Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia The Word Bank Office Jakarta Indonesia Stock Exchange Building, Tower II, 12th floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 Tel : (+6221) 5299-3000 Fax : (+6221) 5299-3111 http://www.worldbank.org/id Diterbitkan Desember 2015 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru: Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia disusun oleh staf Bank Dunia. Segala temuan, penafsiran, dan kesimpulan yang dipaparkan dalam dokumen ini tidak mencerminkan pendapat Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia ataupun pemerintah yang mereka wakili. Bank Dunia tidak menjamin keakuratan data dalam dokumen ini. Garis perbatasan, warna, denominasi dan informasi lainnya pada peta, jika ada, dalam dokumen ini tidak menyiratkan pendapat ataupun penilaian Bank Dunia atas status hukum suatu daerah atau teritori, dan juga tidak menyiratkan pengakuan Bank Dunia atas garis- garis perbatasan tersebut. Laporan ini didanai oleh Pemerintah Kerajaan Belanda melalui Dana Perwalian Dutch Education Support Program (DESP). DESP menyediakan dukungan untuk Pemerintah Indonesia melalui Bank Dunia mendukung pengembangan kebijakan, kajian, dan program-program yang dapat membantu pemerintah mencapai tujuan perencanaan pendidikan strategis. Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia Daftar Isi Ucapan Terima Kasih vi Pengantar vii 1 Latar Belakang 9 2 Tujuan, Pertanyaan Penelitian, dan Hasil Studi 11 2.1 PERTANYAAN PENELITIAN 12 2.1.1 Komponen Kelompok Kerja Guru 12 2.1.2 Komponen Online 12 2.2 HASIL 13 3 Cakupan dan Metodologi 14 3.1 PENDEKATAN 14 3.1.1 Bagian 1: Analisi data video 14 3.1.2 Bagian 2: Pengembangan ilustrasi untuk pengembangan keprofesian 14 3.1.3 Bagian 3: Pengembangan program kelompok kerja 14 3.1.4 Bagian 4: Pengembangan program online 15 3.1.5 Bagian 5: Evaluasi 15 3.1.6 Bagian 6: Pengembangan untuk masa depan 15 3.2 KERANGKA KONSEPTUAL KEYAKINAN-PENGETAHUAN-PRAKTIK 16 3.3 PEMILIHAN SAMPEL 17 3.3.1 Tahap Pemilihan yang Ditargetkan untuk Provinsi dan Kabupaten 17 3.3.2 Tahap Stratifikasi dan Pemilihan Acak untuk Kelompok Kerja Guru 18 4 Rancangan Pelatihan 19 4.1 HASIL STUDI VIDEO DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR UNTUK BIDANG YANG AKAN 20 DITINGKATKAN 4.2 KONSEP MENDASAR PENGEMBANGAN KEPROFESIAN 20 4.2.1 Karakteristik Program Pengembangan Keprofesian yang Baik 20 4.2.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dewasa 21 4.3 KELOMPOK KERJA GURU UNTUK PENYAMPAIAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN 21 4.3.1 Apakah yang dimaksud dengan Kelompok Kerja Guru? 22 4.4 PRINSIP-PRINSIP RANCANGAN PELATIHAN 24 4.4.1 Pendekatan In-On-In 24 4.4.2 Kerangka ELPSA 24 4.4.3 Memasukkan Video ke dalam Pelatihan 25 4.4.4 Fasilitator sebagai Bagian Integral Kegiatan Sesi 25 5 Instrumen Evaluasi 26 5.1 SURVEI GURU DENGAN KEYAKINAN MATEMATIKA 26 5.2 UJIAN PENGETAHUAN MATA PELAJARAN DAN PEDAGOGI GURU SEBELUM DAN SESUDAH 26 UJI COBA 5.3 SURVEI PERSEPSI SISWA MENGENAI PRAKTIK DI KELAS SEBELUM DAN SESUDAH UJI 27 COBA 5.4 MENGAPA SISWA TIDAK DIUJI? 27 6 Pelaksanaan 28 6.1 PENDANAAN KEGIATAN 28 6.2 GRUP FACEBOOK BAGI PESERTA 28 6.3 URUTAN LANGKAH KEGIATAN UJI COBA 28 6.3.1 Pertemuan Awal dengan Pejabat Kabupaten 28 6.4 LOKAKARYA AWAL BAGI FASILITATOR 29 6.4.1 Ujian sebelum uji coba dan pengumpulan data pada sesi pertama 29 6.5 PELAKSANAAN SESI 29 6.5.1 Ujian Sesudah Sesi Terakhir dan Demonstrasi Video yang Direkam Sendiri 29 6.5.2 Pengumpulan Survei Persepsi Siswa 29 6.5.3 Lokakarya Tindak Lanjut dan Sesi Kelompok Fokus 29 6.5.4 Hasil Evaluasi 30 6.6 KEHADIRAN DAN HASIL KERJA PESERTA DARI KELOMPOK PERLAKUAN 30 6.6.1 Kehadiran Guru dalam Kelompok Perlakuan 30 6.6.2 Kehadiran Guru dalam Kelompok Kontrol 31 6.6.3 Kehadiran per Sesi 31 6.6.4 Hasil Kerja 32 7 Evaluasion Program 33 7.1 ANALISIS KUANTITATIF 33 7.1.1 KEYAKINAN: Pernyataan Keyakinan Matematika sebelum dan sesudah uji coba 34 7.1.2 PENGETAHUAN: Hasil ujian Penilaian Guru sebelum dan sesudah uji coba 38 7.1.3 PRAKTIK: Hasil survei Persepsi Siswa tentang Praktik sebelum dan sesudah uji coba 40 7.1.4 Kesimpulan Umum Mengenai Analisis Kuantitatif 42 7.2 ANALISIS KUALITATIF 43 7.2.1 Pengamatan Kegiatan Sesi 43 7.2.2 Wawancara dan Survei terhadap Fasilitator 44 7.2.3 Wawancara dan Survei terhadap Guru (Peserta) 46 7.3 UMPAN BALIK MELALUI LOKAKARYA DENGAN DISKUSI KELOMPOK FOKUS 47 8 Pelajaran Penting yang dapat Dipetik dan Pertimbangan 48 8.1 MATERI 48 8.2 PELAKSANAAN 49 8.2.1 Menggunakan Kelompok Kerja untuk Penyampaian PKB 49 8.2.2 Pentingnya Fasilitator 49 8.2.3 Tanggung Jawab untuk Menyediakan PKB 50 8.3 EFEKTIVITAS 50 8.4 PENINGKATAN SKALA DAN KEBERLANJUTAN 51 9 Implikasi Kebijakan yang Lebih Luas 52 Rujukan 54 Lampiran 55 LAMPIRAN 1: GARIS BESAR KEGIATAN 55 LAMPIRAN 2: KONSEP UMUM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN 56 LAMPIRAN 3: INSTRUMEN 57 Survei Guru – Pertanyaan Mengenai Keyakinan dan Praktik 57 Survei Persepsi Siswa 60 Instrumen Pengamatan 61 Survei Guru Pasca-Sesi 64 Wawancara Fasilitator Pasca-Sesi 65 LAMPIRAN 4: RINGKASAN PELATIHAN ONLINE YANG DIADAKAN OLEH P4TK 66 MATEMATIKA Pelaksanaan 67 Diskusi Mengenai Temuan 69 Rekomendasi 71 LAMPIRAN 5: HASIL REGRESI 73 Regresi untuk Uji Kompetensi Matematika Guru 73 Regresi untuk Uji Kompetensi Matematika Guru 84 Regresi untuk Survei Persepsi Siswa 85 GAMBAR Gambar 1 : Komponen dan Proses 13 Gambar 2 : Model Konseptual Keyakinan-Pengetahuan-Praktik 16 Gambar 3 : Teori Rantai Hasil 19 Gambar 4 : Contoh ELPSA untuk topik segitiga siku-siku 25 Gambar 5 : Tingkat Kehadiran Guru yang Digunakan dalam Analisis 31 Gambar 6 : Distribusi skor sebelum uji coba dalam penilaian guru 38 Gambar 7 : Contoh soal pertanyaan terbuka 39 Gambar 8 : Perubahan akibat uji coba 42 Gambar 9 : Peta Partisipasi 70 TABEL Tabel 1 : Hasil survei keyakinan guru mengenai pengajaran matematika 35 Tabel 2 : Hasil survei untuk praktik pengajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran 36 Tabel 3 : Tanggapan survei untuk pernyataan mengenai Proses Pembelajaran Matematika 37 Tabel 4 : Skor rata-rata ujian sesudah uji coba menurut butir dari segi hubungan butir-butir tersebut dengan materi pelatihan PKB 39 Tabel 5 : Pernyataan yang diberikan kepada siswa dan apakah ada perubahan yang signifikan secara 41 statistik Tabel 6 : Ringkasan Survei Pelatihan Geometri Online 68 Ucapan Terima Kasih Laporan ini adalah hasil program bersama antara Bank Dunia dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Laporan ini dibuat oleh Andrew B. Ragatz dan Susie Sugiarti di bawah panduan umum Susiana Iskandar, tetapi laporan ini hanyalah bagian akhir dari upaya panjang untuk mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelatihan pengembangan keprofesian guru. Pelatihan ini dirancang oleh Tom Lowrie dan Sitti Maesuri Patahuddin (dulu di Charles Sturt University dan kini di University of Canberra). Mereka mencurahkan segenap upaya dalam rancangan konseptual, pemilihan video, pengembangan materi pelatihan dan instrumen evaluasi, serta dalam mengadakan lokakarya fasilitator. Berbagai materi dalam laporan ini berasal dari catatan konsep dan dokumen rancangan mereka. Pelaksanaannya dipimpin oleh Susie Sugiarti dan Tukiman Tarunasayoga, bersama tim inti yang terdiri atas para instruktur matematika senior dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Matematika, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), dan sejumlah sekolah menengah pertama. Anggota tim termasuk Adi Wijaya, Budiharjo, Erwin Roosilawati, Al Krismanto, Rachmadi Widdiharto, Suhendro, Sri Yuniati, Suwarkono, Sri Kurnianingsih, Ade Sunawan, dan Isfarudi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terlibat erat dalam semua tahapannya. Abi Sujak, Unifah Rosyidi, dan Dian Wahyuni (dari Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Pusbangprodik) tidak hanya memberikan kepemimpinan dan panduan, tetapi juga terus-menerus berpartisipasi dan mendukung berbagai kegiatannya. Profesor Widodo, pimpinan P4TK, memberikan banyak waktu dan perhatian guna mendukung kegiatan dan bahkan membentuk tim inti di dalam P4TK untuk mengembangkan versi online pelatihan ini. Pelatihan online ini mendapatkan dukungan teknis lengkap dari Petra Wiyakti Bodrogini dan Winastwan Gora Swajati. Laporan ini memperoleh manfaat dari komentar dan nasihat yang sangat baik dari beberapa ahli di Bank Dunia, termasuk Barbara Bruns (penilai sejawat/peer reviewer), Helen Craig (penilai sejawat), Muna Salih Meky (penilai sejawat), Susiana Iskandar, Ratna Kesuma, Samer Al-Samarrai, dan Cristobal Ridao-Cano, serta dukungan produksi dari Santi Sugiarti Santobri. Namun, kontributor terbesar bagi upaya ini adalah lebih dari 400 orang fasilitator dan guru yang berpartisipasi dalam program. Semangat dan antusiasme merekalah yang menggerakkan program ini. Umpan balik dan wawasan yang terus mereka berikan membantu untuk memahami apa saja yang berjalan baik, apa yang memerlukan perbaikan, dan bagaimana guru-guru Indonesia dapat terus didukung melalui pengembangan dan dukungan keprofesian. Keberanian untuk merekam pelajaran mereka sendiri dan membagikan pengalaman mereka sangat penting bagi keberhasilan pelatihan. Pengantar Pelatihan dalam jabatan (in-service training) sangat sulit dan sering kali menimbulkan pertanyaan sejauh mana pelatihan tersebut mampu membawa perubahan dalam praktik pengajaran. Laporan berikut mendokumentasikan pengembangan dan uji coba sebuah pelatihan pengembangan keprofesian yang inovatif dengan menggunakan video. Video awalnya digunakan sebagai alat diskusi melalui klip mengenai keadaan sesungguhnya di kelas. Pada akhir pelatihan, guru berkesempatan membuat video pelajaran mereka sendiri dan menggunakan video tersebut untuk berbagi dan juga melakukan refleksi atas praktik pengajarannya. Pelatihan ini berjalan selama satu semester dan diadakan melalui kelompok kerja guru di Indonesia. Kelompok ini umumnya terdiri atas 20-30 orang guru dari beberapa sekolah yang lokasinya berdekatan. Pada tingkat sekolah menengah, kelompok dibagi menurut mata pelajarannya; dalam uji coba ini, semua peserta adalah guru matematika. Kenyataan bahwa pelatihan ini memerlukan enam sesi selama satu semester memungkinkan digunakannya pendekatan yang memberi guru materi praktis yang dapat langsung diterapkan di kelas. Guru-guru ini selanjutnya menerapkan berbagai hal yang telah dipelajari di kelasnya masing-masing. Dalam sesi kelompok kerja berikutnya, guru berbagi pengalamannya dan melakukan refleksi atas hal apa saja yang berjalan baik, apa saja yang tidak, dan bagaimana mereka dapat meningkatkan penggunaan praktik-praktik tersebut. Siklus ini terutama dimaksudkan untuk memastikan agar hal-hal yang dipelajari guru akan benar-benar digunakan di kelas dan mendorong guru untuk menajamkan serta melanjutkan praktik baru tersebut. Jadi, apakah pelatihan tersebut membawa perubahan? Uji coba tersebut dievaluasi baik dengan metode kuantitatif maupun kualitatif. Komponen kuantitatif mengukur perubahan pada tiga bidang: (1) keyakinan guru mengenai pengajaran dan pembelajaran, (2) pengetahuan materi pelajaran para guru, dan (3) persepsi siswa mengenai praktik-praktik yang digunakan gurunya. Hasilnya menunjukkan perubahan dalam keyakinan guru dan peningkatan pengetahuan mata pelajaran pada butir-butir yang terkait dengan konsep yang dimasukkan dalam pelatihan. Siswa juga merasakan perubahan dalam praktik-praktik yang digunakan guru. Komponen kuantitatif menangkap persepsi, opini, dan pemahaman guru melalui wawancara dan survei setelah setiap sesi dan juga melalui lokakarya yang diadakan setelah pelatihan. Sesi- sesi yang diadakan juga diamati oleh sejumlah ahli untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sesungguhnya pelatihan tersebut. Melalui proses ini, diperoleh pemahaman yang jauh lebih baik mengenai hal apa saja yang berjalan baik, apa saja yang tidak, dan bagaimana pelatihan dapat ditingkatkan. Lalu bagaimana setelah uji coba? Pelatihan ini telah diserap oleh Kemendikbud untuk memperluas jangkauannya. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Matematika Kemendikbud telah mengubahnya menjadi pelatihan online. Pelatihan ini menjadi model bagi pengembangan selanjutnya pelatihan dalam masa kerja untuk matematika, dan juga untuk mata pelajaran yang lain. University of Canberra kini memperluas pekerjaan tersebut dengan membuat pelatihan baru melalui proyek yang didukung oleh program Government Partnerships for Development (DPFD) dari Australia dan sedang dilaksanakan di kawasan Nusa Tenggara Barat (NTB). viii Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru 1 Latar Belakang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Bank Dunia mengadakan studi video skala besar untuk mendapatkan pemahaman lebih baik mengenai apa saja yang terjadi di ruang kelas, terutama dari segi praktik-praktik yang digunakan dalam pengajaran matematika dan hubungan antara praktik tersebut dengan hasil pembelajaran siswa. Studi ini mencakup pembuatan lebih dari 600 jam rekaman video atas 205 guru matematika kelas delapan di seluruh Indonesia saat mereka sedang melakukan kegiatan sehari-hari di ruang kelas. Studi diadakan dalam dua tahap, masing-masing pada 2007 dan 2011, dan video yang dihasilkan menjadi dasar untuk koding video dan analisis terperinci. Studi tersebut memberikan banyak informasi penting mengenai praktik-praktik pengajaran oleh guru matematika, yang mengidentifikasikan bidang yang sudah relatif bagus dan yang masih perlu diperbaiki. Studi difokuskan pada lima dimensi utama yang membingkai praktik di ruang kelas dalam pengajaran matematika, yaitu: (i) struktur pembelajaran; (ii) materi pembelajaran; (iii) kegiatan guru dan siswa; (iv) praktik-praktik pengajaran; dan (v) suasana ruang kelas dan sumber daya di kelas. Sejumlah bidang penting praktik pengajaran digali secara mendalam termasuk sifat dan mutu interaksi guru-siswa; mutu dan efektivitas kata-kata yang digunakan dalam pengajaran; cara guru mengelola pertanyaan siswa; cara guru mengelola miskonsepsi siswa; waktu yang dihabiskan guru untuk berbagai kegiatan; dan cara guru menggabungkan berbagai teknik dan pendekatan dalam mengajar siswa mereka. Berbagai soal matematika dikaji secara mendalam dari segi jenis soal, pendekatan soal, dan tingkat kerumitan. Studi ini juga menggali hal-hal yang diyakini guru dan tingkat pengetahuan guru guna mengetahui hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan praktik pengajaran yang digunakan guru dan hasil pembelajaran siswa. Temuan studi ini menyoroti kebutuhan umum untuk memperkuat pengetahuan guru mengenai mata pelajaran dan pedagogi, dengan mengidentifikasi bidang mana saja yang praktik pengajarannya dapat ditingkatkan lagi. Studi ini sangat relevan dalam konteks mengedepankan praktik-praktik tertentu (seperti pembelajaran melalui penemuan, pengajaran berbasis soal, dan pola pikir tingkat tinggi) melalui proses reformasi kurikulum 2013.1 Pembelajaran yang diperoleh dari studi ini menjadi dasar pengembangan sesi untuk meningkatkan kapasitas guru melalui kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Rekaman video yang dihasilkan studi ini menangkap kegiatan pengajaran sehari-hari dalam konteks yang alami, sehingga memberikan contoh nyata yang berguna mengenai apa saja yang dilakukan guru dan bagaimana perilaku mereka di ruang kelas. Data unik dan berharga ini menjadi dasar yang kuat untuk pengembangan bahan guna meningkatkan kapasitas guru. 1 Pada saat laporan ini dibuat, kurikulum 2013 sedang dievaluasi untuk menentukan apakah akan dilanjutkan atau tidak. Kurikulum 2013 diluncurkan bagi kelas 7 di 6.221 sekolah pada 2013 dan diperluas ke 211.779 sekolah lainnya pada 2014. Kini peluncurannya ditunda bagi gelombang sekolah kedua, tetapi masih dilanjutkan pada gelombang pertama untuk uji coba dan evaluasi. Apa pun keputusan akhir mengenai kurikulum 2013, hasil studi video dan dukungan yang diperlukan guru untuk meningkatkan praktik pengajarannya masih tetap relevan. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 9 Pelatihan PKB dikembangkan atas dasar pemahaman bahwa kegiatan pendidikan dilakukan dalam konteks budaya tertentu. Karena itu, berbagai temuan dari penelitian mendalam mengenai sistem pendidikan Indonesia menjadi masukan bagi rancangan pelatihan dan uji coba. Proses perancangannya melibatkan kerja sama erat dengan guru kelas dan ahli pendidikan untuk memastikan bahwa kegiatan pengembangan guru dan proses perubahannya akan berkelanjutan dan menghormati budaya. Selain itu, ada pendapat bahwa sistem pedagogi yang diterapkan di sekolah mencerminkan pilihan penting yang diambil oleh budaya atau masyarakat tertentu di tempat sekolah tersebut berada (Matsumoto dan Juang, 2013). Dalam konteks ini, Matsumoto dan Juang (2013, hal. 82-83) menyatakan bahwa “terlepas dari cara pendidikan terjadi, pilihan yang diambil suatu budaya dan masyarakatnya mengenai struktur, organisasi, perencanaan, dan pelaksanaan pendidikan tersebut semuanya dilakukan untuk mendorong dan memperkuat pandangan tertentu mengenai budaya yang bersangkutan”. Studi ini ditujukan untuk mengidentifikasi peluang pengembangan keprofesian melalui pengalaman pembelajaran secara bersama- sama yang kaya unsur budaya. Tantangan: Secara rata-rata, guru Indonesia memiliki tingkat pengetahuan matematika yang rendah. Ini berdampak pada hal-hal yang mereka ajarkan dan cara mereka mengajar. Umumnya, guru Indonesia menghabiskan banyak waktu memperkenalkan konsep baru, tetapi menghabiskan lebih sedikit waktu untuk melatih dan memperkuat konsep tersebut, dan hanya memberikan sangat sedikit waktu untuk melakukan penilaian dan refleksi. Pendekatan pengajaran mereka sangat berpusat pada guru. Mereka jarang menempatkan matematika dalam keadaan yang terjadi di dunia nyata atau menggunakan soal rutin untuk mendemonstrasikan berbagai konsep. Karena itu, penggunaan pola pikir tingkat tinggi yang biasanya berkaitan dengan pemecahan soal non-rutin, cenderung minimal. Guru sering kali menggunakan kata-kata yang tidak akurat menyampaikan konsep matematika. Guru Indonesia cenderung menggunakan pertanyaan hanya untuk menguji apakah siswa mengetahui jawaban atas soal tertentu, bukan sebagai sarana memulai diskusi atau untuk mencari informasi mengenai pemikiran siswa. Peluang: Dengan kemampuannya menangkap interaksi kompleks yang terjadi dalam praktik di ruang kelas, video merupakan medium yang sangat baik untuk mendorong diskusi dan pembicaraan. Penggunaan rekaman video mendorong guru untuk melakukan refleksi secara komparatif, deskriptif, dan kritis. Ini juga menciptakan peluang untuk menganalisis pengajaran dari perspektif yang berbeda, termasuk dari perspektif guru maupun siswa. Penggunaan rekaman video memungkinkan guru mendapatkan pemahaman baru mengenai praktik pengajarannya sendiri, dengan mengedepankan refleksi atas tantangan yang dihadapi kolega mereka. Selanjutnya, hal ini memungkinkan mereka untuk merumuskan gagasan, kegiatan, dan pendekatan baru yang dapat diterapkan dalam praktik pengajaran (Zhang et al., 2011). Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh guru Indonesia, kesadaran keprofesian yang lebih tinggi perlu dikembangkan guna mendorong cara berpikir kritis dan pembentukan teori pribadi. 10 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru 2 Tujuan, Pertanyaan Penelitian, dan Hasil Studi Sasaran utama studi ini adalah menentukan tingkat keberhasilan inisiatif pengembangan keprofesian yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengajaran dan peluang pembelajaran bagi edukator guru, guru kelas, dan siswa mereka di sekolah-sekolah Indonesia. Inisiatif pengembangan keprofesian dirancang dengan menggunakan data video di ruang kelas sebagai katalis untuk mengedepankan praktik-praktik pedagogi baru. Data video ini, serta kerangka dan alat pembelajaran terkait, dirancang untuk mendorong guru kelas agar melakukan refleksi lebih mendalam atas praktik-praktik mereka. Ini mencakup pendirian kelompok kerja guru untuk menumbuhkan tingkat baru keterlibatan profesi. Tujuan utamanya adalah untuk mengadakan analisis menyeluruh terhadap uji coba yang akan menentukan efektivitas pendekatan baru dalam mendorong praktik-praktik pengajaran yang baru dan inovatif secara konteks. Meskipun ini adalah uji coba, tetapi studi ini sebaiknya tidak dilihat berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari konteks yang lebih besar. Dua sasaran jangka panjang utamanya meliputi: 1. Dibuatnya program pengembangan keprofesian guna mendorong praktik- praktik pengajaran yang baru dan inovatis secara konteks; dan 2. Dibuatnya kerangka dinamis untuk pedagogi yang dapat digunakan pembuat kebijakan dan profesi guru guna mengidentifikasi dan menjelaskan praktik- praktik yang efektif. Program pengembangan keprofesian dibuat dengan memanfaatkan pembelajaran video. Potongan dari rekaman video TIMSS dipilih secara khusus sebagai ilustrasi untuk dimasukkan dalam bahan pengembangan keprofesian. Ilustrasi tersebut menjadi dasar bagi penciptaan unit pelajaran terperinci dan peluang pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan disiplin matematika dan pengetahuan materi pedagogi para guru. Program mencakup serangkaian sumber daya keprofesian secara bertahap yang memodelkan dan menggambarkan praktik- praktik efektif. Selain itu, program tersebut mendorong guru untuk melakukan refleksi lebih mendalam atas praktik pengajarannya sendiri dengan mengajak para pesertanya untuk membangun teori pribadi masing-masing dan untuk membentuk jaringan pendukung keprofesian yang mengedepankan refleksi dan pengembangan keprofesian. Kerangka pedagogi dinamis digunakan untuk memberikan struktur umum bagi guru guna mengembangkan strategi pengajaran dan memfasilitasi peluang pembelajaran. Yang juga penting, kerangka ini dimaksudkan untuk mendukung guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang mendorong pemahaman kuat atas berbagai konsep penting, yang menghargai keragaman dan mengedepankan pembelajaran secara lebih interaktif dan lebih terlibat. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 11 2.1 PERTANYAAN PENELITIAN Studi dibagi menjadi dua komponen yang masing-masing menjawab pertanyaan penelitian spesifik. Uji coba ini mengevaluasi pelaksanaan program untuk menentukan seberapa baik guru memanfaatkannya dan untuk menilai efektivitas metode penyampaian secara tatap muka maupun secara online. 2.1.1 Komponen Kelompok Kerja Guru Dalam lingkungan kelompok kerja guru (MGMP), studi ini berupaya menjawab lima pertanyaan penelitian yang saling terkait untuk menentukan kebutuhan keprofesian dan budaya guru kelas. Selain itu, pertanyaan penelitian tersebut juga berupaya mencari tahu dampak dari program pengembangan keprofesian melalui sejumlah ukuran: 1. Apakah pelajaran video memungkinkan guru kelas untuk melakukan refleksi kritis? Jika ya, apakah refleksi tersebut mempengaruhi praktik keprofesian individual mereka? 2. Sejauh mana hal-hal yang diyakini guru mengenai pengajaran dan pembelajaran akan berubah dan berevolusi sebagai hasil program tersebut? 3. Sejauh mana pengetahuan guru mengenai mata pelajaran dan pengetahuan pedagogi umum akan berkembang sebagai hasil program tersebut? 4. Apakah guru memanfaatkan teknik bertanya yang berbeda untuk menilai kinerja siswa dan untuk mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika sebagai hasil program tersebut? 5. Apakah sikap dan hal-hal yang diyakini siswa mengenai pembelajaran matematika mencerminkan perubahan yang terjadi pada praktik di ruang kelas? 6. Dalam kapasitas apa guru menilai dan mengkaji teori dan praktik pribadinya sebagai hasil dari artefak video yang melibatkan diri mereka sendiri? 2.1.2 Komponen online Komponen proyek ini memanfaatkan lima pertanyaan penelitian yang sama seperti pada komponen Kelompok Kerja Guru. Selain itu, pertanyaan penelitian berikut diajukan untuk mengevaluasi seberapa layak program tersebut diterapkan pada lingkungan komunikasi digital. 1. Apakah cara guru menjalankan praktiknya dan melakukan refleksi akan berbeda antara lingkungan komunikasi tatap muka dengan digital? 2. Apakah pengalaman dan refleksi kritis para guru akan berbeda di antara kedua lingkungan komunikasi tersebut? Pada awalnya, komponen online semestinya akan dikembangkan oleh tim studi. Namun, dengan adanya minat dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika (P4TK Matematika) di Kemendikbud untuk memasukkan pelatihan tersebut ke dalam program mereka, dirancanglah sebuah solusi yang lebih baik. P4TK Matematika sebelumnya sudah melakukan rintisan untuk mengembangkan sistem e-learning, sehingga memiliki kapasitas mendasar yang baik untuk mengkonversi pelatihan agar dapat digunakan dalam lingkungan online. Tim studi memberikan bantuan teknis untuk mengadaptasi pelatihan bagi penggunaan di lingkungan online, dan untuk memastikan dipertahankannya berbagai prinsip dan konsep penting dalam pelatihan (termasuk penggunaan kegiatan praktis, metode praktik in-on-in, interaksi di antara guru, refleksi mengenai praktik pribadi). Sementara tim studi memberikan bantuan teknis secara luas, P4TK Matematika memimpin prosesnya dan melaksanakan evaluasinya. Selain pertanyaan penelitian di atas, pertanyaan berikut juga ditambahkan untuk pelatihan online. 12 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Gambar 1: Komponen dan Proses Kelompok Kerja Guru Konsultasi untuk mengembangkan kerangka dengan 10 Kelompok Kerja dalam Perlakuan pemangku (150-200 guru) kepentingan termasuk: Materi Video Pedagogi • Kemendikbud Evaluasi • Pendidikan guru Menangkap melalui analisis dari berbagai pembelajaran pertanyaan universitas yang dapat dipetik dan penelitian • Asosiasi memodifikasi Professional lingkungan online • Serikat guru • Ahli pendidikan matematika Lingkungan Online 150 guru Materi Video Pedagogi pembuatan program pembuatan kerangka pengembangan pedagogi dinamis keprofesian 2.2 HASIL Rancangan penelitian proyek tersebut melibatkan analisis berbagai pertanyaan penelitian yang dijelaskan di atas dengan menggunakan pendekatan metode campuran yang meliputi metodologi kualitatif dan kuantitatif. Hasil utama proyek dikembangkan bersamaan dengan rancangan penelitian dan, dengan demikian, dikonstruksikan secara berjalan. Beragam instrumen dirancang untuk mengumpulkan informasi penting mengenai keyakinan matematika para guru, Pengetahuan Matematika dalam Pengajaran (Mathematical Knowledge in Teaching/MKiT), dan praktik pengajaran, dengan sasaran menentukan sejauh mana hal-hal ini telah berubah sebagai hasil dari uji coba. Anggota tim juga mengamati dari dekat kegiatan MGMP untuk memahami bagaimana pelatihan digunakan dalam praktik. Selain itu, tim juga melakukan wawancara dan survei setelah setiap sesi untuk memperoleh pemahaman mengenai perspektif dan pendapat para fasilitator dan guru mengenai materi, proses, dan efektivitas pelatihan tersebut. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 13 3 Cakupan dan Metodologi 3.1 PENDEKATAN Studi ini melibatkan beberapa langkah utama yang dapat dipecah menjadi lima bagian, yang dibahas secara singkat berikut ini: 3.1.1 Bagian 1: Analisis data video Studi Video memberikan analisis awal yang penting mengenai praktik pengajaran saat ini dan mengidentifikasi di bidang mana saja guru dapat memperbaiki praktiknya. Temuan tersebut memberikan gambaran hal-hal yang terjadi di kelas matematika di Indonesia, mengapa hal itu terjadi, dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan hasil pembelajaran siswa. Data Video TIMSS dikaji untuk memilih pembelajaran yang sesuai berdasarkan stimulus video untuk ilustrasi pengembangan keprofesian. Ilustrasi tersebut belum tentu merupakan ‘praktik terbaik’. Maksud ilustrasi tersebut adalah sebagai stimulus visual untuk mendorong pembicaraan dan diskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan disiplin ilmu dan praktik pedagogi. 