92999 Desember 2014 Membawa perubahan PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Membawa perubahan Desember 2014 Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly/IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan utama perekonomian Indonesia dalam tiga bulan terakhir, dan menempatkan dalam konteks jangka panjang dan global. Berdasarkan perkembangan ini, serta perubahan kebijakan dalam periode tersebut, laporan ini menyediakan perkembangan terkini secara rutin tentang prospek perekonomian dan kesejahteraan sosial Indonesia. Kedua, laporan IEQ ini memberikan penilaian mendalam terhadap isu-isu ekonomi dan kebijakan tertentu, dan analisis terhadap tantangan pembangunan jangka menengah Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak luas termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang terlibat dan mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia. IEQ merupakan laporan Bank Dunia di Jakarta dan mendapatkan bimbingan editorial dan strategis oleh dewan editorial yang dipimpin oleh Rodrigo Chaves, Country Director untuk Indonesia. Laporan ini disusun oleh tim Macroeconomic and Fiscal Management Global Practice, dibawah bimbingan Shubham Chaudhuri, Practice Manager, Ndiame Dip, Lead Economist, dan Ashley Taylor, Senior Economist. Tim utama penyusun laporan ini dipimpin oleh Alex Sienaert, Country Economist dan bertanggung jawab di bagian A, pengeditan dan produksi, tim inti terdiri dari Arsianti, Magda Adriani, Masyita Crystallin, Fitria Fitrani, Ahya Ihsan, Yus Medina, Elitza Mileva (memimpin Bagian A), Michele Savini Zangrandi dan Violeta Vulovic dengan bantuan sebagian pengeditan oleh Peter Milne dan masukan data dari Yus Medina, Michaelino Mervisiano, Astrid Rengganis Savitri dan Daim Syukriyah. Dukungan administrasi diberikan oleh Titi Ananto. Diseminasi dilakukan oleh Farhana Asap, Indra Irnawan, Jerry Kurniawan, Desy Mutialim dan Nugroho Sunjoyo dibawah bimbingan Dini Sari Djalal. Edisi ini juga mencakup kontribusi dari Matthew Wai-Poi dan Mattia Makovec (Bagian A, kemiskinan dan upah minimum), Yue Man Lee, Bernard Myers, Arvind Nair dan Violeta Vulovic (Bagian B.1, Penerimaan), Ahmad Ahsan (Bagian B.2, AEC), dan Ajay Tandon, Darren Dorkin, Eko Pambudi dan Puti Marzoeki (Bagian C, Universal Health Coverage, yang berlatarbelakang pada RPJMN 2015-2019. Data dan masukan utama juga diterima dari Cut Dian Augustina, Brasuka Sudjana dan Sjamsu Rahardja. Laporan ini juga mendapat tambahan masukan yang penting dari, Vivi Alatas, Jim Brumby, Jamie Carter, Michael Engelschalk, Carlos Ferreira, Edgar Janz, Cristobal Ridao-Cano, Ben Bingham (IMF), Bill Wallace dan David Nellor (Australia Indonesia Partnership for Economic Governance), David Gottlieb (Australia Department of Foreign Affairs and Trade) and Natalie Horvat (Australian Treasury, Australia-Indonesia Government Partnership Fund). Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction and Development Bank Dunia, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan atau Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT) melalui program Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA). Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut. Semua foto merupaka hak cipta Bank Dunia. Semua Hak Cipta dilindungi. Untuk mendapatkan lebih banyak analisis Bank Dunia tentang ekonomi Indonesia: Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini www.worldbank.org/id Untuk mendapatkan publikasi ini melalui e-mail, silakan hubungi madriani@worldbank.org. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan hubungi asienaert@worldbank.org. Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF: MEMBAWA PERUBAHAN..................................................... I  A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI ............................................... 1 1. Prospek lingkungan eksternal Indonesia melemah .................................................................. 1  2. Pertumbuhan Indonesia terus melambat .................................................................................. 2  3. Dampak inflasi dari kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan bersifat sementara ......... 5 4. Penyesuaian neraca berjalan berlanjut secara bertahap dan aliran masuk modal menguat .... 7 5. Kondisi pendanaan sektor swasta masih tetap ketat ................................................................ 9  6. Harga BBM bersubsidi telah dinaikkan dan pertumbuhan penerimaan melemah ................13 7. Kompensasi diperkirakan akan melindungi kaum miskin dari dampak kenaikan harga BBM bersubsidi namun laju penurunan kemiskinan menunjukkan tren yang melambat ...............18 8. Beragamnya kondisi eksternal dan agenda reformasi pemerintahan baru menjadi penentu ketidakpastian terhadap prospek Indonesia ............................................................................21  B. BEBERAPA PERKEMBANGAN TERKINI PEREKONOMIAN INDONESIA .......... 22 1. Memahami dan memperkuat kinerja penerimaan Indonesia................................................. 22  a. Penerimaan Indonesia lebih rendah dari negara lain dan kinerjanya melemah 22 b. Perkiraan terhadap penerimaan dalam jangka menengah, dengan skenario “tanpa perubahan besar” 25 c. Peluang meningkatkan penerimaan melalui reformasi kebijakan dan administrasi 27 2. Indonesia dan Masyarakat Ekonomi ASEAN .........................................................................31  a. ASEAN dan dorongan untuk integrasi ekonomi regional 31 b. Kontribusi ASEAN terhadap integrasi regional dan tantangan-tantangan yang masih ada 32 c. Manfaat-manfaat dari integrasi yang lebih dalam di bawah MEA diperkirakan akan signifikan 34 d. Apa yang dapat Indonesia lakukan dalam mempersiapkan diri lebih lanjut untuk integrasi regional? 36 C. INDONESIA 2015 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN PILIHAN ............................... 40 1. Mencapai Cakupan Pelayanan Kesehatan Semesta (UHC) di Tahun 2019? Hanya mungkin dengan pelayanan kesehatan yang memadai .......................................................................... 40  a. Alasan kuat untuk meraih UHC di Indonesia 40 b. Jalan Indonesia menuju UHC: Tantangan ke depan 43 c. Jaminan Kesehatan Nasional untuk mencapai UHC memerlukan pelayanan kesehatan yang memadai 44 d. Pilihan kebijakan untuk meningkatkan pemenuhan pelayanan kesehatan di Indonesia 49 LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA ................................ 52 DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Sebagian besar revisi prospek pertumbuhan jangka pendek bersifat negatif ............... 2 Gambar 2: Kondisi perdagangan komoditas Indonesia melemah, diimbangi dengan penurunan harga minyak.......................................................................................................................... 2 Gambar 3: Perlambatan pertumbuhan PDB Indonesia berlanjut pada kuartal ketiga 2014… ....... 3 Gambar 4: …didorong oleh tetap lemahnya investasi dan ekspor.................................................. 3  Gambar 5: Konstruksi mendukung pertumbuhan investasi di Indonesia pada beberapa tahun ini… ........................................................................................................................................ 4 Gambar 6: …dan porsi belanjanya yang tinggi dibanding mesin dan peralatan ............................ 4 Gambar 7: Inflasi relatif terkendali di kuartal ketiga…................................................................... 5  Gambar 8: Defisit neraca berjalan sedikit menyempit dan aliran masuk portofolio dan FDI mengalir dengan deras ........................................................................................................... 7 Gambar 9: Gambaran ekspor komoditas beragam, namun keseluruhan tetap lemah pada kuartal 3/2014 ..................................................................................................................................... 8 Gambar 10: Depresiasi Rupiah membantu ekspor manufaktur namun momentumnya mulai melambat................................................................................................................................ 8 Gambar 11: Perlambatan pertumbuhan kredit berlanjut, terutama pinjaman investasi ................ 11 Gambar 12: Penurunan pertumbuhan rekening giro menyebabkan pengetatan kondisi likuiditas bank ....................................................................................................................................... 11 Gambar 13: Pertumbuhan kredit dalam dan luar negeri kepada perusahaan bukan keuangan telah menurun ....................................................................................................................... 11 Gambar 14: Kenaikan suku bunga dan perlemahan aliran masuk modal memperketat kondisi keuangan ...............................................................................................................................12 Gambar 15: FCI tampaknya merupakan indikator utama yang baik untuk pertumbuhan PDB ..12 Gambar 16: Perlemahan penerimaan pajak berlanjut pada sepuluh bulan pertama 2014, sementara pungutan bukan pajak meningkat ......................................................................13  Gambar 17: Penerimaan terkait migas mendukung jumlah penerimaan, mengimbangi turunnya pertumbuhan pajak konsumsi…...........................................................................................13  Gambar 18: Kenaikan harga BBM bersubsidi memperkecil selisih dengan harga pasar… ..........16 Gambar 19: …memberikan potensi penghematan fiskal untuk tahun 2015 dan selanjutnya ........16 Gambar 20: Penurunan kemiskinan diperkirakan akan berlanjut dengan laju yang lebih lambat pada tahun-tahun yang akan datang ....................................................................................19  Gambar 21: Variabilitas tingkat upah minimum dan kenaikan terakhir yang tetap tinggi lintas provinsi ................................................................................................................................. 20 Gambar 22: Rasio penerimaan terhadap PDB Indonesia terendah di antara negara-negara lain … .......................................................................................................................................... 23 Gambar 23: …dan menghadapi salah satu kesenjangan terbesar antara penerimaan pajak aktual dan potensi ........................................................................................................................... 23 Gambar 24: Penerimaan terhadap PDB menurun sejak 2009… ................................................... 24  Gambar 25: …cerminan lemahnya pertumbuhan penerimaan migas dan perlambatan dari sumber penerimaan lain....................................................................................................... 24 Gambar 26: Penerimaan terhadap PDB akan terus turun dalam skenario “tanpa perubahan besar” ................................................................................................................................... 26 Gambar 27: Kenaikan harga migas sampai 2012 sebagian menutupi produksi yang terus turun 29 Gambar 27: Meningkatnya perdagangan antar- ASEAN telah diikuti dengan meningkatnya perdagangan dengan luar ASEAN … .................................................................................. 33  Gambar 28: … ketika biaya perdagangan di dalam dan di luar ASEAN telah menurun seiring waktu .................................................................................................................................... 33 Gambar 29: Perdagangan Indonesia dengan mitra ASEAN, kurang dari 10 persen dari total perdagangan, memiliki ruang untuk bertumbuh … ........................................................... 35  Gambar 30: ...terutama mengingat komplementaritas perdagangan yang cukup tinggi untuk Indonesia dengan mitra ASEAN ......................................................................................... 35  Gambar 31: Indonesia tertinggal negara ASEAN lainnya dalam kualitas peraturan .................... 36 Gambar 32: Indonesia terus menjadi restriktif secara relatif dalam perdagangan jasa ................ 38 Gambar 34: Populasi Indonesia akan segera menuju usia lanjut ................................................. 42 Gambar 35: JKN UHC memiliki tiga dimensi penting ................................................................. 43 Gambar 36: Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas meningkat dari tahun 2004 ke 2013… ........... 45 Gambar 37: …demikian juga jumlah tempat tidur rawat inap...................................................... 45  Gambar 38: Banyak masyarakat Indonesia menempuh jarak yang sangat jauh untuk mencapai fasilitas kesehatan terdekat .................................................................................................. 45 Gambar 39: Terdapat variasi yang besar dalam kesiapan pelayanan Puskesmas di berbagai provinsi, dan perbedaan di berbagai provinsi dalam bidang pelayanan umum seperti kemampuan diagnosa dan obat-obatan penting ................................................................. 46  Gambar 40: Sebagian besar Puskesmas kekurangan kemampuan diagnostik penting seperti tes urin dan gula darah .............................................................................................................. 48 Gambar 41: Pengeluaran kesehatan masyarakat di Indonesia sangat rendah, dan biaya OOP tinggi .................................................................................................................................... 49 Gambar 42: Pengeluaran untuk kesehatan telah meningkat di beberapa daerah dan kota… ...... 50 Gambar 43: …tetapi tidak memiliki korelasi dan seringkali memiliki dampak kecil terhadap hasil kesehatan utama .......................................................................................................... 50 DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB ...................................................................................... 52  Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran ...................................................... 52  Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi ............................................................ 52  Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor ............................................................ 52  Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen.................................................................................... 52  Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri ......................................................................... 52  Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran .................................................................................... 53  Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan ......................................................................... 53  Lampiran Gambar 9: Ekspor barang ............................................................................................. 53 Lampiran Gambar 10: Impor barang ............................................................................................. 53 Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus masuk modal .................................................. 53  Lampiran Gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter ................................................................... 53  Lampiran Gambar 13: Rincian bulanan IHK ................................................................................ 54  Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa negara ...................................................... 54  Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional .................................................. 54 Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran ................................................... 54  Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional .............................................................................. 54  Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS .................................................................................. 54  Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5-tahunan dalam mata uang lokal......... 55 Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS pemerintah EMBI ............................................. 55 Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, pedesaan dan deposito .......................... 55 Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan....................................................................... 55  Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah ..................................................................................... 55  Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri ...................................................................................... 55  DAFTAR TABEL Tabel 1: Pada skenario baseline, pertumbuhan Indonesia diproyeksikan mencapai 5,2 persen pada tahun 2015, setara dengan 2014, dan defisit neraca berjalan diperkirakan akan sedikit menyempit ........................................................................................................................... IV Tabel 2: Pada kasus dasar (base case), PDB diproyeksikan akan tetap tumbuh sedikit di atas 5 persen pada tahun 2014 dan 2015 ........................................................................................... 6  Tabel 3: Proyeksi defisit neraca berjalan sebesar 3,2 persen dari PDB untuk 2014 dan 2,8 persen untuk 2015-2016 ...................................................................................................................... 9 Tabel 4: Penyerapan belanja modal tahun 2014 masih rendah namun besarnya belanja subsidi energi berkontribusi terhadap kenaikan pencairan anggaran secara keseluruhan ..............15 Tabel 5: Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,3 persen dari PDB pada 2014 dan 2,0 persen pada 2015 ..............................................................................................................18 Tabel 6: Dengan kondisi makroekonomi dasar dan tanpa perubahan besar, total penerimaan diperkirakan turun signifikan dibandingkan PDB .............................................................. 27  Tabel 7: Indonesia hanya mengeluarkan sedikit dana untuk kesehatan, dan menurunkan angka gizi buruk dan angka kematian ibu masih menjadi tantangan utama .................................41 Tabel 8: Data tingkat fasilitas : menyoroti ketidak siapan, dan variasi antar daerah, dalam penyediaan layanan kesehatan dasar ................................................................................... 47  DAFTAR LAMPIRAN TABEL Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemerintah ................................................... 56 Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran ........................................................................................ 56  Lampiran Tabel 3: Indikator utama makro-ekonomi Indonesia .................................................. 57  Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator pembangunan Indonesia .................................................... 58  DAFTARA KOTAK Kotak 1: Indeks Kondisi Keuangan Indonesia menunjukkan pengetatan sejak kuartal ketiga 2013 .................................................................................................................................................12 Kotak 2: Kenaikan harga BBM bersubsidi yang terakhir diperkirakan akan menghasilkan penghematan fiskal yang signifikan mulai tahun 2015 dan seterusnya ...................................16 Kotak 3: Kenaikan upah minimum tahun 2015: relatif moderat, namun masih menjadi sumber ketidakpastian pasar tenaga kerja ........................................................................................... 20 Kotak 4: Perkiraan penurunan penerimaan migas mencerminkan penurunan produksi yang bersifat struktural dan telah berlangsung lama....................................................................... 29 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Ringkasan eksekutif: Membawa perubahan Pemerintahan Setelah dilantik pada tanggal 20 Oktober 2014, Presiden Indonesia yang baru, Joko Indonesia yang baru Widodo, dan kabinetnya menetapkan serangkaian sasaran pembangunan yang telah mengambil ambisius, terutama untuk peningkatan infrastruktur energi dan lainnya, dan langkah-langkah program-program sosial. Langkah-langkah yang bertujuan untuk meningkatkan tata awal yang positif… kelola di sektor-sektor utama juga telah dilakukan, misalnya pada industri minyak dan gas bumi. Hal yang lain adalah fokus kepada implementasi dan pendekatan perumusan kebijakan yang lebih terpusat. Terutama, Presiden mengambil keputusan yang penting untuk meningkatkan harga BBM bersubsidi yang mulai berlaku pada tanggal 18 November, yang mendukung posisi fiskal Indonesia dan memperluas ruang fiskal bagi peningkatan belanja pembangunan yang sangat diperlukan. Langkah-langkah dan komitmen positif yang diambil di awal pemerintahan baru ini menunjukkan kemauan untuk mengambil pilihan-pilihan yang sulit yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah struktural prioritas lama. …tetapi, menimbang Tetapi, besarnya tantangan dan rumitnya lingkungan politik dalam negeri yang harus besarnya tantangan dijalani tidak dapat dipandang rendah. Pertumbuhan dalam negeri mengalami yang harus perlambatan, dengan perlemahan pertumbuhan investasi dan perlambatan ekspor diselesaikan, masih yang mencerminkan penurunan harga komoditas sejak tahun 2012, yang tampaknya banyak pekerjaan tidak akan segera pulih dalam jangka pendek. Pekerjaan selanjutnya perlu dilakukan menanti untuk Pemerintah berlandaskan pada langkah-langkah awal yang telah diambil, dan bahkan merealisasikan jika rintangan-rintangan kebijakan utama telah diselesaikan, masih dibutuhkan waktu agenda hingga dampak terhadap pembangunan dan pertumbuhan dapat dilihat. Di antara pembangunan yang reformasi dan implementasi berani yang dibutuhkan adalah tiga bidang yang menjadi ambisius fokus edisi Triwulanan ini: “mengumpulkan lebih banyak penerimaan”, yaitu meningkatkan penerimaan negara yang lebih besar, “belanja lebih baik”, yaitu peningkatan layanan masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan, dan “fasilitasi dunia usaha”, misalnya mendorong perusahaan-perusahaan dan pekerja Indonesia untuk mengambil kesempatan yang terbuka dengan perluasan integrasi ekonomi regional. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA I Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Prospek Kondisi ekonomi internasional dan dampaknya terhadap Indonesia masih beragam. pertumbuhan dunia Di antara ekonomi-ekonomi utama, kegiatan ekonomi di AS mencatat peningkatan menurun dan harga tetapi masih mengecewakan di wilayah Eropa dan Jepang. Proses penyeimbangan komoditas tetap ekonomi terus berlanjut di Cina, yang berdampak pada perlambatan laju lemah, dengan pertumbuhan. Melihat ke depan, ekonomi global masih diperkirakan akan jatuhnya harga meningkat, namun sejak Triwulanan pada bulan Juli 2014, proyeksi pertumbuhan minyak dalam dunia untuk jangka pendek umumnya telah direvisi turun, dan pasar-pasar beberapa bulan berkembang secara keseluruhan kini diperkirakan akan mencatat laju pertumbuhan terakhir di bawah laju yang tercatat pada dekade yang lalu. Moderasi proyeksi pertumbuhan global ini berkontribusi kepada berlanjutnya perlemahan harga-harga internasional untuk komoditas-komoditas ekspor utama Indonesia. Harga minyak mentah mencatat penurunan secara drastis, sekitar sepertiga sejak bulan Juni, ke nilai paling rendahnya selama empat tahun terakhir. Karena Indonesia merupakan negara pengimpor bersih minyak, hal ini akan membawa dampak positif untuk kondisi perdagangan. Namun dampaknya terhadap sektor energi dan fiskal (dengan dampak positif terhadap biaya subsidi energi namun berdampak negatif terhadap penerimaan yang terkait dengan minyak) juga akan menjadi penentu yang penting terhadap dampak akhir pada ekonomi Indonesia. Ekonomi Indonesia Laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia melambat yang dipengaruhi berlanjutnya kembali mencatat perlemahan investasi dan ekspor. Pada kuartal ketiga, PDB riil tumbuh sebesar 5,0 pertumbuhan persen tahun-ke-tahun (year-on-year, yoy), turun tipis dari 5,1 persen yoy pada kuartal kuartalan yang kedua. Secara berurutan, PDB meningkat sebesar 5,3 persen kuartal-ke-kuartal melambat karena (quarter-on-quarter, qoq) dan juga turun tipis menurut laju kuartal-ke-kuartal dengan perlemahan investasi penyesuaian musiman (seasonally-adjusted annualized rate, qoq-saar), dari 5,4 persen dan ekspor pada kuartal kedua. Konsumsi swasta, pendorong pertumbuhan belanja utama di Indonesia, bersama-sama dengan kenaikan belanja pemerintah, secara umum mengimbangi penurunan kontribusi investasi tetap dan ekspor bersih pada pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun pada kuartal ketiga. Lemahnya ekspor Penerimaan ekspor yang tetap lemah, terlepas dari kembalinya sejumlah ekspor berdampak pada mineral pada paruh kedua tahun 2014, berarti defisit neraca berjalan Indonesia kecilnya kontribusi sejauh ini hanya sedikit menyempit, walau berada di bawah tekanan impor yang terhadap signifikan. Defisit neraca berjalan turun menjadi 6,8 miliar dolar AS atau 3,1 persen penyempitan defisit dari PDB pada kuartal ketiga, atau lebih rendah sebesar 1,0 poin persentase dari neraca berjalan PDB dibanding kuartal kedua dengan tingkat musiman yang tinggi, dan lebih rendah sebesar 0,8 poin persentase dari PDB dibanding laju tahun yang lalu. Namun disaat neraca berjalan melebar, neraca perdagangan barang berubah menjadi positif terutama didukung oleh perlemahan impor. Pada sisi neraca keuangan dari neraca pembayaran, investasi langsung dan investasi portofolio bersih tetap bertahan kuat, terutama pembelian obligasi negara oleh pihak asing. Pada sektor fiskal, Pada sektor fiskal, pertumbuhan penerimaan (10,8 persen yoy pada periode Januari- pertumbuhan Oktober 2014) terus berada di bawah pertumbuhan PDB nominal (11,8 persen yoy penerimaan tetap pada kuartal 1 – kuartal 3 tahun 2014) walau dengan peningkatan pada penerimaan- relatif lemah, penerimaan yang peka terhadap kurs tukar valuta karena depresiasi Rupiah. Pada sisi sementara belanja pengeluaran, laju pencairan anggaran secara keseluruhan pada akhir bulan Oktober modal terkontraksi mencatat peningkatan dibanding tahun-tahun yang lalu. Namun peningkatan itu terutama didorong oleh peningkatan belanja subsidi energi, sementara belanja modal telah melambat secara signifikan, dengan tingkat realisasi yang hanya mencapai 38 persen dari APBN-P. Laju pencairan belanja modal ini di bawah laju pencairan pada tahun 2012 dan 2013 dan, secara nominal, belanja modal mencatat penurunan untuk Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA II Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia pertama kali selama beberapa tahun terakhir, sebesar 18 persen. Selain karena tantangan-tantangan pelaksanaan anggaran yang terus berlanjut seperti pembebasan tanah, perubahan APBN pertengahan tahun yang signifikan dan transisi ke pemerintahan yang baru juga mungkin berkontribusi terhadap perlambatan pelaksanaan proyek-proyek belanja modal. Kenaikan harga Melihat ke depan, peningkatan sebesar 34 persen secara rata-rata untuk harga BBM bersubsidi premium dan solar bersubsidi yang mulai berlaku pada tanggal 18 November akan menyebabkan diperkirakan hanya akan membawa dampak negatif terbatas dalam jangka pendek peningkatan inflasi terhadap konsumsi swasta dan PDB. Belanja sosial untuk kompensasi yang lebih sementara, namun tinggi dan prospek sejumlah penghematan yang akan diarahkan kembali ke investasi juga menghasilkan infrastruktur diantisipasi akan menjadi faktor pengimbang yang mempengaruhi penghematan fiskal pertumbuhan secara keseluruhan. Dampak terhadap inflasi diperkirakan akan yang sangat signifikan namun hanya bersifat sementara, mendorong IHK naik sekitar 3 poin penting… persentase sebelum kembali menurun pada perhitungan tahunan pada tahun berikutnya, sehingga menghasilkan rata-rata inflasi headline tahunan sebesar 7,5 persen pada tahun 2015. Proyeksi penghematan fiskal dari pengumuman kenaikan harga BBM diperkirakan melebihi IDR 100 triliun pada tahun 2015 (1 persen dari PDB), walaupun seperti terlihat pada tahun 2013, penghematan tersebut dapat terkikis oleh depresiasi kurs Rupiah atau pembalikan arah harga minyak dunia. Seperti ditekankan dalam sejumlah pernyataan pemerintah, risiko-risiko tersebut menunjukkan pentingnya pengamanan manfaat-manfaat dari kenaikan harga tersebut dengan menggunakan mekansime subsidi yang menurunkan volatilitas terhadap biaya subsidi. …yang APBN tahun 2015, yang disusun dan dibahas oleh pemerintahan dan parlemen yang memungkinkan lalu, disetujui menjelang akhir bulan September 2014. Defisit fiskal yang disetujui realokasi belanja dan sebesar 2,2 persen dari PDB untuk tahun 2015, sedikit lebih rendah dari proyeksi potensi penurunan defisit sebesar 2,4 persen pada tahun 2014. APBN tersebut diperkirakan akan defisit dalam APBN- direvisi pada kuartal pertama tahun 2015, untuk lebih mencerminkan prioritas P yang diperkirakan pemerintahan yang baru seperti pada infrastruktur untuk ketahanan pangan, maritim akan diusulkan pada dan jaminan sosial. Aspek penting dari revisi ini merupakan realokasi sebagian kuartal pertama penghematan fiskal dari kenaikan harga BBM bersubsidi ke sektor-sektor yang tahun 2015 menjadi prioritas seperti infrastruktur, kesehatan dan jaminan sosial, termasuk program kompensasi, dan penggunaan sisa penghematan fiskal untuk menurunkan defisit fiskal tahun 2015. Pertumbuhan Proyeksi pertumbuhan PDB direvisi sedikit turun menjadi 5,1 persen untuk tahun ekonomi 2014 (dari 5,2 persen pada Triwulanan bulan Juli) dan revisi lebih besar pada tahun diperkirakan akan 2015 menjadi 5,2 persen (dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,6 persen), sementara tetap stabil dan pada tahun 2016 Bank Dunia memperkirakan laju PDB menjadi 5,5 persen (Tabel mendekati tingkat 1). Prospek ini mencerminkan kinerja investasi tetap dan laporan data perdagangan sekarang, sebelum yang kurang menggembirakan, dan berlanjutnya perlambatan kredit. Lebih cepatnya sedikit meningkat pertumbuhan investasi dibanding yang diperkirakan pada tahun 2015 akan dapat pada tahun 2016… mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibanding proyeksi baseline, namun akan membutuhkan penanganan tantangan penyerapan belanja modal pemerintah. Defisit neraca berjalan menyempit secara bertahap pada skenario baseline menjadi 2,8 persen dari PDB pada tahun 2015 dan 2016, dari 3,2 persen dari PDB pada tahun 2014. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA III Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 1: Pada skenario baseline, pertumbuhan Indonesia diproyeksikan mencapai 5,2 persen pada tahun 2015, setara dengan 2014, dan defisit neraca berjalan diperkirakan akan sedikit menyempit 2013 2014p 2015p 2016p PDB riil (persen perubahan) 5,8 5,1 5,2 5,5 Indeks harga konsumen (persen perubahan) 6,4 6,4 7,5 5,2 Saldo neraca berjalan (persen dari PDB) -3,3 -3,2 -2,8 -2,8 Defisit/surplus anggaran* (persen dari PDB) -2,3 -2,4 -2,2 n.a. PDB mitra perdagangan utama (persen perubahan) 3,5 3,8 3,8 3,8 Catatan: * Angka pemerintah, realisasi (2013), APBN-P (2014), APBN (2015) Sumber: BI; BPS; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia …memberi sedikit Laju pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat selama periode proyeksi kontribusi terhadap dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu diperkirakan akan memperlambat laju pengentasan laju penurunan tingkat kemiskinan nasional, yang pada bulan Maret 2014 berada kemiskinan pada angka 11,3 persen. Program kompensasi diperkirakan akan melindungi kaum miskin secara efektif dari dampak negatif kenaikan harga bahan pangan dan transportasi setelah kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan November, walau perubahan metodologi dalam pengukuran kemiskinan akan menyulitkan perkiraan yang tepat dan akurat. Namun, dari sudut pandang jangka menengah, Indonesia menghadapi tantangan-tantangan untuk menangani masalah kemiskinan ekstrim yang sulit dipecahkan. Kemiskinan diproyeksikan akan tetap berada di atas 8 persen pada tahun 2018 pada skenario dasar (baseline), kecuali terdapat aksi bersama untuk mendukung pemerataan pertumbuhan dan memperkuat dan memperluas jaring pengaman sosial. Fokus yang kuat Pendanaan sasaran-sasaran pembangunan yang ambisius dari pemerintahan yang pada penerimaan baru, dan juga komitmen pengeluaran yang telah dibuat, seperti cakupan asuransi oleh pemerintahan kesehatan yang universal bagi seluruh penduduk (lihat di bawah) dan peningkatan yang baru akan transfer ke daerah sesuai dengan UU Desa tahun 2014, sementara mempertahankan sangat penting untuk komitmen yang kuat pada fiskal yang berhati-hati (fiscal prudence), bukanlah hal yang menciptakan ruang mudah, terutama dalam konteks pertumbuhan ekonomi yang kini sedang melemah. fiskal bagi Saat ini penerimaan pajak di Indonesia hanya sedikit di atas 11 persen dari PDB, pelaksanaan atau 15 persen dari PDB dalam total pendapatan, yang merupakan salah satu yang program-program paling rendah di wilayahnya dan dibanding negara-negara G20 lainnya. Dalam pembangunannya… skenario “tidak ada reformasi besar”, total penerimaan sebagai bagian dari PDB diproyeksikan akan semakin menurun menjadi 13,7 persen pada tahun 2019. Oleh karena itu, seperti ditekankan oleh pemerintah, upaya berkelanjutan untuk mendorong penerimaan merupakan hal yang sangat penting. Reformasi kebijakan penerimaan untuk memperluas basis pajak, menyederhanakan struktur perpajakan, rasionalisasi jenis pajak, dan secara selektif melakukan revisi sejumlah tarif pajak agar sebanding dengan tarif internasional, dapat membantu meningkatkan penerimaan, dan juga menurunkan distorsi ekonomi dan merendahkan biaya administrasi. Selain itu, meningkatkan pengelolaan dan kepatuhan penerimaan pajak dan bukan pajak melalui pendekatan yang lebih strategis dan berbasis risiko terhadap pengelolaan kepatuhan, dengan upaya tambahan untuk meningkatkan kepatuhan secara sukarela, juga akan membantu menjawab tantangan ini. …termasuk Salah satu prioritas yang membutuhkan tambahan belanja pemerintah yang dapat merealisasikan didukung dengan dorongan peningkatan penerimaan adalah sektor kesehatan. sasaran yang Belanja kesehatan pemerintah pada semua tingkatan pemerintahan hanya mencapai ambisius dalam 1.2 persen dari PDB pada tahun 2012 (sekitar 43 dolar AS per kapita), yang cakupan pelayanan merupakan rasio belanja kesehatan terhadap PDB paling rendah nomor lima di Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA IV Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia kesehatan semesta, dunia. Di sisi lain, Indonesia baru saja menerapkan serangkaian reformasi utama UHC (Universal dengan tujuan untuk mencapai jaminan kesehatan dengan cakupan seluruh Health Coverage) penduduk/universal pada tahun 2019, suatu kebijakan mendasar untuk menjamin pada tahun 2019… dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan mempercepat pengentasan kemiskinan. Untuk mewujudkan sasaran yang ambisius tersebut, diperlukan fokus tidak hanya dalam peningkatan akses kepada layanan kesehatan, namun juga terjangkaunya layanan itu oleh para pengguna akhir, dan juga penekanan untuk menjamin adanya layanan kesehatan yang efektif, terutama di Indonesia bagian timur dan pada tingkat layanan kesehatan primer. …sementara Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan namun juga memiliki sejumlah integrasi ekonomi kesempatan, dari prospek integrasi ekonomi regional yang lebih erat. Pada bulan regional ASEAN Desember 2015, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akan menawarkan membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community, AEC), berbagai yang hendak mewujudkan aliran bebas barang-barang, jasa-jasa, tenaga kerja kesempatan bagi terampil dan pada taraf yang lebih terbatas, modal. Pentingnya secara strategis dunia usaha di ekonomi Indonesia mempergunakan kesempatan-kesempatan yang tercipta dari Indonesia akses pasar yang lebih regional dan peningkatan aliran barang-barang dan jasa-jasa hanya akan meningkat dengan menurunnya harga-harga komoditas yang belakangan terjadi, yang menunjukkan pentingnya dorongan pertumbuhan ekspor melalui peningkatan daya saing internasional untuk perusahaan-perusahaan manufaktur dan jasa dan menemukan pasar-pasar baru untuk produk-produk Indonesia. Penempatan posisi Indonesia untuk meraih manfaat yang sebesar-besarnya dari kesempatan ini memberikan tambahan dukungan bagi peningkatan daya saing ekonomi dengan menutup kesenjangan dalam bidang infrastruktur dan keterampilan, dan reformasi peraturan sehingga menurunkan biaya dunia usaha. Keterlibatan yang erat dengan negara-negara ASEAN lainnya dalam kerjasama peraturan perundangan, untuk menurunkan hambatan non-tarif dan peraturan, terutama dalam bidang jasa-jasa, akan sangat dibutuhkan untuk mencapai dan memanfaatkan integrasi ekonomi regional yang lebih erat. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA V Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia A. Perkembangan ekonomi dan fiskal terkini 1. Prospek lingkungan eksternal Indonesia melemah Proyeksi Proyeksi pertumbuhan dunia jangka pendek direvisi turun dan tahapan pemulihan pertumbuhan jangka global diproyeksikan akan berjalan lebih lama dan lebih tidak merata dibanding pendek telah antisipasi pada Triwulanan terakhir (Gambar 1). Di antara ekonomi-ekonomi besar, diturunkan di kegiatan meningkat di AS namun perkembangan di wilayah Euro dan Jepang masih banyak negara tidak menggembirakan. Pada saat bersamaan, penyeimbangan ekonomi terus berkembang berlanjut di Cina, yang berdampak pada melambatnya laju pertumbuhan. Negara- (emerging) dan negara berkembang secara keseluruhan kini diperkirakan akan mencatat laju mitra dagang utama pertumbuhan yang lebih rendah dibanding sebelum krisis keuangan dunia atau Indonesia selama masa pemulihan pasca krisis. Sejalan dengan revisi prospek pertumbuhan dunia dan perdagangan internasional, prospek dari mitra dagang utama Indonesia juga sedikit melemah, yang berkontribusi terhadap penurunan proyeksi ekonomi makro Indonesia oleh Bank Dunia (lihat Bagian 2). Harga komoditas Akibat melambatnya pemulihan ekonomi dunia, harga-harga komoditas ekspor masih tetap berada utama Indonesia, kecuali gas LNG (liquefied natural gas), turun secara signifikan, di bawah tekanan bergerak semakin rendah di bawah tingkat harga-harga yang tinggi pasca krisis dunia pada awal 2011. Dalam dolar AS, harga karet turun 74 persen dari nilai puncaknya, batubara turun 53 persen, minyak sawit mentah (CPO) turun 44 persen dan tembaga turun 32 persen pada bulan November 2014. Harga minyak turun tajam pada beberapa bulan terakhir, dengan harga minyak mentah Brent yang menjadi tolok ukur turun 33 persen dari 1 Juli hingga 2 Desember. Pergerakan harga komoditas dunia ini membentuk prospek ekonomi Indonesia. Sebagai negara pengimpor minyak, Indonesia memperoleh keuntungan dari rendahnya harga minyak impor, namun hal ini diimbangi oleh turunnya nilai ekspor komoditas lainnya (Gambar 2). Sektor fiskal dan dunia usaha juga terpengaruh, walaupun depresiasi Rupiah yang besar dibanding nilai tertingginya pada pertengahan 2011 berhasil meredam kejutan tersebut, melindungi dampak penurunan harga komoditas terhadap penerimaan. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 1 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 1: Sebagian besar revisi prospek pertumbuhan Gambar 2: Kondisi perdagangan komoditas Indonesia jangka pendek bersifat negatif melemah, diimbangi dengan penurunan harga minyak (perbedaan proyeksi pertumbuhan Prospek Ekonomi Dunia IMF (indeks harga dolar AS, 2008=100) antara April 2014 dan Oktober 2014, poin persentase) 2014 2015 160 Ekspor komoditas utama (selain -3.0 -2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 minyak mentah) 140 Brazil Minyak mentah Brent Cina 120 India 100 Indonesia Mexico 80 Russia 60 Nilai tukar perdagangan Afrika Selatan 40 komoditas utama Turki Wilaya Euro 20 Jepang 0 Amerika Serikat Nov-08 Nov-09 Nov-10 Nov-11 Nov-12 Nov-13 Nov-14 Sumber: IMF WEO; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Komoditas utama adalah batubara, tembaga, LNG, minyak sawit, produk minyak bumi (termasuk minyak mentah) dan karet Sumber: Harga Komoditas Bank Dunia dan perhitungan staf Kondisi pendanaan Kondisi likuiditas global masih relatif mendukung, di bawah pengaruh akomodasi luar negeri tetap kebijakan moneter negara-negara maju yang berkelanjutan. Namun terdapat mendukung dalam perbedaan yang semakin besar antara kebijakan Bank Sentral AS, yang telah hal biaya bunga dan menyelesaikan program pembelian asetnya, dan sikap moneter yang sangat akses pasar, namun akomodatif dari Bank Sentral Eropa dan Jepang. Hal ini berkontribusi kepada dolar AS terus penguatan dolar AS sebesar hampir 10 persen terhadap himpunan sepuluh mata menguat secara uang mitra perdagangan utama Amerika Serikat sejak tanggal 30 Juni. Mata uang signifikan pasar berkembang (emerging market) juga mengalami depresiasi terhadap dolar AS dan imbal hasil (yield) obligasi umumnya meningkat, yang menunjukkan tren pengetatan tipis pendanaan luar negeri untuk sebagian besar negara ekonomi berkembang, walau hal ini tidak sebesar perkiraan pada Triwulanan yang lalu dan dengan beberapa variasi di antara para peminjam. 2. Pertumbuhan Indonesia terus melambat Pertumbuhan Pada kuartal ketiga 2014, PDB riil Indonesia tumbuh 5.0 persen tahun-ke-tahun kegiatan ekonomi (yoy), turun dari 5,1 persen pada kuartal kedua. Secara berurutan, PDB meningkat kembali mengalami 5.3 persen kuartal-ke-kuartal dengan penyesuaian musiman (qoq-saar), sedikit lebih perlambatan pada rendah dari 5,4 persen pada kuartal kedua 2014 (Gambar 3). Konsumsi swasta, kuartal ketiga 2014 pendorong utama pertumbuhan di Indonesia, bersama-sama dengan kenaikan karena perlemahan belanja pemerintah, mengimbangi penurunan kontribusi investasi dan ekspor bersih investasi dan pada pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun pada kuartal ketiga. Dari data neraca ekspor… nasional dan pasar kredit terakhir, dan melihat perkembangan kondisi internasional yang dibahas pada bagian sebelumnya, ekonomi Indonesia diproyeksikan akan terus mengalami laju pertumbuhan yang moderat pada tahun 2015, dan sedikit meningkat pada tahun 2016. …sementara Pada kuartal ketiga 2014, pertumbuhan permintaan dalam negeri bertahan stabil pertumbuhan tetap pada 4,9 persen yoy, namun tidak seperti kuartal kedua, pertumbuhan itu didukung ditopang oleh oleh belanja pemerintah sementara investasi terus melemah. Konsumsi swasta konsumsi swasta meningkat sebesar 5,4 persen yoy dibanding masing-masing sebesar 5,6 persen pada Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 2 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dua kuartal sebelumnya. Secara berurutan, pertumbuhan komponen belanja ini sesungguhnya meningkat menjadi 5,9 persen qoq-saar pada kuartal ketiga 2014 dari 5,5 persen pada kuartal kedua. Konsumsi swasta tetap menjadi motor pendorong pertumbuhan Indonesia, dengan kontribusi sebesar 3,0 poin persentase kepada pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun pada kuartal ketiga (Gambar 4). Mengikuti tren umum semakin meningkatnya pencairan anggaran pada paruh kedua setiap tahun, belanja pemerintah meningkat sebesar 4,4 persen yoy (15,5 persen qoq-saar) pada kuartal ketiga, setelah mencatat penurunan sebesar 0,7 persen pada kuartal yang lalu. Gambar 3: Perlambatan pertumbuhan PDB Indonesia Gambar 4: …didorong oleh tetap lemahnya investasi berlanjut pada kuartal ketiga 2014… dan ekspor (pertumbuhan riil yoy dan qoq-saar, persen) (kontribusi komponen belanja ke pertumbuhan PDB riil, poin persentase) Perbedaan statistik* 9 Ekspor bersih 8 Pembentukan modal tetap bruto Tahun-ke-tahun 14 Belanja konsumsi pemerintah 7 Belanja konsumsi swasta Kuartal-ke-kuartal (saar) 12 6 PDB 10 5 8 4 6 3 4 2 2 0 1 -2 0 -4 Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Sumber: BPS; penyesuaian musiman CEIC; perhitungan staf Bank Catatan: * Perbedaan statistika dan perubahan inventori Dunia Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Pada kuartal ketiga Penurunan momentum pertumbuhan investasi tetap dalam dua tahun terakhir 2014, investasi tetap berlanjut ke kuartal ketiga. Pembentukan modal tetap bruto mencatat laju mencatat laju pertumbuhan yang paling rendah sejak kuartal ketiga 2009 sebesar 4,0 persen yoy, pertumbuhan paling dengan berlanjutnya perlemahan harga komoditas, pengetatan kredit dan depresiasi lambat sejak krisis Rupiah. Secara berurutan, pertumbuhan investasi melambat menjadi 2,4 persen qoq- keuangan dunia saar, turun dari 4,2 persen pada kuartal kedua 2014. Investasi bangunan/konstruksi tetap menjadi pendorong pertumbuhan utama, dengan kontribusi sebesar 4,5 poin persentase kepada pertumbuhan investasi tahun-ke-tahun pada kuartal ketiga 3 (Gambar 5). Selain itu, belanja untuk mesin, peralatan dan alat transportasi dari luar negeri mengurangi pertumbuhan investasi sebesar 1,1 poin persentase pada periode yang sama. Konstruksi yang Konstruksi mendominasi pertumbuhan investasi tetap di Indonesia sejak relatif lebih murah pertengahan tahun 2000an. Menurut data tahun 2011 dari Program Perbandingan mendominasi Internasional (International Comparison Program), yang membandingkan perbedaan pertumbuhan tingkat harga dari berbagai negara,1 bagian PDB dari investasi konstruksi riil investasi tetap pada dibanding porsi bagian pengeluaran riil untuk mesin dan peralatan sangatlah tinggi beberapa tahun dibanding standar dunia (Gambar 6). Hal ini tetap berlaku walau setelah terakhir memperhitungkan bahwa harga investasi konstruksi di Indonesia relatif rendah dibanding harga mesin dan peralatan. Sebagai contoh, India, Filipina, Thailand dan 1 Lihat http://icp.worldbank.org untuk rincian lebih lanjut. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 3 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Vietnam memiliki rasio perbandingan harga konstruksi dibanding permesinan dan peralatan yang serupa seperti Indonesia (sama atau sedikit di atas 0,2), namun dengan porsi bagian belanja relatif yang jauh lebih rendah. Gambar 5: Konstruksi mendukung pertumbuhan Gambar 6: …dan porsi belanjanya yang tinggi investasi di Indonesia pada beberapa tahun ini… dibanding mesin dan peralatan (kontribusi komponen investasi terhadap pertumbuhan investasi riil (rasio belanja konstruksi riil dibanding investasi mesin dan alat vs yoy, poin persentase) rasio harga relatif PPP tahun 2011 yang terkait dengan kedua komponen investasi tersebut) Konstruksi 9 14 Mesin dan peralatan dari luar negeri 8 12 Transportasi dari luar negeri 7 10 Lain* 6 8 Indonesia 5 6 4 4 3 Vietnam 2 Cina 2 India Malaysia 0 Singapura 1 Filipina Taiwan -2 Thailand 0 Dec-11 Jun-12 Dec-12 Jun-13 Dec-13 Jun-14 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 Catatan: * Lain termasuk mesin, alat dan transportasi dalam negeri Sumber: Program Perbandingan Internasional tahun 2011; Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia perhitungan staf Bank Dunia Ekspor dan impor Kontribusi ekspor bersih terhadap pertumbuhan PDB masih tetap positif pada masih tetap lemah kuartal ketiga 2014 (Gambar 4), namun sekali lagi didorong oleh penurunan impor. pada kuartal ketiga Ekspor barang-barang dan jasa-jasa turun sebesar 0,7 persen yoy (dan sebesar 0,7 persen qoq-saar). Berdasarkan data volume perdagangan untuk bulan Juli dan Agustus, penurunan ekspor disebabkan oleh penurunan ekspor karet dan batubara. Permintaan yang lebih rendah akan kedua komoditas tersebut dari Cina menjadi penyebab utama penurunan ekspor tersebut. Namun untuk ekspor batubara, permintaan dari India telah menutupi sebagian penurunan permintaan dari Cina selama beberapa bulan terakhir. Walau dengan pemulihan ekspor tembaga yang terbatas pada kuartal ketiga, bijih masih menjadi penghambat utama pertumbuhan volume ekspor. Pada periode yang sama, volume impor secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 3,6 persen yoy setelah turun 5,1 persen pada kuartal pertama, walau sedikit meningkat pada kuartal tersebut, sebesar 1,3 persen qoq-saar. Pertanian, Dari sudut pandang produksi, manufaktur dan sejumlah sektor jasa berkontribusi pertambangan dan kepada moderasi dalam pertumbuhan PDB riil tahun-ke-tahun. Pertumbuhan penggalian manufaktur terus melemah, menjadi 4,6 persen yoy, dari 5,0 persen pada kuartal meningkat untuk kedua. Sejalan dengan itu, pertumbuhan dalam sektor perdagangan, hotel dan pertama kali selama restoran melemah ke 4,2 persen yoy. Pertumbuhan kontribusi sebagian besar sektor 2014 lainnya relatif stabil, dengan sedikit peningkatan pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian. Bank Dunia Melihat ke depan, pertumbuhan PDB direvisi sedikit turun menjadi 5,1 persen pada memproyeksikan tahun 2014 (dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2 persen) dan naik menjadi 5,2 prospek persen pada tahun 2015 (dari sebelumnya 5,6 persen). Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan jangka PDB akan meningkat menjadi 5,5 persen pada tahun 2016. Perubahan proyeksi Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 4 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia pendek yang prospek jangka pendek ini ditunjukan oleh data terbaru menurunnya nilai moderat untuk perdagangan dan investasi tetap. Perkiraan penundaan dalam kenaikan pertumbuhan Indonesia sebesar 5,1 pembentukan modal tetap bruto disebabkan oleh terus melambatnya pertumbuhan hingga 5,5 persen kredit (lihat Bagian 5), dan lingkungan internasional yang lebih lemah dari yang diperkirakan sebelumnya. Peningkatan harga BBM bersubsidi pada tanggal 18 November diperkirakan hanya akan membawa pengaruh negatif jangka pendek yang terbatas terhadap konsumsi swasta dan PDB, walau pengaruh keseluruhan dari alokasi ulang apapun dalam belanja untuk program-program jaminan sosial atau investasi infrastruktur akan bergantung kepada taraf, rancangan dan implementasi dari pengeluaran tersebut. Pertumbuhan jangka Pada jangka menengah, kegiatan ekonomi akan ditentukan oleh pertumbuhan global menengah akan yang lebih lambat dari perkiraan terakhir, tetap lemahnya harga-harga komoditas bergantung kepada internasional dan kenaikan biaya pendanaan asing (lihat Bagian 1). Pertumbuhan perkembangan luar jangka menengah juga akan sangat bergantung kepada kemampuan pemerintahan negeri dan reformasi yang baru untuk menyelesaikan tantangan-tantangan reformasi struktural dan kebijakan dalam investasi infrastruktur utama. Dalam hal ini, potongan subsidi BBM yang baru negeri diumumkan dan usulan alokasi ulang belanja ke infrastruktur akan menjadi langkah awal yang penting, dengan penerapan yang efektif. 3. Dampak inflasi dari kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan bersifat sementara Hingga bulan Karena perlemahan Gambar 7: Inflasi relatif terkendali di kuartal Oktober, inflasi momentum pertumbuhan ketiga… masih tetap rendah pada kuartal ketiga 2014 dan (laju inflasi yoy, persen) karena pertumbuhan pengaruh dasar yang 12 mengalami menggembirakan, inflasi perlambatan… IHK (headline) berada pada 10 4,8 persen yoy pada bulan Pangan Oktober (Gambar 7). Pada 8 bulan November, IHK Headline meningkat 6,2 persen yoy, (IHK) diakibatkan adanya 6 peningkatan harga premium dan solar bersubsidi sebesar 4 Inti Rp 2.000 per liter pada tanggal 18 November (lihat 2 Kotak 2). Inflasi inti tetap Nov-11 Nov-12 Nov-13 Nov-14 terjaga walau sedikit Catatan: Gambar menggunakan data yang tersedia dengan 2012 mengalami peningkatan sebagai tahun dasar untuk inflasi inti dan pangan menjadi 4,2 persen di bulan Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia November. Kenaikan tarif listrik secara bertahap sejak bulan Juli 2014 sejauh ini hanya membawa pengaruh yang terbatas terhadap harga-harga konsumen. …namun tekanan Setelah turun secara signifikan antara bulan Januari dan Agustus 2014, inflasi harga pada harga bahan bahan pangan mulai mengalami peningkatan pada beberapa bulan terakhir menjadi pangan mulai 7,3 persen yoy di bulan November. Menurunnya produksi beras tahun ini akibat terlihat kekeringan dari El Niño mendorong terjadinya sedikit peningkatan dalam harga beras dalam negeri sejak bulan Juni.2 Namun sebagian tekanan harga itu dapat 2 Lihat Triwulanan edisi bulan Juli 2014 untuk penilaian mendetil dampak ekonomi dari kebakaran hutan bulan Februari-Maret 2014 terhadap ekonomi regional di Riau. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 5 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia diredam oleh impor beras yang dilakukan pemerintah, yang jumlahnya mencapai 425 ribu tons hingga saat ini. Harga-harga bahan pangan lainnya, kecuali cabai, mencatat penurunan di kuartal ketiga. Walau porsinya hanya kecil dalam keranjang konsumsi bahan pangan (sekitar 1,1 persen pada tahun 2007), harga cabai telah mengalami peningkatan sebanyak tiga kali lipat sejak akhir bulan Juni. Hal ini telah mendorong terjadinya kenaikan inflasi harga bahan pangan. Tabel 2: Pada kasus dasar (base case), PDB diproyeksikan akan tetap tumbuh sedikit di atas 5 persen pada tahun 2014 dan 2015 (persen perubahan, kecuali dinyatakan lain) Revisi pada Tahunan YoY pada Kuartal 4 Tahunan 2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016 2014 2015 1. Indikator ekonomi utama Jumlah pengeluaran konsumsi 5,2 5,2 4,8 5,0 5,4 5,4 4,6 5,0 0,3 0,1 Pengeluaran konsumsi swasta 5,3 5,5 4,9 5,2 5,3 5,5 4,8 5,3 0,5 0,0 Konsumsi pemerintah 4,9 3,3 4,4 3,3 6,4 5,1 3,4 3,2 -1,0 0,7 Pembentukan modal tetap bruto 4,7 4,7 4,9 6,1 4,4 3,9 5,9 6,1 0,0 -1,5 Ekspor barang dan jasa 5,3 -1,3 4,1 6,3 7,4 -3,2 6,0 6,3 -1,7 -2,4 Impor barang dan jasa 1,2 -3,5 3,0 5,9 -0,6 -4,1 4,6 6,5 -3,6 -2,2 Produk Domestik Bruto 5,8 5,1 5,2 5,5 5,7 5,0 5,3 5,5 -0,1 -0,3 2. Indikator eksternal Neraca pembayaran (USD miliar) -7,1 14,1 9,7 11,4 - - - 16,1 8,8 Saldo neraca berjalan (USD miliar) -29,1 -27,1 -27,1 -29,2 - - - -1,5 -3,5 Sebagai bagian dari PDB (persen) -3,3 -3,2 -2,8 -2,8 - - - -0,3 -0,4 Neraca perdagangan (USD miliar) -6,2 -3,5 -0,2 1,2 - - - -0,4 4,1 Saldo neraca finansial (USD miliar) 22,0 41,2 36,8 40,6 - - - 15,9 12,3 3. Indikator fiskal Pendapatan pem. pusat (% dari PDB) 15,7 15,0 14,5 - - - -0,4 - Belanja pem. pusat (% dari PDB) 18,0 17,4 16,5 - - - -0,8 - Neraca fiskal (% dari PDB) -2,3 -2,3 -2,0 - - - 0,5 - Neraca primer (% dari PDB) -1,1 -1,0 -0,7 - - - 0,4 - 4. Indikator ekonomi lainnya Indeks harga konsumen 6,4 6,4 7,5 5,2 8,0 6,3 6,5 5,3 0,6 2,6 Deflator PDB 4,4 6,4 7,6 5,3 7,1 6,6 6,4 5,3 0,7 2,3 PDB nominal 10,4 11,8 13,2 11,1 13,2 12,0 12,1 11,1 0,6 2,0 5. Asumsi ekonomi Kurs (IDR/USD) 10563 11800 12100 12100 - - - 0 300 Harga minyak mentah Indonesia (USD/barel) 106 98 85 86 - - - -8 -18 Pertumbuhan mitra dagang utama 3,5 3,8 3,8 3,8 - - - -0,2 -0,1 Catatan: Angka ekspor dan impor merujuk kepada volume dari neraca nasional. Kurs dan harga minyak mentah adalah asumsi dari rata-rata terakhir. Revisi adalah relatif dibanding proyeksi pada Triwulanan edisi bulan Juli 2014 Sumber: Kemenkeu; BPS; BI; CEIC; proyeksi Bank Dunia Laju inflasi Proyeksi laju rata-rata inflasi IHK tahunan untuk 2014 dan 2015 direvisi naik diproyeksikan akan masing-masing menjadi 6,3 persen dan 7,3 persen yoy, dengan memperhitungkan meningkat dalam pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi. Pada perkiraan dasar (base case), Bank jangka pendek Dunia memprediksikan bahwa reformasi harga BBM tidak akan membawa dampak karena peningkatan inflasi lebih jauh dari ada yang terjadi di jangka pendek, sebagaimana dengan harga BBM pemotongan subsidi BBM yang terjadi pada tahun 2013. Selain itu, pada tanggal 18 bersubsidi November, Bank Indonesia (BI) mengumumkan kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin (bersama-sama sejumlah langkah-langkah makro-prudensial tambahan), sebagai sinyal untuk membatasi ekspektasi inflasi. Rata-rata inflasi IHK tahunan diperkirakan akan turun menjadi 5,2 persen yoy pada tahun 2016, sedikit melampaui batas atas rentang sasaran BI (4 persen +/- 1 persen untuk 2015). Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 6 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 4. Penyesuaian neraca berjalan berlanjut secara bertahap dan aliran masuk modal menguat Kuartal ketiga tahun Penyesuaian eksternal Gambar 8: Defisit neraca berjalan sedikit menyempit dan 2014 menunjukan Indonesia berjalan aliran masuk portofolio dan FDI mengalir dengan deras penyusutan yang relatif lambat dan (saldo rekening utama neraca pembayaran, miliar dolar AS) moderat pada neraca umumnya dipengaruhi Neraca berjalan Investasi langsung Portofolio Investasi lain berjalan dan oleh besarnya tekanan Neraca keseluruhan Neraca dasar penguatan dalam impor, dengan 20 aliran penanaman penerimaan ekspor 15 modal langsung dan terus berada di bawah 10 obligasi pemerintah tekanan dari keadaan sektor komoditas. 5 Neraca berjalan 0 Indonesia sedikit menyempit pada -5 kuartal ketiga tahun -10 2014. Defisit turun menjadi 6,8 miliar dolar -15 Sep-11 Sep-12 Sep-13 Sep-14 atau 3,1 persen dari Catatan: Neraca dasar = investasi langsung + saldo neraca berjalan PDB, 1,0 poin Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia persentase dari PDB lebih rendah dari nilai musiman yang cukup tinggi yang mencapai 8,7 miliar dolar di kuartal kedua dan 0,8 poin persentase lebih rendah dari tingkatan tahun yang lalu (Gambar 8). Jumlah penerimaan ekspor terus menyusut karena lemahnya ekspor komoditas, walau secara umum lebih baik dibanding dengan kuartal-kuartal sebelumnya. Walau demikian, berlanjutnya tekanan dalam impor mendukung kembalinya posisi neraca perdagangan barang ke level positif menjadi 1,6 miliar dolar dari minus 126 juta dolar di kuartal kedua. Pendanaan eksternal untuk neraca berjalan dan amortisasi hutang mendapatkan dukungan dari masuknya aliran modal yang kuat, terutama dari kuatnya investasi langsung ke dalam negeri dan pembelian obligasi pemerintah oleh pihak asing. Ekspor komoditas Pertumbuhan ekspor barang-barang masih bertahan negatif pada -0,4 persen yoy di tetap lemah, kuartal ketiga 2014, dibanding -1,6 yoy di kuartal kedua. Kinerja lintas komoditas sementara ekspor secara individual mencatat hasil yang bercampur, namun secara umum komoditas manufaktur mulai tetap menjadi penghambat pertumbuhan ekspor, dengan kontribusi sebesar -5,5 meningkat, poin persentase terhadap penurunan ekspor barang-barang. Ekspor karet dan momentumnya batubara turun secara signifikan dikarenakan penurunan harga dan volume. Ekspor mulai menurun nikel dan tembaga sangat rendah karena sedikitnya volume akibat adanya larangan ekspor mineral mentah yang berlaku pada bulan Januari 2014. Ekspor LNG (liquefied natural gas) dan CPO (crude palm oil) meningkat, dimana kenaikan CPO didorong oleh kuatnya permintaan dari India (Gambar 9). Sebaliknya, ekspor bukan komoditas memberi kontribusi 5,0 poin persentase tinggi kepada pertumbuhan ekspor barang tahun-ke-tahun, mengimbangi sebagian perlemahan dalam komoditas. Sebagian didukung oleh depresiasi riil Rupiah, ekspor manufaktur mencatat pertumbuhan tahun-ke-tahun yang positif pada tahun 2014 (Gambar 10). Namun terdapat tanda- tanda perlemahan momentum pertumbuhan ekspor manufaktur pada beberapa bulan terakhir. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 7 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 9: Gambaran ekspor komoditas beragam, Gambar 10: Depresiasi Rupiah membantu ekspor namun keseluruhan tetap lemah pada kuartal 3/2014 manufaktur namun momentumnya mulai melambat (pertumbuhan nilai ekspor Juli-Agustus 2014 yoy, persen; uraian (3-bulan pada pertumbuhan 3-bulanan dan rata-rata bergerak menurut volume dan harga) pertumbuhan nilai ekspor manufaktur yoy 3-bulanan, persen; REER yoy persen perubahan) Manuf. exports, 3m/3m 50 price volume value Manuf. exports, 3mma yoy 15 REER depreciation (yoy, RHS) 15 30 10 10 10 5 -10 5 0 -30 0 -5 -50 -5 -10 -70 Rubber CPO Gas Coal Copper Nickel -10 -15 Nov-11 Jun-12 Jan-13 Aug-13 Mar-14 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BIS; BPS; perhitungan staf Bank Dunia Penurunan impor Impor barang turun sebesar 3,8 persen yoy pada kuartal ketiga 2014. Hal ini berlanjut karena mendorong kembalinya neraca perdagangan barang ke posisi positif. Perlemahan melemahnya pertumbuhan investasi (lihat Bagian 2) berkontribusi kepada penurunan impor permintaan investasi, bahan mentah dan barang modal, masing-masing sebesar 3,0 persen yoy dan 7.1 mendukung persen. Walau dengan momentum yang kuat pada konsumsi swasta, impor barang penyeimbangan konsumsi mencatat penurunan sebesar 3,8 persen yoy. Tampaknya hal ini eksternal jangka merupakan dampak dari peningkatan biaya impor barang yang disebabkan oleh pendek depresiasi Rupiah. Neraca finansial Saldo neraca modal dan finansial mencatat surplus yang besar hingga 13,7 miliar terus mencatat aliran dolar AS pada kuartal ketiga 2014, dibanding 14,3 miliar dolar AS pada kuartal modal masuk yang kedua 2014. Investasi langsung bersih meningkat 1,7 miliar dolar AS dibanding kuat di kuartal ketiga kuartal yang lalu, karena aliran masuk modal sebesar 7,4 miliar dolar AS yang berkat investasi merupakan nilai tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Para investor juga membeli langsung dari luar obligasi negara dalam mata uang asing dalam jumlah besar pada kuartal ketiga 2014, negeri dan yang menghasilkan aliran masuk modal sebesar 2,8 miliar dolar AS, termasuk pembelian obligasi diantaranya sekuritas pemerintah Indonesia dalam mata uang euro yang untuk negara pertama kalinya diterbitkan pada bulan Juli (sebesar 1 miliar euro) dan sukuk sejumlah 1,5 miliar dolar AS yang terjual pada bulan September. Permintaan investor asing akan sekuritas dalam mata uang rupiah masih tetap kuat, dengan total pembelian yang mencapai 3,7 miliar dolar AS. Secara keseluruhan, neraca pembayaran mencatat surplus sebesar 6,5 miliar dolar AS; cadangan bruto meningkat menjadi 111,2 miliar dolar AS pada akhir bulan September dan bertambah menjadi 112,0 miliar dolar AS pada bulan Oktober. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 8 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Bank Dunia Melihat ke depan, defisit Tabel 3: Proyeksi defisit neraca berjalan sebesar 3,2 memproyeksikan neraca berjalan persen dari PDB untuk 2014 dan 2,8 persen untuk 2015- penyempitan defisit diproyeksikan akan terus 2016 neraca berjalan menyempit secara (miliar dolar AS kecuali dinyatakan lain) Indonesia secara bertahap, menjadi 3,2  2013 2014 2015 2016 bertahap selama dua persen dari PDB pada Keseluruhan neraca -7,1 14,1 9,7 11,4 pembayaran tahun ke depan pada 2014 dan 2,8 persen pada -0,8 1,6 1,0 1,1 Sebagai % dari PDB skenario dasar tahun 2015 dan 2016. Neraca berjalan -29,1 -27,1 -27,1 -29,2 (baseline) Dibandingkan dengan Sebagai % dari PDB -3,3 -3,2 -2,8 -2,8 proyeksi pada Triwulanan Neraca perdag. barang 5,8 7,0 9,2 11,7 bulan Juli 2014. Saldo Neraca perdag. Jasa -12,1 -10,5 -9,4 -10,5 neraca berjalan Pendapatan -27,0 -28,3 -32,8 -36,6 diproyeksikan akan turun Transfer 4,2 5,1 5,9 6,2 Neraca finansial dan sebesar 0,3 poin modal 22,0 41,2 36,8 40,6 persentase pada 2014 dan Sebagai % dari PDB 2,5 4,8 3,9 3,8 0,4 poin persentase pada Investasi langsung 12,2 16,2 17,7 21,0 2015. Bank Dunia saat ini Investasi portofolio 10,9 26,1 13,5 14,0 memperkirakan bahwa Derivatif keuangan -0,3 -0,2 -0,2 -0,2 Investasi lain 2,6 4,8 5,8 5,8 proses penyesuaian eksternal Indonesia akan Catatan:    Neraca dasar -16,9 -10,9 -9,4 -8,2 berjalan lebih lama dari Sebagai % dari PDB -1,9 -1,3 -1,0 -0,8 perkiraan sebelumnya, Catatan: Neraca dasar = saldo neraca berjalan + FDI bersih karena keterbatasan Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia perkembangan yang tercatat hingga saat ini dan revisi prospek dunia sebagaimana yang dibahas pada Bagian 1. “Neraca dasar”, yang merupakan jumlah saldo neraca berjalan dan investasi langsung, diproyeksikan akan terus berada pada posisi negatif sepanjang proyeksi, sedikit menurun dari -1,3 ke -0,8 persen dari PDB antara tahun 2014 dan 2016. Hal ini menunjukkan berlanjutnya ketergantungan kepada dana bersih dari luar negeri, termasuk neraca berjalan, permintaan pendanaan dari aliran portofolio dan investasi lainnya yeng bersifat berubah-ubah (volatile). Selain itu, kebutuhan pendapatan bruto Indonesia dari luar negeri, yaitu jumlah defisit neraca berjalan dan amortisasi hutang luar negeri, tetap tinggi selama tiga kuartal pertama tahun 2014, mencapai sekitar 77 miliar dolar AS (12 persen dari PDB). 5. Kondisi pendanaan sektor swasta masih tetap ketat Kondisi pendanaan Tabungan dan kredit dalam negeri tumbuh melambat pada kuartal ketiga 2014, sektor swasta dengan hanya sedikit pendorong pembalikan tren dalam jangka pendek. Pada paruh semakin mengetat pertama tahun ini, pinjaman luar negeri sampai pada batas tertentu mendukung dan tampaknya tidak akses sektor swasta terhadap pendanaan. Namun kondisi kredit dalam dan luar akan membaik negeri mengetat pada kuartal ketiga. Selain itu biaya pendanaan luar negeri dalam jangka diperkirakan akan meningkat dan langkah-langkah peraturan perundangan telah pendek diambil untuk membatasi paparan eksternal. Rupiah terus Sejalan dengan menguatnya dolar AS secara keseluruhan (lihat Bagian 1), Rupiah terdepresiasi melemah sebesar 6,1 persen terhadap dolar AS antara akhir bulan Juli dan 2 terhadap dolar AS Desember, namun meningkat 9,6 persen terhadap Yen yang melemah dan 2,4 sejak Juli, tetapi persen terhadap Euro. Sebagai akibatnya, kurs tukar efektif riil (real effective exchange menguat secara riil rate, REER) Indonesia (perdagangan-tertimbang/trade-weighted) tetap relatif stabil, hingga Oktober dengan apresiasi tipis sebesar 0,3 persen, selama bulan Juli-Oktober (dan naik lebih besar pada 4,2 persen selama tahun 2014 hingga bulan Oktober), menurut data BIS Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 9 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Bank for International Settlements) data. Sejalan dengan tren-tren terakhir dalam gejolak Rupiah, Bank Indonesia menerbitkan peraturan baru tentang transaksi valuta asing pada tanggal 18 September. Peraturan itu mengubah daftar aset-aset dasar yang dapat digunakan dan pembatasan pemberian kredit untuk transaksi derivatif.3 Harga ekuitas dan Harga ekuitas dan obligasi mencatat tren yang meningkat pada kuartal keempat, obligasi Indonesia mendorong IHSG naik 19,4 persen, dan menurunkan yield obligasi dalam negeri menguat dalam sebesar 33-70 basis poin untuk obligasi yang jatuh tempo dalam 1-10 tahun, selama beberapa bulan tahun 2014 hingga tanggal 2 Desember. Pembelian asing bersih terhadap ekuitas terakhir, dan Indonesia mencatat perlemahan pada beberapa bulan terakhir, mencapai Rp 6,4 pembelian asing triliun (562 juta dolar AS) selama paruh kedua 2014 hingga tanggal 2 Desember, bersih terhadap setelah dibuka dengan kuat pada paruh pertama tahun berjalan dengan aliran masuk obligasi terus modal bersih sebesar Rp 44,1 triliun (3,8 miliar dolar AS). Minat investor asing berlanjut terhadap obligasi negara jauh lebih kuat, dengan pembelian sebesar Rp 126,1 triliun (10,3 miliar dolar AS) untuk obligasi negara sejauh ini, dengan Rp 67,8 triliun (5,5 miliar dolar AS) tercatat selama paruh kedua hingga tanggal 2 Desember. Kredit bank terus Pertumbuhan kredit bank mencatat penurunan hingga bulan Agustus karena melemah pada pembatasan pendanaan antar sejumlah bank dan kemungkinan peningkatan kuartal 3 tahun 2014, perhatian bank kepada risiko-risiko terhadap kualitas aset yang dapat meningkatkan dengan perlambatan kredit macet (non-performing loan/NPL). Pertumbuhan kredit pada bulan Agustus kredit investasi yang mencapai 13,5 persen, turun dari 20,9 persen pada bulan Januari. Pertumbuhan terlihat dengan kredit riil (setelah dikurangi IHK) adalah 9,1 persen yoy, turun dari 11,8 persen pada sangat jelas bulan Januari. Kredit investasi, yang merupakan 24 persen dari jumlah kredit pada bulan Agustus, mencatat penurunan pertumbuhan yang paling besar dari 34,1 persen yoy pada bulan Januari menjadi 16,9 persen yoy pada bulan Agustus (Gambar 11). Kualitas kredit yang diukur dengan NPL telah meningkat sejak bulan Oktober, walau rasio NPL pada 2,3 persen masih tetap lebih tinggi 0,5 poin persentase dibanding rasio pada bulan Januari. Pertumbuhan total Pada sisi pendanaan, pertumbuhan simpanan secara keseluruhan terus menurun simpanan pada bank karena perlambatan pada pertumbuhan rekening giro walau terdapat peningkatan semakin melambat pertumbuhan pada deposito selama 12 bulan terakhir (karena kenaikan bunga pada kuartal 3, walau deposito) (Gambar 12). Selain itu, pertumbuhan simpanan bank pada Bank deposito meningkat Indonesia juga melambat, yang menunjukkan bahwa kondisi likuiditas masih tetap ketat. Untuk menurunkan persaingan antar bank dalam mendapatkan dana pihak ketiga dan karenanya menurunkan biaya pendanaan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberlakukan pembatasan sementara pada bunga deposito. Bank Indonesia BI mengumumkan kenaikan suku bunga BI sebesar 25 basis poin menjadi 8.0 menaikkan suku persen pada tanggal 19 November setelah mengadakan rapat Dewan Gubernur, bunga BI setelah untuk menanggapi kenaikan harga BBM bersubsidi dan mengendalikan perkiraan kenaikan harga BBM inflasi. Namun Bank Indonesia mempertahankan suku bunga deposito tetap pada bersubsidi, dan 5,75 persen, untuk mempertahankan likuiditas perbankan. Selain itu BI juga mengumumkan mengumumkan niatnya untuk meningkatkan kondisi kredit dalam negeri dengan langkah-langkah memberikan insentif kepada bank-bank untuk mendorong kredit ke usaha kecil dan pendukung menengah. Selain itu BI memperluas definisi simpanan dalam perhitungan rasio likuiditas bank dan kredit terhadap dana simpanan nasabah (loan to deposit ratio) dengan menyertakan kondisi kredit sekuritas yang diterbitkan oleh bank-bank, sehingga mempeluas ruang bagi pemberian pinjaman. 3 Peraturan Bank Indonesia 16/16/PBI/2014 dan 16/17/PBI/2014. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 10 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 11: Perlambatan pertumbuhan kredit Gambar 12: Penurunan pertumbuhan rekening giro berlanjut, terutama pinjaman investasi menyebabkan pengetatan kondisi likuiditas bank (pertumbuhan yoy, persen) (persen) 40 35 Pertumbuhan rekening giro 14 Investasi 35 30 Tingkat pertumbuhan 12 rekening giro berjangka 3 30 25 bulan (kanan) 10 25 Modal Kerja 20 8 20 15 6 Konsumen 15 10 4 Pertumbuhan rekening 10 5 giro berjangka 2 5 0 0 0 -5 -2 Aug-11 Feb-12 Aug-12 Feb-13 Aug-13 Feb-14 Aug-14 Aug-11 Feb-12 Aug-12 Feb-13 Aug-13 Feb-14 Aug-14 Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Pinjaman luar negeri Dalam beberapa bulan Gambar 13: Pertumbuhan kredit dalam dan luar negeri untuk sementara terakhir, perusahaan kepada perusahaan bukan keuangan telah menurun mengimbangi bukan finansial 4 (kenaikan bersih kuartalan, triliun Rp) penurunan kredit menghadapi kondisi kredit 180 Pinjaman dari luar negeri dalam negeri kepada yang lebih ketat, baik yang Kredit dalam negeri 160 sektor swasta pada berasal dari dalam Obligasi dalam negeri paruh pertama 2014, maupun luar negeri. Laju 140 namun juga pertumbuhan kredit bank 120 mencatat pengetatan dalam negeri, obligasi 100 pada kuartal ketiga dalam negeri dan hutang 80 luar negeri bagi sektor korporasi bukan keuangan 60 mencatat penurunan 40 berkelanjutan sejak bulan 20 Januari. Kredit luar negeri 0 berperan sebagai Jun-13 Dec-13 Jun-14 pengganti kredit dalam Catatan: Hutang luar negeri termasuk perjanjian pinjaman, surat negeri di kuartal kedua hutang dan hutang usaha 2014, namun kondisi ini Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia hanya berlangsung sementara dan kembali berbalik pada kuartal ketiga. Selain itu, peningkatan pertumbuhan tahun ke tahun (year on year) hutang luar negeri (dalam Rupiah sebagian disebabkan depresiasi mata uang yang signifikan sejak pertenghan 2013. Sebagai cerminan dari perhatian kepada kenaikan hutang luar negeri sektor swasta bukan keuangan pada beberapa tahun terakhir (naik dari 95,5 miliar dolar AS atau 11,2 persen dari PDB pada akhir tahun 2012 ke 118,4 miliar dolar AS atau 14,6 persen dari PDB pada bulan September 2014), BI menerbitkan peraturan kehati- hatian yang baru tentang pengelolaan hutang luar negeri.5 Mulai tanggal 1 Januari 2015 Bank Indonesia mengharuskan perusahaan bukan keuangan untuk memenuhi rasio lindung nilai (hedging), rasio likuiditas dan peringkat kredit yang telah ditetapkan. 4 Statistik BI untuk perusahaan bukan keuangan sektor swasta termasuk BUMN. 5 Peraturan Bank Indonesia No 16/20/PBI/2014 yang diterbitkan pada tanggal 28 Oktober 2014. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 11 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 1: Indeks Kondisi Keuangan Indonesia menunjukkan pengetatan sejak kuartal ketiga 2013 Pemantauan dan penilaian kondisi keuangan yang akurat dan tepat waktu merupakan masukan yang penting dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi makro yang sehat. Indeks Kondisi Keuangan (Financial Conditions Index, FCI) yang diestimasi dengan beberapa variabel keuangan, adalah salah satu cara untuk memberikan gambaran yang lebih menyeluruh tentang kondisi keuangan secara agregat dibanding melihat masing-masing indikator secara rangkaian. Menurut perkiraan FCI untuk Indonesia, kondisi keuangan umumnya netral pada tahun 2013 dan telah mengetat secara signifikan sejak penjualan besar- besaran aset negara berkembang (emerging market) pada tahun 2013 dan tanggapan kebijakan BI. FCI yang diuraikan pada kotak ini diestimasi menggunakan vektor autoregresi, mengikuti metode Osorio et al. (2011)1, dengan menggunakan variabel-variabel berikut: pertumbuhan PDB riil, BI rate, rata-rata tertimbang suku bunga kredit perbankan, pertumbuhan kredit, IHSG, kurs tukar riil efektif (real effective exchange rate, REER) dan selisih (spread) obligasi Indonesia yang diukur oleh Indeks Obligasi Pasar Berkembang Dunia JP Morgan (Emerging Market Bond Index Global, EMBIG). Indeks FCI dihitung dengan jumlah tertimbang variabel keuangan standar (dengan masing-masing bobot berasal dari proyeksi dampak setiap variabel selama empat kuartal terhadap pertumbuhan PDB riil). Perkiraan bobot adalah: BI rate -0,11, suku bunga pinjaman perbankan -0,31, pertumbuhan kredit 0,0004, IHSG 0,31, REER 0,0016 dan EMBIG 0,0007. Nilai nol untuk FCI berarti kondisi keuangan yang netral, sementara nilai positif dan negatif masing-masing berarti kondisi yang longgar dan ketat. Bobot negatif menunjukkan bahwa peningkatan BI Rate dan suku bunga kredit perbankan terkait dengan kondisi keuangan yang lebih ketat. Sebaliknya, peningkatan pertumbuhan kredit, IHSG dan selisih (spread) EMBIG terkait dengan peningkatan ketersediaan pendanaan dalam dan luar negeri dan karenanya keadaan yang lebih longgar. Depresi REER terkait dengan keadaan yang lebih ketat, sejalan dengan dampak dari kenaikan biaya layanan hutang luar negeri atau lebih dikenal dengan balance-sheet effect (yaitu lebih sulitnya akses kepada pinjaman luar negeri ketika kurs mata uang mengalami depresiasi, karena peningkatan pengaruh hutang luar negeri). Kondisi keuangan mengalami pengetatan sejak pertengahan 2013 (Gambar 14), yang terutama didorong oleh peningkatan suku bunga kredit perbankan dan penurunan IHSG. Hal ini diikuti dengan pengumuman kemungkinan penurunan pembelian aset-aset oleh Bank Sentral Amerika, dan pengetatan kebijakan moneter Indonesia. BI Rate meningkat sebesar 100 basis poin antara bulan Juli 2013 dan September 2014, dengan suku bunga kredit perbankan meningkat rata-rata sebesar 91 basis poin pada periode yang sama. Pertumbuhan kredit juga turun dari 22,4 persen ke 13,5 persen yoy antara bulan Juli 2013 dan Agustus 2014, dan REER mencatat depresiasi sebesar 16,4 persen pada paruh kedua tahun 2013. Dengan menggunakan data terakhir, FCI menunjukkan kondisi keuangan yang sedikit longgar pada kuartal ketiga 2014 dibanding kuartal kedua, terutama karena perbaikan kinerja IHSG dan apresiasi REER. Kondisi keuangan yang lebih ketat di Indonesia yang terlihat selama tahun yang lalu dikaitkan dengan lambatnya pertumbuhan PDB. Hubungan yang positif antara FCI dan pertumbuhan PDB juga terlihat jelas pada tahun yang lalu (Gambar 15). Secara keseluruhan, FCI tampaknya menjadi indikator utama yang baik untuk pertumbuhan PDB riil tahun-ke-tahun. Gambar 14: Kenaikan suku bunga dan perlemahan Gambar 15: FCI tampaknya merupakan indikator aliran masuk modal memperketat kondisi keuangan utama yang baik untuk pertumbuhan PDB (pertumbuhan yoy, persen) (pertumbuhan PDB riil yoy, persen; indeks FCI) BIR Lending rate 2 Credit JCI 4 8 REER EMBIG 3 Pertumbuhan PDB riil, kanan 7 FCI 1 2 6 1 5 0 0 4 -1 3 FCI -1 -2 2 -3 1 -2 -4 0 2005Q3 2008Q3 2011Q3 2014Q3 2005Q3 2008Q3 2011Q3 2014Q3 Sumber: CEIC; JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: 1 Lihat Osorio, C., R. Pongsaparn dan D.F. Unsal, 2011, “A Quantitative Assessment of Financial Conditions in Asia”, IMF Working Paper No. 11/170.2 Gumata dkk., 2012, dan Kara dkk., 2012, mendapat hasil yang sama dengan REER pada kasus-kasus pada masing-masing Afrika Selatan dan Turki. Lihat Gumata, N., Klein, N. dan Ndou, E., 2012, “A Financial Condition Index for South Africa”, IMF Working Paper No. 196; dan Kara, H., Özlü, P. dan ÜnalmÖû, D., 2012 “ Financial Conditions Indices for the Turkish Economy” CBT Research Notes in Economics, No. 2012-31. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 12 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 6. Harga BBM bersubsidi telah dinaikkan dan pertumbuhan penerimaan melemah Belanja subsidi BBM Langkah pemerintah dalam meningkatkan harga BBM bersubsidi mulai tanggal 18 yang lebih rendah November merupakan langkah yang penting untuk membatasi tekanan belanja dan memberi keringanan memberikan ruang fiskal yang sangat dibutuhkan bagi pengeluaran pembangunan. yang sangat Belanja publik untuk infrastruktur turun dengan tajam pada tahun 2014, dan dibutuhkan, prospek ekonomi jangka pendek maupun menengah akan sangat terpengaruh oleh sementara tekanan sejauh mana kuantitas dan kualitas belanja pada bidang ini kembali ditingkatkan. penerimaan menjadi Pada sisi penerimaan, pertumbuhan melambat sehingga Bank Dunia memperkirakan perhatian bahwa penerimaan akan turun menjadi 15 persen dari PDB pada tahun 2014. Kinerja yang relatif lemah ini dibahas di bawah dalam konteks data fiskal terbaru, dan pada Bagian B.1, yang membahas pendorong penerimaan fiskal untuk jangka yang lebih panjang dan prospek kedepannya. Penerimaan tahun Dalam sepuluh bulan pertama tahun 2014, penerimaan mencatat laju pertumbuhan berjalan tetap lemah, moderat, seperti terlihat sejak tahun 2012 (Gambar 16; juga lihat kotak 2 pada walau penerimaan Triwulanan edisi bulan Juli 2014). Walau dengan penurunan harga dan volume migas meningkat produksi minyak dunia (lihat Kotak 4), pungutan penerimaan migas (baik pajak karena depresiasi pendapatan maupun royalti) mencatat perbaikan, karena depresiasi kurs tukar Rupiah Rupiah terhadap dolar AS. Pada saat yang sama, pertumbuhan pajak konsumsi dan pajak perdagangan internasional secara tahun-ke-tahun mencatat penurunan. Secara keseluruhan, jumlah penerimaan tahun 2014 hingga bulan Oktober mencatat pertumbuhan tipis menjadi 10,8 persen yoy dari 10,2 persen yoy pada periode yang sama tahun yang lalu, dengan pertumbuhan yang lebih rendah secara signifikan dibanding laju pertumbuhan PDB nominal. Gambar 16: Perlemahan penerimaan pajak berlanjut Gambar 17: Penerimaan terkait migas mendukung pada sepuluh bulan pertama 2014, sementara jumlah penerimaan, mengimbangi turunnya pungutan bukan pajak meningkat pertumbuhan pajak konsumsi… (pertumbuhan yoy, persen) (kontribusi ke jumlah pertumbuhan penerimaan yoy, poin persentase) Penerimaan pajak Penerimaan SDA-non-migas 35 Perdagangan Internasional Penerimaan bukan pajak 25 Penerimaan total Cukai 30 PPN/PPh 20 25 Pajak pendapatan non-migas Penerimaan terkait dengan migas 20 15 18.2 19.2 15 10 10 10.9 10.2 10.8 5 5 0 0 Jan - Oct Jan - Oct Jan - Oct Jan - Oct Jan - Oct Jan - Oct Jan - Oct Jan - Oct Jan - Oct Jan - Oct 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 -5 Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Penurunan Selama bulan Januari-Oktober 2014, jumlah pajak pertambahan nilai (PPN), pajak pertumbuhan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) dan cukai hanya meningkat sebesar 7,1 persen konsumsi umumnya yoy (nilai terendah dalam lima tahun), dibanding 14,1 persen pada 2013 dan 26,4 sejalan dengan persen pada 2012. Sebagai akibatnya, PPN/PPnBM hanya berkontribusi sebesar 1,9 Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 13 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia perlambatan poin persentase yoy terhadap total peningkatan penerimaan sebesar 10,8 persen pertumbuhan pada sepuluh bulan pertama 2014 (Gambar 17). Kontribusi pajak cukai, pada 0,6 belanja nominal… poin persentase, juga lebih rendah pada tahun ini. Pertumbuhan konsumsi swasta nominal yang sedikit lebih lambat pada tiga kuartal pertama 2014 (11,9 persen) dibanding periode yang sama tahun lalu (12,5 persen) mungkin merupakan faktor yang berkontribusi, terutama PPN dalam negeri. Sebaliknya, PPN dari impor, yang dipengaruhi oleh depresiasi Rupiah, mencatat pertumbuhan yang sedikit lebih tinggi pada tahun 2014 (10,2 persen yoy) dibanding tahun 2013 (8,3 persen), namun masih lebih rendah secara signifikan dibanding pertumbuhan pada tahun 2011 dan 2012 (rata-rata sebesar 24,4 persen). …namun dapat juga Selain faktor ekonomi makro di atas, pungutan PPN selama tahun 2014 mungkin dipengaruhi oleh terkena dampak dari peningkatan batas pendaftaran PPN dari Rp 600 juta ke Rp 4,8 perubahan kebijakan miliar dari omset kena pajak tahunan,6 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari PPN dan pajak cukai 2014. Selain itu, menurut Kementerian Keuangan, pembayaran restitusi PPN pada sepuluh bulan pertama 2014 adalah 38,0 persen lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu. Kinerja pajak cukai mungkin terkena dampak pemberlakuan pajak daerah baru sebesar 10 persen dari nilai cukai untuk sejumlah rokok pada tanggal 1 Januari 2014,7 dan dengan peringatan kesehatan baru pada kemasan rokok,8 hingga sejauh mana halangan terhadap konsumsi dapat mengimbangi kenaikan harga dan cukai tembakau. Perubahan kebijakan Walau dengan penurunan harga komoditas non-migas, pajak penghasilan dari sektor terakhir mungkin non-migas mencatat pertumbuhan yang sedikit lebih tinggi secara yoy pada tahun juga mempengaruhi 2014 (8,9 persen) dibanding 2013 (7,0 persen) dan 2012 (8,4 persen), sejalan dengan struktur penerimaan laju pertumbuhan PDB nominal pada periode yang sama. Namun struktur pajak ini pendapatan non- mengalami perubahan. Pungutan pajak penghasilan perorangan P dari upah dan gaji migas (menurut Pasal 21 dari UU Pajak Penghasilan tahun 1983)9 mulai meningkat tahun ini, setelah mencatat penurunan pada tahun 2013 yang terutama disebabkan oleh peningkatan batas penghasilan tidak kena pajak pada bulan Januari 2013. Pada sisi lain, pungutan pajak penghasilan badan (Pasal 25/29) mencatat penurunan, tampaknya karena rendahnya harga komoditas, dan juga dampak dari penerapan larangan sebagian ekspor mineral pada bulan Januari 2014.10 Freeport, produsen tembaga terbesar di Indonesia dan salah satu pembayar PPh badan terbesar, menunda ekspornya setelah peraturan tersebut berlaku, sehingga mempengaruhi pungutan PPh badan selama periode tersebut.11 Peraturan lanjutan yang mempengaruhi kinerja PPh badan sejak tahun 2013 adalah penerapan pajak final 1 persen dari saldo bruto tahunan dari tanggal 1 Juli 2013, dan perusahaan dengan omset bruto tidak lebih dari Rp 4.8 miliar tidak lagi membayar PPh badan (atau PPN).12 Penyerapan belanja Pada sisi pengeluaran, pencairan anggaran secara keseluruhan hingga akhir bulan modal masih tetap Oktober 2014 mencatat peningkatan dibanding tahun-tahun yang lalu, terutama rendah dalam didorong oleh kenaikan belanja subsidi energi. Namun belanja modal mencatat sepuluh bulan kinerja yang rendah, dengan tingkat realisasi yang hanya mencapai 38 persen dari pertama tahun 2014 alokasi APBN-P. Tingkat pencairan belanja modal ini berada jauh di bawah tingkat 6 Peraturan Kementerian Keuangan No. 197/PMK.03/2013. 