui Unit Tanggap Masyarakat ini dan dengan dukungan dari Departeman Kehutanan, masyarakat dapat memantau dan melindungi hutan, dan pada saat yang sama, melindungi mata pencaharian mereka. Proyek Hutan dan Lingkungan Hidup Aceh merekrut dan melatih mantan kombatan, penebang liar, dan pemburu hewan liar sebagai Polisi Hutan (Jagawana) Masyarakat. Foto: Tim Proyek AFEP 37 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 4: Menatap ke Depan Bab 4 | Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional "Sejumlah proyek baru diharapkan dapat Dengan memperbaiki jembatan gantung yang tak dapat lagi dipergunakan, proyek RACB memperbaiki akses ke pasar dan layanan mendorong pengembangan ekonomi publik untuk daerah pedesaan terpencil di Nias. berkelanjutan di Aceh dan Nias." Foto: Sekretariat MDF 38 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 4: Menatap ke Depan Beberapa proyek MDF telah mendekati periode akhir dan Terdapat sekitar AS$ 47 juta masih belum dialokasikan. mencapai sasarannya selama lima tahun pelaksanaan MDF menghadapi sejumlah tantangan dalam program. Dengan memasuki tahun keenam kegiatan MDF mengalokasikan sisa dana MDF dan memfasilitasi dan pengalokasian akhir sisa dana, telah terjadi pergeseran penyaluran dana proyek APBN dengan tepat waktu. Dana komposisi dan fokus pada portofolio MDF karena berbagai harus segera dialokasikan dalam bulan-bulan mendatang proyek semakin mendekati tahap akhir dan penekanan supaya tersedia cukup waktu bagi pelaksanaan kegiatan kini lebih diberikan pada pembangunan kapasitas dan agar proyek dapat selesai sebelum Juni 2012, dan sebelum penguatan ekonomi. Sejumlah proyek MDF akan selesai MDF mengakhiri masa tugasnya pada Desember 2012. tahun depan, namun pada saat yang bersamaan akan dimulai pula gelombang proyek terakhir pendanaan MDF. Penggunaan dana yang tersisa akan difokuskan pada infrastruktur, dukungan kelembagaan, dan peningkatan BAPPENAS kini sebagai pelaku utama dalam upaya kapasitas dalam konteks tersebut. Pendekatan ini rekonstruksi telah mengambil alih peran utama koordinasi akan mengisi kekosongan program yang masih ada dan dari BRR. Sebelumnya, BRR memainkan peran koordinasi, meningkatkan keberlanjutan investasi yang telah dibuat. pengelolaan, dan pelaksanaan. Dengan BAPPENAS sebagai Diperkirakan dana yang tersisa akan dialokasikan terutama pimpinan, berbagai lembaga pemerintah kini mengambil bagi proyek MDF yang sedang berjalan. Dengan memberikan alih serangkaian tanggung jawab rekonstruksi dan dana tambahan secara strategis kepada proyek yang saat rehabilitasi yang sebelumnya dipegang oleh satu lembaga ini telah berhasil melaksanakan kegiatannya, maka jangka saja, yaitu BRR. Beralihnya peran dan tanggung jawab waktu dari alokasi dana sampai pelaksanaan kegiatan dapat rekonstruksi dari BRR kepada kementerian lembaga yang dipercepat. Dengan menggunakan struktur kelembagaan terkait, mengharuskan diikutinya prosedur pemerintahan dan jalur pendanaan yang telah ada, proyek akan memiliki reguler untuk administrasi dan pelaksanaan proyek. lebih banyak waktu untuk berfokus pada kegiatan Sebagai hasil dari pengaturan kelembagaan baru ini, MDF implementasi. MDF juga akan mendukung BAPPENAS telah menciptakan hubungan kerja baru dengan mitra dalam perannya mengkoordinasikan upaya rekonstruksi pemerintah yang lebih luas. yang tersisa, serta badan perencanaan daerah (BAPPEDA) provinsi Aceh dan Sumatera Utara dalam menjalankan peran mereka di daerah. Perubahan Portofolio Komposisi portofolio MDF mengalami perubahan setelah Dukungan bagi Keseluruhan Proses pelaksanaan selama lima tahun. Sebagian besar proyek Rekonstruksi MDF yang dimulai pada awal program sudah hampir selesai. Sampai dengan 30 September 2009, tiga proyek telah selesai Lembaga sementara yang dibentuk untuk membantu dan 14 proyek yang lain dijadwalkan akan selesai pada transisi BRR akan segera berakhir masa tugasnya pada tahun depan. Beberapa proyek telah mengisyaratkan akan akhir Desember 2009. MDF memberikan dukungan spesifik meminta perpanjangan masa penyelesaian untuk dapat kepada BKRA, BKRN, dan BKRAN berupa bantuan dalam mencapai tujuan proyek. Tiga proyek telah selesai dan satu pengembangan kebijakan dan pengelolaan pengalihan proyek masih dalam tahap persiapan. Sejak 30 September aset dari BRR. Ketiga lembaga transisi ini akan mengakhiri 2009, satu proyek telah mendapat alokasi pendanaan, masa tugasnya pada Desember 2009. MDF tetap akan sedangkan satu lagi masih dalam tahap persiapan. mendukung tahap berikutnya, yaitu transisi penuh ke 39 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 4: Menatap ke Depan Program Pemulihan Masyarakat: Pendekatan Berbasis Komunitas Memperbaiki Kehidupan dan Mata Pencaharian Hampir lima tahun setelah terjadinya tsunami, para penduduk Mesjid Gigieng di Kecamatan Simpang dekat pantai Pidie, Aceh, telah membangun kembali desa mereka dengan bantuan dari MDF. Dua program Pemulihan Masyarakat dari MDF, yaitu Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perumahan Masyarakat (REKOMPAK) dan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), telah menunjang proses berbasis masyarakat dengan membantu para penduduk membangun rumah dan infrastruktur masyarakat. Program REKOMPAK telah menyediakan perumahan melalui pendekatan berbasis masyarakat. Salah seorang penerima manfaat proyek perumahan, Wardiyati, mengatakan, "Rumah baru yang kami bangun dengan dana Rp 53 juta dari REKOMPAK telah membantu keluarga saya untuk dapat kembali ke desa kami dan memulai lembaran hidup baru. Setelah kami menempati rumah baru, saya dapat kembali Sepuluh MCK umum dibangun di Mesjid Gigieng, Kecamatan Simpang, Pidie, melalui proyek REKOMPAK dari MDF. Warga desa membuat emping melinjo di rumah sehingga kami mempunyai juga membangun 54 rumah baru dan merehabilitasi 23 rumah lainnya penghasilan lagi." Wardiyati dan para penerima manfaat yang dengan bantuan dari proyek. lain di Mesjid Gigieng telah menempati rumah permanen baru Foto: Christiani Tumelap mereka pada awal 2008. Program REKOMPAK membantu warga desa membangun desa pertama yang menyelesaikan program rekonstruksi kembali 54 rumah, memperbaiki 23 rumah yang lain, serta perumahan REKOMPAK hanya dalam waktu 10 bulan. merenovasi sistem drainase dan tempat mencuci umum. Menurut Wardiyati, "Kami bekerja dengan cepat dan berusaha Selama pelaksanaan proyek tahun lalu, para penerima supaya pekerjaan kami tetap sesuai dengan persyaratan manfaat bekerja keras membuat rencana dan melakukan proyek. Kami tidak boleh melakukan kesalahan atau terlambat sendiri pembangunannya, kenang M. Nur, yang saat itu memenuhi tenggat waktu karena kelompok penerima manfaat memimpin tim pengelola kegiatan (TPK) desa Mesjid Gigieng. perumahan yang lain akan dirugikan jika kami terlambat. Kami "Program REKOMPAK sangat unik karena kami, sebagai tidak ingin hal itu terjadi!" penerima manfaat, bekerja sebagai kelompok dan semua Sebagai penghargaan atau pencapaian mereka, MDF orang terlibat dalam prosesnya," katanya lagi. Ia yakin bahwa menyetujui proposal warga desa untuk pendanaan tambahan keberhasilan mereka adalah karena kerja keras dan saling senilai Rp 366 juta. Dana itu mereka gunakan untuk bekerja sama. membangun sepuluh sumur dalam dan sistem pipanisasi, Wardiyati, yang bertugas sebagai bendahara di kelompoknya, sehingga setiap sumur mampu melayani kebutuhan paling terkenang pada rapat pembahasan dan tugas pelaporan tidak 10 rumah. Gagasan untuk membangun sistem perairan administratif yang sangat menyita waktu, namun harus berasal dari para perempuan, kata Mauluddin, bendahara TPK mereka jalani. "Hasil yang kami peroleh sepadan dengan Mesjid Gigieng. Masyarakat juga merenovasi sistem drainase kerja keras kami," kata Wardiyati dengan bangga. Bahkan dan fasilitas sanitasi di desa mereka melalui hibah infrastruktur upaya mereka berhasil menjadikan Mesjid Gigieng sebagai yang diberikan di melalui program REKOMPAK. 40 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 4: Menatap ke Depan Selain bantuan dari REKOMPAK, mereka pun menerima bantuan dari MDF melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Karena PPK juga berfokus pada pembangunan infrastruktur, para penduduk desa berusaha memastikan supaya infrastruktur yang dibangun di bawah PPK tidak tumpang tindih dengan infrastruktur yang dibangun di bawah REKOMPAK, tutur Safridayani, salah seorang fasilitator desa yang bertugas membantu warga desa dalam pelaksanaan kedua program tersebut. "Penduduk desa yang menangani pelaksanaan REKOMPAK terus berhubungan dengan mereka yang menangani PPK dan saling berbagi informasi mengenai kemajuan masing- masing proyek sehingga tidak terjadi proposal ganda," jelas Safridayani. Dana PPK senilai Rp 500 juta digunakan untuk memperbaiki jalan Mesjid Gigieng dan hasilnya adalah jalan beton sepanjang 1,9 kilometer yang sangat berguna dalam menunjang hidup mereka tutur Safridayani. "Melalui upaya masyarakat untuk membangun jalan ini, kami kini dapat pergi ke pasar, sekolah, atau tempat kerja dengan Ibu Wardiyati dan Ibu Cut Halima memperlihatkan Buku Rencana aman, bahkan saat musim hujan. Para pengumpul emping Pemukiman Masyarakat yang dibuat sebagai bagian dari pendekatan pun dapat datang lebih sering untuk membeli emping dari berbasis masyarakat oleh proyek REKOMPAK dari MDF. para perempuan di sini," jelas sang fasilitator desa sambil Foto: Christiani Tumelap tersenyum puas. Ibu Wardiyati (kanan, memeluk putrinya), salah seorang penerima manfaat pemukiman dari REKOMPAK di desa Mesjid Gigieng, Pidie, dan para tetangganya dapat meneruskan mata pencaharian mereka dengan membuat emping melinjo setelah rumah baru mereka selesai dan mereka dapat kembali ke desa mereka. Foto: Christiani Tumelap 41 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Bab 4: Menatap ke Depan mekanisme pemerintahan reguler untuk mengelola aset sumber daya mereka dengan lebih baik, merencanakan rekonstruksi dan mengkoordinasikan upaya rekonstruksi pengembangan tata ruang dan pembangunan masyarakat yang tersisa. di masa depan, dan melakukan perencanaan terhadap tata ruang dan pembangunan komunitas serta persiapan dalam Kelancaran pelaksanaan proyek dalam sisa waktu menghadapi kemungkinan bencana di masa mendatang. program MDF merupakan persoalan yang sangat Pemerintah Aceh dan Nias kini juga lebih siap untuk penting. Prosedur anggaran pemerintahan reguler kini memelihara dan mengoperasikan investasi yang telah digunakan untuk menyalurkan dana pada berbagai proyek. dilakukan di kedua wilayah tersebut. Penundaan dalam pendaftaran dan persetujuan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) telah menyebabkan Sejumlah proyek baru diharapkan dapat mendorong tertundanya pelaksanaan proyek selama setahun terakhir. pengembangan