3.1.2 Bagian 2: Pengembangan ilustrasi untuk pengembangan keprofesian Video yang terpilih dibingkai sebagai ilustrasi untuk pengembangan keprofesian terperinci. Setiap ilustrasi mencakup: (i) analisis menyeluruh mengenai pelajaran video, termasuk stimulus teks dalam video; (ii) pelajaran pra- dan pasca-video yang memberikan contoh urutan kegiatan pembelajaran yang selaras dengan materi pelajaran video; dan (iii) sumber daya pelengkap yang mengedepankan praktik- praktik pedagogi yang efektif2 dan pengetahuan materi disiplin ilmu. 3.1.3 Bagian 3: Pengembangan program kelompok kerja Ilustrasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan kelompok kerja guru. Kegiatan tersebut dirancang untuk mengajak guru mengkritisi pelajaran dan mendorong mereka untuk melakukan refleksi atas praktik-praktik mereka sendiri. Pelajaran video dimaksudkan sebagai stimulus diskusi dan mendorong guru untuk mempertanyakan pengetahuan pedagogi dan materi mereka sendiri. Pelajaran pra-video dirancang untuk mengedepankan pembicaraan demi memastikan bahwa siswa sudah diperlengkapi dengan pengetahuan yang diperlukan untuk terlibat dalam pelajaran video. Karena itu, pelajaran pra-video secara spesifik memperhatikan pengetahuan materi yang harus dimiliki siswa agar dapat terlibat efektif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, hal ini akan membantu peningkatan pengetahuan materi disiplin guru. Pelajaran pasca-video berhubungan dengan persoalan pedagogi, dengan harapan guru kelas akan mengadaptasi dan melaksanakannya di ruang kelas masing-masing. Pada awalnya, pelajaran tersebut dirancang secara eksplisit untuk memberikan kerangka bagi praktik guru. Namun, selama durasi kelompok kerja, guru didorong agar mengembangkan sendiri pelajarannya untuk diuji coba dan kemudian dilaporkan. Dengan demikian, prosesnya akan memastikan bahwa guru terlibat secara dominan selama proses berlangsung. 2 Ilustrasi tersebut menggambarkan cara efektif untuk mengembangkan praktik pedagogi yang mendorong keterlibatan siswa, tingkat pertanyaan yang mendalam, dan teknik untuk mengedepankan pelibatan siswa secara konstruktif. 14 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru 3.1.4 Bagian 4: Pengembangan program online Setelah program intensif 11 minggu, kelompok penelitian menganalisis tahap evaluatif. P4TK Matematika memimpin upaya konversi pelatihan untuk digunakan dalam lingkungan online dan mengujicobanya bersama guru, dengan melakukan modifikasi yang diperlukan untuk mengembangkan sumber daya online. Komponen online ditempatkan di server P4TK untuk memudahkan penyediaan pelatihan online. Komponen online mencakup mekanisme pendukung yang penting bagi guru, termasuk fasilitator online, pertemuan sinkronisasi virtual, dan forum tempat guru dapat mendiskusikan pengalaman mereka. Aspek rancangan PKB yang sangat penting adalah bahwa guru dapat mendiskusikan dan melakukan refleksi atas materi dalam sesi. Meskipun forum online tidak dapat sepenuhnya menggantikan interaksi tatap muka yang terjadi dalam kelompok kerja guru, pelatihan PKB dirancang untuk memastikan bahwa para guru memiliki banyak kesempatan berinteraksi dengan guru yang lain. Tersedia pula jalur bantuan untuk dukungan teknis maupun konten bagi guru. 3.1.5 Bagian 5: Evaluasi Tujuan uji coba adalah untuk memperoleh wawasan mengenai PKB, baik dari segi materi maupun penyampaian. Karena itu, hal yang paling ditekankan adalah evaluasi uji coba, dengan sejumlah instrumen yang sedang dikembangkan untuk memudahkan analisis kuantitatif dan kualitatif. Meskipun guru adalah fokus utama evaluasi, persepsi siswa juga berperan penting dalam evaluasi. Prosesnya sendiri juga dievaluasi secara cermat, dengan sebuah tim pengamat yang menghadiri hampir semua sesi. Survei umpan balik untuk fasilitator dan guru juga dilakukan setelah setiap sesi. Setelah pelatihan diselesaikan, diadakan beberapa kali lokakarya untuk mengumpulkan umpan baik dari guru dan fasilitator. Guru dinilai dengan instrumen penilaian sebelum dan sesudah uji coba untuk mengetahui sejauh mana dampak uji coba terhadap pengetahuan, praktik, dan perspektif mereka. Penilaian sikap siswa juga dilakukan pada saat awal dan setelah pelatihan diselesaikan. Dalam evaluasi uji coba ini, proses penyampaian juga sama pentingnya dengan hasil. Kegiatan PKB mengharuskan banyak pengamatan terhadap guru yang sedang berkegiatan dalam kelompok kerja. PKB pun mengharuskan umpan balik dari guru terkait prosesnya, baik dalam kelompok kerja, selama tugas-tugas di antara sesi, maupun kegiatan dalam-kelas mereka, sejauh kegiatan tersebut berkaitan dengan pelatihannya. Karena kendala anggaran, uji coba tersebut tidak dapat dievaluasi dengan menggunakan pendekatan uji coba terkontrol secara acak (RCT) skala besar. Namun, telah dilakukan banyak upaya untuk memastikan bahwa efektivitas dan dampak kegiatan PKB dalam uji coba tersebut dapat ditentukan secara andal. Untuk tujuan tersebut, pendekatan pengambilan sampelnya mengikuti teknik-teknik yang digunakan dalam RCT besar, termasuk stratifikasi, pemilihan acak kelompok kerja guru, dan penggunaan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Penjelasan lengkap mengenai pendekatan pengambilan sampel dapat dilihat di Bagian 3.2 (Kerangka Konseptual) 3.1.6 Bagian 6: Pengembangan untuk masa depan Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, perlu diingat bahwa pelatihan tunggal ini tidak ditujukan untuk memberikan pengalaman PKB menyeluruh, dan juga tidak dirancang untuk menjangkau sejumlah besar guru selama tahap uji coba. Sebaliknya, ini hanya dimaksudkan sebagai bukti konsep untuk menentukan sejauh mana materi, pendekatan, dan kegiatan unik yang digunakan dalam sesi dapat menjadi sarana yang efektif dan relevan untuk memfasilitasi pengembangan keprofesian guru. Ini juga dirancang dan dilaksanakan dalam konteks sebuah visi kerangka menyeluruh yang akan memerlukan pengembangan pelatihan-pelatihan tambahan. Karena itu, uji coba ini seharusnya dipandang sebagai embrio yang diharapkan dapat mengilhami pengembangan lebih lanjut. Perlu diperhatikan pula bahwa walaupun fokus uji coba ini adalah mengenai pengajaran matematika, pendekatan PKB dan konsep kerangka yang digunakan dalam uji coba ini tidak sulit untuk diperluas ke pengajaran mata pelajaran selain matematika. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 15 3.2 KERANGKA KONSEPTUAL KEYAKINAN-PENGETAHUAN-PRAKTIK Kerangka konseptual keyakinan-pengetahuan-praktik dikembangkan berdasarkan temuan dari Studi Video Indonesia terkait TIMSS. Deskripsi dan penjelasan lengkap mengenai kerangka konseptual dapat dilihat di Laporan Teknis untuk Studi Video Indonesia terkait TIMSS. Kerangka konseptual ini terutama berguna dalam mempertimbangkan apa saja yang diperlukan guru untuk memasukkan praktik-praktik baru ke dalam pembelajaran mereka. Premis utama kerangka ini adalah bahwa guru akan paling efektif jika mereka mengadopsi praktik pengajaran yang selaras dengan pengetahuan matematika dan keyakinan matematika mereka. Gambar 2 berikut ini memperlihatkan “Zona Kongruen (Congruent Zone)” yang mewakili keselarasan tersebut. Sebaliknya, efektivitas guru akan sangat menurun jika mereka mengadopsi praktik yang tidak selaras dengan pengetahuan atau keyakinan mereka. Dalam hal ini, mereka akan beroperasi pada “Zona Disonan (Dissonant Zone)”. Dengan program yang ditujukan untuk mendorong guru mengadopsi praktik baru atau berpartisipasi dalam reformasi, seperti reformasi kurikulum 2013 di Indonesia yang mendorong pendekatan baru, akan sangat penting untuk menjalankan upaya yang dapat memastikan bahwa pengetahuan dan keyakinan guru sudah berkembang sehingga dapat selaras dengan praktik-praktik baru. Jika guru mencoba menerapkan praktik baru yang tidak selaras dengan pengetahuan dan/atau keyakinannya, mereka akan beroperasi pada “Zona Disonan” dan efektivitasnya akan sangat menurun. Dalam jangka panjang, tanpa pengawasan dan/atau pemaksaan terus- menerus, para guru cenderung akan mengabaikan praktik baru dan kembali ke praktik yang berada dalam “Zona Kongruen” mereka. Gambar 2: Model Konseptual Keyakinan-Pengetahuan-Praktik Practices yang Digunakan (tindakan) Zona Disonan zo n n ina at an ak pa key pe pa ng an eta at Zona Kongruen h zon ua n (practik-pengetahuan- keyakinan semuanya selaras dan setara) Pe ng et ah ua ka n i) ati M ps m at (a em la se te er a ati t) (p n M ka a zona tanpa praktik in da k lam ya Ke pe ng aja ra n Dengan memperhatikan kerangka konseptual tersebut, uji coba pelatihan ini dirancang guna membangun pengetahuan mata pelajaran dan pedagogi secara bersamaan, sekaligus membangun keyakinan guru mengenai efektivitas dan kelayakan penerapan praktik baru. Komponen evaluasi dampak juga berupaya mengukur pengetahuan, keyakinan, dan praktik guna memahami apakah pelatihan sudah efektif dalam mengubah keyakinan guru, dalam meningkatkan pengetahuan guru, dan dalam mengubah praktik guru sesungguhnya di ruang kelas. Instrumen dan pendekatannya akan dibahas kemudian pada bab 5 (Instrumen Evaluasi) 16 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru 3.3 PEMILIHAN SAMPEL Uji coba dilaksanakan di lima kabupaten. Meskipun pendekatan evaluasi secara menyeluruh tidak dimungkinkan karena kendala anggaran, berbagai metode evaluasi yang ketat masih diterapkan, meskipun dengan ukuran sampel yang kecil. Kendala anggaran mengharuskan evaluasi pada sampel dalam daerah geografis yang relatif kecil. Penting pula untuk mengaitkan sampel pelatihan PKB dengan sampel studi video guna membangun sinergi. Pemilihan sampel dilakukan dalam dua tahap, dengan tahap pertama melibatkan penargetan tertentu, sedangkan tahap kedua melibatkan metode stratifikasi dan pemilihan acak. 3.3.1 Tahap Pemilihan yang Ditargetkan untuk Provinsi dan Kabupaten Pemilihan yang ditargetkan untuk provinsi dan kabupaten dilaksanakan dengan cara berikut: Pertama, sampel lima provinsi dipilih berdasarkan fakta bahwa provinsi tersebut memiliki sejumlah besar guru matematika tingkat SMP (Statistik Pendidikan, 2010) dan juga akan memunculkan sejumlah variasi regional. No Provinsi Jumlah Persentase 1 Jawa Timur 9,626 13.9% 2 Jawa Barat 9,542 13.8% 3 Jawa Tengah 8,430 12.2% 4 Sumatera Utara 4,849 7.0% 5 Sulawesi Selatan 3,118 4.5% 6 DKI Jakarta 2,751 4.0% 7 Sumatera Selatan 2,608 3.8% 8 Banten 2,203 3.2% 9 Lampung 2,146 3.1% 10 Aceh 2,062 3.0% 11 Sumatera Barat 1,921 2.8% 12 Lainnya (22 provinsi) 20,003 28.9%   Total 69,259 100.0% Sumber: Statistik Pendidikan, Kemendikbud (2010) Selanjutnya dipilih empat kabupaten berdasarkan partisipasinya dalam program KKG/MGMP BERMUTU untuk mengetahui keberlanjutan program tersebut. Satu kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta juga disertakan karena bersinergi dengan uji coba keprofesian berkelanjutan yang sedang diadakan oleh Kemendikbud. Kota administrasi yang disertakan adalah Jakarta Selatan karena memiliki sejumlah besar guru yang telah mengikuti studi video. Daftar kabupaten yang terpilih adalah sebagai berikut: No Provinsi Kabupaten 1 Jawa Tengah Kab. Blora 2 Jawa Barat Kab. Sumedang 3 Sumatera Barat Kab. Solok 4 Sulawesi Selatan Kab. Gowa 5 DKI Jakarta Jakarta Selatan Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 17 3.3.2 Tahap Stratifikasi dan Pemilihan Acak untuk Kelompok Kerja Guru Tahap pemilihan acak menggunakan metodologi berikut: Pertama, daftar seluruh kelompok kerja guru di tingkat SMP diperoleh dari dinas pendidikan kabupaten, bersamaan dengan data mengenai keanggotaan kelompok kerja. Bersama data keanggotaan ini, tercakup pula data jumlah anggota; status mereka sebagai pegawai negeri, guru kontrak, atau guru yang direkrut sekolah; tingkat pengalaman dan lokasi di perkotaan/perdesaan. Setiap kelompok kerja kemudian dipasangkan dengan kelompok kerja pendamping yang paling mirip untuk kategori perkotaan dan perdesaan. Dua pasang yang akan memberi manfaat terbesar untuk studi (berdasarkan komposisi keanggotaannya), kemudian dimasukkan dalam pool. Setelah teridentifikasi dua pasangan dari masing-masing kabupaten, salah satu kelompok kerja dari setiap pasangan akan dipilih secara acak untuk menjadi kelompok perlakuan, sedangkan yang satunya lagi menjadi kelompok kontrol. Proses ini menghasilkan dua kelompok kerja perlakuan dan dua kelompok kerja kontrol untuk setiap kabupaten. Secara keseluruhan, terdapat 20 kelompok kerja guru dalam studi ini, dengan 10 MGMP perlakuan dan 10 kelompok kontrol. 18 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru 4 Rancangan Pelatihan Pelatihan ini dirancang berdasarkan serangkaian proses, yang diawali dengan bukti mendasar kuat dari studi video Indonesia mengenai apa saja yang harus diubah, bagaimana cara yang paling efektif untuk mendukung guru dalam melakukan perubahan, serta dimensi apa saja yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan. Bagian ini menjelaskan proses perancangannya. Gambar 3: Teori Rantai Hasil Bukti mendasar bagi pelatihan Studi menyeluruh Rancangan pelatihan untuk mengidentifikasi untuk mengubah di bidang apa saja praktik berdasarkan guru memerlukan konteks dan bukti di dukungan Indonesia Siklus pembelajaran, penerapan, refleksi, penajaman, dan berbagi Refleksi pengalaman Memfilmkan Guru belajar konsep Penerapan hal-hal dan diskusi dengan pelajaran sendiri praktis yang dapat yang sudah dipelajari Terus menajamkan guru lain untuk untuk direnungkan diterapkan dengan di kelas masing- praktik di kelas peningkatan lebih dan berbagi dengan mudah di kelas masing lanjut sejawat Terjadi perubahan (diukur dalam uji coba) Membangun Perlahan-lahan pengetahuan mata Praktik mulai membangun dan pelajaran bersamaan mengakar dan menjadi memperkuat dengan pengetahuan bagian dari repertoar keyakinan pada praktik pedagogi secara guru baru eksplisit Hasil akhir yang diharapkan (tetapi tidak diukur dalam uji coba) Siswa belajar lebih banyak karena pengetahuan guru meningkat dan mampu menerapkan praktik baru Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 19 4.1 HASIL STUDI VIDEO DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR UNTUK BIDANG YANG AKAN DITINGKATKAN Temuan studi video dan keinginan untuk mengubah hasil temuan tersebut menjadi praktik, mendorong pembuatan pelatihan ini yang berfokus pada bidang penting yang dijelaskan dalam kotak berikut. Bidang Penting yang Menjadi Fokus dalam Pelatihan: • Melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran; • Memperhatikan kata-kata yang digunakan; • Memperhatikan keakuratan konten matematikanya, misalnya apa yang dimaksud dengan volume? Apa yang dimaksud dengan bangun ruang datar? • Memperkaya peran guru, dengan mengalihkannya dari pengajaran langsung menjadi mengajukan “pertanyaan strategis”; mendengarkan siswa secara saksama; dan menggali pemahaman siswa; • Mengubah cara guru menjalankan tugas mereka, dengan beralih dari pola yang sangat prosedural menjadi pola yang lebih investigatif dan bermakna; • Memasukkan tugas non-rutin ke dalam pembelajaran guna memberikan tugas yang lebih menantang, yang menghasilkan pola pikir tingkat tinggi. 4.2 KONSEP MENDASAR PENGEMBANGAN KEPROFESIAN Fungsi inti pengembangan keprofesian guru adalah untuk meningkatkan proses pengajaran dan pembelajaran. Ini mungkin melibatkan berbagai aspek seperti pengembangan kurikulum, pengembangan pengajaran, penilaian siswa, dan peningkatan kerja sama antara sekolah dengan orang tua. Gordon (2004) mendefinisikan pengembangan keprofesian yang berhasil sebagai: “...kombinasi pengalaman yang memberdayakan pendidik individual, tim pendidik, dan organisasi pendidikan untuk meningkatkan kurikulum, pengajaran, dan penilaian siswa guna memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan siswa”. Fullan (1991) menyatakan: “Tidak ada strategi tunggal yang dapat berkontribusi lebih besar bagi makna dan peningkatan daripada pengembangan keprofesian yang berkelanjutan”. Namun, membuat program pengembangan keprofesian yang efektif sangatlah sulit, dengan banyak ahli yang menyimpulkan bahwa kebanyakan program tidak efektif. Jika pengembangan keprofesian sangat penting untuk memfasilitasi peningkatan, tetapi diakui bahwa kebanyakan program gagal, tentu akan sangat penting untuk menentukan elemen utama yang dapat memastikan keberhasilannya. 4.2.1 Karakteristik Program Pengembangan Keprofesian yang Baik • Kepemimpinan dan dukungan yang kuat: Para pemimpin menciptakan atmosfer dukungan dan kepercayaan, memberikan insentif dan imbalan untuk partisipasi, serta memberikan dukungan moral dan material secara berkelanjutan. Para pemimpin bertindak sebagai teladan dengan berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan pengembangan keprofesian. • Kolegialitas dan kolaborasi: Guru terlibat dalam perencanaan dan penyampaian program. Sekolah membentuk kemitraan kerja sama dengan sekolah lain, universitas, bisnis, dan pihak penting lainnya. Selain itu, juga ada kerja sama dan koordinasi antara sekolah dan dinas pendidikan kabupaten. 20 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru • Pengembangan berbasis data: Sejumlah kajian kebutuhan dilakukan dan data dari kajian tersebut dianalisis dengan saksama. Seiring perencanaan dan pelaksanaan program, para peserta terus mengumpulkan data sebagai dasar untuk peningkatan program yang sedang berjalan. Sebagian besar data dikumpulkan di tingkat ruang kelas, sebelum dibagikan dan dianalisis di tingkat tim dan sekolah. • Integrasi program: Sasaran pengembangan keprofesian di sekolah dan sasaran peningkatan sekolah telah terintegrasi. Juga ada integrasi antara sasaran individu, tim, sekolah, dan kabupaten. • Perspektif pengembangan: Program pengembangan yang efektif dicirikan oleh perencanaan dan pengembangan jangka panjang. Para peserta mengambil pendekatan selangkah demi selangkah, dengan tujuan mencapai peningkatan secara berkelanjutan dan terus-menerus. • Kegiatan pembelajaran yang relevan: Banyak atau kebanyakan kegiatan pembelajaran berlangsung di tingkat sekolah. Kegiatan yang berlangsung di lokasi lain difokuskan pada sasaran peningkatan sekolah. Kegiatan pembelajaran bersifat partisipatif dan eksperiensial (langsung dialami). • Pengembangan keprofesian sebagai gaya hidup: Ada norma di antara guru bahwa mereka berkewajiban mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian, dan mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut berpotensi kuat meningkatkan pengajaran dan pembelajaran. Guru memandang kegiatan pengembangan keprofesian sebagai “gaya hidup” di sekolah mereka. 4.2.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dewasa Penting pula untuk diingat bahwa dalam kegiatan pengembangan keprofesian guru, para pesertanya adalah orang dewasa. Orang dewasa belajar dengan cara yang berbeda dibandingkan anak-anak, dan pendekatan untuk pengembangan keprofesian harus memperhatikan hal ini. Prinsip penting pembelajaran dewasa termasuk: • Orang dewasa termotivasi untuk belajar jika mereka perlu belajar atau punya minat dalam kehidupan pribadi dan/atau pekerjaan mereka; • Orang dewasa membawa sejumlah besar pengalaman hidup dan pengetahuan sebelumnya ke dalam situasi pembelajaran; • Orang dewasa belajar paling baik jika mereka terlibat aktif dalam proses pembelajaran; • Orang dewasa memiliki beragam gaya belajar; • Seiring berkembangnya orang dewasa secara pribadi dan profesional, mereka semakin perlu mengarahkan diri secara mandiri; • Orang dewasa memiliki kebutuhan untuk berafiliasi; • Orang dewasa menikmati pembelajaran dalam kelompok yang memungkinkan mereka berbagi pengalaman dan gagasan. 4.3 KELOMPOK KERJA GURU UNTUK PENYAMPAIAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN Kelompok kerja guru dipilih sebagai sarana penyampaian pelatihan. Kelompok-kelompok tersebut dipilih untuk tujuan ini terutama berdasarkan manfaat penggunaannya dari sudut pandang efektivitas dan keberlanjutan. Bagian ini secara singkat membahas teori dan konsep inti pengembangan keprofesian guru untuk memberikan konteks pelaksanaan pelatihan. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 21 4.3.1 Apakah yang dimaksud dengan Kelompok Kerja Guru? Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk guru SD dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk guru sekolah menengah (SMP dan SMA), merupakan kumpulan sekelompok guru dalam daerah geografis tertentu. Untuk kelompok kerja sekolah menengah, jumlah sekolah dalam kumpulan tersebut biasanya antara tiga sampai enam, dan melibatkan rata-rata 20 guru. Di kelompok sekolah menengah, kelompoknya dibatasi oleh mata pelajaran sehingga, sebagai contoh, satu kelompok dapat berisi 20 orang guru matematika. Frekuensi pertemuannya bervariasi, tetapi cenderung diadakan setiap dua minggu sekali. Tujuan utama kelompok kerja guru adalah untuk memberikan lingkungan untuk pengembangan keprofesian. Karena itu, guna mengkaji kondisi saat ini dan kegiatan kelompok tersebut, pertama-tama perlu dipahami dulu teori di balik pengembangan keprofesian guru dan perlu ditentukan elemen apa saja yang diperlukan agar pengembangan tersebut efektif. Pelatihan dalam jabatan secara tradisional vs. kelompok kerja guru Dengan memperhatikan karakteristik di atas, akan berguna jika pelatihan dalam masa kerja secara tradisional dibandingkan dengan kegiatan kelompok kerja guru. Meskipun kedua pendekatan tersebut seharusnya berupaya memasukkan sebanyak mungkin aspek praktik yang baik, masing-masing metode tersebut memiliki keunggulan relatifnya sendiri guna mencapai pengembangan keprofesian. Status pelatihan dalam jabatan Pelatihan dalam jabatan yang dilakukan berkala sudah diakui secara luas merupakan hal penting agar guru dapat tetap mengikuti perkembangan pedagogi terbaru dan sebagai sarana agar mereka dapat memperbarui pengetahuan dan keterampilan secara berkelanjutan dan terus-menerus. Metode tradisional untuk memberikan pelatihan dalam masa kerja adalah dengan mengikutkan guru pada pelatihan, biasanya selama satu atau dua minggu, sekali setiap tahun atau setiap dua tahun. Pelatihan tersebut biasanya diberikan oleh pelatih ahli di sebuah pusat pelatihan tempat para guru memperoleh makan dan akomodasi selama periode pelatihan. Pendekatan tradisional memiliki sejumlah keunggulan, termasuk: • Mengumpulkan guru di pusat pelatihan memungkinkan suatu periode konsentrasi penuh sehingga guru dapat berfokus pada pembelajaran; • Instrukturnya kemungkinan adalah ahli di bidangnya dan mereka mungkin memiliki keterampilan spesifik yang diperlukan untuk memfasilitasi pelatihan guru; • Mengadakan pelatihan selama beberapa siklus memberikan skala ekonomi dan memungkinkan instruktur untuk memodifikasi pelatihan dari waktu ke waktu guna meningkatkan efektivitasnya. Namun, pelatihan dalam jabatan secara tradisional juga banyak dikritik oleh ahli pendidikan karena dipandang tidak efektif untuk mencapai pengembangan keprofesian guru hingga ke tingkat tinggi. Kekurangannya secara umum mencakup: • Banyak komponen program pelatihan kurang relevan dengan kebutuhan guru sesungguhnya dan dengan tuntutan keadaan di ruang kelas yang mungkin mereka hadapi; • Proses pelatihan di lembaga keguruan sendiri sering kali bersifat sangat mekanik; • Kurang ada penekanan (dan waktunya pun tidak cukup) untuk mengajarkan aspek praktis pekerjaan di ruang kelas, termasuk strategi pengajaran, teknik manajemen ruang kelas, keterampilan mengajar membaca dan bahasa;3 • Studi memperlihatkan bahwa pembelajaran yang diperoleh secara intensif selama periode singkat jarang diterapkan dalam ruang kelas atau cepat terlupakan jika tidak diperkuat dengan kegiatan tambahan sebagai tindak lanjut; 3 http://www.un.org.in/JANSHALA/aprjun01/teachtrn.htm 22 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru • Kegiatan di lembaga untuk pelatihan selama masa kerja berbiaya mahal dan mungkin mengharuskan guru untuk meninggalkan ruang kelas dalam jangka waktu yang cukup lama; • Guru sering kali langsung ditugaskan mengikuti pelatihan tertentu, bukannya diberi kesempatan untuk memilih pelatihan yang menurut mereka paling menarik atau relevan. Keunggulan Kelompok Kerja Guru Kelompok kerja dapat memberikan jenis pembelajaran dan pengalaman pengembangan keprofesian yang sangat berbeda. Kelompok kerja lebih unggul daripada pelatihan dalam masa kerja secara tradisional karena: • Kegiatan pelatihan dapat dilakukan secara rutin (setiap dua minggu, bukan hanya sekali setahun); • Pertemuan rutin memungkinkan penguatan konsep dan beberapa iterasi kegiatan pelatihan dan pengembangan keprofesian; • Struktur pelatihannya melibatkan pendekatan “untuk guru, oleh guru”, yang telah diperlihatkan sebagai metode yang paling berhasil untuk pengembangan keprofesian; • Kegiatan pelatihan lebih mudah dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan konteks lokal, terutama karena semua guru berasal dari lokasi yang kurang lebih sama; • Guru membentuk sistem pendukung yang dapat mereka andalkan dan dapat mereka akses dengan mudah; • Metodologi kelompok kerja guru mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran dewasa yang telah dijelaskan di atas, yaitu: a Guru dapat mengatur struktur pembelajaran agar sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka; a Guru dapat menerapkan pengalaman hidup dan pengetahuan sebelumnya ke dalam situasi pembelajaran; a Guru dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran; a Gaya pembelajaran dapat disesuaikan strukturnya dengan kebutuhan anggota kelompok kerja; a Guru dapat mengarahkan dirinya secara mandiri; a Kelompok kerja memberikan afiliasi bagi anggota-anggotanya; • Kegiatan pembelajaran cenderung bersifat partisipatif dan eksperiensial (langsung dialami). Keterbatasan Kelompok Kerja Guru Ada pula sejumlah keterbatasan mengenai apa yang dapat dicapai kelompok kerja dan tantangan untuk memastikan bahwa kelompok kerja menjadi sarana yang efektif guna mencapai sasaran yang dituju. Kelompok kerja dimaksudkan untuk berfokus pada pengembangan keprofesian guru. Kelompok kerja ini mungkin melibatkan sejumlah kegiatan yang berbeda, mulai dari diskusi informal di antara guru mengenai persoalan yang mereka hadapi di ruang kelas, sampai kegiatan lebih terstruktur yang menghasilkan keluaran lebih berarti, seperti makalah penelitian, artikel untuk jurnal, dan seterusnya. Jika dibandingkan dengan pelatihan dalam jabatan, kelompok kerja guru mungkin memiliki keterbatasan tertentu, termasuk yang berikut ini: • Kelompok kerja cenderung bergantung pada keahlian anggota-anggotanya, yang sering kali terbatas dan harus didukung melalui penyediaan bahan atau keahlian dari luar; • Kelompok kerja mungkin kurang memiliki kapasitas yang diperlukan bagi kegiatan yang lebih berorientasi pelatihan; • Kegiatannya mungkin menjadi kurang terstruktur; • Bagi sebagian besar kegiatan kelompok kerja saat ini di Indonesia, tidak ada hasil (output) khusus yang diwajibkan atau ujian akhir untuk menguji sejauh mana guru telah memperoleh pengetahuan. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 23 4.4 PRINSIP-PRINSIP RANCANGAN PELATIHAN Perubahan perilaku adalah hal yang sulit dicapai. Namun, dalam konteks pengembangan keprofesian guru, perubahan seperti itu kemungkinan terjadi jika guru diberi dukungan bukan hanya untuk berkembang ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi juga didukung untuk memungkinkan mereka melaksanakan hal-hal yang telah dipelajari. Juga diperlukan waktu agar perilaku baru dapat menjadi kebiasaan melalui latihan terus-menerus. Karena itu, sejumlah prinsip rancangan penting telah ditentukan sebelum pengembangan pelatihan. Tujuh prinsip penting yang diterapkan dalam rancangan pelatihan disampaikan di bawah. Prinsip-Prinsip Rancangan Penting untuk Perubahan Perilaku dalam Praktik Pengajaran Perubahan perilaku kemungkinan besar terjadi ketika: 1. Kegiatan untuk memfasilitasi perubahan tersebut dilakukan dalam waktu yang cukup lama; 2. Ada siklus iteratif pembelajaran, praktik, refleksi, dan modifikasi; 3. Ada peluang untuk berdiskusi dengan rekan sejawat; 4. Materi dan subjek kegiatan berhubungan langsung dengan, dan relevan dengan, konteks guru di ruang kelas; 5. Materinya bersifat praktis dan memiliki penerapan praktis, bukannya murni teori; 6. Pendekatannya memperkuat pengetahuan dan keyakinan guru terkait praktik yang dilakukannya; 7. Kegiatannya berhubungan dengan mata pelajaran dan konten pedagogi, sehingga kemampuan guru di kedua bidang tersebut dikuatkan secara bersamaan. 4.4.1 Pendekatan In-On-In Dengan sasaran mencapai perubahan perilaku, pelatihan dirancang menggunakan pendekatan in-on-in, yaitu guru pertama-tama terlibat dalam kegiatan pembelajaran dalam sesi kelompok kerja. Selanjutnya, mereka diberi tugas “pekerjaan rumah” untuk dilakukan di ruang kelas mereka. Dalam sesi kelompok kerja berikutnya, guru berbagi pengalaman mereka dan melakukan refleksi atas hal apa saja yang berjalan baik, apa saja yang gagal, bagaimana mereka dapat melakukannya dengan lebih baik di masa depan. Pendekatan in-on-in mengharuskan hal-hal yang dipelajari bersifat praktis dan memiliki penerapan secara praktis, bukannya murni teori. Selama proses pembelajaran, baik aspek mata pelajaran maupun pedagogi ditangani secara bersamaan melalui kegiatan, guna membantu pengetahuan guru dan memungkinkan mereka menerapkan pengetahuan ini dalam konteks pedagogi di ruang kelas. Guru harus diberi alasan dan dasar pemikiran atas kegiatan yang mereka lakukan, beserta sejumlah upaya untuk mengembangkan pemahaman mendasar yang dapat membantu meyakinkan guru bahwa praktik-praktik tersebut berguna dan bermanfaat. 4.4.2 Kerangka ELPSA Kerangka pembelajaran ELPSA (Experiences, Language, Pictures, Symbols and Application) tercakup dalam rancangan pelatihan. Kerangka ELPSA dibangun atas dasar teori pembelajaran konstruktivisme dan sosial. Kerangka ELPSA memandang pembelajaran sebagai proses aktif. Siswa membangun caranya sendiri untuk mengetahui dan mengembangkan pemahaman melalui refleksi individu dan melalui interaksi sosial dengan yang lain. Perlu ditekankan bahwa bentuk pembelajaran yang didefinisikan ELPSA bukanlah proses linear. Pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan tidak dapat diduga, yang tidak berlangsung dalam urutan linear. Karena itu, 24 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru berbagai elemen model harus dianggap saling terkait dan tumpang tindih. Meskipun komponen kerangka ELPSA dapat didiskusikan secara individual, komponen-komponen tersebut tidak dapat dilaksanakan secara terisolasi. Sebaliknya, berbagai komponen tersebut dimasukkan dan saling berkaitan satu sama lain selama pembelajaran. Gambar 4: Contoh ELPSA untuk topik segitiga siku-siku PENGALAMAN Siswa membuat segitiga siku-siku untuk diberi skala dan label BAHASA Terminologi termasuk: siku-siku, hipotenusa, GAMBAR 90° diperkuat Siswa menjumpai 3 5 segitiga yang bukan c 4 a siku-siku sebagai pengalaman b untuk berlanjut ke trigonometri PENERAPAN Rumus c2=b2+a2 diperkuat Siswa diberi tugas menentukan luas lantai di kelas mereka SIMBOLS Pengenalan rumus untuk luas segitiga siku-siku A=12 bh 4.4.3.Memasukkan Video ke dalam Pelatihan Salah satu keunggulan pengembangan pelatihan berdasarkan studi video adalah karena para perancang pelatihan dapat memanfaatkan lebih dari 600 jam rekaman yang berisi contoh dunia nyata praktik di ruang kelas. Klip video contoh dimasukkan dalam kegiatan sesi sebagai alat untuk mendorong diskusi. Contoh-contoh tersebut tidak harus ditujukan untuk memperlihatkan praktik terbaik, tetapi lebih sebagai pendorong diskusi mengenai persoalan dan mata pelajaran tertentu. 4.4.4 Fasilitator sebagai Bagian Integral Kegiatan Sesi Metode penyampaian PKB yang paling hemat biaya melalui kelompok kerja guru adalah dengan merancang pelatihan sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan tanpa memerlukan fasilitasi. Untuk mengadopsi pendekatan ini, seluruh bahannya harus sudah jelas. Selain itu, guru harus memiliki tingkat motivasi yang memadai untuk melakukan kegiatannya secara mandiri. Meskipun opsi ini masuk dalam pertimbangan, penerapannya akan sangat membatasi kerumitan kegiatan yang dapat disertakan dalam pelatihan. Selain itu, hanya ada sedikit (itu pun jika ada) regulator yang dapat mengendalikan mutu dan konsistensi penyampaian. Diputuskan bahwa pelatihan dapat dikembangkan dengan jauh lebih efektif jika melibatkan pemilihan dua anggota dalam kelompok kerja untuk bertindak sebagai fasilitator dan pemimpin, bersamaan dengan sejumlah upaya untuk mengembangkan kapasitas dua fasilitator yang terpilih. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 25 5 Instrumen Evaluasi Instrumen dirancang untuk menangkap perubahan dalam keyakinan, pengetahuan, dan praktik guru. 5.1 SURVEI GURU DENGAN KEYAKINAN MATEMATIKA Guru diminta berpartisipasi dalam survei pada saat awal sesi pertama untuk mengumpulkan informasi latar belakang. Selain itu, survei mencakup sekumpulan pernyataan mengenai keyakinan terkait pengajaran matematika dan proses pembelajaran matematika. Ada pula pernyataan mengenai kegiatan pembelajaran di kelas. Butir-butir tersebut diberi peringkat menggunakan skala Likert dari 1 (“sangat tidak penting”) sampai 5 (“sangat penting”).4 Guru memberi peringkat berbagai butir tersebut pada sesi pertama dan sekali lagi pada sesi terakhir. Hasil setiap guru kemudian dapat dibandingkan untuk menentukan apakah telah terjadi perubahan keyakinan dan/atau persepsi, dan jika ya, sampai sejauh mana. Bagian Jumlah Butir Soal Pengajaran Matematika 10 Kegiatan Pembelajaran 14 Proses Pembelajaran Matematika 8 Total 32 5.2 UJIAN PENGETAHUAN MATA PELAJARAN DAN PEDAGOGI GURU SEBELUM DAN SESUDAH UJI COBA Guru juga mendapat ujian kompetensi mengenai pengetahuan mata pelajaran dan pedagogi pada awal dan akhir penyampaian pelatihan. Guru diuji mengenai hal-hal yang berkaitan langsung dengan pelatihan, terkait hanya secara tidak langsung, dan sama sekali tidak terkait. Tujuan setiap butir ujian ini adalah untuk menentukan sampai sejauh mana pengaruh yang sifatnya langsung maupun tidak langsung. Dalam hal butir ujian yang sama sekali tidak berkaitan dengan pelatihan, berbagai butir tersebut diikutkan untuk memeriksa apakah hasil yang tercatat akan sesuai dengan perkiraan, yaitu tidak ada perubahan, sehingga butir-butir tersebut sesungguhnya berfungsi sebagai kontrol. Guru dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol berpartisipasi dalam ujian tersebut untuk menentukan perubahan relatif di antara kedua kelompok. Ujian dicobakan pada sekelompok guru di Yogyakarta dan dimodifikasi berdasarkan hasil percobaan tersebut. Ujian tersebut tidak distandarkan, jadi jika dalam ujian sebelum uji coba diperoleh skor tertentu dan dalam ujian sesudah uji coba diperoleh lagi skor serupa, berarti kemampuannya sama saja. Disadari bahwa guru dalam kelompok perlakuan kemungkinan dapat mencoba memberikan “jawaban yang benar” dengan menyatakan bahwa keyakinan mereka telah berubah di bidang yang berkaitan 4 Dalam hal kegiatan pembelajaran guru, skalanya mengenai frekuensi penggunaan dengan rentang dari “tidak pernah” sampai “sangat sering”. 26 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru dengan fokus pelatihan. Hal ini menjadi pertimbangan dalam analisis dan dicocokkan dengan survei persepsi siswa mengenai praktik di kelas, yang akan dijelaskan berikutnya. 5.3 SURVEI PERSEPSI SISWA MENGENAI PRAKTIK DI KELAS SEBELUM DAN SESUDAH UJI COBA Survei persepsi siswa diadaptasi dari instrumen “Asking Students about Teaching” yang ada dalam proyek Measures of Effective Teaching (MET) dari Bill and Melinda Gates Foundation. Tujuan instrumen tersebut dalam uji coba ini adalah untuk mengukur persepsi siswa mengenai praktik gurunya sebelum dan sesudah uji coba, agar dapat diketahui apakah terjadi perubahan dalam praktik, terutama saat membandingkan antara kelompok perlakuan dengan kontrol. Beberapa pernyataan berkaitan lebih erat dengan uji coba pelatihan daripada pernyataan lainnya, sehingga banyak pernyataan yang diharapkan tidak berubah, baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol. Di sisi lain, pernyataan yang lebih relevan tentu diharapkan berubah pada kelompok perlakuan, tetapi tidak pada kelompok kontrol. Alasan menggunakan persepsi siswa adalah bahwa cara ini memberikan pengukuran yang relatif lebih objektif mengenai apakah guru memang benar-benar mengubah praktiknya. 5.4 MENGAPA SISWA TIDAK DIUJI? Meskipun peningkatan pembelajaran siswa mungkin dipandang sebagai sasaran tertinggi dalam upaya meningkatkan praktik di ruang kelas, evaluasi ini tidak menjalankan upaya apa pun untuk mencari tahu sejauh mana perbaikan seperti itu telah terjadi. Alasan pertama untuk ini adalah persoalan kendala. Melaksanakan dengan baik ujian bagi siswa lebih dari 400 guru dalam kelompok perlakuan dan kontrol sebelum dan sesudah uji coba, tidak mungkin dilakukan dari sudut pandang biaya maupun logistik. Kedua, meskipun mutu pembelajaran siswa tentu saja penting, tujuan utama program ini adalah untuk menentukan apakah metode yang diterapkan akan membawa perubahan dalam praktik di ruang kelas. Karena itu, diputuskan bahwa survei untuk menangkap persepsi siswa mengenai perubahan di ruang kelas akan lebih berguna dari segi kerangka referensi program dan lebih mudah dicapai dari segi logistik. Diputuskan bahwa survei untuk menangkap persepsi siswa dapat diberikan dan dikumpulkan guru sendiri dengan cukup aman, sementara survei untuk mengukur mutu pembelajaran siswa kemungkinan dapat memancing guru untuk memanipulasi hasilnya, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai validitas hasil survei. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 27 6 Pelaksanaan Bagian berikut menjelaskan proses pelaksanaan, termasuk keputusan penting, komponen, pendekatan, dan langkah yang diambil dalam proses ini. 6.1 PENDANAAN KEGIATAN Kelompok kerja guru semestinya berfungsi secara independen terlepas dari uji coba ini. Karena itu, uji coba ini dimaksudkan untuk bekerja sama dengan kelompok kerja yang sudah ada, tanpa memberikan dana untuk menanggung biaya sesi pertemuan. Namun, dana diberikan untuk menanggung biaya lokakarya awal bagi fasilitator dan lokakarya yang diadakan setelah uji coba selesai. Bahan juga diberikan tanpa mengenakan biaya. Guru dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol juga menerima sedikit uang sebagai kompensasi untuk partisipasi mereka dalam kegiatan ujian sebelum dan sesudah uji coba. Untuk tujuan keberlanjutan dan perluasan skala kegiatan, memang perlu diakui bahwa uji coba ini melibatkan sejumlah biaya. Namun, untuk sebagian besar kegiatannya, uji coba ini diintegrasikan ke dalam struktur yang sudah ada. Pendekatan ini dapat diperluas skalanya dengan cara yang tidak memerlukan tambahan pendanaan dalam jumlah besar. Yang diperlukan adalah penyediaan bahan pelatihan (dengan biaya sekitar dua dolar per peserta) dan sesi pelatihan tiga hari bagi fasilitator. Sesi sesungguhnya tidak akan melibatkan biaya tambahan untuk kelompok kerja yang sudah ada dan sudah berfungsi penuh. 6.2 GRUP FACEBOOK BAGI PESERTA Sebuah grup Facebook dibuat sebagai forum untuk memungkinkan fasilitator membagikan pengalamannya. Hampir semua fasilitator sudah memiliki akun Facebook sehingga media sosial tersebut menjadi cara yang mudah bagi fasilitator yang berpartisipasi untuk membagikan gagasan dan mengajukan pertanyaan. Forum tersebut digunakan paling banyak pada awal proses, saat fasilitator mulai bersiap menjalankan pelatihan bagi kelompoknya masing-masing. Forum ini juga banyak digunakan menjelang akhir proses, saat guru mulai merekam pelajaran mereka sendiri. Forum ini pun memungkinkan pengumpulan sejumlah informasi tambahan untuk evaluasi. Bentuk kesulitan dan kekhawatiran yang dihadapi guru, serta keberhasilan yang mereka capai dan pendekatan inovatif yang mereka adopsi dapat diidentifikasi melalui sarana ini. Perlu diperhatikan pula bahwa tersedianya forum ini harus dipandang sebagai bagian dari uji coba, karena bisa jadi berperan dalam sebagian pencapaian uji coba ini, kemungkinan dengan menghilangkan atau mengurangi sejumlah hambatan. 6.3 URUTAN LANGKAH KEGIATAN UJI COBA 6.3.1 Pertemuan Awal dengan Pejabat Kabupaten Persyaratan baru dari Kemendikbud yang mengharuskan guru memperoleh angka kredit tertentu bagi setiap tahap kemajuan dan promosi, menjadi motivasi tambahan 28 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru bagi guru untuk terlibat aktif dalam PKB. Namun, kegiatan yang diikuti guru harus diakui agar dapat memperoleh angka kredit. Dinas pendidikan kabupaten bertanggung jawab menyediakan pengembangan keprofesian bagi guru di kabupaten tersebut. Karena itu, dinas pendidikan menjadi pihak yang mengakui dan memberikan kredit bagi kegiatan yang diikuti guru. Mengingat hal tersebut, sangat penting untuk bertemu dengan pejabat dinas pendidikan di setiap kabupaten terpilih untuk menanyakan apakah mereka akan memberikan kredit untuk partisipasi dalam kegiatan. Agar peserta dapat menerima satu angka kredit, pelatihan harus berdurasi setidaknya 30 jam. Semua pejabat dinas pendidikan di kabupaten yang berpartisipasi menyambut secara antusias uji coba pelatihan di kabupaten mereka dan bersedia memberikan sertifikat dan kredit bagi para peserta. Karena itu, sangat jelas bahwa ada permintaan untuk jenis kegiatan yang dilakukan oleh proyek ini. Meskipun dinas pendidikan kabupaten bertanggung jawab memfasiliasi pengembangan keprofesian, kebanyakan kabupaten tidak yakin cara melakukannya atau tidak memiliki kapasitas untuk menyampaikan kegiatan pengembangan keprofesian yang bermutu tinggi. Akibatnya, sebagian besar guru sama sekali tidak berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan keprofesian. Jika pun ada kegiatan semacam itu yang ditawarkan, kegiatannya sering kali tidak relevan dengan kebutuhan guru atau bermutu rendah. 6.4 LOKAKARYA AWAL BAGI FASILITATOR Sebuah lokakarya tiga hari diadakan di kantor P4TK Matematika di Yogyakarta. Dua fasilitator dari setiap kelompok kerja guru berpartisipasi dalam lokakarya ini. Tiga kelompok kerja tingkat sekolah dari Jakarta Selatan juga berpartisipasi, sehingga jumlah seluruh fasilitator yang berpartisipasi adalah 26. Lokakarya dipimpin oleh para perancang pelatihan, Prof. Tom Lowrie dan Sitti Maesuri Patahuddin. Para peserta diperkenalkan dengan filosofi yang mendasari pelatihan, termasuk pendekatan ELPSA dan setiap kegiatan di dalam pelatihan. Sejumlah upaya juga dilakukan untuk mengembangkan keterampilan yang mereka perlu untuk menjalankan perannya sebagai fasilitator. 6.5 PELAKSANAAN SESI Semua sesi berlangsung selama semester kedua sekolah (pada periode Januari sampai Mei 2014). Setiap kelompok kerja memiliki jadwal sendiri, dengan beberapa variasi dalam frekuensi pertemuannya. Untuk setiap sesi, salah satu anggota tim akan hadir untuk mendokumentasi kegiatan dan diskusi yang berlangsung selama sesi tersebut. Fasilitator dan guru juga memberikan umpan balik setelah setiap sesi. 6.5.1 Ujian sebelum uji coba dan pengumpulan data pada sesi pertama Untuk memperoleh data dasar (baseline data), semua peserta mengikuti penilaian kompetensi matematika selama satu jam dan diharuskan mengisi kuesioner survei yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi latar belakang dan untuk menilai keyakinan matematika mengenai pengajaran dan pembelajaran. Guru juga diberi instrumen survei persepsi siswa dan diminta untuk mengadakan survei tersebut di antara siswa mereka. Setiap kelompok kerja memberi penjelasan terperinci mengenai jadwal yang direncanakan untuk setiap sesi kelompok kerja. Ini digunakan untuk melacak kegiatan kelompok kerja dan untuk menjadwalkan kunjungan oleh tim studi sehingga sesi kelompok kerja dapat diamati. 6.5.2 Ujian Sesudah Sesi Terakhir dan Demonstrasi Video yang Direkam Sendiri Dalam sesi terakhir pelatihan, diadakan survei sesudah mengenai keyakinan guru dan ujian sesudah uji coba mengenai pengetahuan mata pelajaran dan pedagogi. Sejumlah guru juga mempresentasikan video yang mereka rekam dalam pelajaran mereka. 6.5.3 Pengumpulan Survei Persepsi Siswa Survei persepsi siswa diadakan dan dikumpulkan oleh guru dari kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil survei lalu Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 29 dikumpulkan oleh dinas pendidikan kabupaten dan dikirim ke tim proyek untuk analisis. 6.5.4 Lokakarya Tindak Lanjut dan Sesi Kelompok Fokus Setelah kegiatan uji coba selesai, ada dua lokakarya tambahan yang diadakan untuk mengumpulkan umpan balik dari para peserta. Selain itu, para peserta juga membagikan video yang telah mereka buat dan perspektif mereka, khususnya mengenai manfaat dan relevansi kerangka ELPSA dalam konteks pengembangan kurikulum 2013. 6.5.5 Hasil Evaluasi Evaluasi mencakup sejumlah perspektif untuk memperoleh pemahaman penuh bagaimana pelatihan dilaksanakan dan sejauh mana efektivitasnya. Data yang terkumpul juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang perlu diperbaiki dari segi materi dan penyampaian pelatihan. Bagian berikut mencakup tiga sub-bagian: • Kehadiran dan Hasil Kerja (Deliverables): Sub-bagian ini memberikan garis besar kehadiran kelompok perlakuan sebagai gambaran tingkat partisipasi selama semester tersebut; • Analisis kuantitatif: Sub-bagian ini memberikan garis besar hasil pelaksanaan pelatihan yang dapat diukur dari segi dampaknya terhadap: (i) perubahan dalam keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran, seperti yang terukur melalui survei keyakinan guru; (ii) perubahan dalam pengetahuan mata pelajaran, seperti yang terukur melalui penilaian kompetensi; dan (iii) perubahan dalam praktik-praktik di ruang kelas, seperti yang terukur melalui survei persepsi siswa; • Analisis kualitatif: Sub-bagian ini meliputi rangkuman: (i) pengamatan kegiatan sesi; (ii) wawancara dan survei terhadap fasilitator; (iii) wawancara dan survei terhadap guru (peserta); dan (iv) umpan balik yang diterima melalui lokakarya dan diskusi kelompok fokus; 6.6 KEHADIRAN DAN HASIL KERJA PESERTA DARI KELOMPOK PERLAKUAN Salah satu tantangan yang dihadapi adalah peserta dari kelompok kerja guru tidak sepenuhnya hadir secara konsisten. Meskipun sebagian peserta yang berpartisipasi dalam sesi awal, dan ujian sebelum uji coba, juga berpartisipasi dalam sesi terakhir dan ujian sesudah uji coba, ada sejumlah guru yang hanya berpartisipasi dalam ujian sebelum uji coba. Walaupun sudah dapat diduga bahwa sejumlah peserta akan keluar dan tidak menyelesaikan pelatihan secara lengkap, ada pula sejumlah besar guru yang tidak berpartisipasi dalam sesi awal, tetapi berpartisipasi dalam sesi akhir dan ujian sesudah uji coba. Hal ini penting karena menangkap pengaruh pindah tugas (rotasi) guru. Untuk sejumlah sekolah, tidak semua guru akan berpartisipasi, sedangkan sebagian dipindahtugaskan selama periode pelaksanaan pelatihan. Sifat pelatihan in-on-in mengharuskan konsistensi sampai taraf tertentu dari segi kehadiran peserta, baik agar pengembangan keprofesian mereka dapat difasilitasi secara efektif maupun untuk menentukan apakah mereka pada akhirnya dapat menerima kredit atas partisipasinya dalam pelatihan. Untungnya, mayoritas peserta dalam kelompok perlakuan maupun kontrol berpartisipasi dalam ujian sebelum maupun sesudah uji coba. 6.6.1 Kehadiran Guru dalam Kelompok Perlakuan Seluruhnya ada 157 guru dalam kelompok perlakuan yang menghadiri sesi pertama dan terakhir. Guru-guru inilah yang dimasukkan dalam analisis karena data sebelum dan sesudah uji coba diperlukan untuk tujuan perbandingan. Selain itu, ada 46 guru yang menghadiri sesi pertama, tetapi tidak hadir dalam sesi terakhir. Ini berarti 77 persen dari semua guru yang memulai partisipasi dalam uji coba juga menyelesaikannya. Ada pula 19 guru yang menghadiri sesi terakhir, tetapi tidak hadir dalam sesi pertama. Jika guru-guru tersebut juga diperhitungkan, proporsi guru yang menghadiri ujian sebelum maupun sesudah uji coba akan turun menjadi 71 persen.5 5 Ada lagi 22 guru lain yang tidak menghadiri sesi pertama maupun sesi terakhir, tetapi bergabung dalam setidaknya salah satu sesi di tengah, sehingga seluruhnya ada 244 guru yang setidaknya menghadiri satu sesi selama semester tersebut. 30 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Saat menghitung kehadiran kelompok inti 157 guru yang hadir pada sesi pertama dan terakhir, setengahnya menghadiri semua sesi, sedangkan 34 persen lagi hanya melewatkan satu sesi. Sisa 16 persen tidak mengikuti dua sesi atau lebih. Gambar 5 - Tingkat Kehadiran Guru yang Digunakan dalam Analisis Melewatkan 4 - 2% Melewatkan 3 - 2% Melewatkan 2 - 12% Menghadiri semua- 50% Melewatkan 1- 34% 6.6.2 Kehadiran Guru dalam Kelompok Kontrol Dalam hal kelompok kontrol, frekuensi pertemuan kelompok kerja dan tingkat kehadiran dalam pertemuan tersebut tidak dilacak. Namun, jumlah guru yang berpartisipasi dalam sesi pertama dan terakhir uji coba dicatat. Meskipun 168 guru dari kelompok kontrol berpartisipasi dalam sesi ujian sebelum uji coba, 42 di antara guru-guru tersebut tidak berpartisipasi dalam ujian sesudah uji coba. Ini berarti 75 persen dari guru dalam kelompok kontrol yang berpartisipasi pada sesi pertama juga berpartisipasi pada sesi terakhir. Persentase ini sangat dekat dengan tingkat 77 persen yang tercatat untuk guru dalam kelompok perlakuan. Selain itu, 20 guru dalam kelompok kontrol tidak berpartisipasi dalam ujian sebelum uji coba, tetapi berpartisipasi dalam ujian sesudah uji coba. Untuk pelatihan yang lamanya satu semester, tentu saja akan ada peserta yang tidak menyelesaikannya. Tingkat retensi 77 persen di antara guru dalam kelompok perlakuan dan 75 persen di antara guru dalam kelompok kontrol dipandang cukup masuk akal untuk tujuan pelaksanaan evaluasi dampak. Untuk tujuan analisis, hanya guru yang berpartisipasi dalam ujian sebelum dan sesudah uji coba yang diikutsertakan, yang berarti analisis melibatkan 156 guru dari kelompok perlakuan dan 126 guru dari kelompok kontrol. Meskipun jumlah guru dalam kelompok perlakuan lebih banyak, angka-angka ini dipandang cukup masuk akal untuk tujuan pelaksanaan analisis komparatif di antara guru dalam kedua kelompok. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 31 6.6.3 Kehadiran per Sesi Tingkat partisipasi rata-rata untuk semua pertemuan adalah 73 persen, dengan kehadiran tertinggi pada pertemuan pertama. Perlu diperhatikan bahwa ketidakhadiran belum tentu berarti kurangnya minat dari peserta. Sejumlah guru sangat tertarik untuk berpartisipasi, tetapi tidak dapat menghadiri kegiatan karena pekerjaan atau waktunya bersamaan dengan jadwal yang lain. Diperlukan koordinasi yang baik antara fasilitator, dinas pendidikan, dan sekolah dalam merencanakan jadwal pertemuan MGMP. Fasilitator tidak bertanggung jawab untuk mendorong guru agar berpartisipasi dalam MGMP. Dari segi tingkat kehadiran untuk setiap sesi pelatihan, tampak jelas ada penurunan pada Sesi 3 dan 5, dengan tingkat kehadiran yang turun di bawah 60 persen. Topik % partisipasi Pengantar ELPSA dan PKB 88 Bertanya 78 Soal berbobot 57 Volume dan kapasitas 70 Kegiatan penyelidikan 58 Rencana pembelajaran dan presentasi video 85 Namun, dari segi efektivitas pelaksanaan pelatihan melalui MGMP, tingkat kehadiran perlu menjadi perhatian. Untuk tujuan pelaksanaan evaluasi dampak, tingkat kehadiran tersebut juga penting karena bervariasinya tingkat partisipasi perlu menjadi pertimbangan. Guru yang mencatat kehadiran tinggi (5-6 sesi) harus dibedakan dengan guru yang kehadirannya rendah (tiga sesi atau kurang). 6.6.4 Hasil Kerja Guru dalam kelompok perlakuan juga diharapkan menyerahkan hasil kerja pada berbagai titik dalam pelatihan. Untuk rekaman video pelajaran mereka sendiri, guru dapat bekerja dalam tim dan hampir semua guru memenuhi tugas yang diberikan, dengan 98 pelajaran video yang terkumpul. Di bidang perencanaan pembelajaran, 98 peserta menyelesaikan tugas rencana pembelajaran. Meskipun hanya 52 guru yang akhirnya menyerahkan pertanyaan terbuka, sebagian besar guru sebetulnya berpartisipasi dalam kegiatan pertanyaan terbuka. Meskipun banyak guru melaksanakan kegiatan hands-on di ruang kelas, tetapi hanya empat guru yang menyerahkan hasil kerja penugasan, yang mengharuskan penulisan laporan singkat. Tampak jelas bahwa permintaan untuk menyelesaikan tugas yang lebih komprehensif, terutama yang memerlukan tulisan secara mendalam, menjadi kesulitan tersendiri bagi para guru. Secara umum, tingkat penyerahan hasil kerja cukup beragam. Para guru umumnya aktif dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaan, tetapi jelas pula bahwa banyak di antara mereka yang tidak menyelesaikan semua kegiatan pekerjaan rumah. 32 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru 7 Evaluasi Program Program dievaluasi dengan pendekatan metode campuran, yang menggunakan baik metode kuantitatif maupun kualitatif untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap mengenai cara program dilaksanakan, pandangan para peserta, dan dampak dari program. Meskipun dirancang sebagai evaluasi dampak dengan menggunakan kelompok perlakuan dan kontrol, serta kehati-hatian dengan mengikuti prosedur evaluasi dampak seperti penetapan acak, disadari juga bahwa evaluasi ini tidak boleh dianggap sebagai uji coba terkontrol secara acak (RCT) skala besar. Karena penetapannya dilakukan pada tingkat Musyawarah Guru Mata Pelajaran, jumlah keseluruhan 20 Musyawarah Guru Mata Pelajaran (10 perlakuan dan 10 kontrol) pada lima kabupaten adalah relatif kecil. Ada sebuah kabupaten yang hanya memiliki empat Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Meskipun dilakukan pemilihan acak, pilihannya cukup terbatas karena secara keseluruhan hanya empat MGMP yang dimasukkan per kabupaten (dengan dua sebagai perlakuan dan dua sebagai kontrol). Walau demikian, hasil analisis data yang dikumpulkan sebelum pelaksanaan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dan kontrol cukup mirip, sehingga dapat dibandingkan dengan baik. Dimasukkannya hasil kuantitatif bersama dengan hasil kualitatif memberikan rangkaian informasi kaya untuk evaluasi. 