7 Peraturan Kementerian Keuangan No. 115/PMK.07/2013. 8 Peraturan Kementerian Kesehatan No. 28/2013. 9 UU No.7/1983 10 Peraturan Kementerian Keuangan No. 1/2014. 11 Freeport melanjutkan eksporr tembaganya pada bulan Agustus. 12 Peraturan Kementerian Keuangan No. 28/2013. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 14 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia pencairan anggaran pada tahun 2012 dan 2013 (Tabel 4). Secara nominal, belanja modal sesungguhnya mencatat penurunan (negatif) untuk pertama kali dalam beberapa tahun terakhir (sebesar 18 persen yoy). Selain masih menghadapi tantangan pelaksanaan anggaran yang tetap bertahan seperti pembebasan tanah, perubahan APBN yang cukup besar pada pertengahan 2014, transisi ke pemerintahan yang baru dan potensi kekhawatiran terhadap defisit anggaran secara keseluruhan, juga memperlambat pelaksanaan proyek-proyek belanja modal. Tabel 4: Penyerapan belanja modal tahun 2014 masih rendah namun besarnya belanja subsidi energi berkontribusi terhadap kenaikan pencairan anggaran secara keseluruhan Jan-Okt Jan-Okt (persen APBN-P) (pertumbuhan nominal yoy, persen) 2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014 Total pengeluaran 67,7 69,3 71,7 75,3 22,1 20,0 15,4 14,1 Pemerintah Pusat, terdiri dari: 63,7 63,7 67,6 72,6 25,0 17,9 18,7 15,0 Pegawai 79,8 79,4 80,5 78,6 19,9 15,5 11,2 8,5 Barang 50,9 53,2 47,3 63,3 16,2 18,7 13,3 15,7 Modal 38,4 41,9 45,4 38,4 37,8 36,3 18,6 -18,4 Subsidi energi 84,4 90,9 87,9 92,6 83,8 11,6 38,1 27,8 Subsidi non-energi 46,9 70,5 49,6 57,0 1,0 53,1 -20,6 25,6 Sosial 46,7 62,0 79,6 81,4 -18,4 39,5 23,1 9,2 Transfer ke daerah 76,6 81,7 81,1 80,9 17,1 23,8 9,8 12,4 Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 15 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 2: Kenaikan harga BBM bersubsidi yang terakhir diperkirakan akan menghasilkan penghematan fiskal yang signifikan mulai tahun 2015 dan seterusnya Pada tanggal 17 November 2014, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter menjadi Rp 8.500 untuk premium (naik 31 persen) dan Rp 7.500 untuk solar (naik 36 persen) (Gambar 18). Hal ini adalah langkah positif yang dapat membantu meringankan sebagian tekanan fiskal pada tahun 2014 dan, secara lebih signifikan, memperluas ruang fiskal untuk meningkatkan belanja terhadap prioritas pembangunan pada tahun 2015 dan selanjutnya (Gambar 19). Dampak terhadap rumah tangga miskin dan rentan dilindungi melalui program-program bantuan sosial dan bantuan uang tunai sementara (lihat Bagian 7). Kenaikan harga BBM mengikuti kenaikan tarif listrik untuk pelanggan yang lebih mampu pada tahun 2014 dan langkah-langkah lain untuk menghemat pengeluaran yang diumumkan pada paruh pertama tahun berjalan, termasuk langkah-langkah peningkatan efisiensi seperti pemotongan belanja barang-barang yang hampir mencapai Rp 50 triliun yang termasuk dalam APBN-P tahun 2014 (lihat Triwulanan edisi bulan Juli 2014). Bank Dunia memproyeksikan penghematan yang dapat dicapai, dibanding dengan skenario dasar (baseline) tanpa penyesuaian harga BBM, dapat melampaui Rp 100 triliun pada tahun 2015, atau mendekati Rp 650 triliun secara kumulatif hingga 2019. Menurut laporan media, Pemerintah hendak mengalokasikan 60 persen dari penghematan fiskal untuk proyek-proyek infrastruktur dalam usulan APBN-P tahun 2015, namun pembahasan internal pemerintah masih berlangsung.1 Pemanfaatan tambahan fiskal ini secara efektif untuk mulai menutup kesenjangan infrastruktur pada tahun APBN berikutnya akan membutuhkan perencanaan dan pelaksanaan yang cepat dan lebih baik. Namun berlanjutnya pendekatan penyesuaian harga yang dilakukan secara ad-hoc (hanya sekali) tetap membiarkan risiko-risiko fiskal yang besar terhadap anggaran karena perubahan ekonomi makro. Sebagai contoh, peningkatan harga BBM bersubsidi sebesar 33 persen pada bulan Juni 2013 yang diproyeksikan akan membawa penghematan fiskal yang signifikan ternyata hilang dengan cepat karena depresiasi Rupiah. Karenanya, seperti disoroti oleh Menteri Keuangan, sangat penting untuk menggunakan penyesuaian harga yang baru dilakukan sebaik mungkin, termasuk dengan memanfaatkan rendahnya harga minyak di pasar, dan bergerak menuju mekanisme penetapan harga berdasarkan aturan untuk mengamankan penghematan fiskal tersebut kedepannya.2 Mekanisme penetapan harga alternatif tersebut telah dilaksanakan oleh Indonesia sebelumnya dan juga oleh negara-negara lain (seperti Malaysia3). Gambar 18: Kenaikan harga BBM bersubsidi Gambar 19: …memberikan potensi penghematan memperkecil selisih dengan harga pasar… fiskal untuk tahun 2015 dan selanjutnya (harga Pertamax non-subsidi dan premium bersubsidi, Rp per (Rp triliun) liter) 14,000 Harga Pertamax 350 USD/Rp tidak bersubsidi 12,000 300 Subsidi BBM tanpa reformasi 10,000 250 Subsidi BBM dengan 8,000 Harga Premium 200 reformasi bersubsidi 6,000 150 4,000 Kesenjangan 100 Proyeksi subsidi penghematan 2,000 50 fiskal 0 0 Jan-08 Mar-09 May-10 Jul-11 Sep-12 Nov-13 2008 2010 2012 2014 2016 2018 Catatan: Kesenjangan subsidi ditunjukan sebagai ukuran indikatif Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia karena Pertamax memiliki oktan yang lebih tinggi Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Catatan:1 http://www.thejakartapost.com/news/2014/11/27/govt-allocate-60-fiscal-savings-infrastructure.html 2 http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141125110516-78-13649/pemerintah-terapkan-subsidi-bbm-tetap-di-2015 3 http://m.themalaymailonline.com/malaysia/article/putrajaya-to-roll-back-all-subsidies-for-ron95-petrol-diesel-next-month 4 http://en.tempo.co/read/news/2014/11/20/056623219/Govt-Raises-Fuel-Hike-Compensation-Budget Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 16 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia APBN 2015, yang APBN 2015 yang dirumuskan dan dibahas oleh pemerintahan dan DPR yang lalu disetujui pada akhir disetujui akhir bulan September 2014. APBN yang telah disahkan memproyeksikan bulan September defisit fiskal sebesar 2,2 persen dari PDB untuk tahun 2015, sedikit lebih rendah dari 2014, diperkirakan perkiraan defisit sebesar 2,4 persen untuk tahun 2014. Namun APBN tersebut dapat akan direvisi pada dianggap sebagai “anggaran sementara”, karena tidak mencerminkan prioritas kuartal pertama pemerintahan yang baru seperti infrastruktur ketahanan pangan dan maritim dan tahun 2015 jaminan sosial, dan disetujui sebelum penyesuaian harga BBM. Selain itu, asumsi- asumsi yang digunakan pada APBN yang disetujui itu juga relatif optimistik (seperti asumsi pertumbuhan PDB sebesar 5,8 persen dan proyeksi rata-rata inflasi sebesar 4,4 persen yoy), dan membutuhkan penyesuaian agar sejalan dengan perkembangan dinamika ekonomi. APBN yang disetujui itu diperkirakan akan direvisi pada kuartal pertama tahun 2015. Aspek yang penting dari revisi tersebut adalah realokasi bagian dari penghematan fiskal dari kenaikan BBM bersubsidi ke sektor-sektor prioritas, seperti infrastruktur, kesehatan dan jaminan sosial, termasuk program kompensasi dan untuk menurunkan defisit fiskal 2015. Rencana Dalam hal kebutuhan pendanaan, pada awal bulan November pemerintah telah pembiayaan mencapai sasaran penerbitan sekuritas untuk tahun 2014 sebesar Rp 428,1 triliun. pemerintah dengan Pada APBN 2015 yang berlaku, rencana pendanaan bruto dengan sekuritas akan surat hutang pada tetap relatif stabil (pada Rp 431 triliun). Selain itu, untuk menurunkan beban bunga, tahun 2014 telah pemerintah hendak memperpendek rata-rata jangka jatuh tempo dari obligasinya tercapai pada bulan menjadi 8-9 tahun dari rata-rata sebesar 9,9 tahun pada saat ini.13 Untuk November mengantisipasi kenaikan biaya bunga dalam dolar AS pada tahun 2015 dan risiko penurunan aliran masuk modal ke negara berkembang (emerging market), pemerintah akan semakin mendiversifikasi penerbitan hutang luar negeri, termasuk mempertimbangkan jangka jatuh tempo selama 5-10 tahun. Bank Dunia Bank Dunia merevisi turun proyeksi defisit fiskalnya untuk tahun 2014 dari 2,8 memproyeksikan persen dari PDB (Triwulanan bulan Juli 2014) ke 2,3 persen (Tabel 5), untuk defisit fiskal sebesar memperhitungkan tren-tren ekonomi makro yang terakhir (terutama penurunan 2,3 persen untuk harga minyak yang cukup besar belakangan ini), tingkat penyerapan anggaran, 2014, dan 2,0 persen penurunan penerimaan, dan perubahan kebijakan penerimaan dan pengeluaran yang dari PDB untuk 2015 telah disinggung di atas. Untuk tahun 2015, Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal untuk asumsi dasar (baseline) akan mencapai 2,0 persen dari PDB (atau 2,4 persen setelah memperhitungkan tunggakan subsidi BBM sebesar Rp 45 triliun). Sejalan dengan pengumuman pemerintah baru-baru ini, proyeksi-proyeksi tersebut mengasumsikan mengarahkan ulang sebagian penghematan fiskal dari kenaikan harga BBM bersubsidi ke sektor-sektor yang diprioritaskan seperti infrastruktur, kesehatan dan jaminan sosial, termasuk langkah-langkah kompensasi. Selain itu, proyeksi Bank Dunia mengasumsikan bahwa sebagian penghematan fiskal akan digunakan untuk menurunkan defisit fiskal tahun 2015. Pemerintah juga mengisyaratkan komitmen yang kuat untuk melanjutkan penghematan belanja konsumsi, termasuk penghematan belanja untuk rapat dan perjalanan dinas sebesar Rp 16 triliun, dan langkah-langkah yang lebih simbolik seperti tidak membeli mobil baru untuk kementerian.14 13 Menurut Direktur Pengelolaan Utang pada Kementerian Keuangan, biaya layanan hutang pemerintah pada tahun 2014 berjumlah Rp 121,3 triliun (10 miliar dolar AS), kenaikan sebesar 7,7 persen dari tahun lalu. Pada 8,3 persen dari penerimaan pemerintah, biaya bunga ini sebagai bagian dari penerimaan adalah yang paling besar sejak tahun 2010. 14 Lihat http://thejakartaglobe.beritasatu.com/news/jokowi-trim-2015-budget-official-trips-meetings-40/ Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 17 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 5: Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,3 persen dari PDB pada 2014 dan 2,0 persen pada 2015 (Rp triliun, kecuali dinyatakan lain) 2013 2014 2015 2014 2015 Aktual APBN-P APBN Bank Dunia Bank Dunia A. Penerimaan 1.439 1.635 1.794 1.528 1.667 1. Penerimaan pajak 1.077 1.246 1.380 1.148 1.282 Pajak pendapatan 506 570 644 547 606 Migas 89 84 89 97 90 Non-migas 418 486 556 451 516 PPN 385 476 525 410 466 2. Penerimaan bukan pajak 355 387 410 378 382 B. Pengeluaran 1.651 1.877 2.039 1.764 1.894 1. Pemerintah pusat. terdiri dari 1.137 1.280 1.392 1.180 1.257 Pegawai 222 259 293 245 293 Barang 170 178 222 166 206 Modal 181 186 175 160 222 Pembayaran bunga 113 135 152 135 152 Subsidi, terdiri dari 355 403 415 357 235 Subsidi energi 310 350 345 312 165 Subsidi BBM 210 246 276 215 104 Subsidi listrik 100 104 69 96 61 Non-energi 45 53 70 46 70 Hibah 1 3 4 3 0 Sosial 92 88 86 85 103 Lain-lain 3 28 46 28 45 2. Transfer ke daerah 513 597 647 584 638 C. Neraca primer -99 -106 -94 -100 -75 D. Saldo keseluruhan -212 -241 -246 -236 -227 sebagai persen dari PDB -2,3 -2,4 -2,2 -2,3 -2,0 Asumsi ekonomi utama Pertumbuhan ekonomi (persen) 5,7 5,5 5,8 5,1 5,2 IHK (yoy, persen) 8,4 5,3 4,4 6,3 7,3 Kurs tukar (IDR/USD) 10.542 11.600 11.900 11.800 12.100 Harga minyak (USD/barel) 106 105 105 98 85 Produksi minyak (ribu barel/hari) 825 818 900 818 848 Sumber: Kementerian Keuangan; BPS; perhitungan staf Bank Dunia 7. Kompensasi diperkirakan akan melindungi kaum miskin dari dampak kenaikan harga BBM bersubsidi namun laju penurunan kemiskinan menunjukkan tren yang melambat Kenaikan harga Mengikuti kenaikan harga BBM bersubsidi tanggal 18 November, inflasi IHK BBM bersubsidi (headline) tampaknya akan mencapai 7,5 persen yoy pada bulan Maret 2015 (lihat diikuti oleh langkah- Bagian 1). Tanpa langkah-langkah kompensasi, peningkatan harga bahan pangan langkah dan BBM akan membawa dampak negatif terhadap kemiskinan. Namun dampak kompensasi… terhadap rumah tangga yang lemah dilindungi melalui program-program bantuan sosial (Kartu Indonesia Pintar, sebelumnya Bantuan Siswa Miskin) dan bantuan tunai sementara. 15,5 juta rumah tangga dengan Kartu Keluarga Sejahtera (sebelumnya Kartu Perlindungan Sosial) masing-masing menerima Rp 400.000, yang Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 18 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia didistribusikan antara akhir bulan November dan awal bulan Desember. Satu juta keluarga tersebut akan menerimanya melalui proyek percontohan kartu pintar Bank Mandiri, sementara 14,5 juta rumah tangga lainnya menerima uang tunai lewat kantor layanan PT Pos. …dan oleh karena Tingkat kemiskinan resmi BPS untuk bulan Maret 2014 adalah 11,3 persen, dan itu, tampaknya tidak angka bulan September 2014 diperkirakan akan diterbitkan pada bulan Januari 2015. akan menyebabkan Pengalaman kenaikan harga BBM yang lalu, bersama-sama dengan langkah-langkah peningkatan kompensasi, menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan tidak akan meningkat. Sebagai kemiskinan dalam contoh, tingkat kemiskinan tetap turun ketika harga BBM naik pada tahun 2008- jangka pendek 2009, dengan dukungan Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan relatif tetap datar pada saat harga BBM naik tahun 2013 karena Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) (lihat Triwulanan edisi bulan Desember 2013). Nilai dan dampak akhir dari dukungan uang tunai sementara yang baru tersebut sebagian akan bergantung pada sejauh mana dukungan itu berlanjut ke tahun depan, yang masih belum diumumkan. Prospek jangka Penurunan kemiskinan Gambar 20: Penurunan kemiskinan diperkirakan akan panjang telah melambat selama berlanjut dengan laju yang lebih lambat pada tahun- menunjukkan lima tahun terakhir, tahun yang akan datang perlambatan dengan laju penurunan di (tingkat kemiskinan, persen, dan perubahan kemiskinan, poin persentase) berkelanjutan dalam bawah satu poin laju penurunan persentase setiap tahun, 20 2.5 kemiskinan… terutama pada tiga tahun 18 Tingkat kemiskinan 2.0 terakhir. Penurunan yang (kiri) 16 mendekati nol pada tahun 1.5 2014 adalah yang paling 14 1.0 kecil selama satu dekade, 12 dengan pengecualian 10 Perubahan 0.5 kenaikan dua poin pada 8 kemiskinan (kanan) tahun 2006 yang terutama 0.0 6 disebabkan oleh kejutan -0.5 harga bahan pangan 4 (Gambar 20). 2 -1.0 0 -1.5 Selama tiga tahun 2003 2006 2009 2012 2015F* 2018F berikutnya, pertumbuhan Catatan: * Proyeksi 2015 tanpa kenaikan harga BBM (karena ekonomi diproyeksikan kesulitan memperkirakan dampak karena perubahan metodologi) akan mencapai atau kurang Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia dari 5,5 persen. Selain itu, penduduk miskin yang masih tersisa terletak semakin jauh di bawah garis kemiskinan, yang berarti akan lebih sulit untuk mengeluarkan mereka dari kemiskinan (lihat Triwulanan edisi bulan Juni 2014). Karena hal ini, sejalan dengan tren yang ada, penurunan kemiskinan di masa depan diperkirakan akan berjalan dengan lebih lambat. Tren dasar (baseline) kemiskinan untuk bulan Maret 2015 hingga 2017, mengabstraksi dari kenaikan harga BBM yang baru terjadi, adalah penurunan kemiskinan yang masih tetap berada di bawah satu poin persentase per tahun, seperti yang telah terjadi sejak tahun 2010. Karenanya, kemiskinan diproyeksikan akan tetap berada di atas 8,0 persen pada tahun 2018. …dan menunjuk Dengan latar belakang tersebut, percepatan pengurangan kemiskinan selama lima pada kebutuhan tahun berikut akan membutuhkan aksi bersama dan strategi yang menyeluruh. tambahan akan Secara umum, kebijakan harus mendukung kembalinya ke pertumbuhan yang lebih langkah-langkah cepat dan berkelanjutan, namun pertumbuhan tersebut juga harus lebih merata, dan Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 19 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia untuk mendukung dalam prosesnya menghasilkan lebih banyak pekerjaan yang produktif dan pekerjaan kemajuan yang dengan upah yang baik (lihat Kotak 3) dalam kaitannya dengan upah minimum (lihat berkelanjutan Triwulanan edisi bulan Juni 2014). Pada saat yang bersamaan, penguatan dan perluasan jaring pengaman sosial Indonesia harus terus berlanjut (lihat Triwulanan edisi bulan Desember 2013).15 Kotak 3: Kenaikan upah minimum tahun 2015: relatif moderat, namun masih menjadi sumber ketidakpastian pasar tenaga kerja Dalam beberapa tahun terakhir peningkatan upah minimum telah mendorong kenaikan risiko-risiko inflasi di Indonesia, karena peningkatan yang sangat cepat di sejumlah provinsi. Sebagai contoh, antara tahun 2012 dan 2013, upah minimum meningkat sebesar 48,9 persen di Kalimantan Timur, sebesar 43,9 persen di Jakarta dan sebesar 40,3 persen di Gorontalo. Namun laju peningkatan tersebut telah melambat untuk upah tahun 2015, dengan sebagian besar kenaikan yang telah disetujui. Upah minimum telah diputuskan di 29 dari 33 provinsi, dengan kenaikan yang berkisar antara 7,4 persen dan 28 persen, dan kenaikan secara rata-rata sederhana (tidak tertimbang) sebesar 14,5 persen (dibanding dengan kenaikan rata-rata sederhana masing-masing sebesar 16,6 persen dan 18,3 persen pada dua tahun sebelumnya). Upah minimum pada DKI Jakarta diputuskan pada Rp 2,7 juta per bulan, yang paling tinggi di Indonesia (Gambar 21) dan naik 10,6 persen dari tahun 2014. Sementara kenaikan upah pada tahun 2015 masih cukup besar dan akan berkontribusi kepada tekanan harga yang didorong biaya (cost-push), kenaikan itu tidak terlalu besar sehingga dengan sendirinya tidak cukup menjadi risiko besar terhadap inflasi. Namun sistem desentralisasi yang berlaku untuk menetapkan upah minimum terus menyebabkan ketidakpastian yang signifikan bagi pekerja dan pemberi kerja akan tingkat penyesuaian yang dapat diperkirakan dari tahun ke tahun. Pengaruh ini dapat dirasakan di seluruh pasar tenaga kerja, karena upah minimum terkait dengan penetapan upah secara umum. Sehingga akan terus terdapat kebutuhan untuk mempertimbangkan bagaimana memberikan perlindungan yang riil kepada para pekerja, tanpa meningkatkan biaya tenaga kerja dibanding produktivitas, dan menimbulkan ketidakpastian, yang dapat mengganggu investasi yang sangat diperlukan dalam industri padat karya dan laju penciptaan pekerjaan berkualitas di Indonesia. Gambar 21: Variabilitas tingkat upah minimum dan kenaikan terakhir yang tetap tinggi lintas provinsi (Rp juta) 3.0 2.5 2015 2014 2013 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 Nanggroe Aceh… Jawa Timur Maluku DI Yogyakarta Banten DKI Jakarta Sumatera Barat Kalimantan Barat Sulawesi Utara Maluku Utara Lampung Bengkulu Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Kepulauan Riau Jambi Bali Nusa Tenggara Barat Jawa Barat Kalimantan Timur Gorontalo Sulawesi Tengah Papua Papua Barat Riau Sumatera Utara Sumatera Selatan Kalimantan Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Jawa Tengah Bangka-Belitung Kalimantan Selatan Sumber: Kementerian Tenaga Kerja 15Untuk tinjauan terbaru tentang tantangan dalam mencapai pertumbuhan yang lebih inklusif dan mempercepat pengurangan kemiskinan di Indonesia, lihat laporan Kebijakan Pembangunan Bank Dunia 2014, “Indonesia: Avoiding the Trap”. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 20 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 8. Beragamnya kondisi eksternal dan agenda reformasi pemerintahan baru menjadi penentu ketidakpastian terhadap prospek Indonesia Risiko-risiko Risiko-risiko internasional terhadap prospek ekonomi Indonesia yang diperkirakan internasional oleh Bank Dunia menunjukkan penurunan outlook. Risiko-risiko tersebut termasuk terhadap prospek proyeksi pemulihan global yang lebih lambat, yang akan menyebabkan harga-harga Indonesia sebagian komoditas lebih lemah lagi pada beberapa tahun ke depan. Selain itu, kembalinya besar menunjukkan volatilitas pasar keuangan internasional masih mungkin terjadi. Permintaan penurunan outlook komoditas global yang lebih rendah dari perkiraan, bersama-sama dengan kenaikan biaya pendanaan luar negeri dan pengetatan kredit dalam negeri (lihat Bagian 5) dapat membatasi pertumbuhan investasi tetap dan ekspor Indonesia secara lebih signifikan dibanding proyeksi pada kasus dasar (base case). Hal yang menggembirakan adalah penurunan permintaan dan harga minyak dunia yang semakin besar dapat memberikan dorongan besar yang tidak diperkirakan sebelumnya terhadap kegiatan ekonomi di negara-negara pengekspor minyak, termasuk Indonesia. Agenda reformasi Dalam hal risiko-risiko dalam negeri, prospek jangka pendek dan menengah pemerintahan yang Indonesia bergantung pada seberapa signifikannya implementasi reformasi kebijakan baru merupakan yang direncanakan oleh pemerintahan yang baru. Kenaikan harga BBM bersubsidi penentu kinerja yang diumumkan pada bulan November telah membebaskan sumber daya fiskal ekonomi yang yang dapat dibelanjakan untuk prioritas-prioritas pembangunan, seperti investasi penting… infrastruktur (lihat Kotak 2). Namun, rencana reformasi Pemerintah menghadapi sejumlah risiko. Pertama, pemerintahan yang baru menghadapi lingkungan politik dalam negeri yang rumit. Kedua, rendahnya tingkat pencairan anggaran dan tantangan pelaksanaan lainnya, termasuk belanja modal (lihat Bagian 7), dapat membatasi sejauh mana sumber daya fiskal dapat digunakan secara efektif, setidaknya pada jangka pendek, ke bidang-bidang yang menjadi prioritas. …dengan risiko- Walaupun terdapat tantangan-tantangan implementasi kebijakan yang besar, Bank risiko positif dan Dunia menilai risiko-risiko yang terkait dengan prospek ekonomi makro masih negatif terhadap nampak berimbang. Pada satu sisi, reformasi mungkin lebih terbatas dan lebih prospek ekonomi lambat dibanding rencana awalnya dan dampaknya terhadap pertumbuhan mungkin memerlukan waktu yang lama untuk memberikan hasil. Pada sisi lainnya, jika agenda reformasi Pemerintah memiliki momentum yang positif, dan menghasilkan keberhasilan-keberhasilan awal, keyakinan investor terhadap Indonesia dapat meningkat dengan cepat dan mendorong pemulihan investasi yang lebih cepat dari perkiraan saat ini. Hal ini akan membawa dampak positif terhadap potensi pertumbuhan jangka menengah Indonesia. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 21 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia B. Beberapa perkembangan terkini perekonomian Indonesia 1. Memahami dan memperkuat kinerja penerimaan Indonesia Pemerintah baru Pemerintah baru Indonesia memiliki agenda pembangunan yang ambisius. menempatkan fokus Termasuk di dalamnya adalah peningkatan besar belanja infrastruktur dan perluasan kuat pada mobilisasi jaminan sosial. Mobilisasi penerimaan dalam jumlah yang lebih besar pun diperlukan pendapatan yang - tidak hanya untuk mencapai sasaran-sasaran ini, tetapi juga untuk memenuhi lebih baik; hal ini komitmen pengeluaran yang sudah ada, seperti jaminan kesehatan masyarakat (lihat penting untuk Bagian C) dan kenaikan transfer daerah sesuai UU Desa 2014, serta untuk menjaga menciptakan ruang komitmen terhadap kehati-hatian fiskal. Namun, rasio penerimaan terhadap PDB di fiskal agar program Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara setara, dibandingkan potensi, pembangunan dapat serta telah menurun dalam tahun-tahun terakhir. Upaya terus-menerus untuk dilaksanakan meningkatkan penerimaan melalui reformasi kebijakan penerimaan pajak dan bukan pajak, administrasi pajak yang lebih baik, serta kepatuhan – prioritas pemerintahan baru – menjadi sangat penting. Bagian ini menyajikan paparan singkat mengenai tren penerimaan terkini, pandangan jangka menengah (2015-2019), dan memuat beberapa area konsentrasi yang utama untuk meningkatkan kinerja penerimaan. a. Penerimaan Indonesia lebih rendah dari negara lain dan kinerjanya melemah Saat ini, Indonesia Dibandingkan dengan negara sekawasan dan pasar berkembang lainnya, Indonesia menghadapi adalah salah satu negara dengan rasio penerimaan terhadap PDB (15,8 persen di kesenjangan besar tahun 2013) dan rasio pajak terhadap PDB (11,9 persen di tahun 2013) yang penerimaan potensi terendah (Gambar 22). Hal ini terjadi bukan karena potensi pajak yang menurun. penerimaan aktual Diperkirakan, Indonesia mengumpulkan tidak sampai 50 persen dari total potensi penerimaan pajak, atau berkinerja lebih rendah ketimbang negara-negara lain yang setara (Gambar 23).16 IMF memperkirakan Indonesia dapat menaikkan pajak dengan memperluas jangkauan dan meningkatkan kepatuhan dari tingkat saat ini sampai 16 Fenochietto, R. dan Pessino, C., 2013, “Understanding Countries’ Tax Effort”, IMF Working Paper WP/13/244. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 22 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dengan 21,5 persen dari PDB dalam jangka panjang dan sampai dengan antara 13,4 dan 16,4 persen dari PDB untuk sasaran jangka menengah yang realistis.17 Gambar 22: Rasio penerimaan terhadap PDB Gambar 23: …dan menghadapi salah satu Indonesia terendah di antara negara-negara lain … kesenjangan terbesar antara penerimaan pajak aktual (persen GDP) dan potensi (penerimaan pajak aktual sebagai bagian dari penerimaan pajak potensial, persen) Penerimaan Total Pajak PPh PPN/cukai 90 40 80 35 70 30 60 25 50 20 40 15 30 10 20 5 10 0 0 Catatan: Gambar batang mewakili penerimaan aktual dalam persen Catatan: Gambar batang mewakili upaya pajak (tax effort) dihitung terhadap PDB. Data Indonesia dari tahun 2013. Negara lain sebagai rasio dari pungutan pajak aktual terhadap perkiraan potensi menggunakan data tahun 2012 karena data 2013 terlalu dini pungutan pajak Sumber: laporan negara IMF; CEIC Sumber: Fenochietto dan Pessino (2013) Sejak turun Antara tahun 2002 dan 2008, pertumbuhan penerimaan fiskal Indonesia berjalan signifikan pada beriringan dengan pertumbuhan kuat PDB nominal. Puncak pertumbuhan tercapai tahun 2009, rasio pada tahun 2008 saat harga ekspor komoditas utama, terutama minyak, naik. Saat penerimaan terhadap krisis keuangan global terjadi, pertumbuhan Indonesia terbukti relatif dapat PDB Indonesia bertahan. Setelah turun dari 6,0 persen di tahun 2008 ke 4,6 persen di tahun 2009, belum kembali ke angka pertumbuhan kembali naik ke rata-rata 6,3 persen dari 2010-2012. Namun, tingkat sebelum sisi penerimaan terkena dampak signifikan; secara persentase dari PDB, penerimaan krisis; rasio bahkan turun dari 19,8 persen di tahun 2008 ke 15,1 persen di tahun 2009. Meskipun rasio terus menurun sejak penerimaan terhadap PDB meningkat sepanjang 2011, namun tidak kembali ke 2011 tingkat sebelum tahun 2009. Sesungguhnya, sejak tahun 2011, baik pertumbuhan PDB nominal maupun penerimaan melambat; namun, penerimaan turun secara tidak proporsional dan mengarah pada penurunan baru rasio penerimaan terhadap PDB, dari 16,3 persen pada tahun 2011 menjad 15,8 persen di tahun 2013 (Gambar 24 dan Gambar 25). IMF, 2011a, “Revenue Mobilization in Developing Countries”, IMF Policy Paper. IMF, 2011b, “IMF Country 17 Report: Indonesia”, No. 11/30. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 23 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 24: Penerimaan terhadap PDB menurun sejak Gambar 25: …cerminan lemahnya pertumbuhan 2009… penerimaan migas dan perlambatan dari sumber (persen dari PDB) penerimaan lain (kontribusi terhadap pertumbuhan penerimaan dalam negeri total, poin persentase) Penerimaan domestik lainnya 20 Penerimaan keseluruhan 50 Pajak & cukai 18 Pajak pendapatan non-migas 40 Migas 16 30 PDB nominal 14 Penerimaan pajak 12 20 10 Penerimaan bukan pajak 10 8 6 0 4 -10 2 -20 0 2002 2004 2006 2008 2010 2012 Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: penerimaan migas terdiri dari pajak pendapatan dan penerimaan bukan pajak Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Sumber penerimaan Melihat struktur penerimaan utama Indonesia, pajak konsumsi – pajak pertambahan utama Indonesia nilai (PPn), pajak penjualan barang mewah (PPnBM), dan cukai yang sebagian besar adalah pajak dikenakan pada tembakau – menyumbang 34 persen dari total penerimaan di tahun konsumsi, pajak 2013. Pajak penghasilan di luar migas – seperempat adalah pajak penghasilan penghasilan non- pribadi18 (PPh Perorangan) dan tiga perempat adalah pajak penghasilan usaha (PPh migas, dan Badan)—menyumbang 29 persen. Penerimaan terkait migas menyumbang 20 penerimaan migas persen dari total penerimaan di tahun 2013; dari jumlah tersebut, 30 persen dipungut sebagai pajak dan 70 persen dipungut sebagai penerimaan bukan pajak. Melemahnya Nilai penting relatif dari arus penerimaan ini berubah dari waktu ke waktu dan pertumbuhan sensitif terhadap perubahan harga dan produksi komoditas. Satu tren yang jelas penerimaan akhir- terlihat adalah penurunan yang terus terjadi sejak tahun 2009 untuk pertumbuhan akhir ini utamanya penerimaan terkait sektor migas, dari rata-rata 23 persen untuk 2010-2011, tahun ke disebabkan oleh tahun, menjadi 8,5 persen pada tahun 2012 dan 1,1 persen di tahun 2013. penurunan Penerimaan dari sektor migas secara persentase dari PDB, yang rata-rata mencapai penerimaan yang 4,7 persen pada periode 2002-2007, turun dari 3,6 persen terhadap PDB di tahun cukup besar dari 2011 ke 3,2 persen pada tahun 2013. Penurunan ini mencerminkan pelemahan sektor migas… struktural jangka panjang dalam hal produksi migas (lihat Kotak 4 untuk uraiannya) serta pelemahan yang lebih luas dalam hal harga-harga komoditas sejak tahun 2011. …dan penerimaan Index rata-rata tertimbang harga komoditas ekspor merosot sebesar kurang lebih 30 yang menurun dari persen dalam kurun 2011-2014 – sebuah guncangan perdagangan yang signifikan komoditas lain dan negatif. Dampak langsung dari guncangan ini terhadap penerimaan bisa dilihat akibat harga dari pelemahan pajak ekspor yang terus-menerus (utamanya terkait dengan minyak komoditas sawit mentah) sebesar 8,2 persen dari tahun ke tahun di 2012 dan 4,4 persen tahun 18Sebagian PPh Perorangan berasal dari pendapatan terkait sektor migas. Namun, karena data pembagiannya tidak tersedia, maka total PPh Perorangan dianggap sebagai penghasilan yang tidak terkait sektor migas , dan dengan demikian mengecilkan porsi penerimaan terkait sektor migas. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 24 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia internasional yang ke tahun di 2013. Pajak ekspor secara persentase dari PDB turun dari 0,4 persen di terus melemah sejak tahun 2011 ke 0,2 persen di tahun 2013. Melemahnya harga komoditas juga 2011… memberikan dampak tak langsung terhadap penerimaan, yakni pertumbuhan PDB nominal yang melambat, yang pada gilirannya menurunkan pertumbuhan pajak pendapatan non-migas, dari rata-rata 15,8 persen tahun ke tahun dalam kurun 2010- 2011, ke 6,6 persen di 2012 dan 9,5 persen di 2013. PPh Badan terkena dampak secara khusus (pertumbuhan turun dari 17,5 persen di 2011 tahun ke tahun menjadi 0,6 persen di 2012 dan 2,8 persen di 2013). Tidak stabilnya penerimaan terkait komoditas menegaskan kembali perlunya memperluas dan meningkatkan diversifikasi sumber penerimaan. …sementara, Pajak penghasilan non-migas, pajak konsumsi, dan sumber penerimaan lain belum penerimaan lain dapat mengkompensasi merosotnya penerimaan yang langsung terkait dengan seperti pajak komoditas. Hasilnya, penerimaan terhadap PDB secara keseluruhan turun. konsumsi dan pajak Sementara pajak konsumsi tumbuh lebih cepat ketimbang PDB nominal, dan non-migas, belum dengan demikian meningkat secara persentase dari PDB dari 4,8 persen ke 5,4 berhasil persen dalam kurun 2011 dan 2013, pajak pendapatan dari sektor non-migas secara mengompensasi persentase dari PDB turun – dari 4,8 persen ke 4,6 persen – antara tahun 2011 dan penurunan tersebut 2013. Perubahan Selain tantangan sektor migas dan faktor makroekonomi lainnya, perubahan administrasi dan administrasi dan kebijakan dapat juga turut berpengaruh terhadap kinerja kebijakan pajak penerimaan. Perubahan kebijakan terjadi pada PPh Badan (pada tahun 2009, skema mungkin tarif progresif digantikan dengan skema tarif tetap sebesar 30 persen, lalu diturunkan berpengaruh menjadi 25 persen pada tahun 2010), PPh Perorangan (tarif pajak marjinal terhadap kinerja diturunkan dan batasan penghasilan tidak kena pajak naik pada tahun 2009 dan penerimaan akhir- 2013), dan PPnBM (tarif pajak dinaikkan pada tahun 2009). Sejumlah perubahan akhir ini dalam administrasi pajak antara lain adalah pengisian elektronik untuk PPn dan dimulainya Sensus Pajak Nasional tahun 2011. Secara teori, efek terhadap penerimaan yang disebabkan langkah-langkah ini masih tidak jelas, sementara perkiraan empiris menyatakan dampaknya akan menantang. Sebab itu, serta dengan adanya interaksi kompleks antara faktor makroekonomi, kebijakan pajak, dan administrasi pajak, analisis lebih jauh dibutuhkan untuk melihat kontribusi relatif dari hal-hal berbeda ini terhadap kinerja penerimaan. b. Perkiraan terhadap penerimaan dalam jangka menengah, dengan skenario “tanpa perubahan besar” Dalam jangka Mengamati Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menengah, dengan berikutnya, periode 2015-2019, berapa perkiraan penerimaan dan sumber daya asumsi (penerimaan ditambah pendanaan untuk defisit dalam aturan fiskal) untuk makroekonomi tetap membiayai pengeluaran? Untuk menelaah pertanyaan ini, perkiraan jangka dan penurunan menengah untuk penerimaan dikembangkan dengan pertama-tama memperkirakan struktural produksi sumber penerimaan dari arus penerimaan berbeda, dengan asumsi dasar migas… pertumbuhan moderat PDB nominal, sedikit depresiasi mata uang, asumsi moderat untuk harga migas dan komoditas lainnya, serta penurunan struktural produksi migas yang terus terjadi.19 Elastisitas arus penerimaan terkait sumber penerimaan, yang diperkirakan secara empiris, kemudian diterapkan untuk mendapatkan 19Sumber penerimaan untuk sejumlah penerimaan utama adalah: PDB nominal untuk pajak penghasilan non migas, penerimaan bukan pajak non migas, dan cukai; konsumsi pribadi nominal untuk PPn; nilai impor dalam rupiah untuk bea impor; nilai produksi migas dalam rupiah untuk pajak terkait sektor migas dan penerimaan bukan pajak; nilai produksi minyak sawit mentah dalam rupiah untuk pajak ekspor. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 25 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia gambaran penerimaan untuk kurun 2015-2019. Di bawah skema “tanpa perubahan besar” – tanpa reformasi besar pada kebijakan dan administrasi pajak yang akan meningkatkan tarif pajak efektif – perkiraan penerimaan mengasumsikan tidak ada perubahan elastisitas pajak selama jangka menengah. … secara persentase Dalam skenario “tanpa Gambar 26: Penerimaan terhadap PDB akan terus dari PDB perubahan besar”, total turun dalam skenario “tanpa perubahan besar” penerimaan penerimaan terhadap PDB (persen dari PDB) diperkirakan akan diperkirakan jatuh dari 15,0 20 terus turun, dalam persen di 2014 ke 13,7 persen 18 skenario “tanpa di 2019. Penerimaan pajak Penerimaan keseluruhan perubahan besar” turun dari 11,3 persen ke 11,1 16 pesen, sementara penerimaan 14 bukan pajak turun signifikan, 12 dari 3,7 persen ke 2,6 persen 10 Penerimaan pajak dari PDB. Pajak penghasilan 8 non-migas diperkirakan naik dari 4,4 persen ke 4,7 persen 6 Penerimaan bukan pajak dan pajak konsumsi naik dari 4 5,2 persen ke 5,4 persen dari 2 PDB – akan tetapi belum 0 cukup untuk mengkompensasi 2008 2010 2012 2014 2016 2018 penurunan penerimaan (baik Catatan: Perkiraan ini mengasumsikan kondisi makroekonomi secara nominal, maupun yang relatif tidak berubah dan tanpa reformasi besar kebijakan penerimaan persentase dari PDB) pajak Sumber: perhitungan dan proyeksi staf Bank Dunia migas dan non-pajak. Turunnya penerimaan dari sektor migas disebabkan penurunan yang diperkirakan terjadi pada sumber penerimaan sektor migas – nilai produksi kotor migas (lihat Kotak 4). Jika skenario ini terjadi, kinerja penerimaan yang lemah akan memperkecil ukuran ketersediaan sumber daya untuk RPJMN periode berikutnya, dan akan sangat membatasi ruang fiskal untuk pengeluaran bagi prioritas pembangunan pemerintah baru. Sebagai konsekuensi, upaya yang diperbarui dan lebih intensif untuk meningkatkan pengumpulan penerimaan melalui perbaikan kebijakan pajak dan kepatuhan menjadi teramat penting. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 26 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 6: Dengan kondisi makroekonomi dasar dan tanpa perubahan besar, total penerimaan diperkirakan turun signifikan dibandingkan PDB (persen dari PDB) Perkiraan dengan skenario “tanpa perubahan Aktual besar” Penerimaan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Total penerimaan 19,8 15,1 15,4 16,3 16,3 15,8 15,0 14,5 14,2 14,0 13,8 13,7 Penerimaan pajak 13,3 11,1 11,2 11,8 11,9 11,9 11,3 11,1 11,1 11,1 11,1 11,1 Penghasilan non-migas 5,1 4,8 4,6 4,8 4,6 4,6 4,4 4,5 4,5 4,6 4,6 4,7 Penghasilan migas 1,6 0,9 0,9 1,0 1,0 1,0 1,0 0,8 0,7 0,6 0,5 0,5 Penghasilan – minyak n,a n,a n,a n,a n,a 0,4 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 Penghasilan – gas n,a n,a n,a n,a n,a 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3 PPn 4,2 3,4 3,6 3,7 4,1 4,2 4,0 4,1 4,1 4,1 4,2 4,2 Cukai 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2 1,2 1,1 1,1 1,2 1,2 1,2 1,2 Pajak perdagangan 0,7 0,3 0,4 0,7 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 internasional Penerimaan bukan 6,5 4,0 4,2 4,5 4,3 3,9 3,7 3,3 3,1 2,9 2,7 2,6 pajak PNBP minyak 3,4 1,6 1,7 1,9 1,8 1,5 1,4 1,1 1,0 0,9 0,7 0,6 PNBP gas 0,9 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4 PNBP – lain-lain 2,2 1,8 1,8 1,9 1,8 1,7 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 1,6 Catatan: 2008-2013 LKPP setelah audit; 2014 adalah perkiraan IEQ Des 2014; 2015-2019 angka perkiraan; migas – minyak dan gas Sumber: Menteri Keuangan; perhitungan dan perkiraan staf Bank Dunia c. Peluang meningkatkan penerimaan melalui reformasi kebijakan dan administrasi Diperlukan Tidak ada satu “peluru” reformasi yang akan secara signifikan dan berkelanjutan reformasi untuk mampu meningkatkan pengumpulan penerimaan; yang dibutuhkan adalah langkah- memperbaiki langkah menguatkan kebjakan dan memperbaiki administrasi berbagai arus kebijakan dan penerimaan. Prasyarat yang penting untuk meningkatkan penerimaan – yakni administrasi di komitmen jelas dari pemerintah untuk melakukan hal tersebut – sudah ada. berbagai sumber Pemerintah baru mengisyaratkan bahwa peningkatan penerimaan akan menjadi penerimaan, jika prioritas, sebagaimana terlihat dari janji Presiden Joko Widodo untuk mendorong berbagai target rasio pajak terhadap PDB ke tingkat 16 persen pada tahun 2019. Bagian-bagian penerimaan yang berikutnya dari dokumen ini secara singkat memaparkan potensi peluang untuk ambisius ingin dapat meningkatkan penerimaan dengan melihat pengalaman internasional maupun dalam dicapai negeri, serta analisis yang ada dan masih berjalan. Meskipun fokusnya adalah pada mobilisasi penerimaan, namun perlu diingat bahwa kebijakan dan administrasi penerimaan besar dampaknya terhadap iklim bisnis, bisa mempengaruhi investasi dan produksi, dan pada akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan sumber- sumber penerimaan. Kinerja penerimaan yang membaik secara berkelanjutan membutuhkan perubahan – tidak hanya pada mobilisasi penerimaan, tetapi juga administrasi pajak yang lebih efisien, serta biaya kepatuhan yang lebih rendah. Reformasi kebijakan Mengubah rancangan kebijakan pajak yang berlaku saat ini bisa menghasilkan pajak bisa kenaikan penerimaan dari pajak penghasilan (PPh Perorangan dan Badan), pajak memobilisasi konsumsi (PPn, PPnBM, dan cukai), dan pajak bumi dan bangunan, melalui penerimaan beberapa cara: 1) perluasan sumber pajak dengan mempersempit ruang pengecualian tambahan dari serta celah-celah lain; 2) menyederhanakan struktur pajak yang rumit dan sejumlah sumber merasionalisasikan jumlah tipe pajak, kategori, dan tarif pajak; 3) secara selektif pajak, menurunkan meningkatkan tarif pajak yang dipandang rendah, khususnya menurut standar distorsi ekonomi, internasional. Misalnya, seperti berlaku di negara lain, pemerintah dapat menerapkan dan menurunkan tarif pajak tetap untuk korporasi sebagai ganti tarif PPh Badan yang berbeda-beda Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 27 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia biaya administrasi untuk perusahaan yang lebih besar (non-UKM). Contoh lain adalah mengubah tarif ad valorem (persentase dari nilai) menjadi tarif pasti (dalam nilai Rupiah) untuk pajak kendaraan bermotor agar proses administrasi lebih sederhana dan bisa jadi turut meningkatkan kepatuhan. Reformasi seperti langkah-langkah ini tidak hanya menaikkan penerimaan, tetapi juga berpotensi mengurangi distorsi ekonomi akibat pengecualian yang berlaku untuk wajib pajak dan sektor tertentu, menurunkan perilaku wajib pajak yang ingin menghindari tarif tinggi, dan menurunkan biaya administrasi. Interaksi kebijakan penerimaan dan administrasinya, beserta waktu timbulnya dampak, adalah faktor penting dalam pertimbangan strategi reformasi keseluruhan. Selain reformasi Meskipun banyak elemen dasar dari administrasi pajak modern sudah ada, tingkat kebijakan, kepatuhan pajak masih rendah – baik dari segi tingkat pengisian/pembayaran memperbaiki (diperkirakan 50-60 persen dari wajib pajak terdaftar) maupun tingkat pelaporan administrasi yang akurat untuk semua kategori pajak; segmen wajib pajak dan sektor juga rendah. penerimaan dan Masalah kepatuhan juga muncul untuk penerimaan bukan pajak (PNBP). Sebagai kepatuhan juga contoh, Bank Dunia memperkirakan 47 persen potensi royalti batu bara di tahun penting... 2012 (setara 0,2 persen terhadap PDB) tidak terealisasi karena lalai bayar dan kurang bayar. …yang berarti perlu Diterapkannya pendekatan pengelolaan kepatuhan yang strategis dan berbasis risiko pergeseran dapat memberikan dampak positif bagi realisasi penerimaan dalam jangka pendekatan menengah, sekaligus mengurangi beban pada badan usaha yang sudah patuh. pengelolaan Pendekatan berbasis risiko berarti meletakkan fokus untuk memperbanyak kepatuhan menjadi pendaftaran wajib pajak, pengisian lembar pelaporan, dan audit pada sektor dan berbasis risiko dan segmen berisiko tinggi (potensi pajak besar, namun kepatuhan rendah). Cara ini bisa lebih strategis, jadi lebih produktif ketimbang pendekatan yang berlaku saat ini, yaitu yang berfokus berfokus pada sektor pada peningkatan pendaftaran wajib pajak secara besar-besaran (“ekstensifikasi”) dan segmen dengan dan keharusan pengisian surat pemberitahuan (SPT) yang berlaku untuk semua. risiko tinggi Sebagai contoh: kinerja penerimaan bisa naik signifikan jika sumber daya difokuskan untuk mendorong pengisian SPT secara sukarela dan kepatuhan pembayaran dari wajib pajak besar; kinerja dari segmen ini masih jauh di bawah standar internasional (saat ini 50-60 persen dibandingkan lebih dari 98 persen di negara-negara lain). Kenaikan batas PPn pada Januari 2014, dari Rp600 juta ke Rp4,8 miliar telah mengurangi jumlah pembayar (dari 385.000 ke sekitar 50.000); kenaikan ini seharusnya bisa memfasilitasi pengawasan yang lebih baik atas kepatuhan PPn para wajib pajak besar. Direktorat Jenderal Agar dapat berhasil menerapkan pendekatan berbasis risiko dan meningkatkan Pajak (Ditjen Pajak) kepatuhan, Ditjen Pajak akan perlu membangun kapasitas untuk menganalisis perlu diperkuat, dan informasi pihak ketiga secara efektif serta memperbaiki kapasitas audit – dua hal lingkungan yang yang merupakan tantangan besar. Untuk hal pertama, Ditjen Pajak perlu penyelenggaraan mendapatkan akses yang lebih baik terhadap data pihak ketiga, memanfaatkan kegiatannya perlu nomor identitas untuk mencocokkan data dengan basis data, dan memiliki kapasitas diciptakan TI serta data manajemen yang lebih besar. Sementara, tantangan kedua dapat diatasi dengan memanfaatkan auditor secara strategis (berbasis risiko), termasuk dengan mengurangi praktik padat karya berupa pemeriksaan menyeluruh terhadap permohonan pengembalian PPn. Sebagaimana digarisbawahi oleh angka-angka di atas mengenai hilangnya royalti dari batu bara, maka perlu juga dilakukan peningkatan kapasitas pemerintah untuk menegakkan kepatuhan dan mengaudit PNPB tambang, yang saat ini dikelola oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 28 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Penegakan Pengalaman internasional menunjukkan bahwa meningkatkan kepatuhan sukarela kepatuhan perlu adalah pendekatan yang lebih hemat biaya dalam hal pengelolaan kepatuhan untuk dilengkapi dengan jangka panjang. Untuk itu, perlu ada layanan seperti layanan telepon, layanan SPT upaya mendorong bergerak, dan pilihan cara pembayaran demi memudahkan wajib pajak yang patuh, kepatuhan sukarela tetapi tidak punya kapasitas, atau kekurangan informasi mengenai cara memenuhi kewajiban mereka dengan benar. Hal ini sekaligus sebagai bentuk apresiasi kepada wajib pajak yang tingkat kepatuhannya tinggi, yakni dengan menyediakan saluran pembayaran pajak yang efisien. Untuk penerimaan Meskipun penurunan kontribusinya terhadap total penerimaan sudah diperkirakan, dari sektor migas, namun penerimaan dari sektor migas akan tetap signifikan. Walaupun kecil analisis lebih lanjut kemungkinan bahwa sumber penerimaan (nilai produksi kotor migas) akan naik akan membantu dalam jangka pendek maupun menengah (Kotak 4), rezim fiskal dan administrasi memandu perbaikan bisa ditingkatkan untuk mendukung penerimaan dari sektor migas dalam konteks potensial untuk ini. Bukti empiris untuk memandu reformasi potensial di bidang ini masih terbatas. rezim fiskal dan Langkah pertama yang perlu diambil adalah melakukan analisis untuk administrasi mengidentifikasi isu, seperti membandingkan rezim fiskal saat ini dengan negara penghasil migas lain untuk melihat kinerja penerimaan dan tingkat daya saing, juga melakukan diagnosis atas sistem administrasi penerimaan migas yang berlaku saat ini untuk mengidentifikasi risiko-risiko utama. Kotak 4: Perkiraan penurunan penerimaan migas mencerminkan penurunan produksi yang bersifat struktural dan telah berlangsung lama Menurunnya produksi dan lifting minyak bumi dan gas, Gambar 27: Kenaikan harga migas sampai 2012 beserta harga-harga migas yang bertahan di level moderat sebagian menutupi produksi yang terus turun dalam skenario dasar Bank Dunia menghasilkan proyeksi (indeks, 2002 = 100) turunnya nilai kotor produksi migas dalam Rupiah untuk 500 jangka menengah. Dengan asumsi tidak ada reformasi besar Harga Proyeksi pada rezim fiskal dan administrasi, penerimaan pajak migas 450 2014-2019 minyak dan bukan pajak diperkirakan turun signifikan secara 400 mentah nominal maupun secara persentase terhadap PDB. Meski 350 Indonesia begitu, apakah penurunan ini akan benar terjadi, dan 300 sampai sejauh mana, akan bergantung pada masa depan Harga gas harga miyak yang tidak pasti. 250 Indonesia 200 Produksi migas di Indonesia diatur melalui Kontrak Kerja Sama (KKS), yang mewajibkan kontraktor membayar pajak 150 Produksi gas dan membayar royalti non-pajak berdasarkan nilai kotor 100 produksi dalam Rupiah.1 Dengan demikian, komponen 50 Lifting minyak utama di balik penerimaan migas adalah nilai kotor dalam 0 Rupiah dari produksi gas dan lifting minyak bumi yang 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 ditentukan oleh volume, harga dan nilai tukar mata uang, dan porsi efektif pemerintah dari nilai produksi – yang Sumber: BPS; World Bank Commodity Outlook; perhitungan dan proyeksi staf Bank Dunia ditentukan oleh rezim fiskal dan administrasi. Nilai kotor lifting minyak (produksi) secara persentase dari PDB turun dalam kurun 2002 sampai 2012. Kenaikan harga minyak, sementara Rupiah terdepresiasi, sempat mengkompensasi penurunan lifting, namun tertutup oleh kenaikan PDB nominal sebesar lima kali. Sebagaimana ditegaskan oleh Gambar 27, harga migas naik signifikan dalam periode ini - hampir lima kali untuk minyak (dari USD 24 di 2002 ke USD 120 per barel di tahun 2012) dan empat kali untuk gas. Akan tetapi, produksi minyak turun sebesar 30 persen dari 1,26 juta barel di 2002 ke 861.000 barel per hari di tahun 2012. Produksi gas naik sedikit sebesar 2 persen dalam kurun waktu ini, mencapai 6,95 triliun British Thermal Unit (BTU) per hari pada tahun 2012. Turunnya produksi minyak, yang disebabkan oleh usia ladang minyak dan perlambatan eksplorasi untuk lapangan baru, akan terus berlanjut dalam jangka menengah (Gambar 27). Sebagian besar lapangan minyak Indonesia telah tua (mature Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 29 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia fields) dan membutuhkan metode peningkatan perolehan minyak berbiaya tinggi agar produksi bisa berlanjut – tercermin dari kenaikan biaya operasional sebesar 350 persen sebagaimana dialami para produsen migas di Indonesia, dari USD 4 miliar di 2002 ke USD 13,7 miliar pada tahun 2012, meskipun produksi terus turun. Di saat besamaan, pengeluaran untuk eksplorasi migas di Indonesia berkurang sebesar 50 persen dari tahun 1998, dan mencapai puncak penurunan pada tahun 2012, meski dengan eksplorasi lepas pantai baru yang makin marak dan semakin mahal.2 Diasumsikan bahwa diperlukan setidaknya lima tahun dari mulai tahap eksplorasi, penemuan, sampai dengan produksi untuk lapangan baru; tetapi, kalaupun ada temuan baru di masa depan, kecil kemungkinannya temuan tersebut – dalam jangka menengah - bisa menutup penurunan lifting dari lapangan-lapangan yang ada. Sebab itu, proyeksi dasar yang diambil untuk bagian ini adalah penurunan lifting minyak yang terus berlangsung sebesar 18 persen dari 818.000 barel per hari pada tahun 2014 menjadi 670.000 barel per hari pada tahun 2019. Produksi gas cukup stabil dalam satu dasawarsa terakhir di Indonesia, namun gambaran jangka menengah tidak memberikan kepastian karena perkiraan produksi dari blok-blok gas besar. Kegiatan eksplorasi gas berjalan kuat; dalam kurun 2002-2012, jumlah eksplorasi sumur gas yang sudah diselesaikan naik sepuluh kali lipat. Artinya, produksi gas memiliki perkiraan jangka menengah yang lebih positif. Akan tetapi, investasi untuk blok gas besar yang ada saat ini sedang terhambat akibat ketidakpastian peraturan terkait KKS.3 Hal-hal inilah yang dipertimbangkan dalam perkiraan penurunan produksi gas sebesar 12 persen dari tahun 2014 sampai 2019. Dalam dua tahun terakhir, harga minyak (minyak mentah Indonesia) turun setelah mencapai puncak bulanannya USD 122 per barel, di bulan Februari 2012; harga merosot sepanjang bulan September-Desember ke USD 76 per barel pada bulan November 2014. Harga gas Indonesia, yang dipengaruhi harga gas alam cair (LNG) Jepang, mengikuti pergerakan harga minyak karena kontrak penjualan seringkali terkait dan juga turun dalam periode ini. Penurunan harga minyak umumnya didorong oleh meningkatnya pasokan global dari sumber-sumber minyak non-konvensional, seperti dari Amerika Utara, dan permintaan yang tidak setinggi sebelumnya, khususnya dari negara-negara OECD.4 Perkiraan dasar jangka menengah untuk harga minyak adalah sekitar USD 85 per barel dan USD 11-12 per juta BTU untuk harga gas; akan tetapi, perkiraan ini masih dapat dipengaruhi ketidakpastian dengan mempertimbangkan gangguan pasokan dari wilayah Timur Tengah, penurunan permintaan global atas minyak, dan respon pasokan dari produsen. Catatan: 1 Ada lima generasi KKS di Indonesia yang mengawali konsep ini pada tahun 1965, dengan generasi KKS terakhir dilaksanakan setelah 2001. Secara sederhana, dalam Kontrak Kerja Sama nilai kotor produksi dibagi menjadi: ekuitas kontraktor, ekuitas pemerintah, dan penggantian biaya produksi (cost recovery). Kontraktor kemudian diwajibkan membayar pajak atas keuntungan yang didapatkannya dari porsi sahamnya. 2 Angka-angka pengeluaran operasi, eksplorasi, dan produksi dikutip dari Laporan Tahunan SKK Migas (dari berbagai tahun). Lihat Juga PwC Oil and Gas Guide, 2012, untuk paparan mengenai lokasi eksplorasi baru. 3 Hambatan ini paling menonjol terjadi pada blok besar gas alam Mahakam, yang menyumbang sekitar 30 persen dari total produksi gas Indonesia pada tahun 2010. 4 Untuk uraian lebih jauh mengenai proyeksi harga energi global dan faktor-faktor pendorongnya, lihat World Bank Commodity Outlook, Oktober 2014 Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 30 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 2. Indonesia dan Masyarakat Ekonomi ASEAN Hanya setelah satu Satu dekade yang lalu, para pemimpin Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara dekade dari (ASEAN) mengumumkan visi berani mereka untuk menciptakan Masyarakat pengumuman Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015, termasuk target mereka untuk pembentukannya, menyatukan Asia Tenggara menjadi ‘satu basis pasar dan produksi”. Akan terjadi realisasi dari sebuah arus bebas produk, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan untuk cakupan yang visi berani dari lebih terbatas, modal. Saat ini, dengan pembentukan MEA hanya tinggal satu tahun Masyarakat lagi, pada bulan Desember tahun 2015, ada beberapa kekhawatiran yang bisa Ekonomi ASEAN dipahami mengenai dampak, dan persiapan untuk, integrasi tersebut pada akan terjadi pada perekonomian-perekonomian di kawasan, termasuk Indonesia. Pada saat yang sama, tahun 2015, pencapaian terkini dari proses integrasi, bersama dengan manfaatnya, tidak menciptakan blok diapresiasi secara luas. Melihat pada tahun 2015, bagian ini menjabarkan secara ekonomi kelima singkat latar belakang dan pencapaian, serta potensi yang akan dicapai lebih jauh dari terbesar di dunia integrasi, demikian juga dengan tantangan yang menanti negara-negara anggota ASEAN. a. ASEAN dan dorongan untuk integrasi ekonomi regional Agenda integrasi Dibentuk hampir 50 tahun yang lalu pada tahun 1967, ASEAN adalah salah satu ekonomi regional organisasi regional yang paling menonjol dan bertahan lama di negara berkembang. ASEAN telah Serupa dengan Uni Eropa (EU), ASEAN awalnya dibentuk terutama untuk tujuan menjadi prioritas politis mendukung kedamaian dan stabilitas regional. Agenda integrasi ekonomi yang semakin ASEAN menjadi prioritas pada awal 1990an, ketika keprihatinan politis dan penting sejak awal keamanan terkait Perang Dingin dan ketegangan regional menurun dan ASEAN era 1990… mengarahkan fokus mereka pada tujuan ekonomi. Serangkaian traktat dan perjanjian menempatkan integrasi regional menjadi pusat dari agenda ekonomi.20 Krisis keuangan Asia pada tahun 1997/1998 memberikan motivasi lebih lanjut terhadap agenda integrasi regional, dengan pasar regional yang lebih besar dilihat penting untuk menarik investor dan membangun ketahanan yang lebih kuat menghadapi ketidakstabilan keuangan makro. …dengan visi Agenda integrasi diperdalam secara signifikan pada Deklarasi tahun 2003 dan pada pendalaman Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2007 untuk mencapai MEA pada integrasi yang tahun 2015 dengan menetapkan sebuah “satu basis pasar dan produksi” untuk 10 signifikan melalui negara anggota ASEAN, yang mencakup 600 juta penduduk dengan agregat MEA ditetapkan nominal PDB sebesar 2.3 triliun USD pada saat ini.21 Pada tahun 2013, dengan pada tahun 2003 menggunakan paritas daya beli (PPP) dolar internasional,22 ekonomi ASEAN menyumbang 6 persen terhadap PDB global, menjadikan ASEAN blok ekonomi terbesar kelima di dunia setelah NAFTA (20 persen), EU (17 persen), China (16 persen), dan India (7 persen). Integrasi ekonomi Motivasi dasar untuk pergerakan investasi, teknologi dan jasa yang lebih bebas di ASEAN bertujuan seluruh kawasan adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kemampuan untuk mendukung ekonomi dari aspek pasokan. Pada aspek permintaan, permintaan regional yang pertumbuhan, suatu berdasarkan pada pertumbuhan kelas menengah berusia muda yang sangat pesat tugas yang menjadi dalam sebuah pasar ASEAN yang terintegrasi dan besar juga dapat memberikan lebih mendesak sumber pertumbuhan baru. Manfaat seperti ini pada dasarnya bersifat jangka 20 Untuk informasi lebih lanjut, lihat “ASEAN 2011: Kepemimpinan Indonesia” pada IEQ edisi Juli 2011. 