ekonomi berkelanjutan di Aceh dan BAPPENAS bertugas mengkoordinasikan berbagai lembaga Nias. Seiring hampir berakhirnya upaya rekonstruksi, pemerintah yang kini berperan dalam pelaksanaan kegiatan kebutuhan untuk meningkatkan kesempatan ekonomi bagi rekonstruksi paska-BRR. MDF bekerja sama dengan penduduk Aceh dan Nias kini menjadi perhatian penting BAPPENAS, Departemen Keuangan, dan kementerian pemerintahan lokal. Pada tahun 2010, kegiatan Fasilitas lembaga terkait untuk memastikan dikeluarkannya DIPA Pendanaan Pengembangan Ekonomi (EDFF) akan dimulai dengan tepat waktu guna meningkatkan kemampuan proyek melaksanakan kegiatannya sesuai dengan jadwal. Tak Sekadar Membangun Kembali dengan Lebih Baik Manfaat dari selesainya berbagai investasi program MDF kini sudah tampak jelas dalam kehidupan sehari-hari para penerima manfaat. Investasi besar telah dilakukan baik dalam proyek fisik, maupun dalam bantuan teknis dan penguatan kapasitas. Dampak langsung dari infrastruktur dan investasi fisik lainnya terlihat jelas dengan membaiknya akses serta pergerakan manusia dan barang melalui jalan, jembatan, dan pelabuhan yang telah direhabilitasi dan direkonstruksi. Sementara itu, program penguatan kelembagaan dan tata kelola yang merupakan fokus inti portofolio MDF tidak terlalu terlihat nyata, namun hasilnya tetap terlihat dalam bentuk semakin besarnya tanggung jawab yang dipegang lembaga lokal dalam mengelola kegiatan dan aset rekonstruksi yang tersisa. Dukungan tata kelola dan pembangunan kapasitas lintas sektoral telah menyiapkan masyarakat lokal, organisasi masyarakat sipil, dan pemerintah untuk mengelola dan melindungi 42 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Bab 4: Menatap ke Depan pelaksanaannya di Aceh, dan sebuah proyek baru untuk Teknis dan rapat Komite Pengarah pada bulan November. pengembangan ekonomi dan mata pencaharian di Nias Sebagian rekomendasi MTR telah mulai dilaksanakan. diperkirakan akan disetujui. Kedua proyek ini beserta Sebuah rencana aksi akan dikembangkan oleh Sekretariat program lainnya dari alokasi dana MDF yang tersisa, MDF dan dikonsultasikan dengan pemangku kepentingan diharapkan dapat berkontribusi pada masa depan yang sebagai tanggapan atas rekomendasi utama MTR. lebih pasti dan berkelanjutan di Aceh dan Nias. Kualitas Portofolio Tindak lanjut atas rekomendasi Kajian Paruh Waktu (MTR) MDF yang dilaksanakan pihak independen akan menjadi prioritas pada tahun mendatang. MTR menyimpulkan bahwa MDF telah memberikan hasil yang diinginkan. Berbagai temuan dan rekomendasi utama telah disampaikan dan dibicarakan dalam rapat Kelompok Kajian Berbagai proyek MDF bertujuan untuk memperkuat kapasitas perencanaan di tingkat lokal. Tampak dalam foto adalah perencanaan mukim dengan bantuan proyek AFEP di Aceh Jaya. Foto: Mohammad Haikal Seiring dengan pelaksanaan portofolio MDF pada tahapan penuh dan selesainya sejumlah proyek, berbagai pembelajaran penting mulai muncul. MDF berada dalam posisi penting untuk dapat mengidentifikasikan pelajaran utama dari pengalaman paska tsunami dan gempa bumi di Aceh dan Nias. Pelajaran tersebut dapat berkontribusi bagi pemulihan dan rekonstruksi yang lebih efisien dan efektif dalam persiapan tanggap bencana di masa depan baik di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya. Kesempatan untuk mereplikasi dan membangun pendekatan yang berhasil seperti yang dipakai MDF dalam rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh dan Nias, akan sangat berharga untuk menghadapi persiapan tanggap bencana yang efektif, baik sebagai strategi jangka pendek maupun jangka panjang. Selain membangun sekolah, MDF juga mendukung kegiatan pendidikan melalui berbagai proyek, termasuk pengembangan kurikulum perihal kesadaran lingkungan (AFEP) dan pengurangan risiko bencana (DRR-A); pelatihan guru dan murid perihal kesadaran lingkungan dan pengelolaan limbah (AFEP dan TRWMP); serta pelatihan guru dan pengembangan kapasitas untuk memperbaiki pengelolaan sekolah melalui P2DTK. Di Nias, program perbaikan sekolah dari PNPM-R2PN tak hanya membangun sekolah dan melengkapinya dengan perabotan, peralatan, dan buku-buku, namun juga memberikan materi dan pelatihan bagi guru dan murid mengenai kekayaan warisan budaya Nias. Foto-foto: Rajyasri Gayatri 43 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran: Portofolio Proyek Lampiran | Portofolio Proyek "Bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Aceh, Proyek Semua siswa sekolah usia 6-17 akan menerima pendidikan lingkungan melalui proyek lingkungan yang didukung AFEP, yang rencananya Hutan dan Lingkungan Hidup Aceh (AFEP) telah akan merupakan bagian dari kurikulum pendidikan formal di Provinsi mengembangkan, dan kini sedang mengadakan, Aceh. Pendekatan ini ditujukan untuk menanamkan etos lingkungan percontohan perangkat dan kurikulum pendidikan bagi generasi masa depan rakyat Aceh. lingkungan bermutu tinggi dan inovatif untuk Foto: Tim Proyek AFEP dipergunakan pada SMA-SMA di seluruh Aceh." 44 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran: Portofolio Proyek Dana yang No. Proyek Dialokasikan dalam AS$ juta Pemulihan Masyarakat: 1 Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perumahan Masyarakat (REKOMPAK) 85,00 2 Program Pengembangan Kecamatan (PPK) 64,70 3 Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan ( P2KP) 17,96 4 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN) 25,75 5 Proyek Rekonstruksi Sistem Administrasi Pertanahan Aceh (RALAS) 28,50 Pemulihan Infrastruktur yang lebih Besar dan Transportasi: 6 Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh (BAFMP) 6,50 7 Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) 42,00 8 Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF) 100,00 9 Proyek Pemeliharaan Jalan Lamno-Calang 1,46 10 Program Angkutan Laut dan Logistik (SDLP) 25,03 11 Program Rekonstruksi Pelabuhan (TRPRP) 3,78 Memperkuat Tata Kelola dan Membangun Kapasitas: 12 Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan (CBLR3) 11,80 13 Proyek Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) 25,60 14 Program Penguatan Organisasi Masyarakat Sipil di Aceh dan Nias (CSO) 6,00 15 (Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas Nias)* (RACBP) (10,00)* Mempertahankan Kelestarian Lingkungan: 16 Proyek Hutan dan Lingkungan Aceh (AFEP) 17,53 17 Program Pengelolaan Limbah Tsunami (TRWMP) 39,40 Memperkuat Proses Pemulihan: 18 Program Bantuan Teknis untuk BRR dan BAPPENAS (TA to BRR & BAPPENAS) 22,48 19 Pengurangan Risiko Bencana Aceh (DRR-A) 9,87 20 Program Transformasi Pemerintah Aceh (AGTP) 13,98 21 Program Transisi Kepulauan Nias (NITP) 3,89 Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian: 22 Fasilitas Pendanaan Pengembangan Ekonomi (EDFF) 50,00 Total Alokasi untuk Proyek 601,23** * Proyek ini mulai dilaksanakan setelah 30 September 2009 ** Tidak termasuk Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas Nias (AS$ 10 juta) yang mulai dilaksanakan setelah 30 September 2009. 45 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Pemulihan Masyarakat 1. Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Pemukiman Berbasis Komunitas (REKOMPAK) Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Pemukiman Berbasis Komunitas memberikan hibah kepada 130 desa untuk membangun dan memperbaiki kembali rumah, serta merehabilitasi infrastruktur pemukiman melalui pendekatan berbasis komunitas. Nilai Hibah AS$ 85,00 juta Periode Pelaksanaan November 2005 ­ Februari 2010 Badan Mitra Bank Dunia Badan Pelaksana Departemen Pekerjaan Umum Telah Disalurkan AS$ 84,97 juta Proyek ini mendukung masyarakat desa untuk bersama-sama memetakan dan mengkaji kerusakan pada komunitas mereka, serta mengidentifikasi kebutuhan pembangunan untuk penerima manfaat perumahan. Proyek ini mengisi kekurangan perumahan di 130 desa dan merupakan satu-satunya proyek yang memberikan dukungan bagi rehabilitasi rumah yang rusak. Para penerima bantuan akan membangun kembali 8.004 rumah baru dan memperbaiki 6.999 rumah rusak di 130 desa. Proyek juga memberikan hibah untuk membangun kembali infrastruktur pemukiman masyarakat. REKOMPAK tak hanya membangun dan merehabilitasi rumah, namun juga membantu perencanaan masyarakat dan infrastruktur pendukung seperti jalan, drainase, air bersih dan sanitasi. Pencapaian sampai saat ini Foto: Sekretariat MDF Pendekatan berbasis komunitas yang digunakan proyek ini terbukti efektif untuk membangun kembali rumah dalam jangka waktu terbatas dan menimbulkan rasa kepemilikan yang kuat dari para Tantangan penerima manfaat. Secara rata-rata, lebih dari 99% rumah yang Tertundanya pengeluaran DIPA bagi program infrastruktur lokal telah menjadi target telah dibangun atau direhabilitasi. Tingkat hunian menimbulkan hambatan pelaksanaan dalam periode pelaporan ini. rumah yang telah direhabilitasi mencapai 100%, sedangkan tingkat Tingkat hunian rumah baru, meskipun belum mencapai tingkat yang hunian rumah baru telah mengalami peningkatan selama setahun diinginkan, sudah lebih dari 90%. terakhir dan kini mencapai 91%. 126 desa yang menjadi target telah menyelesaikan Rencana Pemukiman Masyarakat (Community Kemajuan sampai 30 September 2009 Target Pencapaian Settlement Plan - CSP) dan telah menerima dana tahap pertama. Rumah yang direkonstruksi 8.004 Tahap dana kedua telah disalurkan kepada 120 desa (95%) dan 5 desa Selesai 7.922 di antaranya yang menunjukkan kinerja sangat baik juga menerima Dalam proses rekonstruksi 82 tambahan dana penghargaan atas prestasinya. Proyek ini juga telah Rumah yang direhabilitasi 6.999 memperkuat kapasitas masyarakat lokal dan ekonomi lokal melalui Selesai 6.999 berbagai pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan usaha dan Dalam proses rehabilitasi n/a teknis. Selain itu, proyek juga merangsang ekonomi lokal melalui Rencana Pemukiman Masyarakat 126 126 Pekerjaan jangka pendek yang tercipta (hari penciptaan lapangan kerja dan memberi dukungan bagi usaha lokal. 7.800.535 kerja) 46 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran | Pemulihan Masyarakat 2. Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Pengembangan Kecamatan (PPK) memberikan hibah secara pembangunan kapasitas kepada lebih dari 6.000 masyarakat di Aceh langsung kepada desa untuk rekonstruksi berbasis masyarakat. Hibah ini bertujuan memperbaiki infrastruktur masyarakat di lebih dari 3.000 dan Nias, serta memberikan hibah yang didanai MDF kepada sekitar desa di seluruh Aceh dan Nias. 3.000 desa. Nilai Hibah AS$ 64,70 juta Periode Pelaksanaan November 2005 ­ Desember 2009 Tantangan Badan Mitra Bank Dunia Keberlanjutan investasi harus diperkuat melalui operasi dan Badan Pelaksana Departemen Dalam Negeri pemeliharaan. Dengan selesainya program hibah yang didanai MDF, Telah Disalurkan AS$ 64,70 juta perlu dipastikan kelancaran transisi ke program PNPM Mandiri yang didanai APBN, yang kini mencakup semua desa di provinsi tersebut dengan nilai dana lebih dari Rp 150 juta/desa untuk kelanjutan Melalui PPK, masyarakat menentukan prioritasnya terkait infrastruktur investasi. tersier, sekaligus juga kebutuhan dukungan ekonomi dan sosial. Dana akan dialokasikan sesuai dengan prioritas tersebut. Total dana hibah Hasil sampai 30 September 2009 Target Awal Pencapaian senilai AS$ 64,7 juta telah disalurkan ke berbagai kecamatan di wilayah Jalan yang diperbaiki/dibangun (km) 2.412 2.424 Jembatan yang diperbaiki/dibangun yang terkena dampak tsunami. Sebuah proses yang demokratis dalam 1.007 936 (unit) menentukan desa mana yang menerima dana dan berapa jumlah yang Irigasi dan drainase (km) 931 1.297 disalurkan bagi proyek terpilih. PPK memiliki mekanisme pengendalian Proyek air bersih (unit) 598 845 berlapis yang solid untuk mencegah korupsi selama perencanaan dan Tempat penampungan air (unit) 118 178 pelaksanaan proyek desa. Unit sanitasi 939 826 Pasar di tingkat desa 21 26 Pencapaian sampai saat ini Bangunan sekolah 289 304 Pengalaman memperlihatkan bahwa program pemulihan berbasis Pos/klinik kesehatan 33 12 masyarakat seringkali memberikan hasil lebih cepat daripada Nilai beasiswa AS$ 380.604 AS$ 337.143 model top-down dan juga lebih mungkin menghasilkan solusi yang Jumlah penerima 6.052 6.074 berkelanjutan. Masyarakat yang terlibat dalam rancangan proyek Jumlah untuk pinjaman AS$ 379.000 AS$ 1.487.642 mempunyai kebanggaan dan rasa memiliki yang sangat besar terhadap Jumlah penerima 4.045 7.001 program. Pemerintah telah menyadari keunggulan program berbasis Jumlah usaha/kelompok 350 682 masyarakat sebagai mekanisme yang cepat dan fleksibel. Orang yang dipekerjakan melalui tidak ada 575.352 sub-proyek Sebagian besar pendanaan MDF yang disalurkan melalui PPK (lebih Hari kerja yang dihasilkan tidak ada 5.053.529 dari 90%) telah digunakan untuk pengembangan infrastruktur. Dana Dana bantuan darurat (AS$) AS$ 4.528.898 AS$ 4.512.960 juga telah digunakan untuk mendorong perekonomian lokal melalui kredit mikro, pengadaan material dari pemasok lokal, dan perekrutan masyarakat lokal untuk melakukan kegiatan pembangunan. Selain itu, proyek juga telah memperkuat kapasitas masyarakat lokal dengan penekanan pada kesetaraan gender. Proyek telah memperoleh masa perpanjangan satu tahun dan akan mengakhiri operasinya pada 31 Desember 2009. Secara keseluruhan, proyek telah memberikan dukungan bagi perencanaan, pelatihan, dan 47 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Pemulihan Masyarakat 3. Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) memberikan Pencapaian sampai saat ini hibah langsung kepada 273 desa untuk merehabilitasi dan membangun infrastruktur masyarakat di wilayah perkotaan di Aceh. Secara umum, kegiatan proyek telah selesai dan sebagian besar tujuannya telah terpenuhi. Dari keseluruhan hibah, 99% telah dilaksanakan. Proyek telah menghabiskan sekitar 94% dari dana yang dialokasikan dan menjangkau seluruh rumah tangga yang Nilai Hibah AS$ 17,96 juta terkena bencana pada wilayah yang ditargetkan. Proyek menerapkan Periode Pelaksanaan November 2005 ­ Desember 2009 mekanisme perencanaan dan pelaksanaan untuk memastikan Badan Mitra Bank Dunia kebutuhan perempuan terwakili. Badan Pelaksana Departemen Pekerjaan Umum Telah Disalurkan AS$ 17,90 juta Pencapaian dalam pelaksanaan hibah di banyak wilayah telah melampaui target awal. Hasil pendahuluan dari program Keikutsertaan masyarakat adalah inti dari kegiatan P2KP. Proyek ini pemberdayaan perempuan (P4-NAD) cukup memuaskan. Perempuan menggunakan pendekatan perencanaan partisipatif yang bersifat yang mengikuti program ini telah mengalami peningkatan kapasitas bottom-up sehingga masyarakat yang menentukan kebutuhan utama yang cukup berarti untuk mengarahkan kegiatan, membuat proposal bagi rekonstruksi dan pemulihan kegiatan ekonomi masyarakat dan laporan pertanggungjawaban, serta mengelola hubungan dengan di lingkungan perkotaan. Komite lingkungan yang terpilih secara pemangku kepentingan lainnya. demokratis dan para sukarelawan mengadakan pengkajian kerusakan, menyusun rencana pengembangan komunitas, dan memprioritaskan Tantangan kegiatan yang akan didanai melalui proyek ini. Pemberdayaan yang Semua aset akan diserahkan kepada pemerintah lokal pada dirasakan masyarakat dalam proses ini merupakan kunci keberhasilan akhir program, yaitu tanggal 31 Desember 2009. Memastikan proyek ini. operasionalisasi dan pemeliharaan asset (O&M) tetap berlangsung merupakan tantangan bagi proyek ini. Karena itu, proyek telah membuat modul pelatihan O&M dengan prosedur operasi standar untuk meningkatkan kesadaran fasilitator dan masyarakat mengenai O&M. Hasil sampai 30 September 2009 Pencapaian Jalan yang diperbaiki/direkonstruksi (km) 231 Rekonstruksi jembatan (meter) 1.382 Drainase (km) 176 Proyek air bersih (unit) 4.905 Unit sanitasi 405 Bangunan sekolah 158 Siswa yang menerima beasiswa 3.430 Nilai beasiswa (AS$) 74.04 Pos/klinik kesehatan 29 Fasilitas pembuangan limbah 806 Hari kerja yang dihasilkan 1.124.126 Dana bantuan sosial (AS$) 1.218.374 Proyek P2KP memberdayakan perempuan agar berpartisipasi dalam proses Pembangunan balai desa 120 perencanaan dan pembuatan keputusan masyarakat. Foto: Tim Proyek UPP 48 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran | Pemulihan Masyarakat 4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ­ Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN) Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN) Kemajuan sampai 30 September 2009 Target Pencapaian memberikan hibah untuk rekonstruksi 5.000 rumah, 100 sekolah, 100 Cakupan Proyek kantor pemerintah desa, dan infrastruktur publik lainnya di Nias. Jumlah Kabupaten 2 2 Jumlah Kecamatan 9 9 Jumlah Desa/Kelurahan 123 123 Nilai Hibah AS$ 25,75 juta Rumah 5.000 2.592 sudah selesai Periode Pelaksanaan Februari 2007 ­ Desember 2009 1.517 dalam pembangunan Badan Mitra Bank Dunia Sekolah 100 1 sudah selesai Badan Pelaksana Departemen Dalam Negeri melalui BRR 82 dalam pembangunan Telah Disalurkan AS$ 10,15 juta Bangunan kantor desa 44* 4 sudah selesai 24 dalam pembangunan Infrastruktur dasar pedesaan PNPM-R2PN berkontribusi terhadap pemulihan wilayah Nias yang 149* 7 sudah selesai (proyek) hancur dengan mendukung perencanaan dan pengelolaan rekonstruksi 102 dalam pembangunan masyarakat di tingkat lokal, termasuk pembangunan kembali infrastruktur produktif dan layanan sosial. Proyek ini meneruskan * Revisi dari target awal 100. proses perencanaan partisipatif dari PPK dan berupaya memperkuat perencanaan sektoral pemerintahan kabupaten. Pencapaian sampai saat ini Proyek ini telah menyelesaikan proses seleksi berbasis masyarakat untuk menentukan penerima manfaat rumah, sekolah, dan kantor pemerintahan lokal, serta telah memulai pembangunan rumah di sembilan kecamatan di Nias dan Nias Selatan. Meskipun pembangunan rumah, sekolah, kantor desa, dan infrastruktur terus menemui kendala, terutama karena lokasi proyek yang terpencil, secara umum pembangunan rumah telah mengalami kemajuan berarti dan pekerjaan pembangunan sekolah, kantor, dan infrastruktur masih terus berlangsung. Program warisan budaya merupakan bagian dari program sekolah dengan memberikan lebih banyak pengetahuan mengenai warisan budaya Nias kepada guru, murid, dan masyarakat umum. Tantangan Rekonstruksi di Nias sulit dilakukan karena banyaknya area terpencil, kurangnya jumlah kayu legal, infrastruktur pulau yang umumnya kurang baik, persoalan kemiskinan, dan kurangnya fasilitator lapangan. Hambatan administrasi keuangan menunda penyaluran porsi MDF dari anggaran dan pelaksanaannya pun semakin tertunda karena kekurangan staf dan material bangunan pada saat awal proyek. Sebuah proyek infrastruktur masyarakat dengan pembiayaan PNPM ­ R2PN sedang dibangun di Nias. Foto: Sekretariat MDF 49 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Pemulihan Masyarakat 5. Proyek Rekonstruksi Sistem Administrasi Pertanahan Aceh (RALAS) Proyek RALAS membantu pemerintah merekonstruksi hak paling akhir bulan Mei 2009 sebagai bahan pertimbangan Badan Mitra kepemilikan tanah, mengembangkan sistem pengelolaan pencatatan tanah terkomputerisasi, dan mereproduksi peta teknik (cadastral) dalam pemberian perpanjangan ini. Berbagai syarat tersebut tidak Aceh paska tsunami. hanya mencakup target pemberian sertifikat, tetapi juga termasuk persoalan tata kelola, penyelesaian Rencana Kerja Tahunan 2008 Nilai Hibah AS$ 28,50 juta dengan memuaskan, dan kinerja pelaksanaan yang memuaskan pada Periode Pelaksanaan Agustus 2005 ­ Juni 2009 saat dilakukannya misi kajian bulan Mei. Pada saat dilakukannya Badan Mitra Bank Dunia kajian bulan Mei, belum ada sertifikat yang diberikan oleh program, Badan Pelaksana Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Badan Mitra mendapati bahwa kinerja pelaksanaan secara Telah Disalurkan AS$ 14,81 juta keseluruhan tidak memuaskan. Badan Mitra mengakhiri proyek sesuai jadwal pada 30 Juni 2009. Proyek ini menjawab kekhawatiran publik mengenai perlindungan hak milik dan memberikan pelatihan bagi fasilitator lokal (termasuk Hasil sampai 30 September 2009 Target Awal Pencapaian Jumlah total sertifikat tanah yang perwakilan dari masyarakat sipil) mengenai ajudikasi berbasis diberikan (paling lambat Desember 600.000 222.628 masyarakat. Untuk mendukung pekerjaan rekonstruksi, RALAS 2008) membantu Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam ajudikasi dan Jumlah total sertifikat tanah yang 600.000 238.758 tercatat dalam buku catatan pertanahan pemberian sertifikat tanah kepada pemilik tanah yang terkena bencana. Jumlah total bidang tanah yang Selain itu, proyek juga membiayai pengembangan kelembagaan 600.000 272.912 diumumkan kepada masyarakat melalui rekonstruksi kantor BPN dan memperkuat kapasitas kantor Jumlah total bidang tanah yang telah 600.000 275.945 pertanahan BPN melalui otomatisasi dan komputerisasi pencatatan. disurvei secara resmi Jumlah total pemetaan tanah 600.000 317.170 masyarakat yang telah selesai* Pencapaian sampai saat ini Badan Mitra telah menyetujui perpanjangan proyek sampai 30 Juni * Data ini merupakan perkiraan. Meskipun data mengenai bidang tanah yang telah diajudikasi dan peta tanah masyarakat yang telah dihasilkan jumlahnya hampir sama, hal ini tidak berarti bahwa 2009 untuk memfasilitasi penyelesaian proyek dan proyek telah semua bidang tanah yang telah dibuatkan peta tanah masyarakat telah disertifikasi. ditutup sesuai jadwal pada 30 Juni 2009. Secara keseluruhan, proyek tidak memberikan kontribusi terlalu besar bagi pemulihan hak tanah dan pembangunan kembali sistem administrasi pertanahan di provinsi Aceh. Lemahnya manajemen, terutama dalam hal pengawasan dan penetapan arah, pengadaan, perencanaan program, dan pemantauan serta evaluasi, menyebabkan keterlambatan yang mempengaruhi keseluruhan kemajuan pelaksanaan. Sampai dengan proyek ini berakhir, 222.628 sertifikat tanah telah diberikan kepada pemilik tanah. Di antara sertifikat tersebut 63.181 di antaranya diterbitkan atas nama perempuan atau merupakan kepemilikan bersama dengan perempuan sebagai salah satu pemiliknya. Secara keseluruhan, BPN telah mensurvei 275.945 bidang tanah dan mencatat 272.912 bidang tanah. Tantangan Pemerintah meminta perpanjangan penutupan program sampai Desember 2011 dan telah menyetujui syarat yang harus dipenuhi Sebelum ditutup, RALAS telah mendistribusikan lebih dari 220.000 sertifikat tanah kepada para penerima manfaat di Aceh, banyak di antaranya merupakan perempuan. Tingkat kepuasan di antara penerima manfaat cukup tinggi. Foto: Tim Proyek RALAS 50 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran | Pemulihan Infrastruktur yang lebih Besar dan Transportasi 6. Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh (BAFMP) Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh akan melindungi area pusat bisnis di ibukota provinsi Aceh, Banda Aceh, dari bahaya banjir. Nilai Hibah AS$ 6,50 juta Periode Pelaksanaan Mei 2006 ­ Desember 2009 Badan Mitra Bank Dunia Badan Pelaksana Muslim Aid Telah Disalurkan AS$ 5,48 juta Banjir akibat air pasang dan hujan merupakan masalah rutin di Banda Aceh. Ketika terjadi tsunami, pintu air dan stasiun pompa yang mengurangi dampak banjir ikut hancur sehingga banjir akibat air pasang sering terjadi di area kota yang lebih rendah, dan membuat aset publik dan swasta yang baru dibangun rawan kerusakan. Proyek ini berkoordinasi dengan rencana keseluruhan rekonstruksi drainase dan pencegahan banjir kota Banda Aceh. Proyek telah memasang beberapa katup banjir karet dan memperbaiki sistem pompa dan drainase pada Zona Drainase 2. Sampah masyarakat sedang dikumpulkan di Banda Aceh, yang merupakan bagian dari kegiatan komponen mata pencaharian Proyek Pencegahan Banjir. Kendaraan bermotor pengumpul sampah dan tong sampah disediakan melalui proyek. Pencapaian sampai saat ini Foto: Sekretariat MDF Kegiatan yang dilaksanakan oleh Proyek Pencegahan Banjir Banda Aceh sebagian besar telah selesai dan akan selesai seluruhnya sebelum akhir 2009. Tantangan Proyek telah mengambil sejumlah langkah penting dalam mengatasi Pada awal 2006, proyek telah memasang 11 katup banjir untuk permasalahan diawal pelaksanaan. Untuk mendorong keberlanjutan mencegah banjir akibat air pasang dengan membuangnya keluar investasi yang telah dibuat, maka sedang dilaksanakan program pada sebagian besar area yang rawan banjir di Banda Aceh. Hal ini pelatihan bagi para operator peralatan. Perawatan dan operasi sistem dapat mengurangi frekuensi banjir akibat hujan dan air pasang, serta pencegahan banjir juga menjadi bagian terpadu dari sesi pelatihan meningkatkan kepuasan masyarakat. Pembangunan tiga stasiun tersebut. Proyek bekerja sama dengan Program Manajemen Limbah pompa telah selesai. Pemasangan semua katup banjir juga telah Tsunami (TRWMP) yang juga didanai oleh MDF untuk mendorong selesai dan pekerjaan drainase yang tersisa diperkirakan akan selesai keberlanjutan pengelolaan limbah yang tepat di area tersebut. pada akhir 2009. Kemajuan sampai 30 September 2009 Sasaran Pencapaian Pengurangan banjir melalui katup Kegiatan percontohan pengelolaan sampah telah dimulai di beberapa 11 11 banjir desa. Kegiatan tersebut termasuk mengumpulkan dan membuang Sistem drainase yang telah sampah rumah tangga ke titik pengambilan sampah. Proses ini direkonstruksi menggunakan kendaraan bermotor roda 3 untuk mengumpulkan Stasiun pompa 3 stasiun Selesai sampah. Sementara itu, masyarakat yang berpartisipasi mengikuti Semua katup Katup banjir (Zona 2) Selesai banjir Zona 2 studi banding bersama pemerintah lokal untuk mempelajari kegiatan Diperkirakan pengelolaan sampah masyarakat, pembuatan kompos, dan daur Drainase (rekonstruksi/rehabilitasi) 4,4 km/12,3 km selesai 2009 ulang. 51 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Pemulihan Infrastruktur yang lebih Besar dan Transportasi 7. Program Dukungan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) Proyek Dukungan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) memberikan Pencapaian sampai saat ini perencanaan strategis, merancang infrastruktur fisik, dan menunjang pelaksanaan infrastruktur sehingga memungkinkan rekonstruksi Kelima tim konsultan IREP telah bertugas sejak Mei 2007. IREP telah infrastruktur yang terkoordinasi di Aceh dan Nias. menyiapkan semua proyek yang dilaksanakan oleh IRFF. Selain itu, konsultan IREP juga memberikan masukan teknis yang berkaitan dengan rancangan dan pelaksanaan proyek infrastruktur kepada Nilai Hibah AS$ 42,00 juta pemerintah provinsi dan kabupaten. Periode Pelaksanaan September 2006 ­ Juni 2010 Badan Mitra Bank Dunia Tim konsultan IREP masih terus memberikan dukungan bagi program Badan Pelaksana Departemen Pekerjaan Umum IRFF. Konsultan manajemen bertanggung jawab secara keseluruhan Telah Disalurkan AS$ 20,21 juta untuk memastikan mutu, serta memantau dan mengevaluasi pekerjaan. Sebuah perusahaan konsultan independen telah ditunjuk IREP memberikan bantuan teknis pada dua tingkatan: paska-BRR, untuk mengawasi manajemen keuangan proyek. Kemajuan kedua sebuah tim Likuidasi dan Unit Pengawasan Manajemen Proyek telah tim ini sangat tergantung pada kemajuan tiga tim konsultan yang lain dibentuk untuk membantu koordinasi kegiatan infrastruktur yang untuk memberikan bantuan teknis infrastruktur. sedang berlangsung di Aceh dan Nias. Tim teknis merancang dan mengkaji infrastruktur pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten, Tantangan serta memberikan dukungan pelaksanaan, sementara IRFF dan Pembangunan kapasitas yang menitikberatkan pada keberlanjutan berbagai sumber lain mendanai pembangunan fisik. Proyek ini proyek-proyek IRFF yang telah dilaksanakan merupakan kunci dalam bertujuan memperkuat kapasitas pemerintah untuk mengembangkan kegiatan konsultan IREP. daerahnya melalui perencanaan strategis, perancangan, pelaksanaan dan pengawasan proyek, serta operasi dan pemeliharaan. IREP juga memastikan kesinambungan investasi melalui dukungan yang terus- menerus kepada berbagai tingkat pemerintah. Konsultan dan Tim Proyek Misi Pengawasan berdiskusi tentang rincian pembangunan dan memeriksa pekerjaan bersama kontraktor pada proyek drainase Lhokseumawe. Foto: Sekretariat MDF 52 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran | Pemulihan Infrastruktur yang lebih Besar dan Transportasi 8. Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF) Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur (IRFF) menyediakan Pencapaian sampai saat ini dana bagi proyek infrastruktur utama yang telah diidentifikasi melalui Program Dukungan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP). IRFF memanfaatkan rencana investasi lokal dan strategi IREP untuk mengidentifikasi berbagai proyek yang dapat dilaksanakan. Pengkajian dampak lingkungan dan rencana pengelolaannya Nilai Hibah AS$ 100,00 juta dilakukan untuk memastikan adanya perlindungan bagi lingkungan. Periode Pelaksanaan Marer 2007 ­ Juni 2010 Semua pengkajian lingkungan yang dibutuhkan telah selesai. Proyek Badan Mitra Bank Dunia telah memperlihatkan kemajuan pesat dalam setahun terakhir dengan Badan Pelaksana Departemen Pekerjaan Umum selesainya sebagian besar sub-proyek, sedangkan proyek yang tersisa Telah Disalurkan AS$ 42,47 juta semuanya dalam tahap pembangunan. Portofolio telah mencapai kemajuan fisik 76,8% sampai dengan September 2009. Dari 53 sub- Melalui IRFF, BRR memperoleh fleksibilitas untuk mendanai program proyek, 41 telah selesai, dan 12 proyek sisanya berada dalam berbagai infrastruktur sehingga proyek mendapat pendanaan begitu proyeknya tahapan pelaksanaan. siap untuk dilaksanakan. Kebutuhan infrastruktur pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten dilakukan pengidentifikasian melalui Tantangan kerangka kerja Program Dukungan Rekonstruksi Infrastruktur (IREP) Para kontraktor menghadapi banyaknya tantangan alam dalam dan selanjutnya didanai oleh IRFF. Baik IRFF maupun IREP sangat pembangunan proyek di Aceh dan Nias, termasuk kondisi yang sulit menekankan pembangunan kapasitas bagi pemerintahan lokal dan di area pegunungan, hujan dan banjir, serta tanah longsor. Kapasitas provinsi, dan kedua proyek tersebut mendukung strategi transisi BRR kontraktor juga sering menjadi kendala dan menyebabkan penundaan untuk melibatkan pemerintah lokal setahap demi setahap sehingga pelaksanaan proyek dan dalam beberapa kasus terjadi penghentian akhirnya mampu menerima tanggung jawab pengambilan keputusan pengerjaan proyek. Hal ini perlu mendapat perhatian untuk dan pelaksanaan. memastikan bahwa investasi besar yang telah dibuat dalam proyek IRFF dapat berkelanjutan melampaui periode pelaksanaan proyek. Jumlah Kontrak/ Hasil sampai 30 September 2009 Nilai Proyek Proyek Telah selesai: 41 AS$ 91,9 juta Jalan nasional 5 (155,1 km) AS$ 20,06 juta Jalan provinsi 4 (63,9 km) AS$ 17,41 juta Jalan kabupaten 20 (68,9 km) AS$ 18,65 juta Sistem air 9 AS$ 15,37 juta Pelabuhan 3 AS$ 20,41 juta Dalam pembangunan: 12 AS$ 111,1 juta Jalan nasional 2 (81,4 km) AS$12,80 juta Jalan provinsi 5 (252,7 km) AS$ 27,15 juta Jalan kabupaten 2 (84,4 km) AS$ 40,09 juta Sistem air 2 AS$ 16,20 juta Pelabuhan 1 AS$ 14,89 juta Tidak ada Tidak ada Dalam tahap penawaran: proyek proyek Pekerjaan pembangunan proyek drainase Lhokseumawe. Foto: Sekretariat MDF 53 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Pemulihan Infrastruktur yang lebih Besar dan Transportasi 9. Proyek Pemeliharaan Jalan Lamno-Calang Proyek Pemeliharaan Jalan Lamno-Calang, yang memelihara jalan sepanjang 103 km dari Lamno ke Calang, mulai dilaksanakan sejak November 2006 sampai dengan Desember 2007. Tujuan proyek ini adalah untuk memastikan kelancaran akses jalan darat masyarakat yang terkena dampak tsunami di pantai barat Aceh guna memfasilitasi proses rekonstruksi dan pemulihan, serta mendorong pemulihan sosial dan ekonomi. Nilai Hibah AS$ 1,46 juta Periode Pelaksanaan Desember 2006 ­ Desember 2007 Badan Mitra United Nations Development Programme Badan Pelaksana United Nations Development Programme Telah Disalurkan AS$ 1,46 juta Pada tahun 2006, jalan yang menghubungkan Lamno dan Calang berada dalam kondisi kritis. Truk dengan kelebihan muatan dan kurangnya pemeliharaan jalan sering kali membuat jalan tidak dapat dilewati, terutama saat musim hujan. Proyek ini memberikan layanan pemeliharaan selama empat belas bulan yang sangat dibutuhkan sehingga jalan dapat dilalui. Pencapaian sampai saat ini Proyek telah selesai