7.1 ANALISIS KUANTITATIF Analisis kuantitatif mengkaji tiga bidang: (i) keyakinan guru; (ii) pengetahuan guru; dan (iii) praktik pengajaran. Pada masing-masing bidang tersebut, data dikumpulkan sebelum pelatihan dimulai dan setelah pelatihan selesai. • Untuk keyakinan guru, dilakukan sebuah survei yang meminta guru memberi peringkat pernyataan dari skala 1 sampai 5 untuk mengetahui sejauh mana mereka setuju dengan pernyataan itu. Pernyataan tersebut termasuk hal-hal yang berkaitan dengan: (i) pengajaran matematika; (ii) proses pembelajaran matematika; dan (iii) kegiatan pembelajaran. • Untuk pengetahuan guru, dilakukan ujian sebelum dan sesudah uji coba. Meskipun ujiannya tidak sama persis, tetapi ujian mengandung jenis pertanyaan umum yang serupa, dengan menyertakan anchor items (yang muncul dalam ujian sebelum dan sesudah uji coba) serta butir paralel (yang mirip, tetapi diubah sehingga jawabannya tidak sama). Ujian ini juga mengandung kelompok pertanyaan, yang berisi pernyataan yang berkaitan langsung, tidak berkaitan langsung, dan tidak terkait dengan hal-hal yang dipelajari dalam pelatihan. Sebagai contoh, salah satu sesi utama dalam pelatihan mencakup pertanyaan terbuka. Ujian mengandung sejumlah butir guna mengevaluasi kemampuan guru, baik untuk membuat pertanyaan terbuka maupun untuk menjawab pertanyaan terbuka. Ini dapat dianggap sebagai berkaitan langsung. Butir yang tidak berkaitan langsung menyentuh secara subtil hal-hal yang dipelajari melalui pelatihan, meskipun tidak ada yang berhubungan langsung dengan pelajaran dalam pelatihan. Bauran pertanyaan tersebut memungkinkan analisis untuk Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 33 menentukan dampak langsung dan tidak langsung pelatihan, sementara pertanyaan yang tidak terkait berfungsi sebagai kontrol, dengan asumsi bahwa jawaban atas pertanyaan tersebut seharusnya tidak akan berubah sebagai hasil intervensi. • Untuk praktik pengajaran, siswa diminta berpartisipasi dalam survei persepsi, dengan memberi peringkat pada skala 1 sampai 5 mengenai seberapa sering kegiatan tertentu dilakukan atau sejauh mana guru menggunakan teknik tertentu. Untuk semua instrumen ini, hasil ujian sebelum uji coba dibandingkan dengan hasil ujian sesudah uji coba untuk mengetahui apakah ada perubahan berarti di antara kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol, dan jika ada, sampai sejauh mana. Ini dilakukan dengan memperhatikan rata-ratanya, dan selanjutnya dilakukan analisis korelasi sederhana. Kemudian dilakukan analisis regresi yang lebih ketat dengan variabel kontrol, untuk mencari tahu apakah perubahannya signifikan secara statistik.6 Sasaran akhir yang lain adalah untuk memperoleh pemahaman mengenai hubungan antara keyakinan-pengetahuan-praktik. Bagian ini memberikan garis besar mengenai hasil analisis kuantitatif. Meskipun analisis ini memberikan perspektif penting, sejumlah besar data kualitatif juga dikumpulkan untuk mendapatkan perspektif yang lebih mendalam mengenai proses penggunaan pelatihan, serta perspektif dari guru dan fasilitator mengenai hal apa saja yang berjalan baik, yang tidak berhasil, dan bagaimana pelatihan berdampak pada praktik mereka. Dengan pendekatan metode campuran ini, pandangan yang saling melengkapi akan menciptakan gambaran yang lebih lengkap dan menyeluruh tentang pelatihan dan dampaknya. 7.1.1 KEYAKINAN: Pernyataan Keyakinan Matematika sebelum dan sesudah uji coba Agar dapat membandingkan antara hasil ujian sebelum dan sesudah uji coba, hasil rata-rata kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol pertama-tama harus dikaji untuk mendapatkan gambaran apakah kelompok perlakuan dan kelompok kontrol memang sama sebelum sesi dimulai, dan untuk menentukan sejauh mana terjadi perubahan hasil setelah sesi. Dalam proses awal ini, perubahan yang relatif besar menjadi sorotan. Analisis tahap kedua menggunakan regresi untuk menentukan sejauh mana perubahan pada kelompok perlakuan signifikan secara statistik relatif terhadap kelompok kontrol. Tahap ini melibatkan korelasi sederhana dan dilakukan kontrol terhadap karakteristik guru dan sekolah. Tiga tabel berikut memperlihatkan hasil rata-rata untuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada titik-titik sebelum sesi dan sesudah sesi uji coba, serta taraf perubahannya. Perlu diperhatikan bahwa hasil rata-rata untuk kelompok perlakuan dan kontrol dalam survei sebelum uji coba hanya berbeda sekitar 0,1 satu sama lain, yang berarti kedua kelompok memiliki keyakinan serupa sebelum pelaksanaan uji coba. Untuk tujuan pelaksanaan evaluasi dampak, hasil ini disukai karena menunjukkan bahwa kedua kelompok terlihat memiliki komposisi serupa, yang memungkinkan perbandingan bermakna. Pernyataan mengenai apakah ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok perlakuan dengan kontrol ditandai dengan warna hijau (jika hasil untuk kelompok perlakuan meningkat relatif terhadap hasil kelompok kontrol) atau merah (jika hasil untuk kelompok perlakuan menurun relatif terhadap hasil kelompok kontrol). Keyakinan Mengenai Pengajaran Matematika Dari ketiga bagian yang ada, perubahan paling signifikan secara statistik tercatat di bagian pengajaran matematika. Guru dari kelompok perlakuan memperlihatkan peningkatan yang signifikan secara statistik untuk pernyataan terkait kegiatan hands-on, kegiatan berorientasi penyelidikan (inquiry), penilaian berbasis kinerja, dan pertanyaan informal untuk menilai pemahaman siswa. Semua bidang, kecuali penilaian berbasis kinerja, merupakan bagian dari uji coba pelatihan. Butir yang berkaitan dengan penggunaan kalkulator dan komputer, serta menjalin hubungan 6 Perlu diperhatikan bahwa rancangan evaluasi dampak berupaya mengikuti prinsip-prinsip Uji Coba Terkontrol secara Acak (RCT), tetapi dengan pemahaman bahwa keterbatasan anggaran dan logistik tidak memungkinkan RCT yang sesungguhnya. Dalam RCT skala besar, tidak perlu memasukkan variabel kontrol dan perbandingan korelasi langsung antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol saja sudah cukup. Karena sifat evaluasi ini yang tidak sepenuhnya mengikuti RCT, analisis korelasi dipandang berguna, tetapi regresi dengan variabel kontrol juga dianggap perlu. 34 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru antara matematika dan disiplin lain, tidak dicakup dalam pelatihan. Berbagai butir tersebut dimaksudkan sebagai pernyataan kontrol, sehingga tidak adanya perbedaan antara kedua kelompok ini sesungguhnya merupakan hasil positif, karena menambah bobot nilai perubahan pada butir yang tercakup dalam pelatihan. Tabel 1: Hasil survei keyakinan guru mengenai pengajaran matematika SEBELUM SESUDAH PENGAJARAN MATEMATIKA PERUBAHAN UJI COBA UJI COBA Dalam pendapat Anda, seberapa penting hal-hal berikut PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN KONTROL KONTROL KONTROL untuk pengajaran matematika yang efektif di kelas yang Anda ajar? Beri peringkat mulai dari 1 (tidak penting)   sampai 5 (sangat penting): 1 Menghubungkan antara matematika dengan disiplin lain. 4.4 4.3 4.4 4.4 0.1 0.2 Meminta siswa belajar dalam kelompok pembelajaran 2 4.4 4.2 4.3 4.4 (0.1) 0.2 kooperatif. Meminta siswa berpartisipasi dalam kegiatan hands-on 3 3.9 3.9 3.9 4.3 0.1 0.4 yang sesuai.** Melibatkan siswa dalam kegiatan dengan orientasi 4 4.0 4.0 4.1 4.3 0.1 0.4 penyelidikan.** 5 Menggunakan kalkulator. 2.0 1.9 2.0 1.9 (0.1) (0.0) 6 Menggunakan komputer. 3.3 3.4 3.6 3.6 0.3 0.2 Melibatkan siswa dalam penerapan matematika untuk 7 4.3 4.3 4.4 4.4 0.0 0.1 berbagai konteks. 8 Menggunakan penilaian berbasis kinerja.** 3.8 3.9 3.9 4.2 0.1 0.3 Menggunakan pertanyaan informal untuk menilai 9 4.2 4.2 4.1 4.4 (0.1) 0.2 pemahaman siswa.** Catatan: butir yang diberi tanda ** menunjukkan perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol yang signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen atau lebih tinggi. Tanda warna hijau menunjukkan bahwa hasil untuk kelompok perlakuan meningkat relatif terhadap kelompok kontrol, sedangkan warna merah menunjukkan bahwa hasil untuk kelompok perlakuan menurun relatif terhadap kelompok kontrol. Keyakinan Mengenai Kegiatan Pembelajaran Dalam hal kegiatan pembelajaran, hanya sedikit perubahan yang signifikan secara statistik, meskipun perubahan tersebut berkaitan dengan kegiatan yang ditekankan dalam pelatihan. Peningkatan yang signifikan secara statistik tercatat di antara guru dalam kelompok perlakuan untuk pernyataan yang berkaitan dengan partisipasi siswa dalam diskusi yang dipimpin siswa dan belajar dalam kelompok pembelajaran kooperatif, serta untuk pernyataan yang berkaitan dengan siswa yang melakukan penyelidikan atau proyek matematika yang memerlukan waktu lebih lama. Sekali lagi, butir-butir tersebut berkaitan dengan hal-hal yang ditekankan dalam pelatihan. Yang menarik, pernyataan mengenai belajar dalam kelompok pembelajaran kooperatif dan keterlibatan dalam kegiatan matematika hands-on muncul pada bagian Pembelajaran Matematika dan Kegiatan Pembelajaran. Namun, meskipun tingkat perubahan untuk pernyataan yang berkaitan dengan kegiatan hands-on dalam Pembelajaran Matematika mencapai tingkat yang signifikan secara statistik, hal ini tidak terjadi untuk Kegiatan Pembelajaran. Demikian pula pernyataan yang berkaitan dengan kelompok pembelajaran kooperatif mencapai tingkat yang signifikan secara statistik untuk Kegiatan Pembelajaran, tetapi tidak untuk Pembelajaran Matematika. Hubungan untuk semua pernyataan selalu positif, sehingga tidak ada hasil yang bertentangan. Namun, tidak jelas mengapa hasil-hasil ini gagal mencapai tingkat yang signifikan secara statistik secara seragam di semua bagian. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 35 Satu lagi aspek umum yang penting dari hasil tersebut adalah bahwa pernyataan yang berkaitan dengan rancangan dan pelaksanaan penyelidikan (19); mengerjakan model atau simulasi (20); dan penggunaan alat peraga untuk menggali suatu konsep (21) meningkat baik bagi kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Ini kemungkinan karena fakta bahwa semua guru di Indonesia sedang mempelajari kurikulum baru, yang menekankan metode pengajaran seperti itu. Karena itu, bisa dipastikan bahwa keyakinan kelompok kontrol tidak statis selama masa berlangsungnya uji coba. Pelatihan menekankan aspek penyelidikan dan hasilnya memang terjadi peningkatan, tetapi tidak diketahui apakah kenaikan ini akan signifikan secara statistik kalau saja kelompok kontrol tidak secara bersamaan terpapar dengan gagasan serupa melalui saluran lain. Tabel 2: Hasil survei untuk praktik pengajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran SEBELUM SESUDAH KEGIATAN PEMBELAJARAN     PERUBAHAN UJI COBA UJI COBA Dalam pembelajaran matematika, seberapa sering PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN KONTROL KONTROL KONTROL Anda biasanya meminta siswa melakukan hal-hal   berikut? Beri tanda mulai dari 1 (tidak pernah) sampai 5 (sangat sering): Mengerjakan soal yang metode penyelesaiannya 10 3.0 2.8   2.9 3.0   (0.1) 0.1 tidak langsung diketahui. Menggunakan alat peraga untuk menyelesaikan 11 3.6 3.6   3.6 3.6   0.0 0.0 latihan atau soal. 12 Berpartisipasi dalam diskusi yang dipimpin siswa.** 3.8 3.8   3.9 4.0   0.1 0.2 13 Belajar dalam kelompok pembelajaran kooperatif.** 4.0 3.7   3.9 4.0   (0.0) 0.3 Membaca bahan terkait matematika lainnya (non- 14 3.9 3.7   4.0 4.0   0.2 0.3 buku teks) di kelas. Membagikan gagasan atau menyelesaikan soal 15 3.9 3.7   3.9 3.9   0.0 0.2 secara bersama-sama dalam kelompok kecil. Menyelidiki konsep matematika melalui disiplin 16 3.2 3.1   3.2 3.3   0.1 0.3 lain.* 17 Terlibat dalam kegiatan matematika hands-on. 3.4 3.4   3.6 3.7   0.1 0.2 18 Bermain permainan matematika. 3.0 2.9   3.2 3.1   0.2 0.2 Merancang atau melaksanakan penyelidikan mereka 19 2.8 2.8   3.1 3.0   0.3 0.2 sendiri. 20 Mengerjakan model atau simulasi. 3.2 3.1   3.5 3.5   0.3 0.3 Menggunakan alat peraga untuk menggali suatu 21 3.7 3.6   4.0 3.9   0.3 0.3 konsep. Melakukan penyelidikan atau proyek matematika 22 yang memerlukan waktu lebih lama (dengan durasi 2.5 2.4   2.7 2.8   0.2 0.5 seminggu atau lebih).** 23 Menuliskan refleksi dalam buku catatan atau jurnal. 3.2 3.2   3.4 3.4   0.2 0.2 Catatan: butir yang diberi tanda ** menunjukkan perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol yang signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen atau lebih tinggi. Tanda warna hijau menunjukkan bahwa hasil untuk kelompok perlakuan meningkat relatif terhadap kelompok kontrol, sedangkan warna merah menunjukkan bahwa hasil untuk kelompok perlakuan menurun relatif terhadap kelompok kontrol. 36 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Keyakinan Mengenai Proses Pembelajaran Matematika Pernyataan yang berkaitan dengan proses pembelajaran matematika kurang memiliki kaitan langsung dengan materi yang dicakup dalam pelatihan. Meskipun guru mendapat pemaparan jenis pendekatan dan praktik tertentu, kaitannya tidak begitu kuat antara pelatihan dengan pernyataan di bawah. Pelatihan memang memperkenalkan pendekatan ELPSA mengenai cara siswa belajar, tetapi pernyataan di bawah kurang memiliki kaitan kuat dengan konsep ini. Jika dikaji kembali, sepertinya akan lebih baik jika dimasukkan beberapa pernyataan yang lebih terkait langsung dengan ELPSA. Hanya ada satu pernyataan yang mengalami perubahan yang signifikan secara statistik antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Dalam survei sebelum uji coba, guru dalam kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol menyampaikan keyakinan kuat akan pentingnya menemukan jawaban yang tepat agar berhasil dalam matematika (26), dengan nilai rata-rata 4,0 untuk kelompok kontrol dan 4,1 untuk kelompok perlakuan. Hasil untuk kelompok kontrol naik tipis ke 4,1 dalam survei sesudah uji coba, sedangkan hasil untuk kelompok perlakuan turun tipis ke 3,8. Meskipun tidak jelas apakah ini karena partisipasi guru dalam pelatihan, salah satu kemungkinan penjelasannya adalah bahwa dengan mempelajari tentang proses dan berbagai macam pendekatan soal, penekanan pada jawaban akhir menjadi tidak begitu penting lagi. Prosesnya sendiri mungkin akhirnya dipandang lebih bernilai bagi pembelajaran daripada hasil sesungguhnya. Tabel 3: Tanggapan survei untuk pernyataan mengenai Proses Pembelajaran Matematika SEBELUM SESUDAH PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA     PERUBAHAN UJI COBA UJI COBA Beri peringkat masing-masing pernyataan keyakinan PERLAKUAN PERLAKUAN PERLAKUAN KONTROL KONTROL KONTROL berikut menurut seberapa kuat Anda meyakininya.   Beri peringkat 1 (sangat tidak yakin) sampai 5 (sangat yakin). Hal-hal yang dipelajari di kelas sudah cukup agar 24 3.0 2.7   2.8 2.7   (0.2) 0.0 berhasil dalam matematika. Anda harus mampu menghafal dengan baik agar 25 4.1 3.9   3.8 3.8   (0.3) (0.2) berhasil dalam matematika. Menemukan jawaban yang tepat sangat penting agar 26 4.0 4.1   4.1 3.8   0.1 (0.2) berhasil dalam matematika. *** 27 Matematika hanya dapat dipelajari dari guru. 1.7 1.6   1.7 1.5   (0.1) (0.1) Soal perlu diselesaikan dengan benar dan cepat agar 28 3.7 3.8   3.6 3.7   (0.1) (0.1) berhasil dalam matematika. Soal matematika harus diselesaikan dengan cara yang 29 2.2 2.1   2.2 1.9   (0.1) (0.2) diperlihatkan guru. Latihan di buku matematika hanya dapat diselesaikan 30 2.1 1.9   2.0 1.9   (0.2) 0.0 dengan metode yang diperlihatkan dalam buku. Dalam pelajaran matematika, sudah cukup baik 31 dengan sekadar mengetahui topik yang akan 2.3 1.9   2.3 2.0   (0.0) 0.1 ditanyakan dalam ujian. Catatan: butir yang diberi tanda ** menunjukkan perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol yang signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen atau lebih tinggi. Tanda warna hijau menunjukkan bahwa hasil untuk kelompok perlakuan meningkat relatif terhadap kelompok kontrol, sedangkan warna merah menunjukkan bahwa hasil untuk kelompok perlakuan menurun relatif terhadap kelompok kontrol. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 37 7.1.2 PENGETAHUAN: Hasil ujian Penilaian Guru sebelum dan sesudah uji coba Perbandingan antara hasil ujian sebelum uji coba untuk kelompok perlakuan dan kontrol memperlihatkan nilai yang sangat mirip, dengan nilai rata-rata 53 persen untuk kelompok perlakuan dibandingkan dengan 55 persen untuk kelompok kontrol. Distribusi skor pada berbagai persentil menunjukkan distribusinya yang cukup merata, meskipun proporsi guru dengan skor di bawah 40 persen sedikit lebih banyak di kelompok perlakuan, sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok perlakuan memulai uji coba dalam keadaan sedikit tertinggal dari kelompok kontrol. Namun secara umum, distribusinya masih masuk akal, dengan hasil sebanding antara kelompok perlakuan dan kontrol, dan juga rentang tingkat pencapaian yang baik, dari rendah ke tinggi. Gambar 6: Distribusi skor ujian sebelum uji coba dalam penilaian guru PERLAKUAN 4% 8% 18% 14% 19% 14% 7% 9% 6% KONTROL 1% 7% 16% 18% 14% 22% 12% 9% 3% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 Perbandingan skor ujian sesudah uji coba untuk kelompok perlakuan dan kontrol memperlihatkan bahwa kelompok perlakuan mencatat skor rata-rata 54 persen dibandingkan dengan 50 persen untuk kelompok kontrol, yang jelas menunjukkan peningkatan pada kelompok perlakuan. Perbedaan ini tetap ada dalam analisis regresi, yang berarti perbedaannya signifikan secara statistik. Perbedaannya semakin kuat saat fokusnya dikhususkan pada butir mengenai mata pelajaran. Ujian sebelum uji coba memperlihatkan tingkat 57 persen untuk kelompok perlakuan dan 60 persen untuk kontrol, sedangkan ujian sesudah uji coba memperlihatkan 77 persen untuk kelompok perlakuan dibandingkan dengan 73 persen untuk kelompok kontrol. Persentasenya tidak dapat dibandingkan karena ujian sebelum dan sesudah uji coba tidak distandardisasi agar memungkinkan perbandingan semacam itu. Namun ada pergeseran yang tampak jelas, yaitu bahwa kelompok perlakuan memperoleh hasil 3 persen lebih rendah daripada kelompok kontrol dalam ujian sebelum uji coba, tetapi mencatatkan hasil 4 persen lebih tinggi dalam ujian sesudah uji coba. Ini menunjukkan perbaikan signifikan dalam hasil kelompok perlakuan relatif terhadap kelompok kontrol. Hasil analisis regresi sekali lagi memperlihatkan bahwa perbedaannya signifikan secara statistik. Saat memilah-milah butir ujian menjadi butir yang berkaitan langsung dengan pelatihan, yang tidak berkaitan langsung, dan yang tidak terkait, tampak pola lain yang menarik. Sama seperti dengan hasil dari ujian sebelum uji coba, skor kelompok kontrol lagi-lagi lebih tinggi daripada skor kelompok perlakuan untuk butir yang tidak terkait dengan pelatihan. Ini sudah diperkirakan akan terjadi karena jika kelompok kontrol mencatat skor rata-rata lebih tinggi pada ujian sebelum uji coba, mereka diharapkan akan memperoleh pula skor rata-rata lebih tinggi pada ujian sesudah uji coba untuk butir yang diduga tidak akan berubah sebagai hasil pelatihan. Namun, untuk butir yang berkaitan langsung, skor untuk kelompok perlakuan jauh lebih tinggi daripada untuk kelompok kontrol. Sekali lagi, ini diperkirakan akan terjadi jika pelatihannya efektif dalam meningkatkan pengetahuan mengenai mata pelajaran yang tercakup. Dalam hal butir yang tidak berkaitan langsung, skor untuk kelompok perlakuan juga lebih tinggi daripada untuk kelompok kontrol. Dalam mengkaji perubahan tersebut melalui analisis regresi, hasil untuk butir yang berkaitan langsung memperlihatkan perubahan yang signifikan secara statistik pada kelompok perlakuan relatif terhadap kelompok kontrol. untuk butir yang tidak berkaitan langsung, perubahannya masih signifikan secara statistik, tetapi pada taraf yang lebih rendah. Untuk butir yang tidak terkait, tidak tampak ada hubungan. Semua hasil ini memberikan konfirmasi lebih lanjut bahwa pelatihan telah memfasilitasi perubahan yang diharapkan dari segi pengetahuan guru. 38 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Tabel 4: Skor rata-rata ujian sesudah uji coba menurut butir dari segi hubungan butir-butir tersebut dengan materi pelatihan PKB Langsung Tidak Langsung Tidak Terkaitd (%) (%) (%) Perlakuan 50 53 71 Kontrol 42 51 74 Total 46 52 72 Mengenai butir yang berkaitan langsung dengan pelatihan, peningkatan pesat pada kelompok guru perlakuan saat menjawab pertanyaan terbuka merupakan hal yang menarik. Dalam ujian sebelum uji coba, pertanyaan terbuka dijawab dengan salah oleh hampir semua guru, dan kebanyakan hanya mengosongkan saja butir-butir tersebut. Butir sampel berikut, yang ada di Tabel 5, muncul pada ujian sebelum maupun sesudah uji coba. Dalam ujian sebelum uji coba, yang mampu menjawab dengan benar hanya 4 persen, sementara 79 persen guru membiarkannya kosong. Hasil ini tentu sangat buruk dan akan merupakan pertanyaan yang salah untuk dimasukkan jika saja pertanyaan tersebut tidak berkaitan dengan materi pelatihan, yang menekankan penggunaan pertanyaan oleh guru dalam pelajaran, terutama penggunaan pertanyaan terbuka. Gambar 7: Contoh soal pertanyaan terbuka Seorang guru berencana memberikan soal berikut di kelasnya. “Cari volume prisma segi empat dengan dimensi yang tertulis di bawah.” 7cm 5cm 10cm Ini pertanyaan tertutup. Tulis kembali soal tersebut sehingga menjadi pertanyaan terbuka. Dalam ujian sesudah uji coba, muncul hasil yang penting. Pada kelompok kontrol, 7 persen guru menjawab butir tersebut dengan benar. Kenaikan tipis ini mungkin karena fakta bahwa butir tersebut sudah dimasukkan dalam ujian sebelum uji coba sehingga sebagian guru dapat menjawab dengan lebih baik karena sudah mengenalinya. Namun, pada kelompok perlakuan, 33 persen guru mampu mengkonversi butir menjadi pertanyaan terbuka. Meskipun angka 33 persen masih terhitung rendah, ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hampir 30 persen di bidang yang tadinya sangat sulit bagi guru. Butir ini secara khusus meminta guru untuk mengkonversi suatu soal menjadi soal terbuka. Namun, hasil yang sama juga diperoleh dari butir yang memang sudah merupakan butir terbuka. Peningkatan ini, yaitu guru yang lebih nyaman menangani butir terbuka dan mampu menjawabnya dengan benar, merupakan pencapaian penting bagi pelatihan ini. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 39 7.1.3 PRAKTIK: Hasil survei Persepsi Siswa tentang Praktik sebelum dan sesudah uji coba Sejumlah besar data dikumpulkan melalui analisis kualitatif, yaitu dengan meminta guru menjelaskan bagaimana mereka merasa praktik mereka telah berubah sebagai hasil partisipasi dalam pelatihan. Mereka juga memfilmkan diri sendiri melaksanakan sejumlah praktik yang telah dipelajari dalam pelatihan. Informasi semacam ini berguna, meskipun bersifat anekdot dan bergantung pada kejujuran dan akurasi guru dalam menilai bagaimana praktik mereka telah berubah. Sebuah pendekatan unik digunakan dalam upaya menentukan apakah perubahan praktik pengajaran memang betul-betul terjadi di ruang kelas. Siswa guru yang bersangkutan disurvei pada awal dan pada akhir pelatihan, dengan 27 pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang terjadi di kelas matematika mereka. Pendekatan ini bergantung pada kemampuan siswa untuk menyadari perbedaan dan untuk menilai perbedaan tersebut dengan baik pada skala 1 (sangat setuju) sampai 5 (sangat tidak setuju). Banyak terjadi siswa yang hanya berpartisipasi dalam survei sebelum atau sesudah uji coba, tetapi tidak keduanya. Ada pula beberapa kelas yang datanya hanya dikumpulkan untuk salah satu dari dua survei. Data seperti itu tidak dimasukkan dalam analisis. Hanya data dari siswa yang berpartisipasi dalam survei sebelum maupun sesudah uji coba yang digunakan untuk tujuan analisis, karena sangat penting untuk mendapatkan ukuran bagaimana siswa individual merasa telah terjadi perubahan praktik pengajaran, dan bukan melalui rata-rata di kelas.7 Skala survei adalah dari 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju).8 Perubahan skor rata-rata antara survei sebelum dan sesudah uji coba ternyata sangat kecil. Tidak ada perubahan yang lebih besar daripada 0,18. Namun, saat dilakukan analisis regresi, muncul hasil yang signifikan secara statistik untuk memperlihatkan perbedaan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Berbagai pernyataan tersebut ditandai di bawah, dengan tanda warna hijau menunjukkan perubahan positif yang signifikan secara statistik dalam tanggapan kelompok perlakuan relatif terhadap kelompok kontrol, sedangkan warna merah menunjukkan hubungan negatif yang signifikan secara statistik. Hasilnya menunjukkan bahwa guru dalam kelompok perlakuan mengubah praktik mereka dengan cara yang ditafsirkan siswa berkaitan dengan: (i) meminta siswa menjelaskan jawaban mereka dan menjelaskan apa yang mereka pikirkan; (ii) memberi siswa waktu untuk menjelaskan gagasan mereka, serta menghormati gagasan dan saran siswa; (iii) mengharapkan siswa untuk mengerjakan soal-soal yang sulit; dan (iv) memberikan lebih banyak umpan balik dan menggunakan beragam cara untuk menjelaskan topik. Hal-hal ini memberi petunjuk bahwa pelatihannya efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa dan dalam mendorong guru untuk menggunakan pertanyaan dan soal berbobot. Ada juga pernyataan yang mencatat adanya hubungan negatif. Siswa dalam kelompok perlakuan memperlihatkan penurunan yang signifikan secara statistik dalam keyakinan bahwa mereka belajar banyak di kelas matematika hampir setiap hari. Ini mungkin karena lebih banyak waktu dihabiskan untuk mengerjakan soal dan karena itu, lebih sedikit bahan yang dibahas. Hal ini menunjukkan ada yang terpaksa dikorbankan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan mengerjakan soal-soal yang lebih berbobot. 7 Siswa yang memberi peringkat secara ekstrem dan hanya berpartisipasi dalam survei sebelum maupun sesudah uji coba akan membuat hasilnya melenceng, sementara jika siswa yang sama berpartisipasi dalam kedua survei, hasil siswa tersebut akan valid untuk dibandingkan. 8 Dalam konversi survei ke bahasa Indonesia, skalanya dibalik sehingga 1 menjadi sangat setuju dan 5 menjadi sangat tidak setuju. Dalam melakukan korelasi, arah skala ini akan membingungkan karena penurunan dari taraf sebelum ke sesudah uji coba berarti persetujuan yang lebih tinggi. Untuk memudahkan penafsiran, hasilnya dibalik lagi sehingga peningkatan berarti persetujuan yang lebih tinggi. 40 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Tabel 5: Pernyataan yang diberikan kepada siswa dan apakah ada perubahan yang signifikan secara statistik 1 Guru kelas membuat saya merasa beliau benar-benar memberi perhatian kepada saya. 2 Guru saya tampaknya tahu jika ada persoalan yang mengganggu saya. 3 Guru saya berusaha keras memahami bagaimana pendapat siswa mengenai sejumlah persoalan.** 4 Jika kami tidak memahami sesuatu, guru saya menjelaskannya dengan cara lain.** 5 Guru saya tahu jika kami sudah paham, dan jika kami belum paham. 6 Saat mengajari kami, guru saya beranggapan kami sudah paham, padahal belum. 7 Guru saya memiliki beberapa cara bagus untuk menjelaskan setiap topik yang kami bahas di kelas.** 8 Guru saya menjelaskan hal-hal yang sulit dengan jelas. 9 Guru saya mengajukan pertanyaan untuk memastikan kami mengikutinya saat beliau mengajar. 10 Guru saya meminta siswa untuk menjelaskan lebih lanjut tentang jawaban yang mereka berikan.** 11 Guru saya tidak memperbolehkan siswa menyerah saat mengerjakan soal yang sulit.** 12 Guru saya meminta penjelasan atas jawaban yang saya berikan -- mengapa saya berpikir seperti itu.** 13 Di kelas ini, kami belajar banyak hampir setiap hari.** 14 Di kelas ini kami belajar untuk memperbaiki kesalahan kami. 15 Kelas ini tidak menarik perhatian saya --saya bosan. 16 Guru saya menjadikan pembelajaran menyenangkan. 17 Guru saya menjadikan pelajaran menarik. 18 Saya suka cara kami belajar di kelas ini. 19 Guru saya menginginkan kami membagikan pemikiran kami. 20 Siswa dapat memilih kegiatan apa yang dilakukan di kelas ini. 21 Guru saya memberikan waktu bagi kami untuk menjelaskan gagasan kami.** 22 Siswa menyampaikan pendapat dan membagikan gagasan mengenai kerja di kelas. 23 Guru saya menghargai gagasan dan saran saya.** 24 Guru saya mengambil waktu untuk merangkum hal-hal yang kami pelajari setiap hari. 25 Guru saya berupaya memastikan bahwa kami sudah paham hal-hal yang diajarkan beliau. Kami mendapatkan komentar yang membantu untuk mengetahui kesalahan kami saat mengerjakan 26 tugas. Komentar yang saya dapatkan tentang pekerjaan di kelas ini membantu saya paham cara 27 memperbaikinya.