21 “Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN”, Sekretariat ASEAN, 2008 22 PPP PDB adalah produk domestik bruto yang dikonversikan terhadap dollar internasional menggunakan tingkat keseimbangan daya beli. Dollar internasional diperkirakan memiliki daya beli yang sama dengan Dollar Amerika terhadap PDB yang ada di Amerika Serikat. Data di atas adalah dollar internasional yang konstan di tahun 2011. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 31 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia mengingat panjang dan structural, tetapi usaha-usaha mendukung pertumbuhan ekonomi rendahnya menjadi lebih mendesak dengan kondisi ekonomi dunia saat ini. Banyak negara- pemulihan global negara berpendapatan tinggi dengan perlahan pulih dari defisit dan hutang yang dari krisis keuangan tinggi akibat krisis keuangan global, dan permintaan mereka terhadap barang impor pada tahun menjadi lebih lemah dibandingkan sebelumnya, meningkatkan pentingnya 2008/2009 … perdagangan ‘selatan-selatan’ dan regional bagi negara-negara berkembang …dan hal tersebut Integrasi ekonomi regional Asia Tenggara yang tengah berlanjut sekarang berada sepertinya tetap pada persimpangan penting dengan segera terbentuknya MEA, dan akan terus menjadi inti menjadi fokus dari agenda ASEAN yang lebih luas. Sebagai contoh, pembentukan daripada agenda MEA akan menyediakan platform yang kuat untuk integrasi ekonomi yang lebih ASEAN secara luas, seperti yang didiskusikan dalam payung ASEAN + 3 dan ASEAN + 6.23 keseluruhan, dan Indonesia, dengan ekonomi paling besar di ASEAN, dengan sekitar 40 persen dari dimana Indonesia PDB ASEAN, dan hampir setengah dari populasi ASEAN, adalah pemangku memainkan peranan kepentingan yang krusial dalam proses yang sedang berlangsung ini. penting b. Kontribusi ASEAN terhadap integrasi regional dan tantangan-tantangan yang masih ada Pencapaian agenda Walaupun tidak diapresiasi secara luas, agenda integrasi regional ASEAN telah integrasi regional mencatat pencapaian yang signifikan, terutama terkait dengan perdagangan barang ASEAN dapat dilihat yang lebih terbuka. Laporan ASEAN Integration Monitoring Report, yang merupakan dalam lima bidang upaya gabungan antara Sekretariat ASEAN dan Bank Dunia, mengidentifikasi penting … manfaat integrasi dari lima sumber: (i) integrasi perdagangan yang signifikan; (ii) penurunan biaya perdagangan; (iii) kontribusi terhadap perkembangan dan perdagangan sektor jasa; (iv) membantu dalam menarik penanaman modal asing (PMA), baik dari luar maupun dari dalam kawasan ASEAN; dan (v) membantu menstimulai reformasi di negara-negara anggota ASEAN dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah.24 …termasuk dalam Pertama, ASEAN telah mencapai tingkat integrasi perdagangan yang siginifikan dan, cakupan, dan sifat yang lebih penting, integrasi ini menciptakan perdagangan (trade-creating, yakni dari, integrasi meningkatkan perdagangan dengan mitra berbiaya lebih rendah) dan bukan perdagangan … mengalihkan perdagangan (trade-diverting, yaitu mengurangi perdagangan dengan mitra yang berbiaya yang lebih rendah). Hal ini terjadi karena, walaupun anggota- anggota ASEAN telah membuat kemajuan yang signifikan dalam upaya penghapusan tarif perdagangan dalam kawasan (rata-rata menjadi kurang dari 1 persen), mereka juga telah mengurangi tarif perdagangan dengan negara-negara lain. Selain itu, dengan meluasnya perdagangan intra-ASEAN, perdagangan dengan seluruh dunia juga meningkat secara proporsional (Gambar 28). 23 ASEAN +3 termasuk tiga negara Asia Timur yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan, dengan tambahan India, Australia, dan Selandia Baru membentuk membentuk ASEAN + 6. 24 Sekretariat ASEAN dan Bank Dunia, “ASEAN Integration Monitoring Report”, 2013 Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 32 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 28: Meningkatnya perdagangan antar- Gambar 29: … ketika biaya perdagangan di dalam dan ASEAN telah diikuti dengan meningkatnya di luar ASEAN telah menurun seiring waktu perdagangan dengan luar ASEAN … (biaya perdagangan dalam hal ad valorem terms, persen) (perdagangan ASEAN dalam milyar USD) 2,500 140 diluar ASEAN 2,000 130 120 1,500 Total perdagangan 110 1,000 Perdagangan antar- 100 antara ASEAN ASEAN 500 Perdagangan dengan 90 luar ASEAN 0 80 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: Sekretariat ASEAN dan Bank Dunia Sumber: Sekretariat ASEAN dan Bank Dunia …dan menurunkan Proses integrasi ASEAN juga telah membantu untuk menurunkan biaya biaya perdagangan perdagangan. Biaya perdagangan baik antar-ASEAN dan dengan luar ASEAN telah menurun secara signifikan, tetapi biaya perdagangan antar-ASEAN telah menurun lebih cepat (Gambar 29), sebagian karena hasil dari upaya fasilitasi perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN. Pencapaian Agenda MEA juga telah berkontribusi kepada perkembangan dan perdagangan tambahan dari sektor jasa dengan mendorong komitmen liberalisasi perdagangan jasa yang melebihi ASEAN termasuk komitment serupa dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Hal ini terlihat liberalisasi sektor dalam perbandingan antara komitmen Kerangka Kerjasama ASEAN untuk jasa, seiring dengan Jasa/ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan komitmen dibawah peningkatan arus Perjanjian Umum tentang Perdagangan Jasa/General Agreement on Trade in Services investasi di ASEAN (GATS). Integrasi ASEAN juga telah membantu untuk menarik PMA, baik dari luar sebesar lebih dari dan terutama dari dalam kawasan ASEAN. PMA untuk negara-negara ASEAN telah dua kali lipat dalam meningkat dari 20 milyar dollar AS pada tahun 2001 menjadi 94 milyar dollar AS satu dekade lalu pada tahun 2010 sementara perputaran PMA antar-ASEAN telah meningkat dari rata-rata tahunan 5 milyar dollar AS pada tahun 1990-an menjadi 13 milyar dollar AS selama 3 tahun terakhir. Tetapi tantangan Terlepas dari pencapaian-pencapaian tersebut, implementasi masih tetap terbatas di implementasi tetap beberapa bidang, terutama dalam merealisasikan komitmen-komitmen untuk ada, termasuk dalam integrasi sektor-sektor jasa (seperti transportasi). Usaha-usaha lebih lanjut juga fasilitasi dibutuhkan untuk memperbaiki fasilitasi perdagangan dan investasi. Reformasi perdagangan dan peraturan domestik, perbaikan peraturan dan kapasitas implementasi, koordinasi sektor transportasi internal yang kuat dan anggaran yang memadai merupakan hal-hal penting untuk mengatasi tantangan-tantangan implementasi. Integrasi sektor jasa merupakan suatu tantangan yang rumit, tetapi, seperit dibahas di bawah, sektor ini dapat memberikan manfaat yang signifikan untuk Indonesia. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 33 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia c. Manfaat-manfaat dari integrasi yang lebih dalam di bawah MEA diperkirakan akan signifikan Pendalaman Rencana integrasi masa depan ASEAN menjanjikan manfaat-manfaat yang integrasi regional signifikan, walaupun realisasi mereka akan bergantung pada implementasi. Dampak diharapkan dapat dari upaya integrasi yang mendalam di bawah MEA diperkirakan berkisar antara 5 memberikan sampai dengan 7 persen dari PDB, dengan kenaikan pendapatan per kapita antara 26 manfaat-manfaat sampai dengan 38 persen untuk anggota-anggota awal ASEAN yang kaya sumber penting, termasuk daya dibandingkan dengan garis dasar, termasuk pengaruh dari PMA yang lebih untuk Indonesia tinggi. Perekonomian Indonesia yang relative besar di ASEAN juga akan mendapatkan manfaat tersebut; estimasi terbaru memprediksi bahwa Indonesia akan menikmati akses pasar yang jauh lebih besar untuk produk-produk Indonesia dan untuk memperoleh barang-barang konsumsi, bahan baku, dan setengah jadi, sekaligus juga jasa yang penting dengan kualitas tinggi yang dapat meningkatkan produktivitas ekonomi Indonesia.25 Sebuah studi terbaru Berdasarkan sebuah studi terbaru Bank Pembangunan Asia dan Organisasi Buruh memproyeksikan Internasional (Asian Development Bank-International Labour Organization), pelaksanaan pencapaian MEA akan menghasilkan peningkatan bersih sebesar 14 juta lapangan pekerjaan signifikan dalam sampai dengan tahun 2025 di 6 ekonomi ASEAN (Kamboja, Indonesia, Laos PDR, penciptaan lapangan Filipina, Thailand dan Vietnam), walaupun banyak dari pekerjaan tersebut pekerjaan terampil di merupakan pekerjaan informal.26 Namun demikian, pekerjaan berketerampilan tinggi Indonesia juga diperkirakan akan bertumbuh mencapai 41 persen pada rentang tahun 2010 – 2025, dengan separuh dari pertumbuhan ini diharapkan terjadi di Indonesia. Sebagai tambahan, data tidak mendukung klaim bahwa Indonesia akan dibanjiri oleh pekerja terampil dari anggota ASEAN yang lain. Sebagai contoh, pada tahun 2007 Singapura dan Malaysia menerima lebih banyak pekerja terampil dari Indonesia dibandingkan sebaliknya – hampir 11.000 pekerja terampil Indonesia pindah ke Singapura dan sekitar 6.500 ke Malaysia, sementara hanya sekitar 100 warga negara Singapura dan kurang dari 400 warga negara Malaysia pergi ke Indonesia.27 Hal yang lebih mengkhawatirkan untuk Indonesia dibandingkan perpindahan pekerja asing ke Indonesia, adalah bagaimana menyerap tenaga kerja terampil dan tidak terampil di Indonesia sendiri. Salah satu sumber Indonesia juga berpeluang untuk mendapatkan manfaat dari MEA melalui manfaat yang peningkatan perdagangan dengan ekonomi-ekonomi ASEAN yang lain. Indonesia diharapkan memiliki intensitas perdagangan yang cukup tinggi dengan ASEAN (Gambar 30); Indonesia dari MEA perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN lainnya lima kali lebih tinggi adalah integrasi dibandingkan dengan perdagangan dunia dengan ASEAN. Selain itu, ukuran perdagangan produk komplementaritas perdagangan – seberapa bagus ekspor (atau impor) suatu negara yang lebih jauh … berimbang dengan impor (atau ekspor) dari negara atau kawasan lain – juga tinggi dengan mitra ASEAN, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan seluruh dunia (Gambar 31). Hal ini menggambarkan bahwa pasar dan produsen ASEAN lebih 25 Sebagai contoh, Plummer dan Yue, “Realizing the ASEAN Economic Community: A comprehensive assessement”, Institut Studi Asia Tenggara, 2009; Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ILO) dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), “ASEAN Community 2015: Mananging integration for better jobs and shared prosperity”, Agustus 2014; dan Sekretariat ASEAN dan Bank Dunia, 2013. 26 Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ILO) dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), Agustus 2014. Perkiraan tersebut mempertimbangkan skenario MEA (meniadakan tarif, pembebasan hambatan non tarif sampai 50 persen, dan fasilitasi perdagangan) menghasilkan penurunan 20 persen biaya tetap perdagangan, dibandingkan dengan garis dasar, yaitu tanpa adanya skenario diatas. 27 Global Bilateral Migration Database, Global Trade Analysis Project 8 Database (GTAP 8 GMig2), Universitas Purdue, 2012. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 34 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia penting untuk ekonomi Indonesia dibandingkan dengan seluruh dunia. Untuk alasan-alasan tersebut, upaya untuk membuat perdagangan Indonesia lebih efisien di ASEAN dengan mengurangi hambatan-hambatan perdagangan yang tersisa diharapkan dapat memberikan manfaat yang cukup besar untuk konsumen Indonesia, baik secara langsung dengan mengurangi biaya produk konsumsi, dan secara tidak langsung dengan menurunkan biaya barang-barang setengah jadi, berkontribusi terhadap peningkatan efisiensi dan daya saing di Indonesia. Gambar 30: Perdagangan Indonesia dengan mitra Gambar 31: ...terutama mengingat komplementaritas ASEAN, kurang dari 10 persen dari total perdagangan, perdagangan yang cukup tinggi untuk Indonesia memiliki ruang untuk bertumbuh … dengan mitra ASEAN (total bagian perdagangan) (indeks perdagangan berimbang) 2004-08 2009-11 2005 2010 2011 Intra-ASEAN TCI Extra-ASEAN TCI 20 100 16 80 12 60 8 40 4 20 0 0 Sumber: Sekretariat ASEAN dan Bank Dunia (2013) Catatan: TCI menandakan Indeks Komplementaritas Perdagangan Sumber: Sekretariat ASEAN dan Bank Dunia (2013) …sejalan dengan Indonesia juga berpeluang meraih lebih banyak manfaat dari integrasi perdagangan menurunnya biaya ASEAN melalui penurunan biaya perdagangan. Secara umum, biaya perdagangan di perdagangan di ASEAN cukup tinggi bila diukur setara dengan tarif ad valorem (biaya sebagai Indonesia yang persentase total biaya dan pengiriman): total biaya perdagangan di Indonesia sebesar tinggi 100 sampai 150 persen termasuk yang paling tinggi di ASEAN dan jauh di atas negara lain seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Sebagai perbandingan, biaya perdagangan untuk Amerika Serikat dan Jerman pada tahun 2010, masing-masing sebesar 69 persen dan 66 persen, dianggap lebih rendah daripada tingkatan yang terlihat di sebagian besar ekonomi ASEAN. Indonesia sepertinya memiliki cakupan yang cukup besar untuk mengurangi biaya perdagangan yang relatif tinggi dengan memperbaiki bidang-bidang penting seperti jasa logistik dan infrastruktur.28 Namun demikian, Diluar dari integrasi lebih jauh untuk perdagangan barang dan pengurangan biaya peningkatan kinerja perdagangan, manfaat paling besar dari integrasi ASEAN menjadi MEA sektor jasa akan kemungkinan besar akan muncul dari sektor jasa.29 Jasa moderen, seperti menghasilkan transportasi dan logistik, energi, keuangan, jasa komersial dan ritel, terkait erat keuntungan dengan proses produksi di manufaktur dan industri. Sehingga, peningkatan efisiensi ekonomi paling jasa melalui perdagangan akan menghasilkan manfaat produktifitas secara langsung besar dari integrasi di sektor manufaktur dan jasa. Reformasi pada sektor jasa di Indonesia diperkirakan ASEAN … berkontribusi sekitar 0.4 persen poin terhadap pertumbuhan produktivitas tahunan 28 Gambar-gambar dalam paragraph ini berasal dari Sekretariat ASEAN dan Bank Dunia, “ASEAN Integration Monitoring Report”, 2013. 29 Sebagai contoh, lihat, Victor Duggan, Sjamsu Rahardja, dan Gonzalo Varela, “ Can Open Service Sector FDI Policy Enhance Manufacturing Productivity? Evidence from Indonesia”, Bank Dunia, 2013; dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), “Mid-Term Review of the Implementation of AEC Blueprint” Oktober 2012 Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 35 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia pada perusahaan antara tahun 1997 sampai dengan 2009. Kebijakan yang meringankan PMA sektor jasa terkait secara statistik dengan peningkatan kinerja sektor jasa Indonesia. Manfaat ini dicapai sebagian besar oleh perusahaan- perusahaan yang paling produktif dan terkait dengan keringanan pembatasan dalam sektor-sektor transportasi, dan sub-sektor listrik, gas dan jasa air.30 …memberikan Cakupan peningkatan kinerja sektor jasa luar biasa besar di negara-negara ASEAN, peluang ekonomi termasuk Indonesia, dibantu oleh meningkatnya integrasi regional melalui MEA. yang besar untuk Sebagian besar ekonomi ASEAN cenderung berprestasi di bawah rata-rata secara Indonesia global dalam jasa dan perdagangan jasa (bahkan dengan memperhitungkan tingkat pendapatan mereka). Indonesia kurang berprestasi bahkan di dalam ASEAN, walaupun memiliki PDB terbesar. Perdagangan jasa berkontribusi kurang dari 7 persen dari PDB, sementara kontribusinya terhadap nilai tambah adalah 39 persen– termasuk yang paling rendah di ASEAN. Index pembatasan perdagangan jasa di Indonesia tinggi, menunjukkan bahwa ada potensi signifikan memperoleh manfaat dari peningkatan perdagangan jasa dengan mitra ASEAN.31 Konvergensi Terdapat perbedaan Gambar 32: Indonesia tertinggal negara ASEAN kelembagaan dan kelembagaan dan peraturan lainnya dalam kualitas peraturan32 peraturan melalui yang tingggi dalam ASEAN, (indeks kualitas regulasi) proses integrasi seperti yang dapat Brunei Darussalam Indonesia regional juga dapat diperkirakan dalam kawasan Malaysia Philippines mendukung kinerja yang mencakup negara Singapore Thailand ekonomi Indonesia denganpendapatan yang 3 tinggi seperti Singapura sampai ekonomi 2 berpenghasilan rendah seperti Laos dan Myanmar. 1 Kerjasama peraturan dapat memberikan manfaat 0 signifikan dalam konteks tersebut, walaupun biaya- biaya juga perlu untuk -1 1996 2000 2003 2005 2007 2009 2011 dipertimbangkan. Semakin tinggi perbedaan peraturan Catatan: Regulatory Quality mencakup persepsi mengenai diantara negara-negara, kemampuan pemerintah untuk merumuskan dan menerapkan kebijakan dan peraturan penting yang mengijinkan dan semakin tinggi potensi mempromosikan pengembangan sektor swastar manfaat dari kerjasama yang Sumber: Worldwide Governance Indicators, Grup Bank Dunia 33 mendorong konvergensi peraturan. d. Apa yang dapat Indonesia lakukan dalam mempersiapkan diri lebih lanjut untuk integrasi regional? Indonesia sudah Walaupun ada potensi manfaat besar dari integrasi regional lebih lanjut, ekonomi terintegrasi secara Indonesia perlu untuk mempersiapkan diri. Integrasi perdagangan sudah signifikan- signifikan, Indonesia sudah meniadakan tarif pada 98 persen lini produk yang masuk dalam 30 Duggan et al., Bank Dunia, 2013. 31 Database Trade Restrictions Database, Bank Dunia, perkiraan tahun 2008. 32 Untuk gambaran lengkap indeks kualitas peraturan ini, lihat http://info.worldbank.org/governance/wgi/index.aspx#home 33 Worldwide Governance Indicators melaporkan enam dimensi luas pemerintahan, termasuk kualitas peraturan. Worldwide Governance Indicators, Grup Bank Dunia, 2014. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 36 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia setidaknya dalam ASEAN.Sebagian besar penyesuaian perdagangan barang dengan negara ASEAN perdagangan barang. lain telah terjadi, kecuali di area dimana Indonesia menerapkan kebijakan non tariff Langkah berikutnya (non-tariff measures/NTM).34 Langkah berikutnya dalam integrasi regional akan terjadi adalah mengelola melalui perdagangan jasa, dimana Indonesia telah berkomitmen untuk membuka pembukaan jasa yang didapatkan melalui perjalanan luar negeri atau dengan melakukan impor perdagangan jasa secara langsung. Oleh karena itu, tantangan utama Indonesia, adalah membuka diri terhadap penyedia jasa ASEAN melalui PMA dan untuk tenaga kerja terampil. Jika dikelola dengan baik, dampak ekonomi dari kedua hal tersebut seharusnya positif. Beberapa langkah Ada beberapa langkah khusus yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk spesifik akan perlu meningkatkan kapasitas ekonomi Indonesia agar memperoleh manfaat dari integrasi dilakukan untuk ekonomi yang berkelanjutan. Kebanyakan dari langkah ini diperlukan untuk mempersiapkan memperkuat kemampuan ekonomi domestik secara umum, dan sejalan dengan ekonomi Indonesia agenda pembangunan pemerintah. Bidang penting termasuk mengatasi kesenjangan secara lebih baik infrastruktur dan keterampilan, meningkatkan pembangunan keuangan, dan untuk MEA memperkenalkan reformasi regulasi untuk menurunkan biaya bagi perusahaan. Sebagai contoh, investasi infrastruktur di Indonesia (kurang dari 4 persen dari PDB), adalah yang paling rendah di kawasan ASEAN, dan energi serta logistik pengangkutan telah muncul sebagai penghambat utama. Dalam beberapa bidang penting seperti perolehan surat izin membangun bangunan (IMB), pembayaran pajak, dan penegakkan kontrak, perusahaan di Indonesia harus mengalami penundaan yang lebih lama, prosedur yang rumit dan biaya tinggi.35 Pemerintah dapat Studi terbaru dari perusahaan di berbagai kawasan menunjukkan bahwa hampir 80 mendukung persen perusahaan optimis mengenai prospek mereka dalam MEA. Perusahaan di persiapan Indonesia kurang optimis: hanya 45 persen yang disurvey berpikir bahwa integrasi perusahaan ASEAN memberikan sebuah peluang, sementara 9 persen berpikir bahwa hal Indonesia untuk tersebut merupakan ancaman serius.36 Akan tetapi, beberapa perusahaan besar di integrasi … Indonesia memiliki posisi yang baik. Sebagai contoh, sembilan perusahaan Indonesia masuk dalam 50 perusahaan di kawasan dengan nilai penjualan tahunan melebihi 500 juta dollar Amerika Serikat. Salah satunya adalah Mayora, perusahaan makanan bungkusan Indonesia, yang beroperasi di seluruh 10 negara ASEAN. Perusahaan- perusahaan menghadapi tantangan kompetisi yang lebih besar, dan juga kesempatan untuk menjual produk mereka pada pasar yang lebih besar dan menjadi lebih kompetitif dengan menggunakan barang setengah jadi dan jasa, termasuk keuangan, investasi, tenaga kerja terampil dan teknologi, dari negara-negara anggota ASEAN yang lain. Tantangan spesifik adalah menyiapkan usaha kecil menengah (UKM) untuk kompetisi yang akan terjadi. Pemerintah dapat mengambil peran yang proaktif dengan membantu perusahaan mempersiapkan diri, seperti yang dilakukan oleh Singapura dan Malaysia dimana, sebagai contoh, UKM menerima bantuan untuk memamerkan produk-produk mereka ke pasar luar negeri. …melengkapi proses Walaupun ASEAN sudah membuat kemajuan yang luar biasa dalam mengurangi integrasi regional tarif, meningkatnya penggunaan NTM oleh beberapa ekonomi ASEAN, termasuk melalui pengurangan Indonesia, mengancam mundurnya kemajuan dalam integrasi perdagangan. Untuk NTMs menarik kembali upaya pembatasan yang dikenalkan pada beberapa tahun 34 NTMs Indonesia mencakup 3,714 dari 8,750 lini tarif pada tingkat 9-digit HS, atau 42 persen dari lini tarif Indonesia. Sjamsu Rahardja, Steve Magiera, Ernawati Munadi, dan Teguh Y. Wicaksono, “Inventory Assessment of Indonesia’s Import Non-Tariff Measures”, Bank Dunia, 2010 35 Untuk tinjauan terbaru mengenai kebijakan pembangunan Indonesia yang lebih luas dan tantangan penerapannya, lihat tinjauan Kebijakan Pembangunan Bank Dunia 2014, “Indonesia: Avoiding the Trap”. 36 Chin, V; Meyer, M; Tan, E; dan Waltermann, B. 2014. “ Winning in ASEAN: How Companies Are Preparing for Economic Integration,” The Boston Consulting Group. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 37 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia belakangan, sejumlah langkah teknis sudah dilakukan, seperti (i) memperbaiki klasifikasi NTM berdasarkan panduan UNCTAD yang diadopsi pada Februari 2012; (ii) memperbarui dan memverifikasi daftar negara dengan proses yang terbuka yang dilakukan oleh Sekretariat ASEAN, daripada hanya berdasarkan kesukarelaan oleh masing-masing negara anggota; (iii) meniadakan, dengan hanya beberapa pengecualian, seluruh upaya kontrol kuantitas yang terdiri dari lisensi tidak otomatis, kuota dan pelarangan impor dan ekspor; (iv) mengidentifikasi pembatasan perdagangan lain yang paling buruk, dengan bantuan dari sektor swasta dan dengan kajian dampak regulasi (regulatory impact assessment) sektoral; dan akhirnya (v) menentukan dalam lembaga ASEAN tentang perubahan peraturan tingkat nasional, sekaligus juga harmonisasi regional yang diperlukan untuk meniadakan atau mengurangi dampak pembatasan perdagangan dari NTM yang sudah teridentifikasi. …dan mempercepat Indonesia berkomitmen Gambar 33: Indonesia terus menjadi restriktif secara liberalisasi dan untuk membuka sektor jasa relatif dalam perdagangan jasa integrasi untuk perdagangan dan (perkiraan tahun 2008) perdagangan jasa … investasi dengan mitra Profesional Transport Ritel Telekomunikasi Keuangan ASEAN.37 Akan tetapi, Kamboja seperti halnya negara-negara Indonesia ASEAN lain, komitmen Indonesia dalam bidang ini Malaysia masih belum diterapkan. Filipina Pembatasan Indonesia dalam Thailand sektor-sektor jasa ini lebih Vietnam dalam dibandingkan dengan negara-negara ASEAN ASEAN rata-rata lainnya. Dalam survey Asia Timur kebijakan dan peraturan Dunia rata-rata sektor jasa pada tahun 2008, Indonesia diidentifikasi 0 20 40 60 80 100 sebagai satu negara yang Sumber: Services Trade Restrictions Database, Bank Dunia paling ketat di ASEAN dan terutama dalam sub-sektor profesional, transportasi dan ritel (Gambar 33). Integrasi jasa Pembatasan perdagangan untuk jasa profesional, jasa transportasi dan investasi, regional akan secara negatif mempengaruhi produktivitas dan daya saing dari banyaknya membutuhkan lebih perusahaan-perusahaan Indonesia yang menggunakan jasa-jasa tersebut. Pembatasan banyak kerjasama tersebut juga menghambat PMA dalam bidang manufaktur dan jasa. Salah satu regulasi… alasan kenapa Indonesia dan negara-negara ASEAN lain tertinggal dalam pelaksanaan adalah banyaknya peraturan domestik yang sulit untuk dihapuskan atau dikurangi; hal ini berbeda dengan tugas memangkas tarif yang relatif sederhana. Sedangkan dalam kasus NTM, peraturan-peraturan tersebut dapat memiliki peran yang valid dalam menangani tujuan nasional dan mengatasi kegagalan pasar. Akan tetapi, jika sektor jasa di ASEAN akan diintegrasikan maka kerjasama peraturan menjadi penting. …yang dapat Kerjasama regulasi dapat memberikan manfaat signifikan di kawasan yang didukung oleh suatu anggotanya memiliki peraturan yang sangat berbeda, seperti di ASEAN. Reformasi program kerjasama regulasi memunculkan biaya, dan hubungan antara biaya dan manfaat akan Secara khusus, Indonesia sudah meratifikasi Paket Komitmen ke-Delapan (Eighth Package of Commitments) dibawah 37 AFAS. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 38 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia regulasi regional … tergantung kepada perkembangan dan kapasitas peraturan negara, yang sangat jauh berbeda di berbagai kawasan. Tujuan integrasi jasa ASEAN membutuhkan kerjasama dalam 4 dimensi utama: (i) mempromosikan konvergensi regulasi, melalui pengakuan timbal balik (mutual recognition); (ii) konvergensi prinsip-prinsip regulasi, terutama terkait rancangan, adopsi, dan penerapan regulasi; (iii) konvergensi kapasitas peraturan, yang termasuk kerjasama antara badan regulator, pertukaran informasi untuk tujuan regulasi dan tukar pengalaman dalam reformasi regulasi; dan (iv) mengidentifikasi dan mengadopsi praktek regulasi yang baik untuk bidang area baru. Beberapa bidang usaha sudah memulai proses untuk konvergensi regulasi dan standar di bawah koordinasi ASEAN, termasuk produk makanan, suplemen kesehatan, produk farmasi, dan telekomunikasi. …dimana Indonesia Indonesia berada di posisi yang bagus untuk memimpin proses kerjasama regulasi berada di tempat ini dan sudah melakukan reformasi regulasi yang dapat diperluas untuk mendukung yang baik untuk kerjasama yang lebih luas. Pertama, untuk investasi, Pemerintah telah menambahkan memainkan peranan kategori tambahan dalam Daftar Negatif Investasi 2014 untuk investor ASEAN. penting Kategori ini memungkinkan untuk partisipasi investasi ASEAN dalam beberapa area sektor jasa, seperti jasa survei, hotel, seni dan hiburan, jasa periklanan, dan transportasi laut internasional. Kedua, ASEAN sudah memiliki perjanjian pengakuan timbal balik (mutual recognition agreements/MRA) untuk delapan sub sektor jasa–rekayasa, jasa arsitektur, survey, akuntansi, pariwisata, praktisi kesehatan gigi, praktisi medis, dan jasa perawat–yang akan meningkatkan kualitas tenaga kerja profesional Indonesia. Yang lebih penting lagi, MRA ini juga mendorong standar peraturan dan kompetensi institusional, pelatihan, dan sertifikasi untuk sektor-sektor lain di Indonesia, dan akan menyediakan dasar untuk konvergensi regulasi ASEAN yang luas. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 39 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia C. Indonesia 2015 dan selanjutnya: Tinjauan pilihan 1. Mencapai Cakupan Pelayanan Kesehatan Semesta (UHC) di Tahun 2019? Hanya mungkin dengan pelayanan kesehatan yang memadai Indonesia Indonesia baru-baru ini telah menjalankan sejumlah perubahan penting dengan menerapkan tujuan untuk mencapai cakupan pelayanan kesehatan semesta (UHC) melalui Jaminan Kesehatan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sebuah kebijakan mendasar untuk Nasional, sebuah memastikan dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan langkah maju yang mempercepat penanggulangan kemiskinan. Jika diterapkan secara efektif, JKN penting dalam cakupan pelayanan kesehatan semesta akan secara signifikan meningkatkan akses memerangi masyarakat Indonesia terhadap pelayanan kesehatan dasar dan mencegah terjadinya kemiskinan dan kemiskinan yang disebabkan oleh besarnya pengeluaran kesehatan. Bagian ini mengurangi meninjau perkembangan terhadap pencapaian cakupan pelayanan kesehatan semesta kerentanan melalui JKN di Indonesia, dengan fokus pada penilaian pelayanan kesehatan yang memadai. Bagian ini menyoroti kesenjangan yang signifikan dalam penyediaan pelayanan kesehatan dan mengacu pada beberapa pilihan kebijakan untuk mengatasi kesenjangan tersebut. a. Alasan kuat untuk meraih UHC di Indonesia Indonesia telah Pada dasawarsa terakhir, masyarakat Indonesia sudah semakin sehat. Angka harapan menunjukkan hidup terus meningkat hingga 71 tahun pada tahun 2012, naik dari 68 tahun pada sejumlah indikator tahun 2002. Angka kematian balita turun dari 48 per 1000 kelahiran hidup pada kesehatan yang baik tahun 2002 menjadi 31 pada tahun 2012; dengan trend saat ini, Indonesia selama dasawarsa diperkirakan dapat mencapai target Millenium Development Goal (MDG) khususnya terakhir… untuk indikator kesehatan anakyaitu angka kematian balita sebesar 28 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Indonesia juga berada dalam jalur yang sesuai untuk mencapai dua indikator MDG terkait masalah gizi: persentase dari balita yang memiliki berat badan kurang dibandingkan dengan umurnya menurun dari 23 persen pada tahun 2002 menjadi 18 persen pada tahun 2012 (targetnya adalah 14.9 Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 40 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia persen); dan proporsi populasi dengan tingkat konsumsi energi makanan di bawah minimal menurun dari 19 persen pada tahun 2002 menjadi 9 persen pada tahun 2012 (targetnya adalah 9.9 persen). …tetapi angka Akan tetapi, angka kematian ibu dan status gizi buruk pada balita masih tetap tinggi kematian ibu dan di Indonesia, dan terdapat disparitas yang tinggi baik antar daerah maupun antar angka gizi buruk tingkat pendapatan. Walaupun menurun selama periode tahun 1990 – 2013, angka masih pada tingkat kematian ibu (AKI) tetap tinggi pada angka 190 dari setiap 100,000 kelahiran hidup yang sama dengan pada tahun 2013 dan tingkat kecepatan penurunan tidak cukup untuk mencapai Negara target penurunan AKI di angka 108 pada tahun 2015. Sebagai tambahan, rasio angka berpenghasilan kematian ibu di Indonesia adalah salah satu yang paling tinggi di kawasan Asia rendah… Tenggara dan termasuk tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara dengan tingkat pendapatan negara yang sama (Tabel 7). Anak-anak Indonesia dibawah usia 5 tahun mengalami tingkat malnutrisi yang tinggi, dengan prevalensi tinggi badan terhadap umur kurang (stunting) mencapai angka 36 persen dan berat badan terhadap tinggi badan kurang (wasting) mencapai angka 12 persen.38 Gizi anak yang baik sangat penting untuk perkembangan sumber daya manusia; pengaruh malnutrisi yang paling merugikan terjadi selama periode kehamilan dan periode dua tahun usia kehidupan, dan menyebabkan kerusakan awal pada kesehatan dan perkembangan otak yang tidak dapat diperbaiki. Tingkat malnutrisi pada anak-anak juga meningkatkan kecenderungan untuk diabetes dan penyakit kardiovaskular di fase kehidupan berikutnya, dikenal dengan istilah “beban ganda dari malnutrisi”.39 Selain tingginya angka kematian ibu dan anak kurang gizi, data tingkat provinsi menunjukkan rentang angka kematian yang dua hingga tiga kali lipat, dimana angka kematian bayi dan anak pada kelompok masyarakat miskin dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok kaya. Tabel 7: Indonesia hanya mengeluarkan sedikit dana untuk kesehatan, dan menurunkan angka gizi buruk dan angka kematian ibu masih menjadi tantangan utama Negara PDB Total Prevalensi Prevalensi Angka Perubahan per kapita, pengeluaran Stunting Wasting kematian ibu tahunan pada 2013 (USD)* kesehatan per (persen)** (persen)** melahirkan AKI, kapita, 2012 (2013) 1990-2013 (USD) (persen) Kamboja 1,008 51 41 11 170 -8.1 Cina 6,807 322 9 2 32 -4.7 India 1,499 61 48 20 190 -4.5 Indonesia 3,475 108 36 12 190 -3.5 Laos 1,646 40 48 7 220 -6.8 Malaysia 10,514 410 17 15 29 -2.8 Myanmar 1,126 20 35 8 200 -4.5 Filipina 2,765 119 34 7 120 0.6 Sri Lanka 3,280 89 19 12 29 -2.2 Thailand 5,779 215 16 5 26 -2.0 Vietnam 1,911 103 23 4 49 -4.4 Catatan: *Myanmar pada tahun 2012 ( Data PBB); **Data WDI terbaru yang tersedia yang dapat ditunjukkan; tanggal berbeda setiap Negara (2006-2011); Indonesia: 2010. Sumber: WDI (2013) 38 “Stunting” tinggi anak per umur dengan skor-z kurang dari -2, “wasting” mengacu kepada berat badan per tinggi badan dengan skor-z kurang dari -2, dan “severe wasting” mengacu kepada berat badan per tinggi badan dengan skor-z kurang dari î3. 39 Prinsip “beban ganda gizi buruk” mengacu kepada koeksistensi kekurangan gizi dan kelebihan gizi dari nutrisi makro dan pada berbagai rentang kehidupan dalam populasi, komunitas, keluarga, bahkan individu yang sama. Lihat Shrimpton, R, & C. Rokx, 2013, “Beban ganda gizi buruk: tinjauan terhadap bukti global”, Bank Dunia, Washington DC, and “Indonesia: menghadapi beban ganda gizi buruk” dalam edisi IEQ di bulan Juli 2013. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 41 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia …sementara Populasi Indonesia Gambar 34: Populasi Indonesia akan segera menuju populasi Indonesia menjadi semakin tua dan usia lanjut semakin bertambah semakin rentan terhadap (bagian populasi berusia 65 tahun dan lebih, persen dari total) tua dan lebih rentan penyakit tidak menular terhadap penyakit- (PTM) dengan tingkat 35 Cina penyakit tidak pertumbuhan yang lebih menular dalam cepat dibandingkan dengan 30 tempo yang lebih tingkat pertumbuhan 25 cepat dibandingkan kesejahteraan. Profil Indonesia dengan tingkat penyakit negara ini 20 kesejahteraan yang berubah dengan sangat 15 Thailand Vietnam lebih baik cepat: PTM sekarang menjadi tantangan 10 kesehatan paling besar Filipina yang dihadapi oleh 5 Indonesia dan menempati 0 bagian paling besar (58 1950 1970 1990 2010 2030 2050 2070 persen) dari seluruh beban Sumber: Prospek Populasi Dunia PBB (Revisi Tahun 2012) penyakit.40 Dibandingkan dengan penyakit menular (PM), PTM seperti hipertensi dan diabetes memberikan beban lebih besar dalam sistem kesehatan dalam hal kebutuhan perawatan promotif dan preventif; pemeriksaan berkala, tindak lanjut, dan pengawasan; dan koordinasi pengelolaan dan perawatan terkait dengan komplikasi pada tingkat perawatan yang lebih tinggi. Penyakit tidak menular akan menjadi beban penyakit yang akan terus tumbuh sejalan dengan transisi epidomologi dari PM menjadi PTM yang dialami Indonesia – sebagai akibat yang alami dari perkembangan ekonomi yang tumbuh pesat saat populasi mulai menua, dengan peningkatan yang cepat pada kelompok populasi usia 65 tahun dan dimulai sekitar tahun 2015 (Gambar 34). Walaupun keseluruhan trend menunjukkan peningkatan dalam PTM, beban dari beberapa kasus PM seperti HIV juga meningkat: Indonesia adalah satu dari sembilan negara dimana diperkirakan tingkat insiden penularan HIV diantara orang dewasa (usia 15 – 49 tahun) meningkat lebih dari 25 persen pada tahun 2001-11.41 Biaya kesehatan Pengeluaran kesehatan rumah tangga (out-of-pocket/OOP) tetap menjadi masalah yang dibayar sendiri serius untuk sektor ini, berakibat pada hambatan keuangan yang signifikan untuk masih tetap tinggi di mengakses perawatan kesehatan, sekaligus juga ketiadaan proteksi finansial bagi Indonesia dan mereka yang menggunakan layanan kesehatan. Walaupun cakupan asuransi memberikan kesehatan telah meningkat selama satu dekade terakhir, hampir setengah dari kenaikan terhadap populasi tetap tidak memiliki jaminan apapun dan, 45 persen dari total pengeluaran risiko tinggi kesehatan, OOP masih tetap tinggi. Tingginya pembayaran OOP merupakan faktor kemiskinan risiko yang paling tinggi terhadap kemiskinan, terutama dengan kondisi rentan sebagian besar penduduk Indonesia: ada 96 juta penduduk miskin dan rentan (40 persen dari populasi), yang hidup 1.5 kali dibawah garis kemiskinan nasional.42 40 Beban penyakit global (GBD) WHO mengukur beban penyakit menggunakan disability-adjusted-life-year (DALY). Pengukuran berdasarkan waktu ini mengkombinasikan tahun dari hilangnya kehidupan akibat kematian yang prematur dan tahun dari hilangnya kehidupan akibat waktu hidup dengan memiliki kekurangan dalam kesehatan yang penuh. Lihat http://www.who.int/topics/global_burden_of_disease/en/. 41 UNAIDS 2012, Laporan tentang Epidemi AIDS Global, Jenewa. 42 Berdasarkan Data Survey Sosial Ekonomi Nasional 2014 (SUSENAS). Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 42 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia b. Jalan Indonesia menuju UHC: Tantangan ke depan Undang-undang Hak dasar untuk mendapatkan perawatan kesehatan dimasukkan dalam amandemen penting pada tahun Undang-Undang Indonesia pada tahun 1999. Akan tetapi, dorongan untuk 2004 dan mencapai cakupan pelayanan kesehatan semesta baru muncul beberapa tahun pembentukan BPJS kemudian dalam Undang-Undang penting tentang Sistem Jaminan Sosial pada tahun 2011 Nasional/SJSN pada tahun 2004 yang menjadi dasar hukum untuk mencapai berarti bahwa JKN beberapa tujuan perlindungan sosial. Pada tahun 2011, Undang-Undang Badan telah terwujud, Penyelenggara Jaminan Sosial/BPJS diterbirkan sebagai tindak lanjut, dengan tujuan untuk mendefinisikan pengaturan administratif dan pelaksanaan. UU ini mengatur bahwa memperluas jaminan semua skema jaminan kesehatan yang ada saat ini baik yang bersifat kontribusi kepada seluruh maupun tidak berkontribusi harus digabungkan untuk menciptakan paket manfaat populasi pada tahun yang lebih sederhana dan seragam dalam satu payung pembiayaan. Setelah 2019 pembentukan satu-satunya administrator pembiayaan asuransi (BPJS) dan program asuransi kesehatan nasional bersatu yang baru (Jaminan Kesehatan Nasional, JKN) pada tahun 2014, Pemerintah berencana untuk memperluas cakupan kepesertaan secara bertahap sehingga menjangkau seluruh masyarakat pada tahun 2019.43 UHC tidak sebatas UHC tidak sebatas Gambar 35: JKN UHC memiliki tiga dimensi jumlah masyarakat meningkatkan jumlah orang penting yang mendapat yang dijamin oleh program jaminan kesehatan, asuransi kesehatan – walaupun tetapi juga tentang hal tersebut juga merupakan pelayanan kesehatan satu dimensi penting dari UHC yang memadai dan – melainkan juga menyangkut kemampuan paket manfaat jaminan membayar pengguna kesehatan yang disediakan dan pelayanan-pelayanan cakupan perlindungan finansial tersebut yang diberikan. UHC terdiri dari tiga dimensi penting – Sumber: Laporan Kesehatan Dunia, WHO, 2010 cakupan peserta (siapa yang dijamin, atau “luas), cakupan pelayanan (apa yang dijamin, atau “kedalaman’), dan cakupan biaya (berapa banyak yang dijamin, atau ‘ketinggian’) (Gambar 35) – untuk memastikan tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai, dengan kualitas yang cukup agar efektif, dan secara fisik dapat diakses dan terjangkau biayanya oleh semua orang.44 Terlepas dari usaha Tantangan utama dalam memperluas cakupan adalah: (i) untuk memastikan bahwa untuk meningkatkan 40 persen masyarakat paling miskin sesuai rencana dijamin pembiayaannya oleh jaminan kesehatan, pemerintah pusat; dan (ii) untuk memperluas pengumpulan kontribusi dari pekerja setengah dari informal yang tidak miskin (dalam aturan saat ini, kelompok ini harus berkontribusi 43 Untuk informasi lebih lanjut mengenai perencanaan implementasi dari, dan tantangan terkait sistem jaringan sosial nasional Indonesia, lihat “Tantangan Indonesia menerapkan sistem keamanan sosial baru” dalam edisi IEQ pada bulan Juli 2013. 44 Lihat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2005, laporan singkat teknis untuk pembuat kebijakan: mencapai UHC: mengembangkan sistem keuangan kesehatan, WHO, Jenewa. Penting untuk dicatat bahwa tiga dimensi UHC (“kedalaman”,”luas”, dan “ketinggian”) tidak bersifat independen ataupun tergantung satu sama lain: memastikan kedalaman cakupan memiliki dampak terhadap kedalaman dan ketinggian dari UHCitu sendiri. Ketersediaan umum dari paket manfaat untuk semua pihak – bukan hanya mereka yang mampu dan hidup di area perkotaan – merupakan aspek penting untuk memastikan bahwa UHC bukan hanya merupakan aspirasi hipotetis tetapi merupakan kesadaran kebijakan yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan dan meningkatkan perlindungan sosia. Sebagai tambahan, tingginya pembayaran OOP – sebagai contoh tidak memadainya “ketinggian” dari UHC – seringkali merupakan hasil dari kurang dalamnya jaminan jika pasien harus membayar biaya OOP untuk obat-obatan atau mencari perawatan di tempat lain dengan fasilitas swasta yang berada diluar jaringan yang ada. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 43 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia populasi tetap belum untuk dapat mendaftar dalam JKN). Dalam hal jaminan biaya, seperti yang telah terjamin disebutkan sebelumnya, pembayaran OOP masih tinggi, termasuk juga bagi mereka yang telah dijamin. Walaupun insiden pengeluaran biaya kesehatan pengeluaran biaya tinggi yang sangat merugikan (katastropik) menurun, estimasi baru-baru ini menunjukkan bahwa hal tersbut tetap menjadi masalah yang signifikan: hampir 20 persen dari seluruh rumah tangga (dan 5 persen dari 40 persen rumah tangga yang paling miskin) yang memanfaatkan pelayanan rawat inap mengalami pengeluaran OOP sebesar 25 persen dari total pengeluaran rumah tangga non kesehatan.45 Pelayanan kesehatan Walaupun seluruh tiga dimensi UHC penting, fokus tulisan pada bagian ini adalah yang memadai pada cakupan pelayanan JKN – yaitu mengenai tantangan untuk memastikan penting untuk efektivitas dari penyediaan pelayanan, termasuk sumber daya manusia, fasilitas kesuksesan JKN kesehatan, obat-obatan dan peralatan, dan kualitas perawatan. c. Jaminan Kesehatan Nasional untuk mencapai UHC memerlukan pelayanan kesehatan yang memadai Akses untuk fasilitas Akses terhadap fasilitas kesehatan telah meningkat secara nyata selama satu dekade kesehatan sudah terakhir.46 Jumlah rumah sakit meningkat hampir dua kali lipat jika dibandingkan meningkat tetapi antara tahun 2004 dengan tahun 2013, dan jumlah Puskesmas (Pusat Kesehatan tetap menjadi Masyarakat) meningkat hampir 30 persen selama periode yang sama, sehingga terjadi tantangan serius peningkatan tempat tidur untuk rawat inap per kapita dari 7.0 menjadi 12.6 per pada beberapa 10,000 populasi (Gambar 36 dan Gambar 37). Akan tetapi, rasio tempat tidur daerah Indonesia tetap jauh dibawah rekomendasi WHO yaitu 25 per 10,000, dan ada disparitas rasio tempat tidur sebesar empat kali lipat antar provinsi. Walaupun jarak rata-rata menuju fasilitas kesehatan di Indonesia hanya 5 km pada tahun 2011, di provinsi seperti Papua Barat, Papua, dan Maluku jarak rata-rata lebih dari 30 km (Gambar 38). Lebih dari 40 persen masyarakat di Sulawesi Barat, Maluku dan Kalimantan Barat membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk mencapai rumah sakit umum, dibandingkan dengan 18 persen secara nasional. Hanya 2 persen dari populasi membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk mencapai Puskesmas, tetapi jumlah tersebut jauh lebih tinggi di Papua (28 persen), Nusa Tenggara Timur (11 persen), dan Kalimantan Barat (11 persen). Tingkat penggunaan rawat jalan dan rawat inap telah meningkat secara stabil, terutama diantara 40 persen populasi kelas bawah. Akan tetapi, tingkat penggunaan masih tetap sangat rendah menurut standar global dan terdapat disparitas yang besar antar provinsi: tingkat penggunaan rawat inap Indonesia yang hanya 1.9 persen, lebih rendah dari angka yang diajukan WHO yaitu 10 per 100 populasi dan terdapat perbedaan lima kali lipat dari angka ini di berbagai provinsi. 45Susenas (2011). 46Penilaian terhadap kesiapan penyediaan pelayanan dan sisi penyediaan untuk Indonesia berdasarkan analisa data dari beberapa sumber utama dan tambahan. Sumber data untuk indikator tingkat makro mengenai jaminan dan hasil kesehatan selain juga pembiayaan kesehatan berasal dari WHO, database Indikator Perkembangan Dunia/World Development Indicators (WDI), BPS, Survey Demografis dan Kesehatan Indonesia (IDHS), dan Kementerian Kesehatan. Indikator-indikator tingkat mikro lain diperoleh dari data fasilitas termasuk dari sensus fasilitas Rifaskes pada tahun 2011, sensus fasilitas, Survey Kehidupan Keluarga Indonesia pada tahun 2007 (IFLS), dan Survey Kehidupan Keluarga Indonesia Timur pada tahun 2012. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 44 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 36: Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas Gambar 37: …demikian juga jumlah tempat tidur meningkat dari tahun 2004 ke 2013… rawat inap (jumlah tempat tidur per 10,000 orang) 12000 2004 2013 15.0 Puskesmas 10000 RS swasta 12.5 8000 RSU 10.0 6000 7.5 4000 5.0 2000 2.5 0 RS swasta RSU Puskesmas Puskesmas dengan 0.0 tempat tidur 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Catatan: Puskesmas dengan tempat tidur adalah bagian dari total Sumber: Kementerian Kesehatan puskesmas Sumber: Kementerian Kesehatan Gambar 38: Banyak masyarakat Indonesia menempuh jarak yang sangat jauh untuk mencapai fasilitas kesehatan terdekat (rata-rata kilometer terhadap fasilitas kesehatan terdekat) 30 20 10 Indonesian rata-rata 0 Maluku Banten DKI Jakarta NTB Bali Sulawesi Utara DI Yogyakarta Gorontalo Jambi Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah NTT Kalimantan Timur Jawa Timur Papua Papua Barat Sumatera Barat Jawa Tengah DI Aceh Jawa Barat Lampung Bengkulu Sumatera Utara Kalimantan Selatan Kep. Riau Riau Sumatera Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Sulawesi Barat Maluku Utara Sulawesi Tenggara Bangka Belitung Sumber: Kementerian Kesehatan Fasilitas kesehatan Menurut hasil analisis terbaru data fasilitas kesehatan, kesiapan pelayanan kesehatan tidak dilengkapi umum untuk menyediakan pelayanan kesehatan dasar yang sesuai dengan standar dengan baik untuk minimum, ditemukan variasi yang sangat tinggi antar provinsi, dengan kesiapan menyediakan rendah utamanya di beberapa provinsi di bagian timur seperti Papua, Maluku, pelayanan dasar Papua Barat, Sulawesi Barat dan Maluku Utara. Kesiapan pelayanan dasar diukur sesuai dengan dengan menggunakan 38 indikator pelacak (tracer) sebagai bagian dari sensus fasilitas mandat Undang- kesehatan pada tahun 2011 (Rifaskes) yang terdiri dari: Sarana dasar, peralatan dasar, Undang, terutama di standar tindakan untuk pencegahan infeksi, kemampuan diagnosa, dan obat-obatan bagian timur dasar.47 Ke 38 indikator tracer tersebut berikut indicator tracer a untuk pelayanan Indonesia, … spesifik yang akan didiskusikan di bawah ini , sudah konsisten dengan standar 47 WHO’s SARA Reference Manual menuliskan 50 indikator indikator tracer untuk kesiapan pelayanan dasar. Rifaskes mengumpulkan data tentang 38 indikator terkait. Lihat WHO (2013). Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 45 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia WHO. Tidak ada satupun Puskesmas di Indonesia yang dilaporkan memiliki keseluruh 38 indikator tracer untuk kesiapan pelayanan umum.48 Bila rata-rata Puskesmas tracer di DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah memiliki 80 persen dari 38 indicator tracer, Puskesmas di Papua dan Maluku hanya memiliki setengahnya (Gambar 39). Gambar 39: Terdapat variasi yang besar dalam kesiapan pelayanan Puskesmas di berbagai provinsi, dan perbedaan di berbagai provinsi dalam bidang pelayanan umum seperti kemampuan diagnosa dan obat- obatan penting (penilaian indikator pelayanan yang dipilih, dan indeks kesiapan pelayanan umum, untuk puskesmas berdasarkan provinsi, 2011) Fasilitas dasar Peralatan dasar Standar tindakan pencegahan Kemampuan mendiagnosis Obat-obatan penting Indeks keseluruhan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Bali DI Yogyakarta Jawa Timur NTT Maluku Banten Sumatera Utara Bengkulu DI Aceh Sumatera Barat Riau Lampung DKI Jakarta Jawa Barat NTB Kalimantan Barat Sulawesi Barat Gorontalo Maluku Utara Jambi Bangka Belitung Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Kep. Riau Papua Barat Papua Sumatera Selatan Jawa Tengah Kalimantan Tengah Indonesia rata-rata Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Catatan: indeks kesiapan pelayanan umum berdasarkan pada nilai dari serangkaian 38 indikator rekam jejak dari sensus fasilitas kesehatan pada tahun 2011. Sumber: Kementerian Kesehatan …dengan Sejumlah tantangan masih terdapat pada kesiapan pelayanan yang spesifik, dan kekurangan dalam kapasitas fasilitas kesehatan untuk menyediakan pelayanan program penting seperti pelayanan dasar keluarga berencana, pemeriksaan kehamilan (pelayanan antenatal), perawatan seperti pemeriksaan kebidanan, imunisasi dasar untuk bayi, malaria, tuberkulosa, diabetes, operasi kecil, kehamilan dan transfusi darah dan operasi besar. Secara khusus, Tabel 8 menyoroti potret pelayanan kekurangan dan variasi dalam ketersediaan pelayanan penting berdasarkan data kebidanan, dan Risfaskes dan sumber data lainnya. imunisasi rutin bayi 48 Untuk informasi lebih lanjut tentang perbedaan geografi dalam layanan public, lihat “Infrastruktur Desa untuk penyediaan layanan dasar” pada IEQ edisi Desember 2012. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 46 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 8: Data tingkat fasilitas : menyoroti ketidak siapan, dan variasi antar daerah, dalam penyediaan layanan kesehatan dasar Pelayanan Contoh tingkat ketersediaan pelayanan penting Keluarga 42 persen Puskesmas kekurangan setidaknya satu tenaga yang dilatih mengenai pelayanan keluarga Berencana berencana dalam 2 tahun terakhir, dan 38 persen kekurangan panduan keluarga berencana. Sekitar 60 persen dari klinik swasta kekurangan pil KB dan sekitar 35 persen kekurangan KB suntik. Perawatan Di Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua, kurang dari 60 persen Puskesmas mampu mendiagnosa anemia Antenatal dengan tes hemoglobin, sementara tes urin hampir tidak tersedia di Gorontolo, Sulawesi Utara, dan Maluku. Hanya 14 persen dari 30 rumah sakit swasta dan 15 persen dari klinik swasta yang disurvey mampu melakukan tes urin atau hemoglobin. Hal ini menjelaskan kenapa hanya 25 persen dari rumah sakit umum dan tidak ada satupun dari 30 rumah sakit swasta yang disurvey memiliki seluruh 8 item indikator tracer untuk pelayanan antenatal. Perawatan Hanya 62 persen Puskesmas yang mampu menyediakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Kebidanan Dasar(PONED) memiliki setidaknya satu staf yang sudah terlatih dalam jangka waktu 2 tahun, atau hanya Dasar sedikit lebih tinggi dari Puskesmas non-PONED (50 persen). Hanya 39 persen dari rumah sakit umum, dan 3 persen dari 30 rumah sakit swasta yang disurvey, memiliki seluruh 23 item indikator tracer perawatan kebidanan. Imunisasi rutin Lebih dari 20 persen Puskesmas di Papua, Papua Barat, dan Maluku melaporkan tidak memiliki vaksin bayi campak, DPT, polio, dan BCG, sementara hanya sekitar seperempat dari fasilitas swasta, dan kurang dari 10 persen fasilitas swasta di provinsi bagian timur, memiliki. ketersediaan dari vaksin-vaksin tersebut. Malaria Obat anti malaria tidak tersedia di 38 persen Puskesmas dan tes darah malaria tidak tersedia di 29 persen Puskesmas di 10 provinsi dengan tingkat prevalensi malaria tertinggi. Tuberkulosa Tigapuluh lima persen Puskesmas tidak memiliki staf yang sudah dilatih untuk menangani TBC, dan 27 (TBC) persen tidak memiliki kemampuan untuk mendiagnosa TBC dari sampel dahak, sementara perawatan lini pertama yang penting tidak secara luas tersedia baik di Puskesmas atau rumah sakit umum. Diabetes Hanya 66 persen dari rumah sakit umum, dan 27 persen dari 30 rumah sakit swasta yang disurvey, mempertahankan seluruh 7 item indikator tracer diabetes. Hanya 54 persen dari seluruh Puskesmas melaporkan kemampuan untuk tes gula darah – aspek penting dalam penanganan diabetes – dan hanya 47 persen melaporkan kemampuan untuk tes urin, dengan ketersediaan dari setiap tes yang baik dibawah 20 persen di 6 provinsi di bagian timur (Gambar 40). Operasi Dasar Ketersediaan yang sangat rendah ditemukan dalam berbagai kesediaan item operasi ringan yang penting, termasuk selang nasogastric (16 persen), pedoman (21 persen), staf yang sudah dilatih (29 persen), resuscitator dewasa dan anak-anak (47 persen), oksigen (53 persen), dan pisau bedah dengan pegangan (56 persen). Hanya 53 persen dari rumah sakit umum dan 60 persen dari 30 rumah sakit swasta yang disurvey, memiliki n seluruh 12 item indikator tracer operasi ringan. Transfusi Darah Hanya 20 persen dari seluruh rumah sakit umum, dan tidak ada satu dari 30 rumah sakit swasta yang disurvey, memiliki seluruh 6 item indikator tracer transfusi darah. Hanya DI Yogyakarta (47 persen) dan Sumatra Barat (41 persen) yang lebih dari 40 persen rumah sakit umumnya memiliki seluruh item, dimana delapan provinsi memiliki lebih dari 10 persen rumah sakit umum dengan seluruh item. Kemampuan menentukan golongan darah tidak tersedia secara luas di rumah sakit swasta (11 persen). Rumah sakit memiliki nilai sangat rendah dalam persediaan darah yang cukup (umum, 41 persen; swasta, 13 persen) dan keamanan persediaan darah (umum, 44 persen; swasta 37 persen). Operasi Besar Hanya 18 persen dari seluruh rumah sakit umum, dan 33 persen dari 30 rumah sakit swasta yang disurvey, memiliki seluruh 9 item indikator tracer operasi besar. Hanya Bali (62 persen), DKI Jakarta (47 persen), dan Banten (44 persen) memiliki lebih dari 40 persen rumah sakit umum dengan seluruh item. Sebagai perbandingan, sebagian besar provinsi (25 dari 33, atau 76 persen) memiliki kurang dari 30 persen rumah sakit dengan seluruh item, termasuk 8 provinsi tanpa ada rumah sakit yang mencapai target ini. Sumber: Rifaskes (2011), IFLS 2007, IFLS East 2013 Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 47 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 40: Sebagian besar Puskesmas kekurangan kemampuan diagnostik penting seperti tes urin dan gula darah (ketersediaan darah dan tes gula darah, persen) 100 Tes gula darah Tes urin 80 Indonesia rata-rata 60 40 Indonesia rata-rata 20 0 Banten Gorontalo Sulawesi Utara NTB Jambi DKI Jakarta Bali Maluku NTT Jawa Timur DI Yogyakarta Papua Papua Barat Bengkulu Sumatera Utara Sumatera Selatan Maluku Utara Sulawesi Barat Kalimantan Tengah Lampung Jawa Barat DI Aceh Riau Kalimantan Barat Sumatera Barat Jawa Tengah Sulawesi Tenggara Kep. Riau Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Indonesia Bangka Belitung Sulawesi Selatan Kalimantan Timur Sumber: Kementerian Kesehatan Ketersediaan tenaga Rasio tenaga kesehatan terhadap populasi telah meningkat sepanjang waktu, tetapi kesehatan inti telah tidak meratanya distribusi antar daerah dan provinsi secara geografis, dan antara meningkat secara wilayah pedesaan dan perkotaan, menjadi sebuah tantangan penting. Ketersediaan cepat dan saat ini tenaga kesehatan utama di Indonesia meningkat dengan cepat dalam beberapa sudah mendekati tahun terakhir. Rasio tenaga kesehatan utama terhadap populasi adalah 2.2 per 1,000 standar WHO, tetapi pada tahun 2013 (rasio untuk untuk dokter dan bidan adalah 0.5), hanya sedikit lebih tenaga dokter tidak rendah dibandingkan dengan angka 2.3 yang direkomendasikan oleh WHO yang tersebar secara diperlukan untuk mencapai 80 persen persalinan oleh tenaga terampil.49 Namun merata di seluruh demikian, terdapat perkiraan yang menyebutkan bahwa sekitar 25 persen dari Indonesia Puskesmas, sebagian besar di timur Indonesia, tidak memiliki dokter.50 Hanya 3 dari 33 provinsi di Negara ini telah memenuhi rekomendasi WHO yaitu setidaknya satu tenaga dokter untuk 1,000 populasi. Ketersediaan dokter ahli cenderung lebih banyak di provinsi-provinsi di Pulau Jawa. Ada kekurangan yang signifikan akan tenaga kesehatan penting di rumah sakit umum dan Puskesmas. Kekurangan tenaga perawat di kedua jenis fasilitas kesehatan tersebut cukup besar, walaupun ada banyak lulusan tenaga perawat. Indonesia telah Indonesia juga telah membuat investasi yang signifikan dalam rangka meningkatkan berusaha keras sistem jaminan kualitas pendidikan profesi kesehatan dengan memperkuat sistem untuk meningkatkan akreditasi pendidikan profesi kesehatan dan menerapkan ujian kompetensi kualitas tenaga nasional yang terstandar untuk sertifikasi kelulusan. Hal ini dibutuhkan karena kesehatan, tetapi pertumbuhan yang cepat dari jumlah sekolah profesi kesehatan, terutama yang kompetensi yang dikelola oleh pihak swasta. Akan tetapi, kualitas tenaga kesehatan tetap menjadi isu. kurang masih IFLS tahun 200751— yang juga menyertakan vignette untuk menilai kualitas dokter, menjadi sebuah perawat dan bidan – melaporkan akurasi jawaban yang kurang memadai: hanya 45 masalah persen untuk pelayanan antenatal, 62 persen untuk pelayanan kuratif anak, dan 57 49 Data Dewan Medis Indonesia dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kementerian Kesehatan 2013. 