pada 31 Desember 2007 dan laporan penyelesaian telah diserahkan. Proyek ini sangat penting karena dana, keahlian, dan peralatan yang dimiliki pemerintah tidak cukup untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan darurat dalam jangka waktu terbatas pada saat dibutuhkan. Jalan Lamno-Calang adalah jalur transportasi utama untuk pengangkutan barang ke pantai barat. Proyek ini dipandang sebagai keberhasilan besar dan meskipun nilainya relatif kecil, merupakan investasi penting dalam proses rekonstruksi dan pemulihan. Hasil pada saat penyelesaian Desember 2007 Jalan yang dikeraskan (km) 52 Penggalian selokan (km) 132 Dek jembatan yang diperbaiki (unit) 21 Jembatan Bailey yang dipasang (unit) 4 Pekerjaan jangka pendek yang tercipta (hari kerja) 3.000 Peta yang memperlihatkan panjang jalan yang dirawat oleh Proyek Pemeliharaan Jalan Lamno-Calang. Sumber: Seri Buku BRR, 2009 54 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran | Pemulihan Infrastruktur yang lebih Besar dan Transportasi 10. Proyek Logistik dan Angkutan Laut (SDLP) Proyek ini memenuhi kebutuhan penting selama rekonstruksi dengan mendukung transportasi barang-barang yang dibutuhkan untuk rekonstruksi dan muatan lainnya ke daerah yang terkena bencana, termasuk area terpencil di Nias dan Simeulue. Dalam setahun terakhir, proyek ini lebih berfokus pada penguatan kapasitas melalui program pelatihan menyeluruh serta dukungan logistik. Nilai Hibah AS$ 25,03 juta Periode Pelaksanaan Februari 2006 ­ Februari 2010 Badan Mitra World Food Programme Badan Pelaksana World Food Programme Telah Disalurkan AS$ 25,03 juta Sebagai bagian dari kegiatan pengurusan muatan yang ditangani SDLP, digunakan alat berat untuk memindahkan kontainer di pelabuhan. Sasaran utama proyek ini, pada tahun 2005 sampai kuartal pertama Foto: Peter Holtsberg 2007 adalah mengkoordinasikan transportasi dan pengapalan barang-barang yang dibutuhkan untuk upaya rekonstruksi. SDLP juga memberikan layanan penuh untuk pengiriman barang-barang Pelatihan diselenggarakan melalui Universitas Syiah Kuala dengan kebutuhan rekonstruksi. Setelah kegiatan pengiriman barang tujuan memasukkan modul pelatihan tersebut sebagai bagian kini beralih ke sektor komersial, proyek kemudian berfokus untuk pendidikan Magister Bisnis serta pada Badan Kepegawaian Pendidikan memberikan dukungan logistik dan pelatihan bagi para petugas dan Pelatihan (BKPP). pelabuhan. Proyek ini menawarkan dukungan logistik dan layanan konsultasi kepada sektor swasta dan organisasi kemanusiaan yang Tantangan beroperasi di Aceh dan Nias. Saat ini, SDLP berfokus pada pemberian Program pelatihan yang kini hampir selesai berusaha untuk memastikan dukungan dan pelatihan logistik bagi staf utama pada berbagai perawatan yang sesuai dan memadai atas sarana pelabuhan, serta pelabuhan untuk memastikan agar operasional pelabuhan dapat keamanan operasional pelabuhan dan peralatan berat pada saat aset- berjalan dengan efektif. aset tersebut dialihkan kepada institusi pihak yang berwenang. Pencapaian sampai saat ini Layanan Manfaat utama yang dihasilkan proyek ini adalah transportasi barang Pengapalan Layanan Logistik Kemajuan sampai 30 September 2009 ke daerah terpencil di lokasi yang terkena bencana, termasuk di (sampai Maret (mulai 2007) 2007) beberapa lokasi kepulauan Nias dan Simeulue. Secara keseluruhan, Jumlah lembaga yang memakai proyek telah mengangkut 98.185 metrik ton atau 256.006 meter kubik layanan pengapalan 25 pemakai 25 pemakai Lembaga Palang Merah Internasional 51% 0,29% barang bantuan dan rekonstruksi sejak dimulainya proyek pada tahun BRR 0% 0,14% 2006 sampai Maret 2007. Lembaga PBB 24% 0,14% LSM/lembaga rekonstruksi lain 18% 1,14% Pemerintah 0,2% 0% Proyek kini berfokus pada program pelatihan untuk membangun Sektor swasta 0,1% 96,90% keahlian yang dibutuhkan demi meneruskan pekerjaan yang telah Lain-lain 6,7% 1,49% dilakukan sampai sekarang. Modul pelatihan fungsi administrasi dan Material rekonstruksi yang dikirim 98.185 metrik tidak ada penunjang pelabuhan telah dikembangkan berdasarkan kurikulum (sampai Des 2006, metrik ton) ton Pergerakan barang komersial yang Sejak Oktober 1.172.930 internasional dan sesi pelatihan dimulai sejak 16 Desember 2008. terpantau 2006 metrik ton Komponen program ini melengkapi rekonstruksi pelabuhan di Aceh Sesi Pelatihan Manajemen Pelabuhan tidak ada 92 dan Nias yang dilakukan oleh proyek Multi Donor Fund lainnya. yang diselenggarakan 55 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Pemulihan Infrastruktur yang lebih Besar dan Transportasi 11. Program Rekonstruksi Pelabuhan (TRPRP) Proyek ini melakukan rancangan fisik dan dukungan teknis rekonstruksi Pencapaian sampai saat ini sejumlah pelabuhan laut utama dan satu pelabuhan sungai di Aceh dan Nias. Proyek ini telah melakukan pengkajian, studi, dan perancangan ulang terhadap pelabuhan laut di Calang, Meulaboh, Sinabang dan sebuah Nilai Hibah AAS$ 3,78 juta pelabuhan sungai di Lamno. Di Gunung Sitoli, proyek mengkaji Periode Pelaksanaan Maret 2006 ­ Desember 2007 rancangan yang telah dibuat sebelumnya supaya pekerjaan tersebut Badan Mitra United Nations Development Programme dapat ditenderkan. Dermaga sementara di Calang dan Sinabang Badan Pelaksana United Nations Development Programme telah selesai sehingga memungkinkan kapal untuk berlabuh dan Telah Disalurkan AS$ 3,78 juta menyimpan muatan. Semua pekerjaan untuk proyek ini telah selesai pada Desember 2007. Proyek ini berfokus pada upaya rekonstruksi dengan menyiapkan rancangan rinci, pengkajian dampak lingkungan, dan studi kelayakan Hasil pada saat Penyelesaian Sasaran Desember 2007 ekonomi bagi rekonstruksi pelabuhan di pantai barat dan utara Pelabuhan yang dirancang ulang 5 5 Aceh. Proyek juga meningkatkan fungsi beberapa pelabuhan melalui Fungsi pelabuhan yang ditingkatkan pekerjaan rehabilitasi kecil dan pembangunan dermaga sementara. Area darat 2 2 Semua kegiatan telah dikoordinasikan dengan BRR, Dinas Perhubungan Provinsi, Kabupaten, dan Kota, serta Dirjen Perhubungan Laut, dan Dermaga sementara 1* 2 melengkapi pekerjaan yang dilakukan di pelabuhan lainnya di Aceh. * Lingkup pekerjaan telah dikurangi (tidak ada pekerjaan di Balohan) karena pemerintah lokal telah Kegiatan dilakukan berdasarkan konsultasi dengan masyarakat mengambil alih pekerjaan ini. dan perwakilan nelayan lokal, serta pemangku kepentingan terkait lainnya. Banyak pelabuhan yang rusak parah atau hancur akibat tsunami dan gempa bumi sehingga menyulitkan pengiriman barang dan perbekalan untuk pembangunan di daerah yang terkena bencana. Tampak kapal pendarat dari WFPSS (World Food Program Shipping Service) sedang melakukan pengiriman ke Lafakha, Simeulue. Foto: Syariful A. Lubis 56 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran | Memperkuat Tata Kelola dan Membangun Kapasitas 12. Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan (CBLR3) Proyek ini membangun kapasitas pemerintah dan kontraktor Pencapaian sampai saat ini lokal untuk merekonstruksi dan memelihara jalan dengan metode sederhana. Proyek ini merehabilitasi jalan-jalan di lima kabupaten Proyek ini telah menghasilkan kemajuan berarti dalam meningkatkan di Aceh dan Nias dengan menggunakan sumber daya lokal untuk kapasitas Dinas Pekerjaan Umum dan kontraktor lokal skala kecil. menciptakan peluang kerja jangka pendek dan jangka panjang. Metode Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal dan meningkatkan Nilai Hibah AS$ 11,80 juta kapasitas pemerintah serta kontraktor lokal untuk merehabilitasi Periode Pelaksanaan Maret 2006 ­ Desember 2009 dan memelihara jalan pedesaan. Proyek juga memelihara jalan yang Badan Mitra United Nations Development Programme didanai oleh Dinas Pekerjaan Umum dan BRR yang berada dalam Badan Pelaksana Organisasi Buruh Internasional jaringan jalan yang sama di Nias dan Nias Selatan. Telah Disalurkan AS$ 11,80 juta Kegiatan pelatihan sambil bekerja terus berlangsung dan program Proyek ini melatih pemerintah lokal untuk mengelola dengan efektif pelatihan formal telah diselenggarakan tahun ini bersama fasilitator rekonstruksi dan pemeliharaan jalan tingkat kabupaten,dan melatih teknis dan sosial program PNPM dalam hal perencanaan, pengelolaan, kontraktor kecil untuk membangun jalan dengan metode hemat dan pelaksanaan pemeliharaan jalan di tingkat masyarakat. biaya berbasis sumber daya lokal. Dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal dan mengunakan teknologi jalan serta metode kerja yang Selain mendorong kesetaraan gender dalam kontrak dan perjanjian tepat, kontraktor akan dapat bersaing untuk pembangunan jalan dan kerja, proyek ini juga berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif pekerjaan pemeliharaan selama proses pemulihan dan seterusnya. bagi keikutsertaan perempuan. Tantangan Karena ini adalah proyek pembangunan kapasitas, dampak penuh dari kegiatan proyek baru akan tampak jelas dalam jangka waktu yang lebih panjang daripada masa pelaksanaan proyek. Hasil pada tingkat kebijakan dapat dicapai secara bertahap, sementara keberlanjutan membutuhkan jangka waktu proyek yang lebih panjang. Namun demikian, proyek ini disambut dengan antusias baik oleh pemerintah dan kontraktor lokal. Hasil sampai 30 September 2009 Sasaran Pencapaian Total jalan dibangun kembali/dipelihara 98 (km) Selesai (km) 83,6 Dalam pembangunan (km) 19,9 Pengawas jalan masyarakat yang telah 50 25 dilatih Pekerjaan jangka pendek yang tercipta 300.000 (hari) 240.764 - % perempuan (Aceh) 28,2% - % perempuan (Nias) 34,6% Proyek Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal Pedesaan di Aceh dan Nias menggunakan kontraktor dan sumber daya lokal untuk membangun dan memelihara jalan. Foto: Tim Proyek ILO 57 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Memperkuat Tata Kelola dan Membangun Kapasitas 13. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) bertujuan memperkuat kapasitas pemerintah kabupaten untuk memasukkan perencanaan dan analisis kebutuhan (dari desa, kecamatan, dan antar kecamatan) ke dalam perencanaan dan anggaran kabupaten. P2DTK mengaitkan proses perencanaan kecamatan partisipatif dari PNPM Mandiri Pedesaan dengan pengambilan keputusan di pemerintah kabupaten dan memberikan hibah untuk meningkatkan layanan publik, serta pemulihan infrastruktur dasar. Nilai Hibah AS$ 25,60 juta Periode Pelaksanaan Februari 2007 ­ Juni 2010 Badan Mitra Bank Dunia Kementerian Negara Pembangunan Daerah Badan Pelaksana Tertinggal Telah Disalurkan AS$ 9,24 juta Proyek ini memberikan hibah kepada kabupaten di Aceh dan Nias P2DTK bekerja sama dengan masyarakat untuk menentukan dan memenuhi prioritas kebutuhan pembangunan, termasuk puskesmas yang tampak dalam untuk mendanai proyek yang teridentifikasi bagi kecamatan melalui foto ini. mekanisme PPK/PNPM. P2DTK bertujuan memperkuat kapasitas Foto: Sekretariat MDF pemerintah kabupaten dan mendorong pengembangan ekonomi melalui investasi infrastruktur. pelatihan tersebut telah diterapkan untuk memperbaiki prosedur keuangan dan persiapan laporan pada proyek. Pencapaian sampai saat ini Secara umum, hibah dari P2DTK melengkapi sumber daya yang Tantangan ada di pemerintah lokal untuk kesehatan dan pendidikan, serta Tertundanya pengeluaran DIPA telah menghambat penyaluran dana menghubungkan kebutuhan masyarakat dengan prioritas pemerintah sehingga berakibat pada pelaksanaan proyek di lapangan. Bank lokal. Kabupaten melaporkan adanya perbaikan kesehatan ibu dan Dunia terus bekerja sama dengan pihak terkait untuk meminimalkan anak di sejumlah lokasi-lokasi program P2DTK. Proyek infrastruktur keterlambatan penerbitan DIPA di masa depan. membangun akses air bersih, pasar, kesehatan, pendidikan, dan komunitas lain, serta meningkatkan mata pencaharian banyak orang. Proses partisipatif yang disertai bantuan teknis dapat membantu pembangunan kapasitas masyarakat, pemerintah lokal, dan konsultan. Selain itu, beberapa pemerintah lokal telah menerapkan peraturan untuk memasukkan mekanisme perencanaan partisipatif P2DTK ke dalam proses perencanaan rutin mereka. Pengawasan rutin selama periode pelaporan ini mengindikasikan bahwa telah terjadi kemajuan berarti dalam penyaluran dana. Staf pengelola dana di lapangan menerima pelatihan selama setahun terakhir untuk memperkuat kemampuan akuntansi, pelaporan, dokumentasi, dan pengendalian internal yang berkaitan dengan perencanaan hibah. Pengetahuan dan keahlian yang diperoleh dari 58 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran | Memperkuat Tata Kelola dan Membangun Kapasitas 14. Dukungan untuk Penguatan Peran dan Kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil dalam Proses Pemulihan Aceh dan Nias (CSO) Proyek ini membangun kapasitas organisasi LSM dan organisasi kegiatan rekonstruksi maupun pengembangan masyarakat. Melalui berbasis komunitas di Aceh dan Nias. Hibah kecil memungkinkan LSM dan organisasi berbasis komunitas untuk berperan aktif dalam hibah tersebut, proyek dapat mendukung sejumlah inisiatif, misalnya kegiatan rekonstruksi. pembangunan kembali layanan sosial dasar dan kegiatan penciptaan mata pencaharian. Pencapaian sampai saat ini Nilai Hibah AS $ 6,00 juta Pendirian pusat informasi masyarakat sipil (satu di Aceh dan satu di Periode Pelaksanaan Februari 2007 ­ Juni 2010 Nias) telah memungkinkan organisasi masyarakat sipil dan masyarakat Badan Mitra United Nations Development Programme untuk menyampaikan kebutuhan individu dan kelembagaannya secara Badan Pelaksana United Nations Development Programme lebih efektif. Selain itu masyarakat kini mempunyai forum formal untuk Telah Disalurkan AS$ 6,00 juta menyampaikan kebutuhan bantuan. Dana hibah yang diberikan telah membuahkan sejumlah fasilitas sosial yang memberikan manfaat Pusat Informasi Masyarakat Sipil (CSRC) di Aceh dan Nias berfungsi bagi seluruh desa, termasuk posyandu di Nias dan Aceh, serta sumur sebagai pusat berbagai kegiatan, tukar pikiran, pelatihan, dan umum di Nias. Dana hibah juga telah memfasilitasi peningkatan dialog dengan pemerintah lokal dan masyarakat sipil. Organisasi pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan ekonomi seperti Masyarakat Sipil (CSO) ikut serta dalam pelatihan dan kompetisi untuk peternakan kambing, produksi kerajinan lokal dari pengolahan limbah memperoleh dana hibah yang dapat digunakan untuk memantau kayu, dan kebun cabe di Aceh, serta kebun coklat dan peternakan babi di Nias. Sejumlah inisiatif kegiatan perempuan telah didukung oleh proyek CSO, termasuk koperasi penjahit di Aceh. Para perempuan penerima manfaar menceritakan betapa kepercayaan diri mereka telah meningkat karena mampu memperoleh pendapatan tambahan dari kegiatan mereka dan karena mereka dapat melakukan kegiatan yang berguna dan produktif bersama kelompok mereka. Tantangan Masih terdapat sejumlah tantangan untuk mendorong keberlanjutan pusat-pusat informasi masayarakat sipil tersebut dalam membina hubungan dekat dengan organisasi masyarakat sipil. Keberlanjutan dukungan pendanaan setelah berakhirnya program masih menjadi kekhawatiran dan program sedang mencari cara untuk menghasilkan dana agar pusat-pusat informasi tersebut dapat terus beroperasi. Hasil sampai 30 September 2009 Pencapaian Jumlah hibah kecil yang diberikan/nilai 141/AS $ 2.677.463 hibah Penerima manfaat hibah mata 33.398 (14.764 perempuan) pencaharian Staf CSRC yang telah dilatih (training 83 (25 perempuan) of trainers) Staf organisasi masyarakat sipil yang 1.100 (324 perempuan) telah dilatih Hibah kecil kepada kelompok perempuan memungkinkan banyak perempuan untuk melanjutkan kegiatan yang menciptakan penghasilan. Foto: Sekretariat MDF 59 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Memperkuat Tata Kelola dan Membangun Kapasitas 15. Proyek Akses Pedesaan dan Pembangunan Kapasitas Kepulauan Nias (RACBP) Proyek ini berfokus pada peningkatan jaringan transportasi desa pada kawasan ekonomi tertentu melalui rehabilitasi, rekonstruksi, dan pemeliharaan jaringan jalan utama dengan pendekatan hemat biaya dan tahan lama. Nilai Hibah AS$ 10,00 juta Periode Pelaksanaan Oktober 2009 ­ Juni 2012 Badan Mitra Organisasi Buruh Internasional Badan Pelaksana Organisasi Buruh Internasional Telah Disalurkan Belum ada penyaluran Proyek RACBP bertujuan meningkatkan dan memelihara akses jalan pedesaan yang strategis untuk pengembangan layanan, fasilitas sosial dan ekonomi bagi masyarakat dalam kawasan tertentu. Sub-komponen warisan budaya pada proyek ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan rasa memiliki masyarakat terhadap warisan dan budaya, termasuk memfasilitasi partisipasi publik yang berkelanjutan atas aset warisan budaya Kepulauan Nias yang unik, termasuk melestarikan teknik konstruksi tradisional. Proyek ini memaksimalkan manfaat ekonomi bagi kawasan ekonomi tertentu melalui peningkatan akses jalan pedesaaan strategis yang tahan lama serta penerapan pendekatan sumber daya lokal dalam merancang dan melaksanakan pekerjaan pembangunan dan pemeliharaan jalan tersebut. Pembangunan kapasitas dan pemagangan adalah komponen utama proyek RACBP. Pencapaian sampai saat ini Proyek disetujui oleh Komite Pengarah MDF pada September 2009, sedangkan Perjanjian Kerjasama (Fiscal Agency Agreement) antara Badan Mitra dan MDF ditandatangani pada bulan Oktober 2009. Proyek ini masih dalam tahap permulaan dan akan memulai pelaksanaan. Tantangan Proyek ini akan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten yang baru dibentuk sehingga diperlukan penguatan kapasitas. Dalam rancangan RACBP, diasumsikan adanya dukungan dan kerja sama yang terus-menerus dari Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten, dan masyarakat umum. Bencana alam mungkin dapat menimbulkan kendala pelaksanaan proyek dan dapat menggangu akses ke lokasi pembangunan atau merusak pekerjaan pembangunan. ILO akan bekerja sama dengan masyarakat lokal di Nias untuk membangun dan memelihara jalan masyarakat seperti jalan yang tampak dalam proyek ILO di Aceh ini. Foto: Tim Proyek ILO 60 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran | Mempertahankan Kelestarian Lingkungan 16. Proyek Hutan dan Lingkungan Aceh (AFEP) Proyek Hutan dan Lingkungan Hidup Aceh (AFEP) membantu melindungi ekosistem hutan Aceh di Leuser dan Ulu Masen terhadap pembalakan liar. Perlindungan bagi area seluas 3,3 juta hektar ini tak hanya dapat menjaga pasokan air bagi kira-kira 60% populasi Aceh, tetapi juga dapat mempertahankan sumber keanekaragaman hayati terkaya yang masih tersisa di Asia Tenggara. Nilai Hibah AS$ 17,53 juta Periode Pelaksanaan Februari 2006 ­ Juni 2010 Badan Mitra Bank Dunia Yayasan Leuser Internasional (YLI); Fauna and Badan Pelaksana Flora International (FFI) Telah Disalurkan AS$ 12,19 juta Proyek Hutan dan Lingkungan Hidup Aceh mendukung pembibitan masyarakat untuk membantu pengembangan mata pencaharian berkelanjutan sebagai alternatif terhadap pembalakan liar. Proyek Hutan dan Lingkungan Hidup Aceh (AFEP) dilaksanakan di Foto: Chik Rini wilayah ekosistem Ulu Masen dan Leuser untuk melindungi sumber daya lingkungan yang sangat penting. Proyek ini bertujuan mengurangi Proyek juga telah mengembangkan sebuah kurikulum dan materi dampak negatif rekonstruksi terhadap hutan Aceh, mengarusutamakan mengenai kesadaran lingkungan bagi sekolah, guru terlatih, dan perhatian terhadap lingkungan dalam proses perencanaan Aceh mendirikan klub lingkungan bagi murid yang kini beranggotakan lebih secara keseluruhan, dan membangun kapasitas serta kelembagaan dari 6.100 orang di seluruh Aceh. Di tingkat masyarakat, proyek telah berkelanjutan bagi perlindungan hutan. Perlindungan didasarkan membantu proses perencanaan tata ruang tingkat desa dan mukim, pada kerangka kerja tata kelola yang melibatkan berbagai pemangku serta memprakarsai pembibitan masyarakat demi meningkatkan kepentingan, pemantauan hutan, dan pengelolaan hutan yang mata pencaharian berbasis tanaman keras yang berkelanjutan. berkelanjutan. Proyek ini membangun kapasitas lembaga pengelola hutan dan taman nasional pemerintah, serta memperkuat kesadaran Pada November 2009, proyek menyelesaikan analisis data pemantauan dan kapasitas masyarakat untuk memantau dan melindungi sumber hutan yang memperlihatkan perubahan luas hutan Aceh sejak 2006. daya hutan. Selain itu, proyek ini pun melindungi dan meningkatkan Data ini digunakan untuk mendukung Pemerintah Aceh dalam mata pencaharian masyarakat di wilayah hutan dengan mengurangi laporannya mengenai status hutan Aceh. Survei mengenai hewan konflik antara manusia dan fauna, serta mendukung kegiatan besar juga telah selesai tahun 2009. pengembangan mata pencaharian yang sesuai. Tantangan Pencapaian sampai saat ini Proyek ini beroperasi dalam konteks yang dinamis dan kompleks, Proyek masih terus meningkatkan skala kegiatan intinya yang dengan berbagai pihak yang terus menyumbang terhadap masalah mencakup pemantauan dan pelaporan pembalakan liar, pelatihan dan degradasi hutan dan pembalakan liar, sebuah kondisi yang juga pembekalan polisi hutan (jagawana), mengurangi konflik manusia- dialami provinsi lain yang kaya hutan di Indonesia. Hutan Aceh fauna, dan memperkuat kemitraan dengan Dinas Kehutanan, menjadi fokus perhatian dunia karena keanekaragaman hayatinya dan Lembaga Konservasi, polisi, LSM lokal, serta masyarakat yang simpanan karbonnya. Proyek akan terus menjalin kemitraan strategis tinggal di wilayah hutan. Melalui upaya AFEP serta mitra lainnya, pada semua tingkatan dalam konteks yang sedang berubah ini untuk sebuah jaringan pengelolaan hutan yang padu telah mulai terbentuk dapat mengoptimalkan dampak programnya. Yang menjadi tantangan di Aceh. Pengembangan kegiatan bersama dengan polisi, inisiatif utama adalah melanjutkan kegiatan proyek untuk mendukung upaya Aceh Green dan TIPERESKA, Dinas Kehutanan, serta mitra lainnya, pemerintah dalam pengelolaan hutan setelah 2010. AFEP telah telah membuahkan hasil positif. Secara khusus, laporan pemantauan meminta dana tambahan untuk melanjutkan pekerjaannya sampai lapangan terhadap pembalakan liar yang dilakukan AFEP sudah 2012 dengan konsentrasi pada penguatan kapasitas kelembagaan berhasil dilanjutkan menjadi tindakan nyata di lapangan oleh pelaku untuk melindungi dan mengelola sumber daya hutan Aceh secara lainnya. berkelanjutan di masa depan. 