** Catatan: butir yang diberi tanda ** menunjukkan perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol yang signifikan secara statistik pada tingkat 5 persen atau lebih tinggi. Tanda warna hijau menunjukkan bahwa kelompok perlakuan meningkat relatif terhadap kelompok kontrol, sedangkan warna merah menunjukkan bahwa kelompok perlakuan menurun relatif terhadap kelompok kontrol. Perlu diperhatikan juga bahwa ada jangka waktu 3-4 bulan antara survei sebelum dan sesudah uji coba. Ini berarti para guru kemungkinan telah mengajar sekitar 29-52 pelajaran dalam jangka waktu tersebut. Fakta munculnya hasil yang signifikan secara statistik menunjukkan bahwa banyak dari antara guru dalam kelompok perlakuan yang kemungkinan langsung mengubah praktiknya setelah mengikuti sesi kelompok kerja, bukan hanya untuk pelajaran yang dibahas dalam sesi, tetapi juga untuk pelajaran selanjutnya. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 41 7.1.4 Kesimpulan Umum Mengenai Analisis Kuantitatif Hasil menunjukkan bahwa pelatihan berdampak positif dalam tiga bidang keyakinan, pengetahuan, dan praktik. Yang lebih menarik, aspek spesifik perubahan tampaknya terlihat pada ketiga komponen tersebut. Dalam hal bertanya, guru dalam kelompok perlakuan mengungkapkan keyakinan yang tinggi akan manfaat bertanya untuk menilai pemahaman siswa. Mereka juga memperlihatkan peningkatan di bidang penilaian kompetensi untuk butir yang berkaitan dengan pertanyaan terbuka. Siswa juga menunjukkan adanya kenaikan penggunaan pertanyaan oleh guru mereka. Siswa merasa bahwa mereka harus menjelaskan jawaban mereka dan bahwa guru menghargai gagasan mereka. Konsistensi yang sedemikian rupa pada ketiga komponen merupakan petunjuk yang menggembirakan mengenai dampak positif pelatihan, terutama karena Sesi 2 difokuskan secara khusus di bidang ini. Guru dalam kelompok perlakuan juga mengungkapkan keyakinan yang lebih besar akan pentingnya kegiatan hands-on dan kegiatan berorientasi penyelidikan (inquiry). Para guru ini cenderung memperlihatkan kemajuan dalam butir berorientasi penerapan dalam ujian kompetensi. Sayangnya, tidak ada butir dalam survei persepsi siswa yang dapat menunjukkan apakah kegiatan seperti itu memang meningkat di ruang kelas. Ini merupakan kekurangan dalam desain dan akan sangat bermanfaat jika butir seperti itu dimasukkan dalam evaluasi selanjutnya. Kehati-hatian dalam Penafsiran Meskipun analisis survei guru dan siswa menunjukkan bahwa pelatihan memfasilitasi banyak perubahan yang ditargetkan melalui pelatihan tersebut, perlu berhati-hati dalam menafsirkan sejauh mana telah terjadi perubahan. Pergeseran keyakinan guru didasarkan pada skala 1 sampai 5. Untuk pernyataan yang mencatatkan perubahan signifikan secara statistik, tingkat perubahannya adalah sekitar 1 atau 2 pada skala peringkat. Dengan memperhitungkan semua tanggapan guru baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol, dalam 84 persen dari tanggapan tersebut, tidak ada perubahan yang tercatat atau hanya berubah satu saja pada skala peringkat. Perubahan tanggapan hingga 3 atau lebih pada skala peringkat merupakan indikator terjadinya pembalikan yang kuat, tetapi ini hanya terjadi pada 3 persen dari semua kasus. Pembalikan keyakinan secara penuh juga hampir tidak pernah ditemukan. Tentu saja, ini bukannya mengabaikan fakta bahwa perubahan yang signifikan secara statistik telah terjadi pada kelompok perlakuan relatif terhadap kelompok kontrol, tetapi perubahan tersebut seharusnya dilihat sebagai perubahan yang perlahan/inkremental. Gambar 8: Perubahan akibat uji coba 50 42% 43% 40 30 24% 20% 22% 20 18% 10 8% 5% 7% 6% 0% 1% 2% 0% 0% 1% 1% 0% 0 down 4 down 3 down 2 down 1 no change up 1 up 2 up 3 up 4 Hal serupa juga berlaku bagi survei persepsi siswa. Perubahan tanggapan pada survei sebelum dan sesudah uji coba tidak begitu besar. Perubahan yang sangat dramatis tidak semestinya terjadi, terutama karena pelatihan dimaksudkan untuk memperkenalkan metode baru dalam pembelajaran yang sudah dilakukan guru, bukan mengubah seluruh format pembelajaran. Fakta bahwa perubahan yang signifikan secara statistik tercatat pada tanggapan guru dalam kelompok perlakuan merupakan indikator positif bahwa guru memang mengubah praktik mereka. Namun, perlu ditekankan bahwa perubahan ini melibatkan pengenalan pendekatan baru, bukan perombakan radikal terhadap metode pengajaran. 42 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru 7.2 ANALISIS KUALITATIF Analisis kualitatif melibatkan data yang dihasilkan dari proses pengamatan oleh tim inti pada kegiatan sesi MGMP, survei dan wawancara dengan fasilitator dan guru, serta pengumpulan umpan balik melalui lokakarya dan kelompok fokus. 7.2.1 Pengamatan Kegiatan Sesi Tim studi menghadiri hampir semua sesi dalam kapasitas sebagai pengamat. Mereka tidak memberikan masukan apa pun dan hanya mencatat apa yang terjadi, serta kemudian mengadakan survei dan wawancara sesudah sesi. Sub-bagian berikut berisi ringkasan pengamatan mereka. Alat dan bahan Sesi pelatihan cenderung dilaksanakan dengan lebih lancar jika alat dan bahan, seperti laptop, proyektor, pengeras suara, dan alat tulis sudah tersedia. Pasokan listrik menjadi masalah dalam beberapa keadaan, dan ada sejumlah lokasi yang mengalami kesulitan karena pasokan listrik tidak tersedia secara konsisten. Pengamat menyarankan bahwa perlu dilakukan upaya untuk memastikan bahan, instrumen, dan alat tulis sudah tersedia dalam jumlah memadai untuk mendukung kegiatan. Fasilitator Dalam sejumlah kasus, fasilitator tidak mengadakan kegiatan secara efektif. Ada pula beberapa keadaan saat fasilitator tidak yakin bagaimana cara mengadakan sesi. Terkadang, fasilitator tidak memberikan instruksi yang jelas. Beberapa presentasi kurang jelas dan keadaan ini menyebabkan bahan tidak dibahas secara mendalam oleh para peserta. Pengamat menganggap bahwa sebagian penyebabnya adalah pelatihan yang kurang memadai. Yang menarik, kegiatan yang dibahas secara terperinci selama lokakarya fasilitator merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara lebih efektif dalam sesi kelompok kerja, sedangkan beberapa kegiatan yang tidak dibahas secara khusus dalam lokakarya dilaksanakan dengan kurang efektif, bahkan dalam beberapa kasus, tidak dilaksanakan sama sekali. Ini menyoroti pentingnya pelatihan fasilitator dan menunjukkan bahwa idealnya semua topik sesi perlu dibahas. Fasilitator cenderung paling efektif dalam menyampaikan bahan jika mereka: (i) punya kepercayaan diri untuk memfasilitasi dan menanggapi pertanyaan, serta mendiskusikan hasil; (ii) punya strategi untuk menangani pelatihan; dan (iii) mengalokasikan waktu yang memadai bagi para peserta untuk terlibat dalam kegiatan. Partisipasi Guru Dalam semua sesi, guru yang berpartisipasi terlibat secara aktif dan memperlihatkan keinginan untuk belajar. Sebagai contoh, para peserta sangat antusias saat melakukan diskusi dan simulasi mengenai hubungan antara volume prisma dan piramida. Klip video tersebut mengilhami para guru untuk meningkatkan cara mereka mengadakan pembelajaran berbasis penyelidikan (inquiry) di kelas. Pemahaman Guru Poin-poin berikut menyoroti sejumlah aspek yang berkaitan dengan pemahaman guru secara umum dan mengenai topik tertentu: 1. Presentasi menjadi lebih bermakna jika setiap guru menggunakan alat bantu pengajaran; 2. Para peserta dapat membuat kubus, piramida, dan dapat memahami bahan. Mereka juga memperlihatkan antusiasme untuk kerja kelompok (sesi 3); 3. Para peserta memandang konsep volume dan kapasitas sebagai hal yang baru. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Bagaimana cara menjelaskan konsep-konsep ini kepada siswa di kelas? (sesi 4). Pengamat memperhatikan bahwa guru kemungkinan tidak betul-betul memahami perbedaan antara volume dengan kapasitas. Diperlukan lebih banyak waktu untuk menjelaskan perbedaan antara kedua hal tersebut untuk menghilangkan miskonsepsi guru. Diperlukan lebih banyak latihan; Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 43 4. Aspek yang paling sulit dari analisis komponen ELPSA adalah membedakan antara “Bahasa” dan “Simbol”; 5. Sebagian besar MGMP mengalami kesulitan karena kekurangan waktu dan karena itu tidak dapat mendiskusikan contoh rencana pembelajaran. Hal ini dapat menimbulkan pemahaman yang rendah mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 6. Untuk memahami konsep, latihan dalam kelompok atau secara individu cenderung sangat membantu; 7. Tidak semua peserta menyerahkan hasil pekerjaan rumahnya; 8. Permainan misteri bangun ruang sangat mengilhami para guru, yang meneruskannya dalam praktik di kelas; • Topik mengenai bertanya secara efektif sangat berhasil membangun kesadaran guru akan perlunya menghindari pertanyaan standar dan tidak lagi meminta siswa menjawab secara bersama-sama. 7.2.2 Wawancara dan Survei terhadap Fasilitator Fasilitator memberi umpan balik melalui survei dan wawancara yang dilakukan pada akhir setiap sesi, dan melalui lokakarya yang diadakan setelah pelatihan selesai. Berikut adalah ringkasan komentar yang diterima. Sesi Pelatihan Sesi 1: Fasilitator mendapati bahwa pengenalan terhadap pendekatan ELPSA merupakan hal yang menarik, dan para peserta bereaksi sangat baik terhadap konsep tersebut. Guru mendapati bahwa bahannya sangat bermanfaat dari segi perkembangan pribadi, memungkinkan refleksi mandiri, dan memfasilitasi peningkatan dalam proses pembelajaran. Sesi 2: Dalam sesi mengenai bertanya, guru meminati semua kegiatan yang berkaitan dengan cara bertanya secara efektif dan hal-hal yang perlu dihindari saat merumuskan pertanyaan tersebut; cara mengatur pertanyaan dengan efektif dalam kegiatan pembelajaran; cara membuat pertanyaan terbuka; cara membangun kemampuan guru untuk meningkatkan proses pembelajaran; dan cara menerapkan permainan “Bag of Tricks” dalam konteks di kelas. Sesi 3: Dalam sesi mengenai soal berbobot, guru bahkan lebih tertarik lagi pada bahan dan kegiatannya, terutama dalam pelaksanaan geometri bangun ruang sisi datar, jaring-jaring bangun ruang, dan kegiatan membangun menara. Guru memahami pentingnya melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sesi 4: Pada sesi mengenai volume dan kapasitas, pertanyaan menantang tentang geometri telah mengilhami guru untuk membuat pertanyaan yang dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran matematika. Sejumlah guru mendapati bahwa metode pengajaran mereka saat ini kurang efektif dan menyatakan bahwa mereka berencana mengubah metode-metode tersebut. Sesi 5: Dalam sesi mengenai penyelidikan (inquiry), bahannya menggunakan pendekatan ilmiah, yang menurut para peserta sangat relevan dengan kurikulum baru 2013. Guru menyatakan bahwa mereka jarang mengadakan kegiatan penyelidikan di kelas mereka. Guru mendapati bahwa materi mengenai: (i) volume prisma; (ii) metode investigasi; dan (iii) perancangan RPP berdasarkan ELPSA sebagai materi yang sangat berguna. Guru mempelajari cara melibatkan siswa dalam pembelajaran matematika melalui investigasi. Sesi ini memotivasi dan mengilhami banyak guru. Namun, bahan untuk sesi ini dianggap terlalu padat sehingga memerlukan lebih banyak waktu. Disarankan agar bahan yang dibahas pada sesi ini dipaparkan dalam dua pertemuan yang berbeda. Sesi 6: Dalam sesi mengenai rencana pembelajaran (RPP) dan presentasi video, guru menyatakan pendapat bahwa model ELPSA dapat diterapkan dalam konteks ruang kelas karena sesuai dengan pendekatan ilmiah yang dimandatkan oleh kurikulum baru 2013. Guru tampak tertarik membuat video dan memperlihatkan video tersebut kepada peserta yang lain. Terakhir, guru mampu melakukan refleksi mandiri setelah membuat dan menonton video tersebut. 44 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Kesulitan Fasilitator melaporkan kesulitan di sejumlah bidang berikut: • Beberapa fasilitator merasa bahwa mereka belum sepenuhnya memahami kerangka ELPSA. Dari antara berbagai aspek model ELPSA, bidang yang dipandang paling sulit adalah “Penerapan”; • Sepanjang sesi mengenai topik kedua, sejumlah fasilitator kesulitan memberikan contoh yang baik mengenai pertanyaan yang efektif dan menjelaskan cara menganalisis rencana pembelajaran. Dalam sesi pelatihan fasilitator, tidak ada latihan mengenai RPP atau cara mengisi formulirnya; • Sepanjang sesi mengenai topik ketiga, sejumlah fasilitator mengungkapkan bahwa mereka kurang percaya diri dalam menjelaskan perbedaan antara volume dengan kapasitas kepada para peserta; • Fasilitator mengeluhkan ketersediaan alat bantu pengajaran yang terbatas karena tidak semua memiliki kubus atau timbangan berat; • Sepanjang sesi mengenai topik kelima, fasilitator kesulitan menjelaskan volume prisma heksagonal. Secara umum, fasilitator merasa bahwa mereka perlu latihan lebih banyak untuk mengelola sesi tanya jawab. Disarankan bahwa pelatihan untuk fasilitator sebaiknya memasukkan sesi simulasi agar mereka dapat memahami peran mereka dengan jelas. Disarankan pula agar fasilitator mendapatkan penjelasan yang lebih baik mengenai konsep dan bahan, termasuk cara mengisi lembar evaluasi RPP, sebelum diminta memfasilitasi pertemuan. Disarankan bahwa untuk memungkinkan persiapan yang lebih baik, harus ada jeda yang lebih lama antara pemberian pelatihan dengan pelaksanaan uji coba. Dalam uji coba ini, jeda tersebut adalah sekitar 2-3 minggu. Salah satu sarannya adalah mengadakan ujian untuk menentukan sejauh mana fasilitator sudah siap menjalankan fungsinya. Pelaksanaan dalam sesi kelompok kerja guru Tema yang diangkat melalui komentar fasilitator adalah bahwa alokasi dan manajemen waktu sangat penting. Sesi memerlukan 3-4 jam kegiatan intensif, dengan waktu istirahat 15 menit untuk setiap sesi. Secara rata-rata, pertemuan MGMP berjalan selama empat jam, tetapi dengan kecepatan kegiatan yang jauh lebih lambat daripada dalam pelatihan ini. Terkadang fasilitator tidak dapat menyelesaikan bahan yang ditentukan untuk sesi dalam jangka waktu yang dialokasikan bagi sesi kelompok kerja. Pelaksanaan di ruang kelas Fasilitator meyakini bahwa sebagian besar guru yang berpartisipasi akan dapat melaksanakan konsep dan pengetahuan yang telah mereka peroleh dari pelatihan di kelas mereka masing-masing. Kendala yang sering kali disebutkan adalah mengenai keterbatasan waktu pembelajaran dan terbatasnya ketersediaan alat bantu pengajaran. Saran untuk Peningkatan Beberapa saran penting yang dihasilkan melalui proses umpan balik termasuk: • Fasilitator perlu buku petunjuk untuk memfasilitasi kegiatan kelompok; • Akan lebih baik jika pertemuan diadakan selama semester pertama atau pada awal semester kedua karena guru biasanya jauh lebih sibuk selama semester kedua; • Sebagian besar sekolah tidak memiliki laboratorium matematika, meskipun tampak jelas adanya kebutuhan akan alat bantu pengajaran dan tempat untuk menyimpannya. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 45 7.2.3 Wawancara dan Survei terhadap Guru (Peserta) Pada akhir setiap sesi, fasilitator dan guru diminta untuk mengisi survei singkat sebagai umpan balik mengenai konten, penggunaan praktik-praktik tersebut di kelas mereka sendiri, dan aspek apa saja dari konten yang mereka anggap paling efektif dan kurang efektif. Kegiatan dan topik Sebagian besar guru menyebutkan keyakinan bahwa kegiatannya memberikan manfaat besar. Namun, sejumlah guru merasa bahwa ada beberapa kegiatan yang kurang bermanfaat dibandingkan kegiatan lainnya. Sebagai contoh, mereka menyebutkan bahwa perekaman video dapat dimanipulasi, beberapa kegiatan permainan kurang efektif, dan bahwa mereka tidak mempunyai cukup waktu untuk menyiapkan alat bantu pengajaran. Para guru menyebutkan bahwa dalam keenam pertemuan itu, ada banyak topik yang menarik. Secara khusus, mereka mendapati bahwa topik berikut bernilai: pendekatan ELPSA, pertanyaan terbuka yang efektif, membuktikan volume prisma dan piramida, serta menyampaikan rencana pembelajaran. Beberapa guru menyebutkan persetujuannya dengan pernyataan bahwa sesi memberikan pengetahuan tambahan dan memperkaya kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru menyebutkan keyakinannya bahwa kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal berikut bermanfaat: penggunaan pendekatan ELPSA untuk menarik minat siswa; penggunaan pertanyaan secara efektif; konsep volume prisma dan piramida; penggunaan video untuk refleksi mandiri; metode untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa; metode untuk pembelajaran jaring-jaring bangun ruang sisi datar; dan metode untuk mengatasi miskonsepsi yang berkaitan dengan volume dan kapasitas. Pemahaman dan kesulitan guru Sebagian besar guru menyebutkan bahwa kegiatan, topik, dan konsep yang disampaikan melalui pelatihan cukup mudah dipahami. Mereka setuju bahwa alat bantu pengajaran dan video yang digunakan sangat berguna. Namun, mereka juga menyebutkan bahwa ada beberapa konsep yang sulit dipahami. Secara khusus, mereka menyampaikan mengenai kesulitan dalam menjelaskan volume dan kapasitas, pendekatan ELPSA, cara membuat jaring-jaring piramida, mengembangkan rencana pembelajaran, dan membuat soal yang efektif. ELPSA merupakan konsep baru bagi sebagian besar guru yang berpartisipasi. Meskipun beberapa guru menyatakan bahwa pendekatan dalam pelatihan tersebut bukanlah hal yang sama sekali baru, guru yang lain merasa bahwa sebagian bahan yang dibahas dalam pelatihan adalah hal yang sama sekali baru, termasuk konsep volume dan kapasitas, penggunaan teknik bertanya, menentukan kapasitas obyek bangun ruang sisi datar, serta penggunaan video sebagai alat pembelajaran dan untuk mendorong refleksi mandiri. Pelaksanaan di ruang kelas Tidak semua kegiatan yang dimasukkan dalam pelatihan dapat diterapkan di ruang kelas. Guru menyebutkan bahwa kendali paling utama adalah keterbatasan waktu, sementara kegiatan dalam pelatihan menghabiskan waktu yang cukup banyak dan juga memerlukan waktu persiapan tambahan. Mereka pun menyebutkan bahwa beberapa kegiatan memerlukan pengeluaran tambahan, terutama jika diperlukan alat bantu pengajaran. Yang paling penting, kesiapan guru diidentifikasi sebagai faktor utama bagi pelaksanaan di ruang kelas. Pekerjaan rumah dan tugas Banyak dari antara guru yang berpartisipasi menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan. Mereka mendapati sejumlah manfaat dengan menyelesaikan pekerjaan rumah karena tugas-tugas tersebut memberikan kesempatan untuk mempelajari kembali bahan, mencapai pengembangan keprofesian, menajamkan kreativitas, dan meningkatkan pengetahuan. Pelaksanaan praktik di ruang kelas membantu guru untuk lebih memahami konsep. 46 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Beberapa guru menerapkan konsep bertanya, penggunaan pertanyaan terbuka, metode demonstrasi, dan pembuatan jaring-jaring bangun ruang sisi datar di kelas. Di sisi lain, beberapa guru tidak menerapkan semua konsep dan pendekatan tersebut dalam praktik di ruang kelas. Guru-guru menyebutkan bahwa alasan utama mereka tidak menerapkan konsepnya adalah karena mereka tidak sepenuhnya memahami konsep dan masih mempelajarinya, serta karena mereka tidak memiliki alat bantu pengajaran yang diperlukan. Komentar mengenai ELPSA Para guru menyampaikan sejumlah pendapat mengenai kerangka ELPSA, yang dapat dirangkum sebagai berikut: (i) pendekatan ELPSA akan berguna jika dimanfaatkan untuk pengajaran mata pelajaran lain; (ii) ELPSA seharusnya diujicobakan di ruang kelas yang kekurangan fasilitas; (iii) diperlukan tambahan bahan penyelesaian soal; dan (iv) studi komparatif terhadap guru yang telah menjalankan ELPSA akan bermanfaat. Memfilmkan pelajaran sendiri Guru secara khusus ditanya: “Apa pendapat Anda mengenai video yang Anda buat tentang praktik pengajaran Anda sendiri dan mengenai video yang dibuat kolega Anda?” Tanggapan guru terhadap pertanyaan tersebut meliputi: • “Kami sangat menghargai penggunaan video dalam proses pembelajaran pengajaran.” • “Jenis pembelajaran penyelidikan (inquiry) cocok untuk dilaksanakan di kelas 7, 8, dan 9.” • “Penggunaan video memungkinkan kami untuk melakukan refleksi mandiri dan menjadi guru yang lebih profesional.” • “Siswa sangat tertarik pada proses pembelajaran.” • “Penggunaan metodologi video memungkinkan kami untuk menonton dan melakukan refleksi mengenai praktik pengajaran kami secara terus-menerus.” • “Membuat video yang baik adalah proses yang menghabiskan waktu dan memerlukan kesabaran.” Topik yang dapat meningkatkan pelatihan Guru juga ditanya “Apa saja hal yang ingin Anda ketahui terkait topik pelatihan?” • Tanggapan guru meliputi: “Kami ingin menggali lebih dalam mengenai bahasa matematika agar kami dapat meminimalkan miskonsepsi.” • “Kami ingin mempelajari cara menggunakan klip video untuk pengajaran mata pelajaran yang lain.” • “Kami ingin mempelajari cara menggunakan bahasa matematika dengan benar.” • “Kami ingin mempelajari lebih dalam mengenai bertanya secara efektif.” • “Kami ingin mempelajari cara menjadi guru yang baik, yang menggunakan metode pengajaran secara efektif untuk mendorong pembelajaran siswa yang produktif.” 7.3 UMPAN BALIK MELALUI LOKAKARYA DENGAN DISKUSI KELOMPOK FOKUS Dua lokakarya diadakan bagi fasilitator setelah pelatihan selesai. Dalam lokakarya pertama, informasi tambahan dikumpulkan dan fasilitator dapat membagikan pandangan umum mereka mengenai uji coba, dengan fokus utama pada proses dan materinya. Lokakarya kedua melibatkan presentasi oleh fasilitator, yang membagikan video mereka sendiri dan memberikan perspektif mereka mengenai kerangka ELPSA. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 47 8 Pelajaran Penting yang dapat Dipetik dan Pertimbangan Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari pelaksanaan pelatihan dari segi materi, pelaksanaan, dan efektivitas. Pelajaran tersebut juga memunculkan pertanyaan mengenai pengembangan keprofesian berkelanjutan secara umum. Berikut adalah ringkasan pelajaran penting dan sejumlah pertimbangan, serta diskusi mengenai keberlanjutannya dari segi peningkatan skala dan perluasan praktik yang dibahas dalam pelatihan ke bidang matematika dan untuk mata pelajaran lain. 8.1 MATERI Materi sesi secara umum diterima dengan sangat baik. Hampir tidak ada komentar yang menyebutkan ketidaksetujuan dengan pendekatan atau topik pelatihan dan hampir semua setuju bahwa materinya bermanfaat. Secara umum, peserta menyebutkan keyakinan bahwa kerangka ELPSA dan topik pelatihan sangat relevan dengan praktik mereka. Ada tanggapan beragam terhadap tingkat kesulitan materi. Beberapa peserta menyatakan bahwa konsep dan pendekatannya tidak sepenuhnya baru, tetapi mereka tetap mendapatinya berguna untuk mengembangkan keahlian mereka dalam pelaksanaan di ruang kelas. Guru yang lain menyatakan bahwa materinya cukup sulit dan merasa bahwa mereka tidak mendapatkan tingkat pengetahuan yang memadai agar dapat melaksanakan praktik baru tersebut secara percaya diri di ruang kelas mereka. Guru-guru ini cenderung menganggap pendekatannya bermanfaat, tetapi merasa bahwa mereka memerlukan lebih banyak dukungan agar dapat melaksanakannya dengan efektif. Sejumlah guru juga menyatakan bahwa mereka ingin menggali lebih dalam untuk beberapa topik. Secara khusus, sejumlah guru merasa bahwa akan bermanfaat jika dihabiskan lebih banyak waktu untuk topik bertanya dan cara menciptakan budaya bertanya di kelas. Berdasarkan umpan balik ini, mungkin dapat dipertimbangkan untuk memperluas pelatihan sehingga memasukkan sesi kedua mengenai bertanya. Pendekatan yang lain adalah dengan mengembangkan pelatihan terpisah yang berisi tiga sesi agar dapat membahas topik ini secara lebih mendalam. Persoalan yang juga timbul adalah mengenai waktu yang diperlukan, baik untuk mengadakan sesi kelompok kerja maupun untuk melaksanakan contoh rencana pembelajaran. Pada beberapa sesi, tampaknya materi terlalu padat sehingga tidak dapat diselesaikan secara efektif dalam jangka waktu 3-4 jam sesi kelompok kerja. Ini menyebabkan sejumlah kegiatan tidak dilakukan atau dipercepat. Revisi pada pelatihan harus mengurangi materi untuk memastikan agar semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan benar. 48 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru 8.2 PELAKSANAAN 8.2.1 Menggunakan Kelompok Kerja untuk Penyampaian PKB Kelompok kerja guru memiliki keunggulan dan kekurangan sebagai sistem penyampaian PKB, seperti yang telah dibahas di Bagian 4.3 (Kelompok Kerja Guru untuk Penyampaian Pengembangan Keprofesian). Beberapa persoalan khusus yang terungkap dari uji coba ini termasuk hal berikut: • Tingkat kehadiran di kelompok kerja dapat sangat bervariasi: Meskipun sejumlah kelompok kerja dihadiri guru dari semua sekolah dalam klaster, kelompok kerja yang lain merotasi guru di dalam sekolah. Di banyak kabupaten, ada kebijakan yang mengkhususkan hari tertentu untuk kelompok kerja bagi mata pelajaran tertentu. Misalnya, kelompok kerja bagi guru matematika mungkin diadakan hari Kamis, jadi tidak ada kelas matematika yang dijadwalkan pada hari itu. Namun, hal ini tidak terjadi di Jakarta, jadi guru perlu mencari waktu dalam jadwal mereka untuk menghadiri kelompok kerja. Hal ini berpengaruh negatif terhadap tingkat kehadiran. Kehadiran juga dipengaruhi oleh jadwal yang bersamaan dengan kewajiban lain, seperti yang dibahas dalam poin berikutnya. • Pelatihan yang dilaksanakan melalui kelompok kerja dapat dipengaruhi oleh konflik dalam jadwal guru: Guru memiliki banyak kewajiban dengan jadwal yang bersamaan, keharusan untuk mengikuti pelatihan kurikulum baru, menyiapkan ujian nasional, dan mengadakan berbagai kegiatan lainnya. Hal ini menciptakan kesulitan signifikan dari segi mempertahankan tingkat kehadiran peserta dalam kelompok kerja selama semester tersebut. • Guru memiliki minat dan kebutuhan yang berbeda, yang kemungkinan tidak dapat dijawab semuanya hanya dengan satu pelatihan: Meskipun beberapa topik mungkin menarik bagi kebanyakan atau semua guru, setiap guru tentunya memiliki minat dan kebutuhan pengembangan keprofesian yang berbeda pula. Mungkin dapat dipertimbangkan untuk mengadopsi fleksibilitas sampai taraf tertentu agar guru dapat hanya menggunakan kegiatan tertentu yang cocok dengan kebutuhan mereka, atau memungkinkan beberapa sub- kelompok untuk mengadakan kegiatan/sesi terpisah. • Mutu fasilitator berperan sangat penting dalam memastikan efektivitas kegiatan kelompok kerja: Poin ini dibahas secara lebih terperinci di bawah. • Dukungan yang diberikan bagi kelompok kerja tidak konsisten di antara berbagai sekolah dan kabupaten: Sekolah dan dinas pendidikan memiliki persepsi yang beragam mengenai sejauh mana kelompok kerja merupakan tanggung jawab kabupaten, sekolah, atau guru sendiri. Salah satu kabupaten berkomentar bahwa kelompok kerja berada di luar yurisdiksi mereka dan bahwa pihak kabupaten tidak dapat mewajibkan guru menghadiri kelompok kerja. 8.2.2 Pentingnya Fasilitator Pada tahap perancangan, telah dipertimbangkan gagasan untuk mengembangkan pelatihan yang berdiri sendiri dan tidak memerlukan pelatihan serta penggunaan fasilitator, tetapi dapat digunakan secara mandiri oleh guru. Meskipun pendekatan ini akan lebih murah dan dapat didistribusikan secara lebih mudah dan lebih luas bagi kelompok kerja, materinya sendiri harus disederhanakan dan perlu memasukkan jauh lebih banyak instruksi langkah demi langkah. Akan timbul ketergantungan yang lebih besar pula pada motivasi anggota kelompok kerja dalam melaksanakan pelatihan secara mandiri dan untuk melakukan semua kegiatan terkait. Lewat uji coba pelatihan, terlihat jelas bahwa keputusan untuk melatih dan menggunakan fasilitator sudah tepat, karena fasilitator berperan penting dalam memastikan efektivitas pelatihan. Dengan melatih dan menggunakan fasilitator, tersedia kepemimpinan yang diperlukan untuk mengadakan kegiatan, serta memfasilitasi dan memahami materi. Fasilitator memungkinkan dibuatnya jaringan pendukung agar para fasilitator dapat membagikan pengalamannya dan bertanya kepada fasilitator dari kelompok kerja yang lain. Selain itu, tingkat komitmen dan pemahaman fasilitator juga penting dalam menentukan seberapa efektif sesi diadakan. Dalam beberapa keadaan, fasilitator tidak memiliki tingkat pemahaman bahan yang memadai. Dalam Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 49 keadaan tersebut, didapati bahwa efektivitas sesi menjadi jauh lebih rendah. Hal ini menunjukkan pentingnya pelatihan fasilitator, dan menyoroti perlunya diberi waktu yang cukup untuk menjalani semua kegiatan penting. Sesi yang paling efektif cenderung merupakan sesi yang melaksanakan simulasi selama proses pelatihan. Ini berarti latihan tambahan dan penggunaan simulasi yang lebih besar dalam proses pelatihan akan bermanfaat. Pelatihan bagi fasilitator harus lebih praktis. Fasilitator harus terlibat dalam sesi simulasi agar mereka dapat memahami dengan jelas peran mereka dalam memfasilitasi pertemuan MGMP, terutama dalam memberikan masukan bagi pengembangan dan pelaksanaan rencana pembelajaran. Fasilitator harus menyiapkan dirinya sendiri terlebih dahulu agar memahami topik dan dapat mengelola pertemuan dengan baik. Akan lebih baik jika fasilitator dapat memberikan contoh-contoh lain untuk memperkaya pelatihan. 