50 Artikel Kompas, 12 November, 2011, “Distribusi Dokter Tidak Merata”. 51 Survey Kehidupan Keluarga Indonesia, Rand Corporation (2007). Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 48 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia persen untuk pelayanan kuratif orang dewasa yang memenjawab sesuai dengan harapan ketika dihadapkan pada kasus rekaan dengan gejala umum yang menggambarkan kondisi-kondisi tersebut.52 d. Pilihan kebijakan untuk meningkatkan pemenuhan pelayanan kesehatan di Indonesia Pengeluaran Mewujudkan UHC pada Gambar 41: Pengeluaran kesehatan masyarakat di kesehatan tahun 2019 memerlukan Indonesia sangat rendah, dan biaya OOP tinggi pemerintah peningkatan yang 100 Indonesia, salah satu signifikan dalam pengeluaran kesehatan (persen) Bagian biaya OOP untuk total yang terendah di pengeluaran kesehatan 80 Myanmar dunia, perlu untuk masyarakat. ditingkatkan secara Pada tahun 2012, 60 Kamboja substansial… pengeluaran kesehatan Sri Lanka Filipina Vietnam pemerintah hanya 40 Indonesia Lao PDR sekitar 1.2 persen dari Malaysia Korea Cina PDB (sekitar 43 USD Fiji 20 Jepang per kapita). Angka Thailand tersebut merupakan Papua New Guinea rasio pengeluaran 0 0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 kesehatan terendah Pengeluaran kesehatan masyarakat dibanding PDB kelima dibandingkan (persen) dengan PDB dari 188 Sumber: WDI negara yang datanya tersedia: hanya Sudan Selatan, Pakistan, Chad, dan Myanmar yang rasio pengeluaran kesehatannya lebih rendah dari Indonesia.53 Sebagian besar negara-negara yang telah berhasil mengurangi OOP dan mencapai target WHO yang besarnya15-20 persen dari total pengeluaran kesehatan, mencapai target tersebut dengan pembiayaan kesehatan dari pemerintah sekitar 5 persen dari PDB.54 Dilihat dari rendahnya anggaran Pemerintah pusat untuk sektor kesehatan, nampaknya Pemerintah pusat masih belum memprioritaskan sektor kesehatan : alokasi untuk kesehatan secara umum kurang dari 5 persen dari anggaran pemerintah pusat pada beberapa tahun terakhir, artinya hanya sekitar seperempat dari alokasi untuk pendidikan dan kurang dari seperempat alokasi untuk subsidi bahan bakar. Tetapi dana juga Daerah telah memikul tanggung jawab utama dalam penyediaan pelayanan harus dibelanjakan kesehatan sejak tahun 2001, yang ditandai dengan peningkatan pembiayaan dengan lebih baik, kesehatan dari pemerintah sampai empat kali lipat, dimana separuhnya disalurkan dengan membuat melalui pemerintah daerah. Desentralisasi bertujuan meningkatkan penyediaan pemerintah daerah pelayanan kesehatan melalui pembuat keputusan yang lebih dekat dengan lebih bertanggung masyarakat, terutama untuk negara yang luas dan beragam seperti Indonesia. Akan jawab dan lebih tetapi, seperti sudah didiskusikan sebelumnya, pencapaian yang ada masih jauh dari mampu memberikan harapan. Kenyataannya, tidak ada korelasi antara tingkat perubahan pembiayaan pelayanan kesehatan daerah pada kesehatan dan beberapa cakupan kesehatan yang penting (Gambar 42 di daerah masing- dan Gambar 43). Mengapa demikian? Menurut analisisyang sedang berjalan terdapat masing empat kebijakan penting untuk meningkatkan pelayanan daerah, termasuk 52 Rokx, C, Giles, J, Satriawan, E, Marzoeki, P, Harimurti, P & Yavuz, E (2010), Masukan Baru mengenai penyediaan pelayanan kesehatan di Indonesia: studi pekerja kesehatan, World Bank, Washington DC.. 53 Indikator Perkembangan Dunia, 2014. 54 WHO merekomendasikan pengeluaran diluar kemampuan mencapai paling tinggi 15-20% dari total pengeluaran kesehatan, karena hanya pada tingkatan tersebut memiliki risiko kehilangan terkait bahaya pengeluaran kesehatan yang secara umum ditemukan itu rendah. Lihat WHO 2010 “Pembiayaan Sistem Kesehatan: Jalan menuju Jaminan Nasional”, WHO, Jenewa. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 49 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia kesehatan: (i) distribusi fungsi yang jelas (didukung oleh pembiayaan) antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (adanya program kesehatan vertikal dari pusat, yang sering kali tidak terhubungkan dengan transfer dana ke daerah, memecah pembiayaan kesehatan dan meleburkan tanggung jawab); (ii) insentif untuk pemerintah daerah (dan pemberi pelayanan) untuk memberikan pelayanan, dengan menghubungkan pembiayaan dengan hasill (hanya sedikit tanggung jawab akan yang dilakukan daerah dengan uangnya, dan transfer dana tidak dikaitakan dengan hasil); (iii) kapasitas pemerintah daerah (dan pemberi pelayanan) yang memadai untuk memberikan pelayanan (rendahnya ketersediaan obat, peralatan dan tes diagnostik, dan kompetensi pemberi pelayanan untuk memberikan pelayanan yang terstandar); dan (iv) tuntutan masyarakat untuk pelayanan yang lebih baik dan keterlibatan masyarakat dalam tanggung jawab sosial. Gambar 42: Pengeluaran untuk kesehatan telah Gambar 43: …tetapi tidak memiliki korelasi dan meningkat di beberapa daerah dan kota… seringkali memiliki dampak kecil terhadap hasil kesehatan utama Perubahan dalam kelahiran dengan 100 80 tenaga ahli (perrsen 2003-2011) Imunisasi (persen, 2004-2011) Perubahan dalam Cakupan 80 60 60 40 40 20 20 0 0 -20 -20 -100 100 300 500 0 200 400 -200 600 Perubahan pengeluaran kesehatan yang nyata Perubahan pengeluaran kesehatan yang nyata (persen, 2003-2011) (persen 2003-2011) Catatan: sampel dari 147 kabupaten berdasarkan data yang tersedia Catatan: sampel dari 154 kabupaten berdasarkan data yang tersedia di kedua tahun tersebut. di kedua tahun tersebut. Sumber: Menteri Keuangan; BPS Sumber: Menteri Keuangan; BPS Investasi yang Peningkatan transfer Dana Alokasi Khusus (DAK) ke daerah dapat dikaitkan ditargetkan dengan dengan besarnya kesenjangan dalam pelayanan kesehatan dasar sesuai standar, insentif yang seperti untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kontribusi daerah terhadap DAK disatukan dapat akan dibayarkan kembali asalkan daerah mampu menunjukkan bahwa layanan membantu tersebut telah tersedia, seperti yang sudah diuji-coba secara sukses pada sejumlah provinsi untuk transfer DAK yang dialokasikan untuk infrastruktur. Daerah yang kinerjanya kurang baik boleh saja mendapat dukungan asalkan akar masalahnya adalah kapasitas yang lemah dalam memberikan pelayanan. Jika dibutuhkan, pemerintah pusat dapat mempertimbangkan mengambil alih pelayanan untuk sementara, seperti yang sudah dilakukan dengan sukses di negara lain seperti Kolombia. Transfer selanjutnya dapat dihubungkan dengan perkembangan dalam mengatasi kesenjangan Pembayaran Sistem pembayaran penyedia pelayanan saat ini yang diterapkan dalam program penyedia layanan Jamkesmas yang terdahulu, sedang diadaptasi oleh Kementerian Kesehatan dan merupakan BPJS. Analisa potensi efisiensi yang diperoleh dari penguatan sistem pembayaran mekanisme lain pada fasilitas dasar dan pembatasan penggunaan pelayanan yang berbiaya tinggi untuk memastikan dapat berupa: (i) analisa penerimaan pembayaran dari asuransi yang diterima fasiltas pelayanan kesehatan dasar, sekunder dan tersier yang bisa digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 50 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dilakukan secara alokasi pada fasilitas dasar; (ii) analisa terhadap biaya perawatan di rumah sakit yang efektif potensial untuk dicegah bagi kasus-kasus yang bisa diatasi di tingkat pelayanan primer; (iii) analisa terhadap harga obat dan penggantian biaya dibandingkan dengan pengalaman internasional dan negara-negara tetangga. Pengumpulan data Kesuksesan skema-skema yang diajukan sangat bergantung kepada kemampuan dengan kualitas yang untuk mengumpulkan data rutin tingkat fasilitas yang relevan (dengan sampel baik sangat penting fasilitas yang mewakili tingkat kabupaten, termasuk fasilitas swasta) dan memastikan bahwa data yang dikumpulkan merefleksikan pedoman dan standar nasional. Hal ini akan membantu memberikan arahan tidak hanya mengenai adanya kekurangan yang ditemukan, tetapi juga mengapa kekurangan tersebut muncul. Pengumpulan data tersebut harus dilaksanakan secara independen dan idealnya terpisah dari administrasi pengawasan data yang rutin, yang juga penting. Jika memungkinkan, data dapat dikumpulkan juga dari sampel penerima pelayanan untuk memastikan bahwa pelayanan yang diberikan sesuai rencana dan bahwa pasien menerima perawatan yang berhak mereka dapatkan. Ada juga dimensi-dimensi lain pemberian pelayanan – termasuk kemampuan dan upaya dari penyedia layanan – yang memang mencakup dimensi pelayanan yang lebih tinggi tetapi dapat diukur dan ditingkatkan secara sistematis dan secara rutin. Misalnya, upaya untuk memastikan peralatan dasar di fasilitas tidak hanya tersedia tetapi juga secara layak dikalibrasi dan didayagunakan, dan penilaian terhadap petugas kesehatan untuk melihat apakah mereka memiliki kemampuan yang diperlukan dan motivasi untuk menyediakan pelayanan dengan kualitas tinggi. JKN perlu untuk Pada beberapa kasus, sepertinya masalahnya bukan terletak pada kebutuhan sumber disosialisasikan daya tambahan tetapi lebih terkait pada pengetahuan yang lebih luas dan persiapan dengan lebih baik terus menurus untuk UHC antara pemerintah daerah, penerima dan penyedia kepada pemerintah pelayanan kesehatan. Pemerintah dapat menginformasikan secara jelas bahwa paket daerah, penerima manfaat JKN yang diberikan berimplikasi pada sisi ketersediaan pelayanan dan penyedia kesehatan, dan bahwa informasi ini secara efektif disebarkan dan dimasukan pada pelayanan kesehatan prioritas operasional. Hal ini dapat mencakup peralatan, pelatihan, kemampuan diagnosa, dan obat-obatan yang harus disediakan pada tingkat pelayanan yang berbeda. Hal tersebut juga akan menentukan akuntabilitas dari pelayanan ini dan pendanaan rujukan yang sesuai kebutuhan. Dalam hal ini, BPJS dapat mempertimbangkan menerapkan proses akreditasi rutin yang independen untuk fasilitas umum dan swasta. Memastikan keberhasilan Indonesia mencapai UHC pada tahun 2019 bisa menjadi satu pelayanan kesehatan pencapaian hebat dunia dalam sektor kesehatan. Agar dapat mencapai tujuan yang memadai tersebut dan untuk mendukung peningkatan yang berkelanjutan status kesehatan, sangat penting perlu adanya fokus tidak hanya pada peningkatan kepesertaan (luas) dan terhadap kesuksesan kemampuan bayar peserta (tinggi) terhadap pelayanan kesehatan, tetapi juga JKN di Indonesia memastikan bahwa paket manfaat yang dijanjikan tersedia, terutama di daerah timur Indonesia dan pada tingkat pelayanan kesehatan dasar. Agar paket manfaat kesehatan JKN yang komprehensif terwujud dalam meningkatkan status kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia, perlu adanya fokus yang kuat dalam tahun- tahun mendatang dalam memastikan bahwa fasilitas kesehatan sudah siap untuk menyediakan pelayanan kesehatan utama. Tanpa hal tersebut, UHC melalui JKN akan menjadi janji kosong belaka. Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 51 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB (pertumbuhan PDB riil, persen) pengeluaran (kontribusi pertumbuhan PDB riil yoy, persen) Private cons. Gov cons. 4 8 Investment Net exports Tahunan, kanan Stat.discrepancy* GDP 8 3 6 Triwulanan, pernyesuain 4 2 musim, kiri 4 Rata-rata, kanan* 0 1 2 0 0 -4 Sep-07 Jun-09 Mar-11 Dec-12 Sep-14 Sep-11 Sep-12 Sep-13 Sep-14 Catatan: * Rata-rata pertumbuhan Tw-k-Tw Q32007 – Q3 2014 Catatan: * termasuk perubahan inventori Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor (kontribusi pertumbuhan PDB riil yoy, persen) (pertumbuhan penjualan dengan penyesuaian musim, percent) Agriculture Mining and constr. 60 Manufacturing Comm & transport Trade, hotel & rest Others (incl. services) 8 GDP 40 Mobil 20 4 0 -20 Sepeda motor 0 -40 Sep-11 Sep-12 Sep-13 Sep-14 Oct-11 Oct-12 Oct-13 Oct-14 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri (tahun dasar pernjualan eceran 2010=100) (indeks PMI dan pertumbuhan yoy, persen) 180 60 20 Indeks penjualan ritel BI 160 Indeks produksi industri, kanan Indeks survey konsumen BI 140 55 10 120 100 50 0 80 Indeks manufaktur PMI, kiri 60 45 -10 Oct-11 Oct-12 Oct-13 Oct-14 Nov-11 Nov-12 Nov-13 Nov-14 Sumber: BI Sumber: BPS; Markit HSBC Purchasing Manager’s Index Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 52 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan (miliar dolar AS) (miliar dolar AS, kiri, dan persen, kanan) Capital and financial Current account 15 5 Errors and omissions Overall BoP inflows Pendapatan sekunder, 15 kiri 4 10 Perdagangan 3 Perdagangan jasa, kiri 10 barang, kiri 2 5 1 5 0 0 -1 0 Neraca berjalan, kiri -5 -2 -5 -3 -10 Pendapatan utama, -4 -10 -15 kiri Deficit neraca berjalan/PDB, kanan -5 Sep-11 Sep-12 Sep-13 Sep-14 Sep-11 Sep-12 Sep-13 Sep-14 Sumber: BI Sumber: BI; Perhitungan staff Bank Dunia Lampiran Gambar 9: Ekspor barang Lampiran Gambar 10: Impor barang (rata-rata 3 bulanan, miliar dolar AS) (rata-rata 3 bulanan, miliar dolar AS) 20 20 Total ekspor Total impor 16 16 12 12 Bahan baku (tidak termasuk minyak dan gas) 8 Manufaktur 8 Pertanian dan Kehutanan Minyak dan gas 4 4 Minyak dan gas Barang modal Barang konsumsi Tambang dan mineral 0 0 Oct-11 Oct-12 Oct-13 Oct-14 Oct-11 Oct-12 Oct-13 Oct-14 Sumber: BPS, Perhitungan staff Bank Dunia Sumber: BPS; Perhitungan staff Bank Dunia Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus Lampiran Gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter masuk modal (pertumbuhan bulan-ke-bulan dan tahun-ke-tahun, persen) (miliar dolar AS) 150 5.0 3.5 12.0 Cadangan devisa, kiri 125 2.5 TIngkat bunga BI, kanan) 2.5 8.0 100 0.0 1.5 4.0 Inflasi inti, tahun ke tahun, 75 -2.5 kanan 0.5 0.0 Aliran masuk porfolio asing, kanan: 50 -5.0 Equities SUN SBI 25 -7.5 -0.5 Inflasi headline, bulan-ke-bulan, kiri -4.0 Oct-11 Oct-12 Oct-13 Oct-14 Nov-10 Nov-11 Nov-12 Nov-13 Nov-14 Sumber: BI; MoF Sumber: BPS Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 53 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 13: Rincian bulanan IHK Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa (persen kontribusi terhadap pertumbuhan bulanan) negara (tahun-ke-tahun, November 2014) 3.6 Core Administered Volatile Headline India 3.0 Indonesia* Philippines 2.4 Japan 1.8 Malaysia USA 1.2 China 0.6 Thailand 0.0 Korea Singapore -0.6 Nov-11 Nov-12 Nov-13 Nov-14 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia *Data November, lainnya data Oktober Sumber: Biro statistik nasional via CEIC; BPS Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan internasional pengangguran (perbedaan harga persen kiri, harga kulakan Rp per kg, kanan) (persen) 120 12,500 25 Harga beras IR II, Persen perbedaan kanan 20 harga, kiri 10,000 70 Tingkat kemiskinan 15 7,500 10 20 5,000 Tingkat pengangguran 5 Beras vietnam, 5% pecah (kanan) -30 2,500 0 Oct-10 Oct-11 Oct-12 Oct-13 Oct-14 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Sumber: Pasar Induk Beras Cipinang; FAO; Bank Dunia Sumber: BPS Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS (indeks harian, mata uang local, January 4 2010=100) (indeks bulanan, January 2010=100) 250 80 SET-Thailand 100 200 Brazil 120 Turki Indonesia 150 JCI -Indonesia SGX-Singapore Afrika Selatan 140 India 100 BSE-india 160 Apresiasi Shanghai-China 50 Jan-10 Jan-11 Jan-12 Jan-13 Jan-14 Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 54 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS 5-tahunan dalam mata uang lokal pemerintah EMBI (persen) (basis poin) 10 475 60 Indonesia spreads less overall EMBIG Indonesia index spread (kanan) 8 400 0 6 325 -60 Philippines 4 Thailand 250 -120 Malaysia 2 175 -180 Amerika Indonesia EMBIG bond spread (kiri) 0 100 -240 Nov-10 Nov-11 Nov-12 Nov-13 Nov-14 Nov-10 Nov-11 Nov-12 Nov-13 Nov-14 Sumber: CEIC Sumber: JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan pedesaan dan deposito (persen) (tahun-ke-tahun, persen) 40 100 10 Rasio pinjaman dan deposito-LDR, kiri 80 8 30 Kredit komersial dan pedesaan 60 6 Rasio kredit 20 bermasalah-NPL, Rasio pengembalian 40 kanan aset-ROA, kanan 4 Deposito 10 20 2 Rasio kecukupan modal-CAR, kiri 0 0 0 Sep-08 Sep-10 Sep-12 Sep-14 Sep-08 Sep-10 Sep-12 Sep-14 Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri (persentase terhadap PDB; miliar dolar AS) (persentase terhadap PDB; miliar dolar AS) 60 400 60 400 Utang luar negeri swasta, kanan Utang dalam negeri, kanan Utang luar negeri pemerintah, kanan Utang luar negeri, kanan Total utang luar negeri terhadap PDB, kiri 45 Total utang terhadap PDB, kiri 300 45 300 30 200 30 200 15 100 15 100 0 0 0 0 2006 2008 2010 2012 2014* 2006 2008 2010 2012 2014* September September Sumber: MoF; BI; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 55 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemerintah (Rupiah triliun) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi APBN-P APBN A. Penerimaan dan hibah 849 995 1,211 1,338 1,439 1,762 1,793 1. Penerimaan pajak 620 723 874 981 1,077 1,246 1,380 2. Penerimaan non-pajak 227 269 331 352 355 387 410 B. Pengeluraran 937 1,042 1,295 1,491 1,651 1,877 2,039 1. Pemerintah pusat 629 697 884 1,011 1,137 1,280 1,392 2. Transfer ke pemerintah daerah 309 345 411 481 513 647 631 C. Neraca utama 5 42 9 -53 -99 -106 -94 D. Surplus/defisit -89 -47 -84 -153 -212 -241 -246 (persen dari PDB) -1.6 -0.7 -1.1 -1.9 -2.3 -2.4 -2.2 Sumber: Kementerian keuangan Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran (Miliar dolar AS) 2012 2013 2014 2012 2013 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Neraca Pembayaran  0.2 -7.3 3.2 -6.6 -2.5 -2.6 4.4 2.1 4.3 6.5 Persen dari PDB  0.0 -0.8 1.5 -3.0 -1.1 -1.2 2.2 1.0 2.0 2.9 Neraca berjalan -24.4 -29.1 -7.8 -6.0 -10.1 -8.6 -4.3 -4.2 -8.7 -6.8 Persen dari PDB  -2.8 -3.4 -3.6 -2.7 -4.5 -4.0 -2.2 -2.0 -4.1 -3.1 Neraca perdagangan  -1.9 -6.2 -2.4 -1.0 -4.1 -2.7 1.6 1.1 -3.0 -1.0 Pendapatan bersih & transfer  -22.5 -22.9 -5.4 -5.0 -6.0 -5.9 -5.9 -5.3 -5.7 -5.9 berjalan Neraca modal & keuangan 24.9 22.0 12.0 0.0 8.7 4.5 8.8 7.0 14.3 13.7 Persen dari PDB  2.8 2.5 5.5 0.0 3.9 2.1 4.4 3.4 6.8 6.1 Investasi langsung  13.7 12.2 4.1 3.3 3.3 5.5 0.2 2.8 3.7 5.4 Investasi porfolio  9.2 10.9 0.2 3.8 3.8 1.5 1.8 8.7 8.3 7.1 Investasi lain  1.9 -1.2 7.7 -7.0 1.6 -2.5 6.8 -4.5 2.3 1.1  Kesalahan & pembulatan -0.3 -0.2 -0.9 -0.6 -1.0 1.5 0.0 -0.7 -1.3 -0.4  Cadangan devisa* 112.8 99.4 112.8 104.8 98.1 95.7 99.4 102.6 107.7 111.2 Catatan: * Cadangan devisa pada akhir periode Sumber: BI; BPS Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 56 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 3: Indikator utama makro-ekonomi Indonesia 1995 2000 2005 2010 2011 2012 2013 1 Neraca Nasional (% perubahan)  PDB riil 8.4 4.9 5.7 6.2 6.5 6.3 5.8  Investasi riil 22.6 11.4 10.9 8.5 8.3 9.7 4.7  Konsumsi riil 21.7 4.6 4.3 4.1 4.5 4.8 5.2  Swasta 22.7 3.7 0.9 4.7 4.7 5.3 5.3  Pemerintah 14.7 14.2 6.6 0.3 3.2 1.3 4.9  Ekspor rill, barang dan jasa 18.0 30.6 16.6 15.3 13.6 2.0 5.3  Impor riil, barang dan jasa 29.6 26.6 17.8 17.3 13.3 6.7 1.2  Investasi (% PDB) 28 20 24 32 32 33 32  Nominal PDB (milyar dolar AS) 202 165 286 709 846 877 868  PDB per capita (dolar AS) 1229 948 1,560 3,494 3,849 3,920 3,277 2 Anggaran Pemerintah Pusat (% GDP)  Penerimaan dan hibah 15.2 20.8 17.8 15.5 16.3 16.2 15.8  Penerimaan bukan pajak 4.8 9.0 5.3 4.2 4.5 4.3 3.9  Penerimaan pajak 10.3 11.7 12.5 11.3 11.8 11.9 11.9  Pengeluaran 13.9 22.4 18.4 16.2 17.4 18.1 18.2  Konsumsi 3.9 4.0 3.0 3.8 4.0 4.1 4.3  Modal 4.6 2.6 1.2 1.3 1.6 1.8 2.0  Bunga pinjaman 1.4 5.1 2.3 1.4 1.3 1.2 1.2  Subsidi .. 6.3 4.3 3.0 4.0 4.2 3.9  Surplus/defisit 1.3 -1.6 -0.6 -0.7 -1.1 -1.9 -2.3  Utang Pemerintah 32.3 97.9 47.2 25.9 24.1 23.7 25.3  Utang luar negeri pemerintah 32.3 51.4 23.4 11.9 10.7 10.4 11.8  Total utang luar negeri (termasuk utang swasta) 61.5 87.1 47.1 28.5 26.6 28.8 30.6 3 Neraca Pembayaran (% PDB)  Neraca pembayaran keseluruhan .. .. 0.2 4.3 1.4 0.0 -0.8  Neraca transaksi berjalan 3.2 4.8 0.1 0.7 0.2 -2.8 -3.4  Ekspor, barang dan jasa 26.2 42.8 35.0 23.5 25.2 24.1 23.6  Impor, barang dan jasa 26.9 33.9 32.0 20.5 22.3 24.3 24.3  Transaksi berjalan -0.8 8.9 2.9 3.0 2.8 -0.2 -0.7  Neraca transaksi keuangan .. .. 0.0 3.7 1.6 2.8 2.5  Penanaman modal langsung, neto 2.2 -2.8 1.8 1.6 1.4 1.6 1.4  Cadangan devisa bruto (USD billion) 14.9 29.4 34.7 96.2 110.1 112.8 99.4 3 Moneter (% change)  Deflator PDB1 9.9 20.4 14.3 8.3 8.1 4.4 4.4  Suku bunga Bank Indonesia (%) .. .. 9.1 6.5 6.6 5.8 6.5  Kredit domestik .. .. 28.7 17.5 24.4 24.2 22.1 4  Nilai tukar Rupiah/Dolar AS (rata-rata) 2,249 8,422 9,705 9,090 8,770 9,387 10,461 1 Harga-harga (% perubahan)  Indeks harga konsumen (akhir periode) 9.0 9.4 17.1 7.0 3.8 4.3 8.4  Indeks harga konsumen (rata-rata) 9.4 3.7 10.5 5.1 5.4 4.3 7.0 5  Harga minyak mentah Indonesia (Dolar AS per barel) 17 28 53 79 112 113 107 Source: 1 BPS dan kalkulasi staf Bank Dunia; 2 Kementerian Keuangan dan perhitungan staf Bank Dunia (untuk 1995 menggunakan tahun dasar FY 1995/1996; untuk tahun 2000 hanya 9 bulan); 3 Bank Indonesia; 4 IMF; 5 CEIC Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 57 Membawa perubahan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator pembangunan Indonesia 1995 2000 2005 2010 2011 2012 2013 2014 1 Kependudukan Penduduk (juta) 199 213 227 241 244 247 250 .. Tingkat pertumbuhan penduduk (%) 1.5 1.3 1.2 1.3 1.3 1.2 1.2 .. Penduduk perkotaan (% terhadap total) 36 42 46 50 51 51 52 .. Rasio ketergantungan (% penduduk usia kerja) 61 55 54 53 53 52 52 .. 2 Angkatan Kerja Angkatan kerja, total (juta) 84 98 106 117 117 120 120 126 Laki-laki 54 60 68 72 73 75 75 77 Perempuan 31 38 38 45 44 46 45 49 Kontribusi tenaga kerja sektor pertanian (%) 43 45 44 38 36 35 35 35 Kontribusi tenaga kerja sektor industri (%) 19 17 19 19 21 22 20 21 Kontribusi tenaga kerja sektor jasa (%) 38 37 37 42 43 43 45 44 Tingkat pengangguran, total (% angkatan kerja) 7.0 8.1 11.2 7.1 7.4 6.1 6.2 5.7 3 Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan Konsumsi rumah tangga, median (Rp 000 per bulan) .. 104 211 374 421 446 487 548 Garis kemiskinan nasional (Rp 000 per bulan) .. 73 129 212 234 249 272 303 Jumlah penduduk miskin (juta) .. 38 35 31 30 29 28 28 Penduduk miskin (% penduduk dibawah garis kemiskinan) .. 19.1 16.0 13.3 12.5 12.0 11.4 11.3 Di perkotaan .. 14.6 11.7 9.9 9.2 8.8 8.4 8.3 Di perdesaan .. 22.4 20.0 16.6 15.7 15.1 14.3 14.2 Laki-laki sebagai kepala rumah tangga .. 15.5 13.3 11.0 10.2 9.5 9.2 11.2 Perempuan sebagai kepala rumah tangga .. 12.6 12.8 9.5 9.7 8.8 8.6 11.9 GINI indeks .. 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok termiskin (%) .. 9.6 8.7 7.9 7.4 7.5 7.4 7.5 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok terkaya (%) .. 38.6 41.4 40.6 46.5 46.7 47.3 46.8 4 Pengeluaran pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat (% PDB) .. .. 0.4 0.4 0.4 0.4 0.6 .. 1 Kesehatan dan Gizi Tenaga kesehatan (per 1,000 people) 0.16 0.16 0.13 0.29 .. 0.20 .. .. Tingkat kematian balita (per 1000 anak usia dibawah 5 tahun) 67 52 42 33 32 31 29 .. Tingkat kematian bayi lahir (per 1000 kelahiran hidup) 26 22 19 16 15 15 14 .. Tingkat kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup) 51 41 34 27 26 25 25 .. Rasio kematian persalinan (perkiraan, per 100,000 kelahiran hidup) 420 340 270 210 .. .. 190 .. Imunisasi campak (% anak usia dibawah 2 tahun) 63 74 77 78 80 85 84 .. Total pengeluaran untuk kesehatan (% GDP) 1.8 2.0 2.8 2.9 2.9 3.0 .. .. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan (% GDP) 0.7 0.7 0.9 1.1 1.1 1.2 .. .. 3 Pendidikan Angka partisipasi murni (APM) SD, (%) .. .. 92 92 92 93 92 .. APM perempuan (% dari total partisipasi) .. .. 48 48 49 49 50 .. Angka partisipasi murni pendidikan tingkat menengah, (%) .. .. 52 61 60 60 61 .. APM perempuan (% dari total partisipasi) .. .. 50 50 50 49 50 .. Angka partisipasi murni universitas/pendidikan tinggi, (%) .. .. 9 16 14 15 16 .. APM perempuan (% dari total partisipasi) .. .. 55 53 50 54 54 .. Angka melek huruf Dewasa (%) .. .. 91 91 91 92 93 .. 5 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap PDB) .. .. 2.7 3.2 3.4 3.4 3.6 .. 5 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap APBN) .. .. 14.5 20.0 19.7 18.8 19.0 .. 1 Air Bersih dan Kesehatan lingkungan Penduduk dengan akses air bersih disempurnakan (% tot penduduk) 74 78 81 84 84 85 .. .. Di perkotaan (% penduduk perkotaan) 91 91 92 93 93 93 .. .. Di perdesaan (% penduduk perdesaan) 65 68 71 75 76 76 .. .. Penduduk dengani akses kesehatan lingkungan (% tot penduduk) 38 44 53 57 59 59 .. .. Di perkotaan (% penduduk perkotaan) 60 64 70 70 73 71 .. .. Di perdesaan (% penduduk perdesaan) 26 30 38 44 44 46 .. .. 1 Lainnya Pengurangan resiko bencana, penilaian (skala 1-5; 5=terbaik) .. .. .. .. 3.3 .. .. .. 6 Proporsi perempuan yang duduk di parlemen (%) .. 8 11 18 18 19 19 17 Sumber: 1 World Development Indicators; 2 BPS (Sakernas); 3 BPS (Susenas) dan Bank Dunia; 4 Kementrian Keuangan dan kalkulasi oleh staf Bank Dunia dan hanya termasuk pengeluaran aktual untuk Raskin, Jamkesmas, BLT, BSM, PKH (kecuali tahun 2012 dari APBN-perubahan; 5 MoF; 6 Inter-Parliamentary Union Desember 2014 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 58 Supported by funding from the Australian Government ;ĞƉĂƌƚŵĞŶƚŽĨ&ŽƌĞŝŐŶīĂŝƌƐĂŶĚdƌĂĚĞ͕&dͿ͕ƵŶĚĞƌƚŚĞ Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis ;^D&WͿƉƌŽŐƌĂŵ͘