61 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Mempertahankan Kelestarian Lingkungan 17. Program Manajemen Limbah Tsunami (TRWMP) Program Manajemen Limbah Tsunami ini bertujuan untuk membangun tempat pembuangan sementara telah ditingkatkan atau direhabilitasi kapasitas pemerintah lokal untuk membersihkan, mendaur ulang, dan membuang sampah tsunami; melaksanakan sistem pengelolaan dengan pembangunan lebih dari 26 hektar sel sampah. Sampai saat ini, limbah berkelanjutan yang bermanfaat bagi lingkungan melalui lebih dari 288.155 meter kubik sampah perkotaan telah dikumpulkan. pengumpulan, pengambilan, daur ulang, dan pembuangan limbah yang Kira-kira 30% dari sampah ini telah didaur ulang dan sisanya telah aman; serta memasukkan unsur pemulihan biaya dengan mendorong dibuang dengan benar. mata pencaharian yang berhubungan dengan pengelolaan limbah. Nilai Hibah AS$ 39,40 juta Tantangan Periode Pelaksanaan Desember 2005 ­ Desember 2010 Memastikan keberlanjutan operasi dan pemeliharaan sistem Badan Mitra United Nations Development Programme pengumpulan sampah padat masih menjadi tantangan utama. Hal Badan Pelaksana United Nations Development Programme ini diperparah oleh kenyataan bahwa pengambil keputusan tingkat Telah Disalurkan AS$ 24,41 juta kabupaten belum memberikan anggaran yang memadai bagi operasi dan pengelolaan kegiatan manajemen limbah tahun 2009. Proyek pemulihan TRWMP pada tahap awal berfokus pada Hasil sampai 30 September 2009 Sasaran Pencapaian pengumpulan sampah tsunami dan pembersihan lahan, pengelolaan Sampah akibat tsunami yang telah sampah padat perkotaan, dan penciptaan mata pencaharian yang 1.000.000 1.132.863 dibersihkan (meter kubik) berkelanjutan dari pengelolaan sampah. Ketiga langkah tersebut Sampah kota yang telah dikumpulkan 300.000 288.155 merupakan kondisi awal yang sangat penting bagi pemulihan bencana. (meter kubik) Program inisiatif perintis ini menyoroti sektor yang sejauh ini belum Jumlah dan luas tempat pembuangan 10 (24 10 (26 hektar) sementara (sel sampah dalam hektar) hektar) mendapatkan perhatian memadai di Indonesia. Lahan pertanian yang telah dibersihkan 3.000 891 dan dipulihkan (hektar) Pencapaian sampai saat ini Penerima manfaat yang dipekerjakan sementara dalam pengelolaan limbah 800 536 (148) Tahap pertama proyek ini dimulai dengan dana AS$ 14,4 juta untuk (jumlah perempuan) membiayai kegiatan pemulihan bencana, termasuk penciptaan Jumlah usaha kecil dengan mata lapangan kerja segera, memulai kembali layanan penting, pencaharian yang berkelanjutan yang tidak ada 140 tercipta di sektor Pengelolaan Limbah membersihkan puing, dengan mengumpulkan bahan yang dapat Rumah tangga yang membayar untuk digunakan kembali dalam proses rehabilitasi dan pemulihan, serta pengumpulan sampah rumah tangga tidak ada 9% melanjutkan kembali pengumpulan sampah kota di delapan kabupaten atau komunitas (persentase per kabupaten) di Aceh dan Nias. Program ini juga bertujuan untuk mengurangi potensi risiko yang berkaitan dengan lingkungan dan kesehatan. Dalam tahap kedua (yang dimulai September 2007), program ini bertujuan melindungi investasi sebelumnya melalui tambahan dana AS$ 9,98 juta yang diperpanjang sampai akhir 2009 dengan cakupan yang diperluas mencapai 13 kabupaten. Tahap ketiga senilai AS$ 15 juta merupakan lanjutan proyek sampai akhir 2010 yang memungkinkan pembangunan tiga tempat pembuangan akhir prioritas bersamaan dengan pekerjaan rehabilitasi penting di daerah lainnya. Program akan tetap relevan, berjalan baik dan memenuhi tujuannya. Pada saat ini, 1.377 rumah tangga sudah dapat menanami kembali lahan pertanian yang telah dibersihkan dari sampah tsunami.Sepuluh Pengambilan sampel air di Sabang untuk menguji tingkat polusi. Pengujian dilakukan secara rutin untuk memantau pengaruh pembuangan limbah secara benar di wilayah yang tempat pembuangannya sedang direhabilitasi atau dibangun. Foto: Tim Proyek TRWMP 62 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran | Memperkuat Proses Pemulihan 18. Bantuan Teknis kepada BRR dan BAPPENAS Proyek Bantuan Teknis kepada BRR untuk mendukung BRR proyek ini telah mengawasi dan memfasilitasi dimulainya pelaksanaan agar mampu melaksanakan mandatnya untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, dan mengkoordinasi proses pemulihan bantuan teknis yang disyaratkan BKRAN/Komite Pengarah. Proyek yang efisien, melalui bantuan teknis. Proyek ini juga memberikan ini masih melanjutkan kegiatan yang dimulai di bawah Proyek TA dukungan penting selama periode transisi setelah berakhirnya masa to BRR dan mendukung pengembangan RENAKSI (rencana aksi). tugas BRR yang telah dijadwalkan pada April 2009. Sebuah tim beranggotakan 13 asisten teknis akan berkontribusi untuk Nilai Hibah AS$ 22,48 juta menuntaskan mandat Komite Pengarah BKRAN pada Desember Periode Pelaksanaan Juli 2005 ­ Desember 2009 2009. Secara khusus, para asisten teknis ini akan memberikan bantuan Badan Mitra United Nations Development Programme teknis untuk mengelola sumber daya nasional dan internasional, serta Badan Pelaksana BRR sampai April 2009, kini Bappenas merencanakan dan memantau kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi Telah Disalurkan AS$ 22,48 juta di wilayah yang terkena bencana. Pada akhir Mei 2009, proyek ini diperpanjang dari 1 Juni 2009 menjadi Proyek juga telah mengadakan 15 kali sesi pelatihan SIMBADA di 31 Desember 2009 dan berganti nama menjadi TA to BRR & BAPPENAS Provinsi Aceh serta di 25 kabupaten di Aceh dan Nias. Pelatihan ini (secara internal BAPPENAS menyebutnya TA to R2C3). Pengubahan ditujukan untuk memperkuat kapasitas pemerintah lokal dalam nama menjadi TA to BRR & BAPPENAS akan mengakhiri mandat BRR mengoperasikan dan memelihara sistem SIMBADA. Saat ini aplikasi dan memfasilitasi transisi ke peran koordinasi BAPPENAS sebagai SIMBADA sedang dalam tahapan implementasi. Dukungan proyek pemimpin BKRAN, salah satu lembaga yang didirikan berdasarkan AMDAL kepada BAPPEDA masih terus berlanjut dan pengkajian Keputusan Presiden No. 3/2009 untuk melanjutkan pekerjaan BRR. terhadap AMDAL diperkirakan akan dilakukan pada bulan-bulan mendatang. Dukungan kepada Pusat KNOW pun masih terus Pencapaian sampai saat ini berjalan. Dukungan atas proyek ini telah berkontribusi bagi peningkatan kapasitas BAPPENAS dalam mengembangkan kebijakan dan Tantangan program, memantau, serta menyelesaikan kegiatan rehabilitasi dan TA to BRR and BAPPENAS akan ditutup pada 31 Desember 2009. Proyek rekonstruksi setelah berakhirnya masa tugas BRR. Sampai saat ini, ini bekerja sama dengan BAPPENAS untuk mengembangkan cakupan kegiatan bantuan teknis guna memastikan kelanjutan dukungan bagi BAPPENAS dalam peran koordinasinya. Tugas lainnya selama periode yang relatif pendek ini termasuk: (i) mengawal tahap transisi dari BRR ke pemerintah lokal yang bersangkutan untuk memastikan kelancaran pengalihan tanggung jawab, dan (ii) mengembangkan Rekomendasi Kerangka Kerja Kebijakan mengenai Pengembangan Percepatan bagi Aceh dan Nias Paska-Rekonstruksi. Periode pelaksanaan yang pendek tentunya membutuhkan rencana yang butuh pemikiran cermat dan dapat dijalankan dengan baik. Dengan pendanaan dari MDF melalui program Bantuan Teknis kepada BRR dan BAPPENAS, BRR mempublikasikan seri buku yang mendokumentasikan pembelajaran dari rekonstruksi. Foto: Sekretariat MDF 63 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Memperkuat Proses Pemulihan 19. Pengurangan Risiko Bencana Aceh (DRR-A) DRR-A dirancang untuk mendorong pengurangan risiko bencana Tantangan menjadi bagian normal dari proses pembangunan dalam fungsi pokok pemerintah lokal Aceh serta mitra swasta dan masyarakat, terutama Informasi mengenai pengurangan risiko bencana masih sulit diperoleh pada masyarakat lokal Aceh dimana tindakan langsung dan efektif dan belum ada pusat basis data yang mengumpulkan informasi dan dapat diambil untuk mengurangi kerentanan fisik, ekonomi, dan sosial pedoman mengenai bencana. Selain itu, belum ada pemahaman yang terhadap bencana. jelas mengenai pengurangan risiko bencana di antara lembaga lokal. Nilai Hibah AS$ 9,87 juta Masih tersisa sejumlah persoalan mengenai penyaluran dana dari Periode Pelaksanaan November 2008 ­ Desember 2011 pemerintah pusat kepada TDMRC untuk pelaksanaan kegiatannya di Badan Mitra United Nations Development Programme bawah DRR-A. Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Badan Pelaksana Provinsi Aceh Telah Disalurkan AS$ 5,00 juta Proyek DRR-A berupaya mendorong pengurangan risiko bencana menjadi bagian normal dari proses pembangunan dalam fungsi pokok lembaga pemerintah lokal Aceh, kemitraan swasta dan publik, masyarakat lokal dan keluarga dengan tetap memperhatikan perbedaan kapasitas, kebutuhan, dan kerentanan warga. DRR-A akan menyiapkan pengaturan kelembagaan dan lingkungan yang kondusif yang memungkinkan pelaksanaan pengurangan risiko bencana dengan melibatkan lembaga lokal dan pendekatan program peningkatan kesadaran masyarakat, serta proyek yang peka terhadap gender. Pencapaian sampai saat ini Meskipun sejumlah kegiatan yang telah direncanakan tidak terlaksana dalam periode ini, beberapa kegiatan dasar telah dimulai. Proyek DRR-A membantu Pemerintah Aceh untuk menyusun rancangan qanun bagi pendirian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Pemerintah Aceh mendeklarasikan pendirian BPBD melalui Pergub 102/2009, namun proses pengesahannya masih berlangsung. Proyek juga mendukung pemerintah lokal yang mengembangkan Rencana Aksi Lokal bagi pengurangan risiko bencana, serta memberikan bantuan teknis dan keuangan demi berhasilnya penyelenggaraan Indian Ocean Wave 2009. DRR-A juga memberikan dukungan kepada Pemerintah Aceh untuk memulai pendirian Kebijakan Aceh bagi Pengurangan Risiko Bencana. Pelatihan untuk pengurangan risiko bencana juga telah dijadwalkan pada akhir tahun ini dan diharapkan akan dihadiri oleh lembaga pemerintah maupun non-pemerintah. Latihan evakuasi di Banda Aceh. Penduduk Banda Aceh berada di bangunan evakuasi pada saat tes latihan Sistem Peringatan Dini Tsunami. Foto: Fahmi Yunus 64 