8.2.3 Tanggung Jawab untuk Menyediakan PKB Salah satu tantangan yang ditimbulkan oleh desentralisasi tanggung jawab penyediaan layanan pendidikan ke pemerintah kabupaten, adalah bahwa pengembangan keprofesian berkelanjutan kini menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten yang bersangkutan, melalui dinas pendidikan kabupaten. Kapasitas kabupaten untuk menyediakan PKB bermutu tinggi cukup beragam, tetapi pada umumnya sangat rendah. Cara pemerintah daerah memandang perannya dalam menyediakan PKB juga bervariasi. Dalam hal uji coba, tim studi berhasil bertemu dengan para pejabat kabupaten dan mengusulkan agar guru memperoleh kredit jika berhasil menyelesaikan pelatihan. Tetapi bagaimana proses ini dapat ditingkatkan skalanya? Menurut pengaturan saat ini, jika sebuah kelompok kerja atau sekumpulan guru ingin melaksanakan pelatihannya, mereka harus membuat kesepakatan dengan pihak kabupaten untuk menerima kredit. Sebagai gantinya, apakah PKB seharusnya menjadi proses yang didorong pasokan, sehingga kabupaten-lah yang menawarkan kegiatan PKB bagi kelompok kerja? Apakah partisipasi guru akan bersifat sukarela atau wajib? Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut di luar cakupan studi ini. Namun, kesulitan dalam pelaksanaan pelatihan menyoroti perlunya mengklarifikasi peran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dinas tingkat provinsi dan kabupaten, serta sekolah dan guru dalam hal penyediaan PKB, terutama dari segi bagaimana guru akan mendapatkan kredit untuk partisipasinya. Untuk penyampaian PKB melalui pelatihan online, seperti pelatihan yang ditawarkan oleh P4TK Matematika, tampaknya sudah ada mekanisme bagi guru untuk menerima kredit. Namun, aturan dan prosesnya perlu ditentukan dengan jelas. Dinas pendidikan, otoritas sekolah, dan pemangku kepentingan lainnya harus mendukung peluang guru untuk menghadiri kegiatan MGMP dan menciptakan kesempatan bagi mereka untuk hadir. Saat ini, guru memerlukan surat izin dari kepala sekolah untuk menghadiri pertemuan MGMP. Kegiatan PKB guru harus diwajibkan dan dijadwalkan. 8.3 EFEKTIVITAS Hasil dari evaluasi dampak menunjukkan bahwa pelatihan menyebabkan perubahan yang signifikan secara statistik pada keyakinan guru, peningkatan pada pengetahuan guru, dan perubahan di ruang kelas. Hasil kualitatif juga menunjukkan bahwa guru menghargai kegiatan pengembangan keprofesian dan merasa memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Masukan dari fasilitator, guru, dan pengamat telah mengidentifikasi faktor yang mengarah pada pelaksanaan secara efektif, tetapi juga memperlihatkan sejumlah aspek yang menghambat efektivitas pelatihan. Pertemuan kelompok kerja cenderung paling efektif jika ada prasyarat berikut: (i) topik memenuhi kebutuhan semua peserta; (ii) fasilitator sudah siap dan menjalankan kegiatan dengan baik; (iii) alat pembelajaran, alat tulis, laptop, proyektor, dan fasilitas lainnya tersedia; (iv) semua peserta terlibat aktif dalam diskusi, bertanya, latihan, dan menggali melalui trial and error; (v) kegiatannya dapat dilaksanakan secara efektif sesuai alokasi waktu (180- 240 menit). 50 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Bidang penting yang perlu direvisi adalah mengenai beban materi, mengingat kendala waktu pada sesi kelompok kerja. Secara khusus, materi pelatihan harus disesuaikan agar lebih cocok dengan waktu yang tersedia sehingga proses pembelajaran guru akan lebih efektif. Kebanyakan analisis RPP, yang dimaksudkan untuk dilakukan dalam sesi, harus ditugaskan sebagai pekerjaan rumah tambahan karena kekurangan waktu.Setiap pelatihan memerlukan 3-4 jam kegiatan intensif, dengan waktu istirahat 15 menit untuk setiap sesi. Pertemuan MGMP rutin biasanya mencapai empat jam, tetapi dengan kecepatan kegiatan yang jauh lebih lambat. Secara khusus, Sesi 2 mengenai bertanya dapat diadakan dalam dua kali pertemuan karena kegiatannya memerlukan lebih banyak waktu daripada kegiatan yang lain. Sesi 5 mengenai pembelajaran melalui penyelidikan (inquiry) juga dapat diadakan dalam dua kali pertemuan. 8.4 PENINGKATAN SKALA DAN KEBERLANJUTAN Ada minat besar terhadap pelatihan PKB jenis ini. Guru yang berpartisipasi dalam uji coba secara umum sangat antusias dan meminta dukungan tambahan. Guru dalam kelompok kontrol juga sangat berminat memanfaatkan pelatihan dalam kelompok kerja mereka di masa mendatang. Berbagai dinas pendidikan di kabupaten yang berpartisipasi sedang mengembangkan rencana untuk mendukung peluncuran pelatihan ke seluruh MGMP di kabupatennya masing-masing. Dalam acara sosialisasi dengan pejabat kabupaten dan guru, ada banyak permintaan dukungan. Namun, meskipun ada antusiasme kuat, peningkatan skala pelaksanaan pelatihan ini memerlukan pertimbangan secara hati-hati. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 51 9 Implikasi Kebijakan yang Lebih Luas Kebijakan yang berkaitan dengan praktik pengajaran selama satu dasawarsa terakhir cenderung menekankan pendekatan pengajaran modern yang lebih berpusat pada siswa, yang melibatkan interaksi siswa yang lebih banyak dan fokus yang lebih intens pada penalaran dan pola pikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, Peraturan Pemerintah No. 19/2005 menyatakan: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Pernyataan serupa juga dimasukkan dalam Peraturan Pemerintah No. 32/2013. Hasil dari studi video menunjukkan bahwa guru matematika kelas delapan cenderung menggunakan metode tradisional dan pendekatan mereka cenderung prosedural, bukannya mendorong penalaran dan pola pikir tingkat tinggi. Menariknya, hasil studi video menunjukkan bahwa jika guru menggunakan metode yang lebih interaktif untuk mendorong penalaran, siswa cenderung mendapat hasil pembelajaran yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa metode pengajaran yang mulai dianjurkan selama dasawarsa terakhir, memang bermanfaat. Namun, tampak jelas pula bahwa di kelas matematika (dan kemungkinan di mata pelajaran lain), masih ada kesenjangan antara metode yang didorong dan metode yang sesungguhnya dipraktikkan. Bagaimana guru memasukkan metode yang lebih progresif dalam rangkaian praktik mereka? Guru jelas memerlukan dukungan dan tidak ada solusi cepat untuk persoalan ini. Mengubah praktik sangat sulit dilakukan serta memerlukan dukungan jangka panjang yang berkelanjutan dan intensif. Uji coba ini dirancang secara khusus untuk memperkuat pengetahuan guru dan untuk meningkatkan praktik pengajaran di bidang yang mendorong lebih banyak interaksi siswa dan yang memanfaatkan metode berbasis penyelidikan (inquiry) agar dapat mengedepankan penalaran siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam model ini dapat mengubah keyakinan guru, meningkatkan pengetahuan guru, dan menimbulkan perubahan praktik di ruang kelas. Meskipun hasilnya positif, pelatihan jenis ini harus dilihat hanya sebagai bibit bagi pengembangan sistem pendukung yang jauh lebih besar. Guru akan memerlukan tingkat dukungan yang jauh lebih tinggi, yang diberikan secara terus-menerus guna membangun dan memperkuat sepenuhnya pengetahuan mata pelajaran dan pedagogi mereka. Jelaslah bahwa sistem penyediaan PKB saat ini belum berjalan efektif di Indonesia. Sejak desentralisasi, guru memperoleh lebih sedikit PKB dan mutu serta relevansi PKB yang ditawarkan mengalami penurunan. Meskipun pemerintah kabupaten bertanggung jawab menyediakan PKB, mayoritas kabupaten tidak memiliki kapasitas yang memadai atau kemauan untuk menyediakan peluang PKB yang efektif bagi guru. Dalam beberapa kasus, pemerintah daerah malah tidak merasa wajib menyediakan PKB. Bahkan di daerah yang merasa wajib menyediakan, PKB yang ditawarkan sering kali tambal sulam, bermutu rendah, dan kurang relevan. Yang banyak terjadi, PKB berupa lokakarya singkat dengan pembicara dari luar untuk memberikan presentasi. 52 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Meskipun guru memperoleh kredit untuk partisipasi dalam lokakarya tersebut, acara semacam itu biasanya gagal memenuhi kebutuhan guru dan hanya berdampak kecil pada praktik di ruang kelas. Setidaknya dalam jangka pendek, tidak realistis jika mengharapkan pemerintah daerah dapat mengembangkan kegiatan PKB bermutu tinggi. Selain itu, dibutuhkan kerangka yang lebih besar untuk memberikan struktur bagi PKB secara keseluruhan, bukannya melalui penawaran yang tambal sulam dan tidak terintegrasi dengan baik. P4TK Matematika cenderung menawarkan pelatihan dan program yang bagus, tetapi hanya sejumlah kecil guru yang dapat memetik manfaatnya setiap tahun. Di negara yang begitu luas dan beragam seperti Indonesia, pelatihan P4TK secara in-house untuk mayoritas guru jelas bukan solusi skala besar yang layak dijalankan. Metode online mungkin memberikan cara menjangkau guru dalam jumlah yang lebih besar, dengan uji coba pelatihan geometri sebagai contoh bagaimana metode online dapat dimanfaatkan secara efektif. Metodologi ini memiliki prospek bagus, tetapi tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya metode untuk penyediaan PKB. Kelompok kerja guru menawarkan banyak keunggulan, seperti yang dijelaskan secara terperinci dalam laporan ini. Salah satu dari antara berbagai keunggulannya adalah bahwa kelompok kerja dapat menjadi sarana yang sangat efektif untuk membangun keterampilan melalui proses in-on-in, yang memastikan bahwa hal-hal yang dipelajari dapat diterapkan di kelas dan kemudian direfleksikan bersama guru yang lain. Namun, ada juga sejumlah tantangan dalam menggunakan kelompok kerja guru sebagai metode skala besar untuk menyediakan PKB. Kelompok kerja dijalankan dengan cara yang berlainan dari kabupaten ke kabupaten, atau bahkan dari sekolah ke sekolah. Hal ini menyulitkan pengembangan dan pelaksanaan program secara konsisten. Ini pun bisa jadi mengharuskan pengembangan pelatihan bermutu tinggi yang dapat dijalankan guru secara mandiri. Pengembangan pelatihan geometri yang digunakan dalam uji coba ini memerlukan banyak waktu dan sumber daya. Namun, manfaatnya adalah dampak positif signifikan dalam hal peningkatan taraf pengetahuan mata pelajaran dan pedagogi para guru. Yang paling penting, modul ini dapat menghasilkan perubahan positif sesungguhnya pada praktik di ruang kelas. Tidak ada metode tunggal tertentu untuk penyediaan PKB. Diperlukan pendekatan holistik dengan berbagai penawaran yang menggunakan metodologi berbeda-beda. Di dalam sistem manajemen keprofesian guru di Indonesia, guru individu diharuskan mengembangkan rencana PKB tahunan. Untuk dapat melakukannya secara efektif, mereka harus memiliki katalog penawaran yang dapat digunakan untuk menjawab kebutuhan spesifik mereka. Ini memerlukan sistem yang memberikan banyak pilihan di bawah kerangka pedagogi dinamis dan holistik. Pelatihan PKB ini menanamkan bibit bagi pengembangan keprofesian guru matematika. Pendekatan yang diadopsi dalam pelatihan ini akan diteruskan melalui proyek di NTB, di bawah hibah Global Partnership for Development (GPFD) dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia. Namun, pendekatan seperti ini perlu diterapkan bagi guru mata pelajaran lain dan untuk setiap tingkat sekolah, sejak usia dini sampai sekolah menengah atas. Pemerintah pusat memiliki posisi terbaik untuk mengembangkan kerangka yang diperlukan dan untuk menghasilkan kegiatan bermutu tinggi yang dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia. Namun pada akhirnya, kabupaten jugalah yang bertanggung jawab menyediakan PKB. Dalam kapasitas ini, kabupaten harus memberikan dukungan bagi guru-gurunya dengan membuat mekanisme yang akan memberikan akses ke dan kredit atas kegiatan PKB. Hal ini memang tidak mudah karena memerlukan masukan dan dukungan dari banyak pemangku kepentingan. Namun, ini sangat penting agar siswa-siswa di Indonesia dapat merasakan manfaat dari peningkatan hasil pembelajaran. Selama lebih dari satu dasawarsa, guru Indonesia hanya diberikan sedikit dukungan dan peluang terbatas untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan guna meningkatkan modal manusia di Indonesia. Tingkat dan mutu pengetahuan mata pelajaran dan pengetahuan pedagogi guru secara umum masih sangat rendah, yang pada akhirnya berdampak pada kemampuan siswa Indonesia untuk tumbuh dan menjadi warga negara yang produktif. Persoalan ini harus diatasi demi masa depan bangsa. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 53 Rujukan Kemmis, S., & Grootenboer, P. (2008). Situating praxis in practice: Practice architecture and the cultural, social and material conditions for practice. In S. Kemmis & T. J. Smith (Eds.), Enabling praxis: Challenges for Education (hal. 37-62). Rotterdam, The Netherlands: Sense. Kemmis, S., & McTaggart, R. (1992). The action research planner (3 rd ed.). Victoria, Australia: Deakin University Press. Matsumoto, D., & Juang, L. (2013). Culture and psychology. (5 th ed.). Belmont, CA: Cengage. Mattsson, M., Vidar Eilertsen, T., & Rorrison, D. (Eds.). (2011). A practicum turn in teacher education. Rotterdam, The Netherlands: Springer. Ponte, P., & Rönnerman, K. (2009). Pedagogy as human science, building and action research: Swedish and Dutch reflections. Educational Action Research, 17(1), 155-167. Schatzki, T. R. (2002). The site of the social: A philosophical account of the constitution of social life and change. University Park, PA: University of Pennsylvania Press. World Bank. (2014). Teacher Reform in Indonesia: The Role of Politics and Evidence in Policy. Indonesia: The World Bank. Zhang, M., Lundeberg, M., Koehler, M.J., & Eberhardt, J. (2011). Understanding affordances and challenges of three types of video for teacher professional development. Teacher and Teacher Education, 27, 454-462. 54 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Lampiran LAMPIRAN 1: GARIS BESAR KEGIATAN Minggu Sesi Pengembangan Kegiatan untuk Guru di antara Sesi Kegiatan Dalam Kelas Keprofesian 1 Sesi 1 Tugas utama diperkenalkan (untuk Survei tanggapan siswa (sebelum diselesaikan pada akhir program): uji coba). Pengantar program, Mengembangkan rencana pembelajaran ELPSA & PKB yang akan digunakan dalam unit geometri RIPPLE dengan kerangka ELPSA. 3 Sesi 2 Guru membuat 3 pertanyaan terbuka yang MERANCANG PERTANYAAN: sesuai. Menulis dan menyerahkan refleksi Guru menyampaikan 3 Bertanya untuk tentang kekuatan dan/atau kelemahan pertanyaan terbuka yang dibuat guru dan siswa pelaksanaan di ruang kelas. untuk kegiatan di antara sesi bersama siswa di ruang kelas. 5 Sesi 3 Menulis dan menyerahkan refleksi tentang STIMULUS VIDEO: Guru kekuatan dan/atau kelemahan yang terjadi mengulangi di kelas masing- Volume dan dalam pelaksanaan stimulus video di masing kegiatan hands-on dari kapasitas ruang kelas. sesi Pengembangan Keprofesian yang memperlihatkan definisi volume dan kapasitas. 7 Sesi 4 Guru diharuskan mencari pertanyaan MERANCANG ULANG SOAL: Guru tertutup mengenai bentuk 3D dari buku akan menggunakan soal terbuka Pembelajaran teks dan menuliskannya kembali sebagai yang telah dirancang ulang dari berbasis soal soal terbuka. buku teks di kelas mereka. 9 Sesi 5 Guru akan menulis dan menyerahkan Survei tanggapan siswa (sesudah refleksi mengenai lima hal yang dianggap uji coba). Pembelajaran penting dari sesi pengembangan melalui keprofesian. Guru menyelesaikan tugas penyelidikan utama. (inquiry learning) 11 Sesi 6 MENGEMBANGKAN LINGKUNGAN ONLINE: Guru WAKTU melaksanakan dan memvideokan MENYERAHKAN rencana pembelajaran yang telah TUGAS UTAMA: mereka kembangkan di ruang Presentasi kelas. Video akan di-upload kelompok sebagai sumber daya pengajaran mengenai rencana dan untuk pengembangan pembelajaran yang lingkungan online. dikembangkan oleh guru menggunakan kerangka ELPSA. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 55 LAMPIRAN 2: KONSEP UMUM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN Studi ini mengacu pada penelitian mengenai sifat pengetahuan keprofesian guru dan bagaimana pengetahuan tersebut menjadi masukan bagi praktik keprofesian dan pengambilan keputusan. Hingga saat ini, studi yang berfokus pada praktik pengajaran efektif belum menyentuh interaksi kompleks yang ada di dalam dan di antara berbagai profesi pengajaran. Untuk mempertimbangkan elemen yang mempengaruhi dan menjadi masukan bagi praktik sehari-hari guru kelas, fokusnya harus dialihkan dari praktik di ruang kelas oleh masing-masing praktisi menjadi meta-analisis secara lebih luas yang menempatkan praktik-praktik tersebut dalam pengaturan budaya, kontekstual, dan kurikulum sehingga memungkinkan praktik-praktik itu (Schatzki, 2002). Dengan memandang praktik seperti ini, maka pilihan dan tindakan praktisi tidak sepenuhnya dibentuk oleh individunya sendiri, tetapi dalam interaksi dengan berbagai pengaturan tersebut (Kemmis & Grootenboer, 2008, hal. 50). Karena itu, pengembangan keprofesian guru perlu dibingkai dalam peluang pembelajaran yang memperhitungkan praktik budaya, aspek kontekstual pengetahuan materi-disiplin guru, serta kurikulum dan praktik pedagogi yang berlaku. Pada pokoknya, praktik guru berlangsung dalam keadaan pendidikan mana pun. Dengan menempatkan guru atau pemimpin sekolah secara individual pada pusat pengambilan keputusan, ini menjadi pengakuan bahwa para profesional perlu memikul tanggung jawab lebih besar atas pembelajarannya masing-masing. Pada saat bersamaan, ini merupakan tantangan bagi sistem pendidikan untuk memberikan otonomi keprofesian yang diperlukan bagi individu untuk merancang pembelajaran, bukan hanya dalam kaitan dengan kebutuhan mereka sendiri, tetapi juga dalam konteks tempat mereka beroperasi. Dalam hal ini, perlu ditekankan bahwa individu tidak harus belajar secara terisolasi. Sebaliknya, mereka dapat melakukannya bersama anggota komunitas lainnya yang sepikiran, serta memiliki minat dan sasaran serupa. Dan memang, visinya adalah sekelompok individu (misalnya sekelompok guru di sebuah sekolah atau dari beberapa sekolah) akan berupaya mencapai sasaran pembelajaran keprofesian yang teridentifikasi, meskipun jalur ini tetap akan digerakkan oleh masing-masing pribadi. Tingkat tanggung jawab keprofesian yang baru ini seharusnya mengarah pada tingkat keahlian yang lebih tinggi dalam profesi, karena pembelajaran keprofesian sejalan dengan praktik keprofesian. Kelompok kerja guru semacam ini, yang sudah dibentuk di Indonesia, memberikan media yang sesuai bagi jenis komunikasi dan keterlibatan seperti itu. Dengan dasar tersebut, pelatihan ini mengacu pada prinsip-prinsip Penelitian Tindakan/Action Research (Kemmis & McTaggart, 1992). Penelitian Tindakan (Action Research) merupakan pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan mengubahnya dan belajar dari konsekuensi perubahan tersebut. Pendekatan ini menganjurkan partisipasi, kerja sama, pendirian komunitas kritik mandiri, dan refleksi pribadi melalui proses pembelajaran sistematis, agar individu dapat berteori dan mencapai kesimpulannya sendiri mengenai hubungan antara berbagai keadaan, tindakan, dan konsekuensi dalam situasi spesifik mereka sendiri. Jenis pemikiran seperti ini melibatkan upaya analisis kritis terhadap situasi kerja mereka dengan mengidentifikasi persoalan, mengumpulkan dan mencatat bukti, menyimpan jurnal pribadi, berbagi dalam diskusi kelompok pendukung, dan berusaha memperbaiki praktik mereka masing-masing.9 Baik secara konseptual maupun praktis, video dapat digunakan dengan baik untuk mengedepankan prinsip-prinsip Penelitian Tindakan (Lowrie, 2013). Konsep-konsep ini dijelaskan dengan lebih terperinci di Bagian 4.2 (Konsep Mendasar Pengembangan Keprofesian). 9 Bukti keberhasilan pendekatan semacam ini terhadap pembelajaran keprofesian dapat ditemukan di Norwegia, Belanda, dan Swedia. Negara-negara ini terlibat dalam inisiatif dari Charles Sturt University di Research Institute for Professional Practice, Learning and Education (RIPPLE) yang dikenal sebagai kelompok Pedagogy, Education and Practice (PEP). Peneliti dalam kelompok ini telah memanfaatkan prinsip-prinsip penelitian tindakan dalam proyek mereka dengan keberhasilan yang sangat baik di berbagai spektrum bidang pendidikan (sebagai contoh Mattsson, Vidar Eilertsen, & Rorrison, 2011; Ponte & Rönnerman, 2009). 56 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru LAMPIRAN 3: INSTRUMEN Survei Guru – Pertanyaan Mengenai Keyakinan dan Praktik Pengajaran Matematika Dalam pendapat Anda, seberapa penting hal-hal berikut untuk pengajaran matematika yang efektif di kelas yang Anda ajar? Beri peringkat mulai dari 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting): Pilih tanggapan yang sesuai untuk setiap butir: Tidak Sangat penting penting   1 2 3 4 5 8 Menghubungkan antara matematika dengan disiplin lain. o o o o o 9 Meminta siswa belajar dalam kelompok kerja sama pembelajaran. o o o o o 10 Meminta siswa berpartisipasi dalam kegiatan hands-on yang sesuai. o o o o o 11 Melibatkan siswa dalam kegiatan berorientasi penyelidikan (inquiry). o o o o o 12 Menggunakan kalkulator. o o o o o 13 Menggunakan komputer. o o o o o 14 Melibatkan siswa dalam penerapan matematika untuk berbagai konteks. o o o o o 15 Menggunakan kinerja. penilaian berbasis o o o o o 16 Menggunakan pertanyaan informal untuk menilai pemahaman siswa. o o o o o Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 57 Kegiatan Pembelajaran Dalam pembelajaran matematika, seberapa sering Anda biasanya meminta siswa melakukan hal-hal berikut? Beri tanda mulai dari 1 (tidak pernah) sampai 5 (sangat sering): Pilih tanggapan yang sesuai untuk setiap butir: Tidak Sangat pernah sering   1 2 3 4 5 17 Mengerjakan soal yang metode penyelesaiannya tidak langsung diketahui. o o o o o 18 Menggunakan alat peraga untuk menyelesaikan latihan atau soal. o o o o o 19 Berpartisipasi dalam diskusi yang dipimpin siswa. o o o o o 20 Belajar dalam kelompok kerja sama pembelajaran. o o o o o 21 Membaca bahan terkait matematika lainnya (non-buku teks) di kelas. o o o o o Membagikan gagasan atau menyelesaikan 22 soal secara bersama-sama dalam kelompok kecil. o o o o o 23 Menyelidiki konsep matematika melalui disiplin lain. o o o o o 24 Terlibat dalam kegiatan matematika hands- on. o o o o o 25 Bermain permainan matematika. o o o o o 26 Merancang atau melaksanakan penyelidikan mereka sendiri. o o o o o 27 Mengerjakan model atau simulasi. o o o o o 28 Menggunakan alat peraga untuk menggali suatu konsep. o o o o o Melakukan penyelidikan atau proyek 29 matematika yang memerlukan waktu lebih lama (dengan durasi seminggu atau lebih). o o o o o 30 Menuliskan refleksi dalam buku catatan atau jurnal. o o o o o 58 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Proses Pembelajaran Matematika Beri peringkat masing-masing pernyataan keyakinan berikut menurut seberapa kuat Anda meyakininya. Beri peringkat 1 (sangat tidak yakin) sampai 5 (sangat yakin). Pilih tanggapan yang sesuai untuk setiap butir: Sangat Sangat tidak percaya percaya   1 2 3 4 5 31 Hal-hal yang dipelajari di kelas sudah cukup agar berhasil dalam matematika. o o o o o 32 Anda harus mampu menghafal dengan baik agar berhasil dalam matematika. o o o o o 33 Menemukan jawaban yang tepat sangat penting agar berhasil dalam matematika. o o o o o 34 Matematika hanya dapat dipelajari dari guru. o o o o o Soal perlu diselesaikan dengan 35 benar dan cepat agar berhasil dalam matematika. o o o o o 36 Soal matematika harus diselesaikan dengan cara yang diperlihatkan guru. o o o o o Latihan di buku matematika hanya dapat 37 diselesaikan dengan metode yang diperlihatkan dalam buku. o o o o o Dalam pelajaran matematika, sudah 38 cukup baik dengan sekadar mengetahui topik yang akan ditanyakan dalam ujian. o o o o o Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 59 Survei Persepsi Siswa Silakan beri peringkat 1 = Sangat Tidak Setuju 5 = Sangat Setuju No Pertanyaan 1 2 3 4 5 1 Guru kelas membuat saya merasa beliau benar-benar memberi perhatian kepada saya. 2 Guru saya tampaknya tahu jika ada persoalan yang mengganggu saya. 3 Guru saya berusaha keras memahami bagaimana pendapat siswa mengenai sejumlah persoalan. 4 Jika kami tidak memahami sesuatu, guru saya menjelaskannya dengan cara lain. 5 Guru saya tahu jika kami sudah paham, dan jika kami belum paham. 6 Saat mengajari kami, guru saya beranggapan kami sudah paham, padahal belum*. 7 Guru saya memiliki beberapa cara bagus untuk menjelaskan setiap topik yang kami bahas di kelas. 8 Guru saya menjelaskan hal-hal yang sulit dengan jelas. 9 Guru saya mengajukan pertanyaan untuk memastikan kami mengikutinya saat beliau mengajar. 10 Guru saya meminta siswa untuk menjelaskan lebih lanjut tentang jawaban yang mereka berikan. 11 Guru saya tidak memperbolehkan siswa menyerah saat mengerjakan soal yang sulit. 12 Guru saya meminta penjelasan atas jawaban yang saya berikan─ mengapa saya berpikir seperti itu. 13 Di kelas ini, kami belajar banyak hampir setiap hari. 14 Di kelas ini kami belajar untuk memperbaiki kesalahan kami. 15 Kelas ini tidak menarik perhatian saya─ saya bosan.* 16 Guru saya menjadikan pembelajaran menyenangkan. 17 Guru saya menjadikan pelajaran menarik. 18 Saya suka cara kami belajar di kelas ini. 19 Guru saya menginginkan kami membagikan pemikiran kami. 20 Siswa dapat memilih kegiatan apa yang dilakukan di kelas ini. 21 Guru saya memberikan waktu bagi kami untuk menjelaskan gagasan kami. 22 Siswa menyampaikan pendapat dan membagikan gagasan mengenai kerja di kelas. 23 Guru saya menghargai gagasan dan saran saya. 24 Guru saya meluangkan waktu untuk merangkum hal-hal yang kami pelajari setiap hari. 25 Guru saya berupaya memastikan bahwa kami sudah paham hal-hal yang diajarkan beliau. 26 Kami mendapatkan komentar yang membantu untuk mengetahui kesalahan kami saat mengerjakan tugas. 27 Komentar yang saya dapatkan tentang pekerjaan di kelas ini membantu saya paham cara memperbaikinya. *Butir dengan kode terbalik. Persetujuan mewakili tanggapan yang negatif. Diadaptasi dari MET project Policy AND PRACTICE BRIEF Asking Students about Teaching. Student Perception Surveys and Their Implementation. Bill and Melinda Gates Foundation. September 2012. 60 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Instrumen Pengamatan INSTRUMEN PENGAMATAN SESI MGMP DENGAN MENGGUNAKAN PELATIHAN GEOMETRI DATA UMUM Tanggal Nomor Sesi (1-6) Waktu Mulai Waktu Selesai Jumlah guru yang hadir Jumlah guru yang hadir yang sudah terdaftar Jumlah guru yang hadir yang belum terdaftar BAHAN 1. Bahan apa saja yang digunakan fasilitator? (misalnya proyektor, komputer, alat bantu guru, fotokopian) 2. Apakah fasilitator kekurangan alat yang diperlukan untuk melakukan sesi? FASILITATOR 3. Dari caranya menjalankan sesi, apakah menurut Anda fasilitator memiliki pemahaman umum yang baik tentang tujuan sesi? (Jelaskan dengan menggunakan contoh-contoh spesifik dari sesi) 4. Apakah fasilitator dapat melakukan sesi secara efektif? (Jelaskan) a. Kegiatan/aspek apa saja yang paling sulit? b. Kegiatan/aspek apa saja yang berjalan paling baik? 5. Kerja sama/interaksi fasilitator a. Bagaimana kedua fasilitator bekerja sama? b. Apakah salah satu fasilitator selalu memimpin atau apakah mereka bergantian memimpin sesi? Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 61 PARTISIPASI GURU 6. Jelaskan tingkat keterlibatan guru dalam sesi. a. Apakah guru terlihat memperhatikan saat fasilitator atau guru lainnya berbicara? b. Apakah mereka berpartisipasi aktif dalam diskusi? c. Apakah mereka berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok? d. Apakah mereka tampak menikmati sesi atau bosan/tidak tertarik? 7. Jika ada tugas untuk guru dari sesi sebelumnya: a. Apakah tugas sebelumnya itu dibahas dalam sesi ini? Jika ya, jelaskan diskusinya. (Lamanya waktu diskusi, poin yang dibicarakan, adakah kebingungan atau konflik, dll.) b. Kira-kira berapa banyak guru yang tampaknya telah menyelesaikan tugas? (% dari jumlah seluruh guru) PEMAHAMAN GURU 8. Menurut perkiraan Anda, berapa persen guru yang mampu memahami dan mengikuti topik sesi? (Penilaian melalui pengamatan dan kemungkinan bertanya secara informal kepada beberapa guru) 9. Jika sebagian guru tampak bingung, di bidang manakah mereka mengalami kebingungan? 10. Dari pengamatan Anda, apakah guru sudah mengetahui bahan dan konsepnya, ataukah sesi tersebut merupakan pengalaman pembelajaran baru bagi mereka? 62 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru PENDAPAT PENGAMAT MENGENAI PERUBAHAN/PENINGKATAN DALAM PENDAPAT ANDA SEBAGAI PENGAMAT: 11. Aspek manakah dari sesi yang menurut Anda sangat efektif? 12. Aspek manakah yang menurut Anda dapat diubah agar sesi lebih efektif? 13. KOMENTAR PENUTUP UMUM Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 63 Survei Guru Pasca-Sesi INSTRUMEN SURVEI SESI GURU SESI MGMP DENGAN MENGGUNAKAN PELATIHAN GEOMETRI Nama____________________________________________________________ Tanggal_________________________________________________________ 14. Apa kesan Anda mengenai sesi secara keseluruhan? a. Apa kegiatan favorit Anda dan mengapa? b. Apa kegiatan yang paling tidak disukai dan mengapa? 15. Apakah Anda dapat memahami topik dan konsep sesi? Adakah konsep yang terasa sangat sulit bagi Anda? 16. Konsep manakah yang baru bagi Anda? 17. Apakah Anda merasa akan dapat memasukkan gagasan dari sesi ke dalam kegiatan Anda di kelas? Mengapa atau mengapa tidak? 18. Jika ada tugas di luar sesi MGMP (misalnya menyelesaikan pekerjaan rumah atau melakukan kegiatan dalam kelas) dari sesi sebelumnya: a. Apakah Anda melakukan tugas tersebut? b. Apakah Anda merasa tugas tersebut bermanfaat? Jika ya, seperti apa manfaat yang Anda rasakan? c. Pernahkah Anda mencoba melaksanakan konsep-konsepnya di kelas Anda? Jika pernah, konsep apa saja? Menurut Anda, apakah 64 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Wawancara Fasilitator Pasca-Sesi WAWANCARA PASCA-SESI DENGAN FASILITATOR (Wawancara dengan kedua fasilitator) • Menurut Anda, bagaimana jalannya sesi secara keseluruhan? • Menurut Anda, aspek apa yang sangat membantu/bermanfaat bagi guru? • Apakah Anda merasa siap mengadakan sesi? (Mengapa atau mengapa tidak?) • Kegiatan apa yang sangat sulit dijalankan? • Menurut Anda, apakah guru memahami materi sesi? • Menurut Anda, apakah guru akan dapat melaksanakan konsepnya di kelas mereka? Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 65 LAMPIRAN 4: RINGKASAN PELATIHAN ONLINE YANG DIADAKAN OLEH P4TK MATEMATIKA Dalam pelatihan pada Januari 2014 untuk pelaksanaan program uji coba pelatihan geometri, P4TK Matematika menyampaikan minatnya untuk mengkonversi pelatihan menjadi pelatihan online dan menempatkannya di server mereka. Pelatihan online ini dapat diakses melalui URL http://etraining.p4tkmatematika.org/. Dengan berpartisipasi dalam perancangan dan pelaksanaan pelatihan online ini, P4TK ingin mencapai sasaran berikut: • Untuk memanfaatkan pendekatan dari studi video baru guna memfasilitasi pengembangan keprofesian guru matematika dan untuk mengadaptasi pelatihan yang baru dikembangkan agar dapat digunakan dalam sesi online. • Untuk mengembangkan cara yang cepat dan ekonomis guna menyampaikan kegiatan pengembangan keprofesian melalui penggunaan metodologi pembelajaran online. P4TK mempertimbangkan bahwa cara penyampaian secara online mungkin merupakan opsi yang efektif untuk meningkatkan kapasitas lebih dari satu juta guru matematika di sekolah dasar dan hampir 110.000 guru matematika di sekolah menengah. Mengingat banyaknya jumlah guru matematika di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berharap dapat menggunakan pembelajaran online untuk mempercepat proses pelatihan guru sambil tetap mengendalikan biaya terkait. • Untuk memperkuat pelaksanaan kurikulum baru 2013. P4TK Matematika diberi mandat melatih guru dalam hal pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk pelaksanaan kurikulum 2013. P4TK memandang pelatihan geometri ELPSA bagi guru kelas delapan sebagai alat yang kemungkinan berguna untuk tujuan ini. Dengan menyampaikan pelatihan geometri ELPSA secara online, ada pula peluang untuk memperoleh manfaat dalam hal: 1. Peningkatan akses: Seperti yang disebutkan di atas, dengan mengadaptasi pelatihan untuk penggunaan online, penyedia pelatihan seperti P4TK dapat meningkatkan akses, sehingga memungkinkan lebih banyak guru untuk memperoleh manfaat dari proses pelatihan. 2. Peluang meningkatkan mutu pembelajaran: P4TK Matematika mengungkapkan keyakinannya bahwa penggunaan pelatihan secara online berpotensi meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu, pelatihan online dapat dievaluasi dengan mudah dari waktu ke waktu, dipertajam, dan disesuaikan untuk penggunaan di masa mendatang. 3. Fleksibilitas penyampaian: Dengan menjadikannya tersedia online, pelatihan akan cukup fleksibel untuk digunakan baik dalam program pendidikan jarak jauh online maupun dalam program pelatihan tatap muka yang diadakan dalam berbagai bentuk, seperti pertemuan MGMP, program yang diadakan di lokasi P4TK, atau kemitraan kolaboratif yang melibatkan guru dari sekolah yang berbeda, atau di lokasi-lokasi lain. 4. Penggunaan lebih lanjut di ruang kelas: Guru akan dapat menggunakan sebagian bahan online di kelas mereka bersama siswa. 5. Penggunaan teknologi: Teknologi informasi, teknologi bergerak, dan teknologi lainnya dapat langsung digunakan untuk mengumpulkan informasi dan pengetahuan, untuk membangun informasi dan pengetahuan, dan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan. 6. Sosialisasi: Dengan menjadikan bahannya tersedia online untuk digunakan guru matematika Indonesia melalui pelatihan online secara berkala, pelatihan geometri akan disebarkan bagi pemirsa yang lebih luas, sehingga berpotensi memberikan manfaat bagi 73.000 guru matematika SMP, dan juga guru pada jenjang sekolah lain, serta pemangku kepentingan yang lain. Tujuan bagian ini adalah untuk mendiskusikan persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan berdasarkan temuan tim Bank Dunia yang mengamati proses dan terus berkomunikasi dengan P4TK Matematika selama proses. Laporan singkat ini dimaksudkan untuk sirkulasi internal dalam Bank Dunia. 66 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Pelaksanaan Proses melibatkan tiga tahap: (i) tahap persiapan; (ii) tahap penyampaian pelatihan online; dan (iii) tahap evaluasi. Ketiga tahap ini berlangsung dalam periode sejak Maret sampai Oktober 2014. i. Tahap Persiapan: Selama tahap ini, proses perencanaan dan konsultasi dijalankan untuk mendapatkan kesepakatan mengenai silabus pembelajaran online, struktur program, dan pengembangan sumber daya pembelajaran online (bahan bacaan tambahan, multimedia, dll.). Tahap-Tahap Penting Jangka Waktu Tahap Persiapan Konsultasi minggu ketiga Maret – minggu pertama April Perancangan pelatihan online (konversi dari pelatihan tatap muka) minggu kedua – minggu ketiga April Konversi materi dan pengembangan media online minggu keempat April – minggu ketiga Mei Kajian dan revisi minggu keempat Mei Koordinasi internal untuk persiapan anggaran Juni 2014 Persiapan teknis Juli 2014 Perekrutan peserta minggu pertama – minggu kedua Agustus Tahap Penyampaian Pembelajaran Online Penyampaian (tahap pertama)* 19 Agustus – 8 September, 2014 Tahap Penutupan Evaluasi minggu kedua – minggu keempat September 2014 Sosialisasi/Berbagi Pengetahuan Oktober – Desember 2014 *Pada saat tahap persiapan, tim P4TK memutuskan untuk menyampaikan pelatihan dalam dua bagian karena kendala anggaran dan waktu. Karena itu, pelatihan dilaksanakan menurut struktur dan jadwal berikut: Tahap 1 Sesi/Buku 1 sampai 3 Agustus – September 2014 83 jam Tahap 2 Sesi/Buku 1, 4 sampai 5 Triwulan pertama 2015 Diperkirakan 83 jam ii. Tahap Penyampaian Pelatihan Online: Tahap pertama diadakan pada periode 19 Agustus sampai 8 September 2014 dengan 112 peserta terdaftar. Sistem Manajemen Pembelajaran yang sepenuhnya online digunakan untuk menyampaikan program (http://diklatonline.p4tkmatematika.org), dengan dukungan tambahan yang diberikan melalui sarana komunikasi lain, terutama jalur dukungan telepon dan grup Facebook khusus. Kegiatan pembelajaran mencakup membaca, diskusi forum, blog untuk mencatat hasil refleksi, keterlibatan dalam proyek, pembuatan dokumentasi video, dan partisipasi dalam kuis dan survei online. Penggunaan teknologi web 2.0 juga diperkenalkan dalam pelatihan online, yaitu melalui penggunaan fasilitas seperti penyimpanan file di awan/cloud (Google Drive), platform blogging online (Kompasiana dan Wordpress), publikasi video online (YouTube), dan pengembangan komunitas online (Facebook). Struktur pelatihannya adalah sebagai berikut: Sesi Kegiatan Perkiraan jam 1 Ujian sebelum uji coba 1 2 Orientasi 4 3 Kebijakan 1 4 Sesi 1: Kurikulum 2013 dan ELPSA 15 5 Sesi 2: Bertanya secara Efektif 25 6 Sesi 3: Soal Berbobot 26 7 Penggunaan TIK untuk dukungan: Blogging, Video Screencast 8 8 Perencanaan Tindakan 1 9 Refleksi dan evaluasi 1 10 Ujian sesudah uji coba 1 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 67 iii. Tahap Evaluasi: Dilakukan dua jenis evaluasi, baik selama pelatihan maupun pada akhir pelatihan, yaitu: (i) evaluasi peserta; dan (ii) evaluasi pelatihan. 1. Evaluasi Peserta: Kemajuan pembelajaran setiap peserta dinilai dari segi tingkat kehadiran peserta (35%); penilaian tugas (50%); dan hasil ujian sesudah uji coba (15%). Kira-kira 73% dari peserta, atau 86 orang, lulus dari pelatihan. 16 orang sisanya tidak lulus karena sejumlah alasan berikut: (i) kegiatan lain mempengaruhi tingkat kehadiran; (ii) tidak menyerahkan tugas atau mutu tugas yang diserahkan berada di bawah standar; (iii) konektivitas yang buruk menjadi kendala partisipasi. 2. Evaluasi Pelatihan: Sebuah survei diadakan pada akhir pelatihan dan menunjukkan bahwa secara umum, para peserta cukup nyaman berpartisipasi dalam pelatihan online dan bahwa materi dan bahannya berguna dan relevan bagi pekerjaan mereka. Ringkasan hasil survei dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah. Tabel 6: Ringkasan Survei Pelatihan Geometri Online Butir Skor Saya merasa ini sederhana dan, secara umum, saya tidak menghadapi banyak masalah dalam mengakses dan 78,8 menggunakan sistem online. Saya merasa ini sederhana dan saya tidak menghadapi banyak masalah dalam mengoperasikan menu/layanan pelatihan 78,4 online. Saya merasa ini mudah dan saya tidak menghadapi banyak masalah dalam menggunakan materi yang tersedia. 80,2 Pelatihan online memberikan opsi sumber daya dan media pembelajaran yang kaya/beragam. 88,8 Pemilihan topik/bahan sudah sesuai. 88 Jangka waktu dan jadwal yang ditetapkan untuk setiap bahan sudah sesuai. 73,3 Forum diskusi memberikan pemahaman dan keterampilan yang lebih mendalam. 82,4 Bimbingan dan pendampingan yang diberikan oleh fasilitator membantu saya dalam proses pembelajaran. 77,1 Bantuan dari rekan membantu saya dalam proses pembelajaran. 79,5 Bimbingan dan pendampingan dari administrator kelas membantu saya dalam proses pembelajaran. 78,8 Secara umum, saya puas dengan keikutsertaan dalam pelatihan online. 87,1 Secara umum, pelatihan ini menunjang pekerjaan saya. 93,7 Saya memperoleh pengetahuan dan perspektif melalui pelatihan online ini. 94,4 Kegiatannya meningkatkan pemikiran, penalaran, dan praktik saya. 95,1 Saya merasa bahwa kegiatan ini membuat saya belajar secara mandiri dan tidak bergantung pada fasilitator saya. 91,7 Pengetahuan dan keterampilan yang saya peroleh dari pelatihan ini dapat dilaksanakan untuk pengajaran saya di kelas. 93,7 Dari semua sesi, para peserta paling meminati Sesi 2 (Bertanya secara Efektif), seperti yang ditunjukkan gambar berikut: Series 1 4.7 4.65 4.6 4.55 4.5 4.45 4.4 4.35 4.3 4.25 4.2 Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi Penunjang 68 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Meskipun umpan balik peserta sebagian besar positif, sejumlah tantangan diidentifikasi oleh tim internal, termasuk: • Keterbatasan waktu: Fasilitator tidak diberi waktu untuk berfokus secara eksklusif pada tugas fasilitasi. Mereka malah harus melakukan banyak hal secara bersamaan, mengingat tugas lainnya yang juga sedang berjalan, sehingga sulit bagi mereka untuk fokus pada satu tugas saja. • Masalah teknis: Sejumlah masalah teknis mempengaruhi penyerahan tugas. Secara khusus, peserta dengan konektivitas internet yang buruk kesulitan meng-upload tugas mereka. Namun, ini dapat diatasi setelah mereka mengubah setelan untuk upload timeout. Diskusi Mengenai Temuan Apakah pelatihan online mencapai tujuannya? Bagian berikut berupaya menentukan sejauh mana pelatihan online memungkinkan P4TK Matematika untuk: 1. Manfaat pendekatan berbeda yang digunakan pelatihan. Meskipun diperlukan analisis yang lebih formal tentang manfaatnya, sejumlah peserta mengungkapkan pendapat mengenai apa saja yang telah mereka peroleh dengan berpartisipasi. Berikut kutipan dari pendapat berbagai peserta: Sangat berguna dan lebih baik daripada interaksi tatap muka. Para peserta sangat menyukai pembelajaran secara mandiri. Peserta guru mampu mengembangkan keterampilannya karena bahan mendukung proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Pengetahuan guru ditingkatkan melalui perbaikan kemampuan untuk dapat bertanya secara efektif. Selain itu, guru semakin melek TI dan meningkatkan pengetahuan mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013. (Ahmad Zaini, SMPN 11 Banjarbaru, Kalsel). Luar biasa. Selama 30 tahun mengajar, mungkin pelatihan inilah yang paling mengesankan, meskipun hanya berlangsung di dunia maya. (Fadiloes Bahar, M.Pd, SMPN 8 Tangerang, Banten). Hebat! Pelatihan jarak jauh yang inspiratif dan bermakna bagi guru matematika Indonesia! Guru diuji melalui sesi membaca, pengamatan, serta tugas individu dan kelompok, yang semuanya tercakup dalam Pembelajaran Matematika Online Jarak Jauh 2014 ini. (Sri Sudarini, S.Pd, SMPN 4 Yogyakarta, DIY). 2. Mengadakan penyampaian pembelajaran online dengan cara yang relatif ekonomis dan cepat. P4TK Matematika menyatakan bahwa biaya penyampaian pelatihan relatif rendah dibandingkan dengan biaya pelatihan tatap muka. Biaya untuk produksi bahan, pembayaran kepada fasilitator, administrator, dan anggota komite, serta pencetakan dan distribusi sertifikat menghabiskan Rp 1.115.000 per peserta, nilai yang relatif rendah. 3. Mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013. Meskipun saat ini Kurikulum 2013 menjadi kontroversi, P4TK Matematika berhasil memenuhi mandatnya dalam menunjang dan melatih guru untuk pelaksanaan kurikulum. Salah satu pernyataan peserta secara khusus menyebutkan hal ini (lihat komentar Ahmad Zaini di atas). Selaras dengan pelatihan Geometri versi tatap muka, pelatihan ini merupakan sarana yang berhasil untuk melaksanakan prinsip ‘5 M’, yaitu Mengamati, Menanya, Menampilkan, Menganalisis/Menalar, dan Menjalankan/Mencoba. 4. Peningkatan akses. Pelatihan ini membantu peningkatan akses, yang memungkinkan partisipasi dari berbagai lokasi di seluruh Indonesia. Berdasarkan pemetaan geografis lokasi peserta, dapat dilihat bahwa sebagian besar peserta berada di Jawa, dengan jumlah terkecil berada di Maluku dan Papua (Lihat Gambar 1). Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 69 Gambar 9: Peta Partisipasi MALUKU, PAPUA - 1% BALI, NT- 2% SULAWESI - 9% KALIMANTAN - 6% SUMATRA - 13% JAWA - 69% 5. Potensi lebih tinggi untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Walau ada kenaikan signifikan skor ujian sebelum uji coba dibandingkan dengan skor ujian sesudah uji coba, dengan peningkatan rata-rata dari 53,68 menjadi 76, peningkatan ini belum tentu mencerminkan peningkatan mutu pembelajaran secara langsung. Kegiatan pelatihan divariasikan untuk memungkinkan berbagai gaya pembelajaran, dengan kegiatan yang mencakup ujian, membaca, penggunaan sarana audiovisual, diskusi, serta tugas individu dan kelompok. Peserta merasa bahwa interaksi dengan rekan merupakan kegiatan yang paling bermanfaat (skor: 88,1, lihat Tabel 1). 6. Fleksibilitas penyampaian. Dapatkah pelatihan ini digambarkan sebagai bentuk pembelajaran ‘kapan saja, di mana saja’? Sifat penyampaian pelatihan mungkin dapat membenarkan gambarannya sebagai bentuk pembelajaran ‘di mana saja’. Pelatihan ini memang memfasilitasi interaksi antara fasilitator dan peserta dari berbagai lokasi yang sangat tersebar. Namun jadwal pelatihan ini sangat ketat, dengan sistem penjadwalan yang disebut sebagai ‘fleksibel terjadwal’. Ini berarti proses pembelajarannya berlangsung hampir bersamaan, yang memungkinkan peserta dengan jadwal kerja beragam untuk berpartisipasi setiap hari. Namun, ini tidak sepenuhnya memenuhi kriteria pembelajaran ‘kapan saja’. Guru tidak sepenuhnya bebas belajar sesuai kecepatannya sendiri karena kegiatan berlangsung sesuai jangka waktu yang dijadwalkan. Ini juga tidak mengikuti proses pembelajaran yang digunakan oleh guru di KKG dan MGMP karena kendala waktu dan logistik. Tim P4TK Matematika bertujuan memungkinkan peserta individu mengikuti pelatihan sejenis jika peserta yang bersangkutan memiliki tingkat melek TI yang memadai dan memperlihatkan komitmen tinggi. Peserta seperti itu akan diundang untuk berpartisipasi jika namanya ada dalam daftar peserta online dalam program pelatihan online sebelumnya. 7. Penggunaan lebih lanjut di ruang kelas dan penggunaan teknologi untuk mengumpulkan informasi, untuk mengembangkan pengetahuan, untuk menyampaikan pengetahuan. Guru dapat menggunakan bahan online di ruang kelas bersama dan untuk siswa mereka. Mereka membuat video untuk ‘Proyek Tugu’ di ruang kelas bersama siswa pada Sesi 3 (sebagai contoh, lihat https://www.youtube. com/watch?v=Q92_NJldMhg). Beberapa guru memperluas penggunaan teknologi dengan membuat video dan mempublikasikan refleksi mereka di blog (sebagai contoh, lihat http://grupdolaljabar.blogspot.com/). Namun, mutu keluarannya masih belum terlalu bagus. 8. Sosialisasi pelatihan tatap muka. Pencapaian sasaran ini belum tampak jelas. Keterlibatan 112 peserta saja sudah merupakan kegiatan sosialisasi. Namun, ini dapat diperluas pada tahap kedua pelatihan yang akan diadakan pada bulan Januari. 70 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru Rekomendasi Beberapa rekomendasi untuk meningkatkan pelaksanaan dan mengembangkan peluang pada iterasi proyek di masa depan: 1. Otomatisasi Proses:Untuk mengembangkan program pelatihan dengan sejumlah besar peserta, beberapa aspek sistem harus diotomatisasi. Beberapa peluang otomatisasi mencakup hal-hal berikut ini: a. Sistem pelaporan ringkasan dapat disesuaikan untuk memfasilitasi pemeriksaan penyelesaian tugas dan kegiatan spesifik para peserta; b. Sistem pengingat otomatis dapat dikembangkan untuk mengirim pengingat melalui SMS (LMS perlu diintegrasikan dengan SMS-Gateway), internet, dan email guna mengingatkan peserta mengenai kewajiban menyelesaikan tugas pelatihan dan kegiatan lain; c. Perlu dikaji penggunaan format terbatas dan kondisional untuk kegiatan dalam iterasi program pelatihan berikutnya. Dengan fitur tersebut, para peserta akan dipandu oleh instruksi terstruktur untuk menyelesaikan setiap tugas dan kegiatan. 2. Kegiatan Online untuk Memperkaya Pengalaman Pembelajaran Peserta. a. Meskipun penggunaan web 2.0 sudah dimulai, untuk sesi pelatihan yang akan datang, fasilitator mungkin dapat mempertimbangkan penggunaan fasilitas web 2.0 yang lain guna memperkaya pengalaman peserta. Sebagai contoh, penggunaan Diigo untuk bookmark sosial atau alat diskusi Voicethread untuk diskusi multimedia dengan bahan audio dan/atau video, dapat dipertimbangkan. b. Diperlukan alat evaluasi secara mandiri agar para peserta dapat mengukur tingkat pengetahuannya sendiri untuk topik atau sesi apa pun. Melalui fitur ini, para peserta akan dapat mengetahui tingkat pengetahuan yang telah diperoleh pada topik tertentu. Dengan tersedianya hasil-hasil ini, para peserta dapat melakukan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan mereka di bidang yang masih lemah. Selain untuk evaluasi mandiri, terutama di bidang manajemen waktu pribadi, kelas online perlu memperlihatkan informasi dalam bentuk baris kemajuan. Sebagai contoh, mereka dapat menggunakan plug-in grafik seperti yang tersedia di https://moodle.org/plugins/view.php?plugin=block_progress. Dengan menggunakan plug-in ini, para peserta akan lebih mudah mengelola waktu, sehingga memungkinkan mereka menyelesaikan tugas yang diwajibkan untuk proses pelatihan online. c. Untuk menyimpan semua produk pembelajaran yang telah dibuat peserta, penyelenggara perlu menyediakan sistem e-portfolio dalam LMS agar semua artefak yang dihasilkan peserta akan terdokumentasi dengan baik. Ini akan memfasilitasi proses berbagi pengetahuan dan proses penilaian. Penyelenggara dapat menggunakan sistem portofolio Exabis yang tersedia di https://moodle.org/ plugins/view.php?plugin=block_exaport d. Pemanfaatan prinsip-prinsip permainan (gamification) untuk meningkatkan taraf partisipasi dalam kelas online perlu dikaji dalam iterasi proses pelatihan online berikutnya. Sebagai contoh, ini dapat berupa pemberian lencana atau tanda khusus bagi peserta yang berkinerja baik atau sangat aktif dalam sesi atau periode waktu tertentu. 3. Mutu Fasilitasi. a. Fasilitator perlu memberikan umpan balik pada tugas yang diserahkan peserta sehingga mereka dapat melakukan perbaikan. Ini memastikan bahwa peserta akan melakukan lebih dari sekadar menyelesaikan kewajiban dengan menyerahkan tugas, dan betul-betul meningkatkan mutu pekerjaan mereka. b. Meningkatkan standar mutu maupun kuantitas diskusi: Kuantitas diskusi dapat ditingkatkan dengan menentukan berapa kali peserta harus membuat pos dalam forum diskusi. Sebagai contoh, dapat diterapkan standar untuk mengharuskan peserta membuat pos minimal satu kali dan untuk memberikan umpan balik setidaknya dua kali dalam forum diskusi. Untuk meningkatkan mutu diskusi, fasilitator dapat didorong untuk mengajukan pertanyaan yang menggali topik tertentu secara mendalam, dengan teknik diskusi tambahan untuk mendorong peserta mengemukakan gagasan dan memberikan tanggapan bermakna atas pertanyaan diskusi. Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia 71 4. Umpan Balik/Evaluasi Program: Diperlukan fitur yang memungkinkan peserta untuk memberikan umpan balik bagi penyelenggara program pada akhir kegiatan pelatihan mengenai mutu kegiatan pelatihan, materi pembelajaran, keandalan LMS, dan tingkat layanan yang diberikan fasilitator. Hasil umpan balik ini dapat digunakan untuk meningkatkan program pelatihan di masa depan guna memastikan perbaikan yang berkelanjutan dan terus-menerus. 5. Dukungan Teknis: Penggunaan jalur bantuan dan/atau sistem tiket bantuan yang diintegrasikan dalam sistem LMS akan membantu penyedia pelatihan untuk menyampaikan layanan yang baik sehingga membantu peserta menyelesaikan tugasnya. Penyelenggara dapat menggunakan plug-in yang direkomendasikan https:// moodle.org/plugins/view.php?plugin=block_helpdesk, yang dapat diintegrasikan dengan LMS Moodle. Penyelenggara dapat memilih sejumlah persoalan yang telah ditanggapi melalui sistem untuk ditampilkan pada halaman Pertanyaan Umum (FAQ) yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk menjawab pertanyaan serupa yang dikirimkan oleh peserta lain melalui jalur bantuan dan/atau sistem tiket bantuan. 6. Manajemen Program: Fungsi Penjaminan Mutu (Quality Assurance) perlu diintegrasikan dalam struktur organisasi manajemen pelatihan online untuk memastikan bahwa semua kegiatan yang berlangsung dalam proses pelatihan online sesuai dengan standar mutu yang sudah disepakati sebelumnya. Rentang kegiatan tersebut mulai dari proses perancangan pelatihan online, pengembangan konten multimedia, perekrutan peserta, proses fasilitasi dan penyampaian pelatihan, tingkat keandalan layanan (dari segi teknologi), dan proses menilai peserta. Tim Penjaminan Mutu akan dapat mengadakan kegiatan pemantauan dan evaluasi berdasarkan beberapa fasilitas tersebut, yang juga memfasilitasi perbaikan berkelanjutan pada program. 