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran | Memperkuat Proses Pemulihan 20. Program Transformasi Pemerintah Aceh (AGTP) Program Transformasi Pemerintah Aceh memberikan dukungan Pencapaian sampai saat ini penting dan strategis program transisi dengan memastikan bahwa pemerintah provinsi memiliki kapasitas dan kemampuan kelembagaan AGTP telah mendukung reformasi besar dalam proses anggaran yang memadai untuk mengambil alih berbagai proyek, aset, fungsi, pemerintah lokal sehingga persetujuan anggaran tahun ini dapat kapasitas, dan sumber daya dari BRR, termasuk kelanjutan program dilakukan Januari 2009. Peningkatan penyaluran dana belanja rekonstruksi dan rehabilitasi lainnya saat mandate BRR berakhir. pemerintah memerlukan langkah-langkah antikorupsi yang kuat dan Nilai Hibah AS$ 13,98 juta AGTP telah bekerja sama dengan Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) Periode Pelaksanaan Juli 2008 ­ Desember 2011 serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk Badan Mitra United Nations Development Programme memperbaiki berbagai proses dalam mendukung upaya antikorupsi. Badan Pelaksana Pemerintah Provinsi Aceh Proyek juga mendukung Pemerintah Aceh untuk memperluas upaya Telah Disalurkan AS$ 9,92 juta peningkatan kesadaran antikorupsi melalui pendidikan, yaitu dengan memasukkan kurikulum antikorupsi di sekolah. Semua pedoman AGTP memberikan dukungan kepada pemerintah provinsi dan pengalihan aset telah dibuat dan disetujui. Program ini juga turut lokal untuk mengambil alih tanggung jawab proses rekonstruksi mendukung operasi BKRA dan pengembangan rencana induk bagi dan rehabilitasi setelah berakhirnya masa tugas BRR. Program kegiatan rekonstruksi dari 2010 sampai 2012. Transformasi Pemerintah Aceh (AGTP) berfokus pada penguatan kapasitas pemerintah provinsi melalui dukungan bagi pengambilan Tantangan keputusan, proses anggaran pemerintah lokal, pengalihan aset ke Pemerintah provinsi yang baru dibentuk menimbulkan tantangan lembaga lokal, dan inisiatif antikorupsi. tersendiri bagi AGTP. Petunjuk pelaksanaan yang merinci prosedur pengalihan dana hibah dari pemerintah nasional ke pemerintah daerah belum ada. Selain itu, lembaga pemerintah lokal juga belum memiliki kapasitas kelembagaan yang memadai untuk menggunakan dana dalam jumlah besar. Pegawai pemerintah daerah mengikuti ujian prosedur pengadaan barang dan jasa. Foto: NITP Project Team 65 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Lampiran | Memperkuat Proses Pemulihan 21. Program Transisi Kepulauan Nias (NITP) Program NITP bertujuan meningkatkan kapasitas pemerintah Pencapaian sampai saat ini kabupaten untuk melanjutkan proses pemulihan serta peningkatan kapasitas pemerintahan lokal yang bertanggung jawab melalui Tahap pertama dari program ini adalah pengalihan sistem identifikasi penerapan praktik tata kelola yang baik yang mampu mengurangi dan lokasi aset dari BRR yang pada saat ini sedang dilaksanakan, dan risiko dari bencana alam di masa depan. sistem ini telah dipasang. Meskipun aset sudah dipakai pemerintah lokal, proses pengalihan belum sepenuhnya selesai. Pelatihan intensif Nilai Hibah AS$ 3,89 juta tahap pertama mengenai pengalihan aset bagi staf pemerintah telah Periode Pelaksanaan April 2009 ­ Maret 2012 diselenggarakan dan pelatihan selanjutnya telah direncanakan. Badan Mitra United Nations Development Programme Bantuan telah diberikan kepada BKRN sesuai jadwal, namun Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pelaksana peningkatan kapasitas lainnya yang terkait dengan penganggaran, pemerintah kabupaten di Kepulauan Nias Telah Disalurkan AS $ 2.5 million pemantauan, dan evaluasi masih perlu diperkuat. Program pelatihan pengelolaan keuangan juga telah dimulai. Program NITP bertujuan untuk melanjutkan pekerjaan BRR dan merupakan proyek dukungan rehabilitasi dan rekonstruksi lainnya Tantangan untuk memfasilitasi transisi dari tahap rehabilitasi dan rekonstruksi Dibutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk kepada pemulihan yang berkelanjutan. NITP mendukung pelaksanaan mengalokasikan dana yang cukup bagi operasionalisasi dan kegiatan yang didanai Pemerintah Indonesia pada tingkat provinsi dan pemeliharaan aset. Bantuan teknis yang diberikan NITP telah kabupaten, serta pengembangan dan pelaksanaan pengurangan risiko memungkinkan BKRN untuk mulai menjalankan tugas pokoknya, bencana (DRR) secara proaktif bersama dengan LSM pendukung. namun akan dibutuhkan banyak sumber daya dari pemerintah nasional Sebagian besar pekerjaan program ditujukan untuk membangun untuk memastikan keberlanjutan di Nias. kapasitas, terutama yang berkaitan dengan pengalihan aset rekonstruksi kepada pihak berwenang yang relevan. NITP menyediakan pelatihan untuk staf pemerintah daerah di Nias Selatan dalam hal Sistem Informasi Aset Daerah (SIMBADA). Foto: Tim Proyek NITP 66 Lima Tahun Paska Bencana Tsunami: Kelanjutan Komitmen Upaya Rekonstruksi | Lampiran: Pengembangan Ekonomi dan Mata Pencaharian 22. Fasilitas Pendanaan Pengembangan Ekonomi (EDFF) Fasilitas Pendanaan Pengembangan Ekonomi Aceh akan mendukung Pencapaian sampai saat ini inisiatif sub-proyek bagi pembangunan ekonomi Aceh dan memberi bantuan dalam pengelolaan proyek dan pembangunan kapasitas. Persetujuan Hibah untuk EDFF telah ditandatangani pada 30 Desember 2008 dan proyeknya mulai efektif pada 30 Maret 2009. Pemerintah Aceh masih terus memberikan dukungannya bagi proyek ini melalui pendanaan bersama dan mengaitkannya dengan lembaga Nilai Hibah AS$ 50,00 juta teknis demi membangun kepemilikan proyek sejak awal. Pelaksanaan Periode Pelaksanaan Maret 2009 ­ Juni 2012 proyek didelegasikan kepada pemerintah provinsi. Sampai saat ini, Badan Mitra Bank Dunia pencapaian utama terjadi pada komponen proyek yang berkaitan Kementerian Negara Pembangunan Daerah Badan Pelaksana dengan pembangunan kapasitas. Model yang menggunakan kriteria Tertinggal dan Khusus dan Pemerintah Aceh Telah Disalurkan AS$ 5,00 juta evaluasi ekonomi secara ketat untuk memilih sub-proyek, telah membantu terciptanya standar untuk merancang dan menentukan EDFF mendorong pemulihan ekonomi paska tsunami dan proyek pengembangan ekonomi. pengembangan ekonomi jangka panjang yang adil dan berkesinambungan di Aceh, sesuai dengan rencana pembangunan Tantangan ekonomi Pemerintah Aceh. Proyek ini bertujuan membangun iklim Terlambatnya pengeluaran DIPA dan berbagai kendala di dalamnya bisnis yang lebih mendukung dan kompetitif yang diperlukan untuk telah mengakibatkan tertundanya pelaksanaan proyek. Lembaga menciptakan peluang kerja dan pertumbuhan luas di sektor swasta pelaksana dan Bank Dunia masih terus bekerja sama dengan yang bertujuan membantu kaum miskin dan kelompok rentan lainnya. Departemen Keuangan untuk mengatasi masalah ini. Proyek akan memberikan hibah untuk menciptakan kesempatan kerja dan pertumbuhan sektor swasta. Pemerintah Aceh aktif terlibat dalam kegiatan implementasi proyek EDFF melalui partisipasi dalam koordinasi berkala dengan para konsultan. Foto: EDFF Project Team 67 Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 | Acronyms and Abbreviations Daftar Singkatan ACAP Rencana Aksi Anti Korupsi OECD-DAC Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan AFEP Proyek Hutan dan Lingkungan di Aceh - Komisi Bantuan Pembangunan AGTP Program Transformasi Pemerintah Aceh P2DTK Dukungan bagi Daerah Miskin dan Tertinggal BAFMP Proyek Pencegahan Banjir untuk Banda Aceh (SPADA) BAPPEDA Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan BAPPENAS Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (UPP) BKRA Badan Koordinasi Rekonstruksi Aceh P4-NAD Program Penguatan Partisipasi Perempuan - BKRAN Badan Koordinasi Rekonstruksi Aceh dan Nias Nanggroe Aceh Darussalam BKRN Badan Koordinasi Rekonstruksi Nias PAD Dokumen Penilaian Proyek BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah PCN Catatan Konsep Proyek BPKEL Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser Pergub Peraturan Gubernur BPN Badan Pertanahan Nasional PNPM Projek Nasional Pemberdayaan Masyarakat BRR Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi NAD-Nias PPATK Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan CBLR3 Perbaikan Jalan dengan Sumber Daya Lokal PPK Program Pengembangan Kecamatan Pedesaan PWD Departemen Pekerjaan Umum CFAN Forum Koordinasi bagi Aceh dan Nias RACBP Proyek Akses Pedesaan dan Pengembangan CRU Unit Tanggapan Masyarakat Kapasitas Nias CSO Organisasi Sipil Masyarakat RALAS Proyek Rekonstruksi Sistem Administrasi CSP Rencana Perumahan Masyarakat Pertanahan Aceh CSRC Pusat Sumber Daya Masyarakat Sipil RAP Kebijakan Bantuan Pemulihan CSRRP Proyek Rekonstruksi dan Rehabilitasi Perumahan REKOMPAK Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perumahan Berbasiskan Masyarakat Masyarakat DFID Departemen untuk Pembangunan Internasional RENAKSI Rencana Aksi DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran SDLP Program Angkutan Laut dan Logistik DRR-A Pengurangan Risiko Bencana Aceh SIMBADA Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah EC Komisi Eropa SPADA Dukungan bagi Daerah Miskin dan Tertinggal EDFF Fasilitas Pendanaan Pengembangan Ekonomi SSR Tinjauan Keberlanjutan Sosial EIA Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) TA Bantuan Teknis ESR Tinjauan Kelestarian Lingkungan TA to BRR Bantuan Teknis untuk Badan Rehabilitasi dan FFI Fauna and Flora Internasional Rekonstruksi NAD-Nias ILO Organisasi Buruh Internasional TA to BRR and BAPPENAS Bantuan Teknis untuk Badan IREP Program Pemberdayaan Rekonstruksi Infrastruktur Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias dan Badan IRFF Fasilitas Pendanaan Rekonstruksi Infrastruktur Perencanaan Pembangunan Nasional KDP Program Pengembangan Kecamatan (KDP) KNOW Pusat Manajemen Pengetahuan TDMRC Pusat Penelitian Bencana dan Penanggulangan KPK Komisi Pemberantasan Korupsi Tsunami KRRP Proyek Perencanaan Pemulihan dan Rekonstruksi TIPERESKA Tim Perencanaan Ulang Hutan Aceh Berbasiskan Kecamatan di Nias (PNPM-R2PN) TPK Tim Pelaksana Kegiatan LIF Yayasan Internasional untuk Leuser TRPRP Program Rekonstruksi Pelabuhan MDF Dana Multi Donor untuk Aceh dan Nias TRWMP Program Pengelolaan Limbah Tsunami MTR Kajian Paruh Waktu UK Kerajaan Inggris NAD Nanggroe Aceh Darussalam UNDP Program Pembangunan Perserikatan Bangsa- NGO Organisasi Non Pemerintah Bangsa Nias-LEDP Proyek Pengembangan Ekonomi dan Mata UPP Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Pencaharian Nias WFP Program Bantuan Pangan Dunia NITP Program Transisi Pemerintah di Kepulauan Nias 68 Republik BRR Indonesia Komisi Eropa Belanda Inggris Kanada Bank Dunia Swedia Norwegia Denmark Jerman Belgia Finlandia Bank Pembangunan Asia Amerika Serikat Selandia Baru Irlandia www.multidonorfund.org