72 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru   Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.020 0.033 0.029 0.044 0.041 0.063 0.199 0.208 0.22   (0.087) (0.089) (0.090) (0.085) (0.086) (0.085) (0.097)** (0.098)** (0.095)** Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.300 0.296 0.302 0.259 0.246 0.204 0.28 0.266 0.191 (0.051)*** (0.052)*** (0.053)*** (0.055)*** (0.055)*** (0.056)*** (0.052)*** (0.052)*** (0.054)*** pada Tabel 1 di halaman 27.) Lama guru mengajar 0.033 0.032 0.072 0.059 0.141 0.126 (0.047) (0.048) (0.045) (0.045) (0.052)*** (0.051)** Tingkat Pendidikan Guru -0.096 -0.123 0.128 0.116 -0.017 -0.007 (0.065) (0.068)* (0.063)** (0.064)* (0.072) (0.073) LAMPIRAN 5: HASIL REGRESI Gender Guru -0.071 -0.086 0.056 0.086 0.069 0.069 (0.094) (0.096) (0.091) (0.09) (0.104) (0.102) Kabupaten Gowa -0.198 -0.001 -0.232 (0.171) (0.162) (0.182) Regresi untuk Uji Kompetensi Matematika Guru Kabupaten Blora -0.235 -0.027 -0.214 (0.148) (0.140) (0.159) Kabupaten Sumedang -0.151 0.094 0.309 (0.140) (0.134) (0.158)* Kabupaten Solok -0.222 -0.387 -0.173 (0.153) (0.143)*** (0.162) Konstan 3.132 3.28 3.486 3.183 2.741 2.973 2.865 2.358 2.698 (0.234)*** (0.342)*** (0.364)*** (0.250)*** (0.336)*** (0.349)*** (0.214)*** (0.329)*** (0.346)*** Pengamatan 268 267 267 266 265 265 264 263 263 R-kuadrat 0.114 0.126 0.137 0.077 0.102 0.155 0.114 0.139 0.204 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.108 0.11 0.106 0.07 0.085 0.125 0.107 0.122 0.176 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 73 74   Pernyataan 4 Pernyataan 5 Pernyataan 6 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.206 0.198 0.208 -0.017 0.000 -0.002 -0.063 -0.071 -0.061   (0.089)** (0.089)** (0.089)** (0.107) (0.109) (0.108) (0.113) (0.113) (0.113) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.285 0.264 0.252 0.477 0.474 0.44 0.26 0.259 0.248 (0.049)*** (0.049)*** (0.050)*** (0.060)*** (0.062)*** (0.065)*** (0.049)*** (0.049)*** (0.050)*** pada Tabel 1 di halaman 27.) Lama guru mengajar 0.123 0.11 0.024 0.014 0.18 0.178 (0.047)*** (0.048)** (0.059) (0.059) (0.059)*** (0.060)*** Tingkat Pendidikan Guru 0.009 0.002 -0.073 -0.099 -0.003 -0.039 (0.065) (0.068) (0.080) (0.082) -0.082 (0.086) Gender Guru 0.141 0.157 -0.022 -0.045 0.267 0.266 (0.094) (0.096) (0.115) (0.116) (0.119)** (0.121)** Kabupaten Gowa -0.237 -0.520 -0.134 (0.170) (0.206)** (0.215) Kabupaten Blora -0.078 -0.401 -0.199 (0.148) (0.179)** (0.188) Kabupaten Sumedang -0.055 -0.127 -0.184 (0.141) (0.172) (0.177) Kabupaten Solok -0.269 -0.425 -0.375 (0.151)* (0.186)** (0.192)* Konstan 3.005 2.444 2.624 0.994 1.039 1.489 2.755 1.725 2.001 (0.205)*** (0.300)*** (0.328)*** (0.143)*** (0.326)*** (0.363)*** (0.181)*** (0.362)*** (0.412)*** Pengamatan 265 264 264 267 266 266 266 265 265 R-kuadrat 0.13 0.157 0.173 0.195 0.199 0.233 0.095 0.138 0.151 R-kuadrat disesuaikan 0.123 0.140 0.143 0.189 0.184 0.206 0.089 0.121 0.121 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru   Pernyataan 7 Pernyataan 8 Pernyataan 9 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.074 0.053 0.063 0.22 0.216 0.213 0.289 0.283 0.293   (0.081) (0.082) (0.082) (0.089)** (0.091)** (0.091)** (0.095)*** (0.095)*** (0.096)*** Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.213 0.212 0.196 0.272 0.263 0.258 0.253 0.225 0.221 (0.053)*** (0.053)*** (0.054)*** (0.050)*** (0.051)*** (0.053)*** (0.060)*** (0.060)*** (0.061)*** pada Tabel 1 di halaman 27.) Lama guru mengajar 0.057 0.051 0.062 0.047 0.15 0.131 (0.043) (0.044) (0.047) (0.048) (0.050)*** (0.051)** Tingkat Pendidikan Guru 0.031 0.028 0.066 0.099 0.019 0.038 (0.060) (0.062) (0.066) (0.068) (0.070) (0.073) Gender Guru 0.189 0.196 0.063 0.062 0.225 0.248 (0.086)** (0.088)** (0.094) (0.095) (0.102)** (0.105)** Kabupaten Gowa 0.003 -0.244 -0.257 (0.157) (0.170) (0.183) Kabupaten Blora -0.037 0.037 0.069 (0.136) (0.148) (0.159) Kabupaten Sumedang 0.136 0.145 0.026 (0.130) (0.142) (0.151) Kabupaten Solok -0.101 0.136 -0.102 (0.140) (0.153) (0.163) Konstan 3.429 2.898 2.967 2.906 2.549 2.529 2.998 2.223 2.265 (0.235)*** (0.324)*** (0.343)*** (0.198)*** (0.306)*** (0.339)*** (0.267)*** (0.355)*** (0.379)*** Pengamatan 267 266 266 267 266 266 267 266 266 R-kuadrat 0.061 0.083 0.099 0.133 0.142 0.166 0.095 0.136 0.151 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.054 0.066 0.068 0.126 0.126 0.137 0.088 0.119 0.121 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 75 76   Pernyataan 10 Pernyataan 11 Pernyataan 12 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.037 0.079 0.071 0.000 0.005 0.011 0.125 0.109 0.113   (0.137) (0.138) (0.139) (0.102) (0.104) (0.104) (0.106) (0.108) (0.109) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.255 0.235 0.229 0.309 0.305 0.304 0.256 0.262 0.251 (0.056)*** (0.056)*** (0.057)*** (0.059)*** (0.059)*** (0.060)*** (0.060)*** (0.060)*** (0.062)*** pada Tabel 2 di halaman 28.) Lama guru mengajar 0.000 0.021 0.085 0.092 0.096 0.083 (0.073) (0.074) (0.055) (0.056)* (0.057)* (0.058) Tingkat Pendidikan Guru -0.141 -0.143 0.001 0.003 0.105 0.124 (0.101) (0.106) (0.076) (0.079) (0.079) (0.083) Gender Guru -0.358 -0.378 0.066 0.081 0.213 0.221 (0.147)** (0.149)** (0.109) (0.112) (0.114)* (0.116)* Kabupaten Gowa 0.430 0.251 -0.113 (0.265) (0.199) (0.208) Kabupaten Blora 0.042 0.163 0.032 (0.230) (0.173) (0.180) Kabupaten Sumedang 0.184 0.007 0.174 (0.218) (0.165) (0.173) Kabupaten Solok 0.281 0.068 0.042 (0.236) (0.177) (0.185) Konstan 2.159 2.972 2.794 2.524 2.142 2.006 2.892 2.067 2.061 (0.197)*** (0.444)*** (0.489)*** (0.226)*** (0.365)*** (0.395)*** (0.240)*** (0.389)*** (0.418)*** Pengamatan 267 266 266 267 266 266 267 266 266 R-kuadrat 0.072 0.098 0.112 0.094 0.103 0.113 0.069 0.095 0.104 R-kuadrat disesuaikan 0.065 0.081 0.08 0.088 0.086 0.082 0.062 0.078 0.073 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir   Pernyataan 13 Pernyataan 14 Pernyataan 15 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.153 0.136 0.145 -0.024 -0.057 -0.048 0.004 -0.031 -0.016   (0.088)* (0.089)* (0.09)* (0.104) (0.104) (0.105) (0.095) (0.095) (0.094) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.199 0.197 0.182 0.212 0.212 0.215 0.266 0.277 0.246 (0.053)*** (0.053)*** (0.055)*** (0.056)*** (0.055)*** (0.057)*** (0.052)*** (0.053)*** (0.052)*** pada Tabel 2 di halaman 28.) Lama guru mengajar 0.025 0.025 0.121 0.115 0.032 0.026 (0.047) (0.048) (0.055)** (0.056)** (0.051) (0.051) Tingkat Pendidikan Guru 0.115 0.131 0.022 0.030 0.084 0.100 (0.065)* (0.069)* (0.076) -(0.081) (0.070) (0.072) Gender Guru 0.115 0.136 0.301 0.314 0.265 0.278 (0.094) (0.096) (0.110)*** (0.113)*** (0.101)*** (0.101)*** Kabupaten Gowa 0.21 0.025 0.221 (0.170) (0.200) (0.179) Kabupaten Blora 0.183 0.068 0.111 (0.148) (0.175) (0.155) Kabupaten Sumedang 0.190 0.09 0.459 (0.141) (0.166) (0.148)*** Kabupaten Solok 0.079 -0.029 0.041 (0.152) (0.179) (0.159) Konstan 3.139 2.728 2.59 3.226 2.319 2.249 2.886 2.207 2.100 (0.218)*** (0.320)*** (0.349)*** (0.230)*** (0.371)*** (0.419)*** (0.212)*** (0.338)*** (0.360)*** Pengamatan 266 265 265 268 267 267 268 267 267 R-kuadrat 0.057 0.073 0.083 0.052 0.091 0.094 0.091 0.118 0.166 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.049 0.055 0.050 0.045 0.074 0.062 0.084 0.101 0.137 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 77 78   Pernyataan 16 Pernyataan 17 Pernyataan 18 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.123 0.115 0.097 0.067 0.060 0.071 -0.102 -0.108 -0.101   (0.105) (0.108) (0.107) (0.107) (0.110) (0.106) (0.101) (0.103) (0.103) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.318 0.323 0.315 0.329 0.325 0.241 0.477 0.479 0.455 (0.052)*** (0.052)*** (0.052)*** (0.055)*** (0.056)*** (0.058)*** (0.052)*** (0.052)*** (0.053)*** pada Tabel 2 di halaman 28.) Lama guru mengajar -0.041 -0.026 0.026 0.022 0.018 0.025 (0.057) (0.057) (0.059) (0.057) (0.055) (0.055) Tingkat Pendidikan Guru -0.023 -0.045 0.087 0.077 0.105 0.058 (0.079) (0.082) (0.081) (0.082) (0.076) (0.078) Gender Guru -0.017 -0.066 0.050 0.045 0.061 0.050 (0.114) (0.114) (0.117) (0.114) (0.110) (0.111) Kabupaten Gowa 0.118 -0.117 0.203 (0.203) (0.204) (0.195) Kabupaten Blora -0.297 -0.278 -0.199 (0.177)* (0.176) (0.172) Kabupaten Sumedang 0.159 0.416 -0.009 (0.168) (0.171)** (0.161) Kabupaten Solok 0.131 -0.123 -0.279 (0.181) (0.179) (0.174) Konstan 2.246 2.432 2.513 2.451 2.182 2.480 1.827 1.524 1.730 (0.180)*** (0.348)*** (0.382)*** (0.206)*** (0.356)*** (0.379)*** (0.172)*** (0.346)*** (0.386)*** Pengamatan 268 267 267 265 264 264 267 266 266 R-kuadrat 0.128 0.131 0.169 0.120 0.124 0.201 0.247 0.253 0.277 R-kuadrat disesuaikan 0.121 0.114 0.140 0.114 0.107 0.173 0.241 0.239 0.251 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru   Pernyataan 19 Pernyataan 20 Pernyataan 21 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan -0.051 -0.049 -0.032 0.010 0.006 0.012 -0.073 -0.065 -0.059   (0.122) (0.123) (0.121) (0.108) (0.109) (0.110) (0.093) (0.095) (0.096) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.253 0.250 0.218 0.234 0.233 0.217 0.259 0.245 0.233 (0.057)*** (0.058)*** (0.057)*** (0.054)*** (0.055)*** (0.056)*** (0.047)*** (0.049)*** (0.050)*** pada Tabel 2 di halaman 28.) Lama guru mengajar 0.124 0.130 0.110 0.100 0.082 0.085 (0.065)* (0.065)** (0.058)* (0.059)* (0.052) (0.053) Tingkat Pendidikan Guru 0.152 0.137 0.033 0.052 0.011 0.029 (0.090)* (0.093) (0.081) (0.085) (0.070) (0.073) Gender Guru 0.126 0.126 0.181 0.184 0.061 0.073 (0.131) (0.130) (0.116) (0.118) (0.101) (0.102) Kabupaten Gowa 0.510 -0.029 0.236 (0.231)** (0.212) (0.185) Kabupaten Blora 0.002 0.040 0.174 (0.202) (0.183) (0.159) Kabupaten Sumedang 0.463 0.240 0.242 (0.191)** (0.172) (0.151) Kabupaten Solok 0.002 0.030 0.176 (0.206) (0.186) (0.162) Konstan 2.359 1.544 1.430 2.715 2.009 1.975 3.026 2.684 2.495 (0.185)*** (0.393)*** (0.431)*** (0.191)*** (0.361)*** (0.408)*** (0.188)*** (0.315)*** (0.347)*** Pengamatan 268 267 267 266 265 265 267 266 266 R-kuadrat 0.069 0.093 0.144 0.067 0.087 0.099 0.105 0.116 0.126 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.062 0.076 0.114 0.060 0.069 0.067 0.099 0.099 0.095 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 79 80   Pernyataan 22 Pernyataan 23 Pernyataan 24 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.159 0.198 0.196 0.011 0.040 0.046 -0.023 -0.034 -0.016   (0.126)** (0.127)** (0.127)** (0.124) (0.124) (0.125) (0.129) (0.132) (0.132) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.326 0.307 0.301 0.363 0.351 0.352 0.281 0.279 0.243 (0.055)*** (0.055)*** (0.055)*** (0.052)*** (0.051)*** (0.053)*** (0.062)*** (0.063)*** (0.065)*** Lama guru mengajar 0.097 0.119 0.218 0.224 0.031 0.017 (0.068) (0.069)* (0.066)*** (0.067)*** (0.070) (0.071) Tingkat Pendidikan Guru 0.142 0.107 -0.005 0.006 0.098 0.148 (0.093) (0.097) (0.091) (0.095) (0.097) (0.102) Gender Guru -0.161 -0.178 0.129 0.142 0.119 0.164 pada Tabel 2 dan Tabel 3 di halaman 28 dan 30.) (0.134) (0.136) (0.131) (0.134) (0.138) (0.140) Kabupaten Gowa 0.508 0.336 0.331 (0.241)** (0.237) (0.249) Kabupaten Blora -0.069 0.203 0.415 (0.210) (0.209) (0.220)* Kabupaten Sumedang 0.109 0.162 0.411 (0.199) (0.198) (0.212)* Kabupaten Solok 0.052 0.176 0.140 (0.215) (0.212) (0.223) Konstan 1.899 1.677 1.608 2.254 1.338 1.107 1.973 1.555 1.270 (0.164)*** (0.384)*** (0.428)*** (0.187)*** (0.387)*** (0.444)** (0.206)*** (0.420)*** (0.454)*** Pengamatan 268 267 267 267 266 266 268 267 267 R-kuadrat 0.120 0.143 0.166 0.158 0.195 0.202 0.074 0.081 0.101 R-kuadrat disesuaikan 0.113 0.127 0.137 0.152 0.180 0.174 0.067 0.064 0.069 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru   Pernyataan 25 Pernyataan 26 Pernyataan 27 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan -0.009 -0.025 -0.014 -0.278 -0.318 -0.303 -0.083 -0.071 -0.073   (0.113) (0.115) (0.116) (0.112)** (0.114)*** (0.114)*** (0.096) (0.098) (0.098) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.438 0.437 0.443 0.411 0.414 0.396 0.358 0.362 0.362 (0.057)*** (0.058)*** (0.058)*** (0.054)*** (0.056)*** (0.057)*** (0.053)*** (0.054)*** (0.054)*** pada Tabel 3 di halaman 30.) Lama guru mengajar -0.063 -0.068 -0.015 -0.030 0.059 0.047 (0.062) (0.063) (0.062) (0.063) (0.053) (0.054) Tingkat Pendidikan Guru 0.038 0.068 0.106 0.145 -0.143 -0.114 (0.085) (0.090) (0.085) (0.088) (0.073)* (0.076) Gender Guru 0.078 0.107 0.218 0.255 -0.028 -0.035 (0.122) (0.124) (0.121)* (0.122)** (0.104) (0.105) Kabupaten Gowa 0.178 -0.168 -0.190 (0.219) (0.218) (0.185) Kabupaten Blora 0.288 0.284 0.021 (0.193) (0.190) (0.163) Kabupaten Sumedang 0.148 0.000 0.100 (0.183) (0.180) (0.155) Kabupaten Solok 0.152 0.031 0.127 (0.197) (0.194) (0.166) Konstan 2.045 2.086 1.823 2.449 2.013 1.959 1.046 1.069 1.049 (0.251)*** (0.411)*** (0.455)*** (0.234)*** (0.374)*** (0.416)*** (0.115)*** (0.286)*** (0.324)*** Pengamatan 268 267 267 268 267 267 268 267 267 R-kuadrat 0.181 0.184 0.192 0.191 0.207 0.224 0.153 0.168 0.180 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.175 0.169 0.163 0.185 0.192 0.197 0.146 0.152 0.151 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 81 82   Pernyataan 28 Pernyataan 29 Pernyataan 30 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.005 -0.022 -0.020 -0.033 0.003 -0.005 0.024 0.059 0.046   (0.128) (0.129) (0.127) (0.100) (0.102) (0.102) (0.104) (0.106) (0.107) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.273 0.276 0.257 0.389 0.394 0.400 0.340 0.351 0.350 (0.057)*** (0.058)*** (0.057)*** (0.049)*** (0.050)*** (0.050)*** (0.052)*** (0.053)*** (0.054)*** pada Tabel 3 di halaman 30.) Lama guru mengajar -0.023 -0.051 0.101 0.103 0.052 0.054 (0.070) (0.069) (0.054)* (0.055)* (0.056) (0.057) Tingkat Pendidikan Guru -0.144 -0.134 -0.017 -0.023 -0.095 -0.103 (0.097) (0.099) (0.076) (0.079) (0.078) (0.082) Gender Guru 0.276 0.237 -0.123 -0.155 -0.153 -0.187 (0.137)** (0.136)* (0.108) (0.109) (0.112) (0.114) Kabupaten Gowa -0.686 -0.054 -0.127 (0.242)*** (0.192) (0.199) Kabupaten Blora -0.346 -0.189 -0.225 (0.210) (0.169) (0.175) Kabupaten Sumedang 0.084 0.094 0.020 (0.200) (0.160) (0.167) Kabupaten Solok -0.134 0.066 0.045 (0.215) (0.173) (0.179) Konstan 2.623 2.429 2.809 1.207 1.065 1.122 1.239 1.401 1.521 (0.231)*** (0.405)*** (0.444)*** (0.132)*** (0.303)*** (0.340)*** (0.135)*** (0.312)*** (0.353)*** Pengamatan 267 266 266 268 267 267 268 267 267 R-kuadrat 0.080 0.111 0.162 0.192 0.209 0.223 0.138 0.152 0.165 R-kuadrat disesuaikan 0.073 0.093 0.133 0.186 0.194 0.196 0.132 0.135 0.136 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir   Pernyataan 31 Korelasi Regresi Regresi 1 2   Kelompok Perlakuan -0.135 -0.117 -0.109   (0.125) (0.127) (0.128) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.334 0.334 0.342 (0.057)*** (0.058)*** (0.059)*** pada Tabel 3 di halaman 30.) Lama guru mengajar 0.027 0.011 (0.067) (0.069) Tingkat Pendidikan Guru -0.014 0.030 (0.093) (0.098) Gender Guru -0.093 -0.089 (0.133) (0.135) Kabupaten Gowa -0.040 (0.238) Kabupaten Blora 0.158 (0.210) Kabupaten Sumedang 0.280 (0.200) Kabupaten Solok 0.238 (0.214) Konstan 1.487 1.562 1.367 (0.157)*** (0.380)*** (0.430)*** Pengamatan 267 266 266 R-kuadrat 0.131 0.131 0.142 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.124 0.114 0.112 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 83 Regresi untuk Uji Kompetensi Matematika Guru   Korelasi Regresi Regresi 1 2 Kelompok Perlakuan 0.286 0.275 0.272   (0.105)*** (0.109)** (0.105)*** Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.577 0.582 0.554 (0.053)*** (0.054)*** (0.053)*** Lama guru mengajar -0.028 -0.067 (0.057) (0.054) Tingkat Pendidikan Guru -0.028 0.044 (0.080) (0.078) Gender Guru -0.002 0.028 (0.115) (0.111) Kabupaten Gowa -0.144 (0.194) Kabupaten Blora 0.207 (0.174) Kabupaten Sumedang 0.674 (0.157)*** Kabupaten Solok 0.237 (0.177) Konstan -0.153 -0.011 -0.310 (0.075)** (0.310) (0.334) Pengamatan 243 242 242 R-kuadrat 0.338 0.338 0.419 R-kuadrat disesuaikan 0.332 0.324 0.397 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% 84 Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru   Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.061 0.031 0.014 0.019 -0.080 -0.064 0.081 0.062 0.050   (0.028)** (0.031) (0.032) (0.043) (0.046)* (0.049) (0.039)** (0.042)** (0.044)** Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.323 0.316 0.296 0.273 0.246 0.230 0.247 0.224 0.211 (0.016)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.018)*** (0.018)*** (0.017)*** (0.018)*** (0.018)*** pada Tabel 7 di halaman 33) Lama guru mengajar 0.003 0.019 -0.092 -0.071 -0.028 -0.009 (0.015) (0.015) (0.022)*** (0.022)*** (0.020) (0.020) Tingkat Pendidikan Guru 0.005 0.008 0.050 0.066 0.007 0.019 (0.019) (0.020) (0.028)* (0.030)** (0.025) (0.027) Regresi untuk Survei Persepsi Siswa Gender Guru 0.029 0.050 0.225 0.207 0.076 0.067 (0.032) (0.034) (0.049)*** (0.052)*** (0.044)* (0.046) Kabupaten Gowa 0.306 0.203 0.278 (0.052)*** (0.078)*** (0.070)*** Kabupaten Blora 0.132 0.135 0.143 (0.053)** (0.080)* (0.072)** Kabupaten Sumedang 0.130 0.021 0.153 (0.050)*** (0.075) (0.067)** Kabupaten Solok 0.163 0.373 0.349 (0.053)*** (0.080)*** (0.071)*** Konstan -1.090 -1.150 -1.421 -1.632 -1.762 -2.020 -1.502 -1.573 -1.853 (0.034)*** (0.087)*** (0.110)*** (0.054)*** (0.134)*** (0.168)*** (0.049)*** (0.121)*** (0.150)*** Pengamatan 4,028 3,740 3,740 4,028 3,737 3,737 4,028 3,739 3,739 R-kuadrat 0.093 0.087 0.096 0.059 0.064 0.073 0.052 0.047 0.055 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.092 0.086 0.094 0.059 0.063 0.071 0.051 0.046 0.053 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 85 86   Pernyataan 4 Pernyataan 5 Pernyataan 6 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.036 0.042 0.010 0.144 0.055 -0.012 -0.044 -0.035 -0.018   (0.029) (0.032) (0.034) (0.041)*** (0.044)** (0.046)* (0.049) (0.053) (0.056) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.218 0.220 0.214 0.223 0.207 0.196 0.320 0.308 0.290 (0.017)*** (0.018)*** (0.018)*** (0.017)*** (0.018)*** (0.018)*** (0.016)*** (0.017)*** (0.017)*** pada Tabel 7 di halaman 33) Lama guru mengajar 0.004 0.011 0.010 0.029 0.020 -0.015 (0.015) (0.015) (0.021) (0.021) (0.025) (0.026) Tingkat Pendidikan Guru -0.023 -0.021 0.016 -0.008 -0.008 0.004 (0.019) (0.020) (0.026) (0.028) (0.032) (0.034) Gender Guru 0.026 0.026 0.286 0.238 -0.066 0.006 (0.034) (0.035) (0.046)*** (0.048)*** (0.056) (0.058) Kabupaten Gowa 0.172 0.192 -0.272 (0.053)*** (0.073)*** (0.089)*** Kabupaten Blora 0.059 -0.121 0.049 (0.055) (0.075) (0.091) Kabupaten Sumedang 0.180 0.092 0.102 (0.052)*** (0.071) (0.086) Kabupaten Solok 0.137 0.193 -0.425 (0.055)** (0.075)*** (0.092)*** Konstan -1.155 -1.187 -1.319 -1.729 -2.239 -2.232 -1.739 -1.721 -1.713 (0.035)*** (0.091)*** (0.114)*** (0.049)*** (0.128)*** (0.157)*** (0.060)*** (0.152)*** (0.186)*** Pengamatan 4,043 3,753 3,753 4,032 3,742 3,742 4,042 3,751 3,751 R-kuadrat 0.040 0.040 0.045 0.045 0.054 0.063 0.093 0.087 0.104 R-kuadrat disesuaikan 0.039 0.039 0.043 0.045 0.053 0.061 0.092 0.086 0.102 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir   Pernyataan 7 Pernyataan 8 Pernyataan 9 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.042 0.025 -0.013 0.086 0.063 0.031 0.094 0.071 0.027   -0.028 -0.03 -0.032 (0.032)*** (0.034)** (0.036)* (0.028)*** (0.030)** (0.031)* Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.174 0.167 0.157 0.257 0.26 0.248 0.237 0.234 0.221 (0.015)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.015)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.017)*** (0.017)*** pada Tabel 7 di halaman 33) Lama guru mengajar 0.002 0.015 0.001 0.02 0.007 0.021 -0.014 -0.015 -0.016 -0.017 -0.014 -0.014 Tingkat Pendidikan Guru -0.014 -0.02 -0.006 -0.007 -0.019 -0.032 -0.018 -0.019 -0.021 -0.022 -0.018 (0.019)* Gender Guru 0.072 0.047 0.041 0.017 0.099 0.071 (0.032)** -0.033 -0.036 -0.038 (0.032)*** (0.033)** Kabupaten Gowa 0.174 0.271 0.167 (0.051)*** (0.057)*** (0.050)*** Kabupaten Blora -0.005 0.061 -0.051 -0.052 -0.059 -0.052 Kabupaten Sumedang 0.122 0.147 0.088 (0.049)** (0.056)*** (0.049)* Kabupaten Solok 0.189 0.303 0.156 (0.052)*** (0.059)*** (0.051)*** Konstan -1.235 -1.347 -1.426 -1.219 -1.267 -1.45 -1.175 -1.33 -1.373 (0.034)*** (0.086)*** (0.107)*** (0.037)*** (0.096)*** (0.120)*** (0.034)*** (0.087)*** (0.108)*** Pengamatan 4,027 3,739 3,739 4,031 3,742 3,742 4,040 3,752 3,752 R-kuadrat 0.032 0.03 0.039 0.068 0.067 0.078 0.054 0.059 0.068 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.031 0.029 0.036 0.067 0.065 0.076 0.054 0.058 0.066 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 87 88   Pernyataan 10 Pernyataan 11 Pernyataan 12 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.064 0.063 0.024 0.071 0.058 0.009 0.111 0.094 0.074   (0.034)* (0.037)* (0.039)* (0.033)** (0.036)** (0.038)* (0.039)*** (0.042)** (0.044)* Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.222 0.204 0.193 0.198 0.197 0.190 0.236 0.217 0.213 (0.016)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.017)*** pada Tabel 7 di halaman 33) Lama guru mengajar -0.007 0.015 -0.001 0.009 0.050 0.063 (0.017) (0.018) (0.017) (0.017) (0.020)** (0.020)*** Tingkat Pendidikan Guru -0.022 -0.044 0.007 -0.006 0.019 0.022 (0.022) (0.023)* (0.022) (0.023) (0.025) (0.027) Gender Guru 0.059 0.044 0.018 0.025 0.134 0.160 (0.039) (0.040) (0.038) (0.040) (0.044)*** (0.047)*** Kabupaten Gowa 0.282 0.239 0.285 (0.061)*** (0.060)*** (0.070)*** Kabupaten Blora -0.048 0.012 0.134 (0.063) (0.062) (0.073)* Kabupaten Sumedang 0.014 0.171 0.170 (0.059) (0.059)*** (0.068)** Kabupaten Solok 0.103 0.046 0.113 (0.063)* (0.062) (0.072) Konstan -1.406 -1.479 -1.560 -1.259 -1.287 -1.395 -1.637 -2.074 -2.313 (0.043)*** (0.106)*** (0.131)*** (0.039)*** (0.102)*** (0.127)*** (0.049)*** (0.121)*** (0.150)*** Pengamatan 4,037 3,748 3,748 4,051 3,762 3,762 4,018 3,733 3,733 R-kuadrat 0.046 0.042 0.055 0.035 0.035 0.043 0.050 0.048 0.053 R-kuadrat disesuaikan 0.045 0.041 0.052 0.034 0.033 0.041 0.049 0.047 0.051 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir   Pernyataan 13 Pernyataan 14 Pernyataan 15 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.079 0.030 -0.008 0.094 0.073 0.023 0.020 0.034 0.117   (0.034)** (0.036) (0.038) (0.029)*** (0.032)** (0.033) (0.048) (0.052) (0.055)** Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.249 0.259 0.246 0.190 0.189 0.169 0.259 0.253 0.244 (0.015)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.017)*** (0.017)*** pada Tabel 7 di halaman 33) Lama guru mengajar 0.000 0.019 -0.023 -0.005 -0.025 -0.054 (0.017) (0.017) (0.015) (0.015) (0.025) (0.025)** Tingkat Pendidikan Guru 0.004 -0.002 -0.055 -0.064 0.054 0.108 (0.022) (0.023) (0.019)*** (0.020)*** (0.031)* (0.033)*** Gender Guru 0.105 0.116 0.044 0.028 -0.042 0.027 (0.038)*** (0.040)*** (0.033) (0.035) (0.055) (0.057) Kabupaten Gowa 0.346 0.291 -0.232 (0.061)*** (0.053)*** (0.087)*** Kabupaten Blora 0.087 0.017 0.281 (0.063) (0.055) (0.090)*** Kabupaten Sumedang 0.173 0.164 0.076 (0.059)*** (0.051)*** (0.085) Kabupaten Solok 0.159 0.207 -0.071 (0.062)** (0.054)*** (0.090) Konstan -1.372 -1.495 -1.729 -1.270 -1.185 -1.343 -2.767 -2.718 -2.938 (0.040)*** (0.102)*** (0.128)*** (0.035)*** (0.089)*** (0.112)*** (0.075)*** (0.156)*** (0.186)*** Pengamatan 4,019 3,736 3,736 4,026 3,739 3,739 4,042 3,752 3,752 R-kuadrat 0.064 0.073 0.083 0.039 0.042 0.055 0.058 0.056 0.069 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.064 0.072 0.081 0.038 0.041 0.053 0.058 0.055 0.067 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 89 90   Pernyataan 16 Pernyataan 17 Pernyataan 18 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.021 -0.009 -0.049 0.050 0.026 -0.020 -0.014 -0.020 -0.093   (0.030) (0.032) (0.034) (0.030)* (0.032) (0.034) (0.031) (0.033)** (0.035)*** Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.307 0.310 0.287 0.309 0.315 0.295 0.327 0.332 0.302 (0.015)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.015)*** (0.015)*** (0.016)*** (0.015)*** (0.016)*** (0.016)*** pada Tabel 7 di halaman 33) Lama guru mengajar -0.011 0.008 -0.023 -0.006 0.000 0.022 (0.015) (0.016) (0.015) (0.015) (0.016) (0.016) Tingkat Pendidikan Guru -0.052 -0.058 -0.013 -0.026 -0.024 -0.041 (0.020)*** (0.021)*** (0.019) (0.020) (0.020) (0.021)* Gender Guru 0.081 0.070 0.063 0.043 0.055 0.031 (0.034)** (0.036)** (0.034)* (0.035) (0.035) (0.036) Kabupaten Gowa 0.305 0.250 0.369 (0.055)*** (0.054)*** (0.056)*** Kabupaten Blora 0.055 -0.015 0.003 (0.056) (0.055) (0.057) Kabupaten Sumedang 0.151 0.118 0.223 (0.053)*** (0.052)** (0.054)*** Kabupaten Solok 0.232 0.173 0.259 (0.056)*** (0.055)*** (0.057)*** Konstan -1.106 -1.113 -1.317 -1.139 -1.123 -1.237 -1.109 -1.154 -1.348 (0.036)*** (0.091)*** (0.115)*** (0.037)*** (0.090)*** (0.114)*** (0.038)*** (0.093)*** (0.117)*** Pengamatan 4,017 3,729 3,729 4,033 3,745 3,745 4,041 3,754 3,754 R-kuadrat 0.096 0.099 0.110 0.101 0.106 0.116 0.106 0.108 0.128 R-kuadrat disesuaikan 0.095 0.097 0.108 0.101 0.105 0.114 0.105 0.107 0.125 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir   Pernyataan 19 Pernyataan 20 Pernyataan 21 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.066 0.034 0.032 0.030 -0.043 -0.059 -0.001 -0.032 -0.075   (0.041) (0.045) (0.047) (0.045) (0.049) (0.052) (0.031) (0.033)* (0.035)** Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.324 0.310 0.309 0.236 0.224 0.225 0.249 0.259 0.236 (0.016)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.016)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.016)*** (0.017)*** (0.017)*** pada Tabel 7 di halaman 33) Lama guru mengajar 0.080 0.084 0.020 0.019 -0.003 0.010 (0.021)*** (0.022)*** (0.023) (0.024) (0.016) (0.016) Tingkat Pendidikan Guru -0.063 -0.054 0.033 0.044 -0.011 0.003 (0.027)** (0.029)* (0.030) (0.031) (0.020) (0.021) Gender Guru 0.195 0.219 0.233 0.198 0.127 0.109 (0.047)*** (0.050)*** (0.052)*** (0.054)*** (0.035)*** (0.037)*** Kabupaten Gowa 0.151 -0.037 0.262 (0.075)** (0.082) (0.056)*** Kabupaten Blora 0.122 0.007 0.130 (0.077) (0.085) (0.057)** Kabupaten Sumedang 0.115 0.117 0.303 (0.073) (0.080) (0.054)*** Kabupaten Solok 0.073 0.208 0.384 (0.077) (0.084)** (0.057)*** Konstan -1.450 -1.967 -2.138 -1.920 -2.421 -2.424 -1.228 -1.392 -1.662 (0.048)*** (0.127)*** (0.159)*** (0.057)*** (0.140)*** (0.174)*** (0.038)*** (0.094)*** (0.119)*** Pengamatan 4,014 3,724 3,724 4,024 3,735 3,735 4,022 3,752 3,752 R-kuadrat 0.094 0.098 0.099 0.051 0.052 0.056 0.057 0.064 0.079 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.094 0.097 0.097 0.051 0.051 0.054 0.057 0.063 0.077 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 91 92   Pernyataan 22 Pernyataan 23 Pernyataan 24 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.054 0.036 -0.038 0.049 0.016 -0.023 0.067 0.044 0.001   (0.035) (0.038) (0.040) (0.029)* (0.032)* (0.033) (0.033)** (0.036) (0.038) Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.237 0.230 0.212 0.286 0.275 0.255 0.241 0.239 0.224 (0.016)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.016)*** (0.017)*** (0.017)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.016)*** pada Tabel 7 di halaman 33) Lama guru mengajar 0.056 0.071 0.031 0.046 -0.018 0.001 (0.018)*** (0.018)*** (0.015)** (0.015)*** (0.017) (0.017) Tingkat Pendidikan Guru 0.007 -0.005 -0.003 -0.007 0.000 -0.001 (0.023) (0.024) (0.019) (0.020) (0.022) (0.023) Gender Guru 0.149 0.118 0.152 0.134 0.107 0.097 (0.040)*** (0.042)*** (0.033)*** (0.035)*** (0.038)*** (0.040)** Kabupaten Gowa 0.249 0.237 0.323 (0.065)*** (0.054)*** (0.060)*** Kabupaten Blora -0.025 0.031 0.081 (0.066) (0.055) (0.062) Kabupaten Sumedang 0.250 0.162 0.208 (0.062)*** (0.052)*** (0.058)*** Kabupaten Solok 0.230 0.223 0.273 (0.066)*** (0.054)*** (0.062)*** Konstan -1.420 -1.875 -1.986 -1.155 -1.510 -1.665 -1.354 -1.466 -1.694 (0.043)*** (0.109)*** (0.136)*** (0.037)*** (0.090)*** (0.113)*** (0.041)*** (0.102)*** (0.128)*** Pengamatan 4,014 3,743 3,743 4,006 3,735 3,735 4,010 3,739 3,739 R-kuadrat 0.050 0.052 0.064 0.074 0.076 0.086 0.058 0.061 0.072 R-kuadrat disesuaikan 0.049 0.051 0.062 0.074 0.075 0.083 0.058 0.060 0.070 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% Penggunaan Video dalam Pengembangan Keprofesian Guru (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir   Pernyataan 25 Pernyataan 26 Pernyataan 27 Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi Korelasi Regresi Regresi 1 2 1 2 1 2   Kelompok Perlakuan 0.048 0.018 -0.033 0.013 -0.014 -0.068 0.006 -0.023 -0.070   (0.026)* (0.028) (0.029) (0.027) (0.029) (0.031)** (0.024) (0.026) (0.028)** Sesuai Peryataan Sebelum Uji Coba 0.226 0.218 0.198 0.231 0.231 0.217 0.200 0.196 0.181 (0.014)*** (0.014)*** (0.015)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.016)*** (0.015)*** (0.016)*** (0.016)*** pada Tabel 7 di halaman 33) Lama guru mengajar 0.013 0.029 0.029 0.042 0.033 0.047 (0.013) (0.013)** (0.014)** (0.014)*** (0.013)*** (0.013)*** Tingkat Pendidikan Guru -0.024 -0.037 -0.017 -0.029 -0.018 -0.025 (0.017) (0.018)** (0.018) (0.019) (0.016) (0.017) Gender Guru 0.125 0.095 0.136 0.119 0.149 0.126 (0.029)*** (0.030)*** (0.031)*** (0.032)*** (0.028)*** (0.029)*** Kabupaten Gowa 0.215 0.226 0.201 (0.046)*** (0.049)*** (0.044)*** Kabupaten Blora -0.040 -0.014 -0.005 (0.047) (0.050) (0.045) Kabupaten Sumedang 0.120 0.169 0.159 (0.045)*** (0.047)*** (0.043)*** Kabupaten Solok 0.197 0.154 0.200 (0.047)*** (0.050)*** (0.045)*** Konstan -1.119 -1.332 -1.412 -1.111 -1.395 -1.490 -1.067 -1.399 -1.499 (0.031)*** (0.079)*** (0.098)*** (0.034)*** (0.083)*** (0.104)*** (0.030)*** (0.076)*** (0.094)*** Pengamatan 4,027 3,756 3,756 4,025 3,754 3,754 4,024 3,754 3,754 R-kuadrat 0.065 0.067 0.082 0.050 0.058 0.070 0.043 0.052 0.065 Desain, Pelaksanaan, dan Evaluasi Dampak dari Pelatihan dalam Jabatan yang Inovatif bagi Guru Matematika di Indonesia R-kuadrat disesuaikan 0.064 0.065 0.080 0.049 0.057 0.068 0.042 0.051 0.063 Galat baku dalam kurung * signifikan pada 10%; ** signifikan pada 5%; *** signifikan pada 1% (Catatan: Pernyataan keyakinan tidak disebutkan dengan lengkap di sini; nomor pernyataan sama dengan butir 93