Policy Brief Issue 1 | Maret 2017 Dapatkah Layanan Pengasuhan Anak THE EAST ASIA Meningkatkan Hasil Bursa Kerja Perempuan AND PACIFIC GENDER di Indonesia? INNOVATION LAB (EAPGIL) melaksanakan studi Oleh: Daniel Halim, Hillary Johnson dan Elizaveta Perova evaluasi dampak dan penelitian inferensial untuk menghasilkan TEMUAN UTAMA bukti-bukti empiris • Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan berkaitan mengenai hal-hal yang dengan kebutuhan pengasuhan anak yang tidak terpenuhi. berhasil mengurangi kesenjangan gender • Perempuan perkotaan yang tidak memiliki akses ke pengasuhan anak informal mengorbankan sekitar US$1.300 (Rp 12,2 juta) dari pendapatannya dalam kepemilikan akibat ketidakhadiran yang berkepanjangan dari bursa kerja. aset, peluang dan kemampuan ekonomi, • Setelah melahirkan, para perempuan yang tidak memiliki akses ke pengasuhan anak informal cenderung beralih ke, dan tetap melakukan, serta bagaimana pekerjaan keluarga tidak dibayar. usaha memperkecil kesenjangan- • Bagi perempuan yang kembali bekerja, kendala pengasuhan anak memiliki keterkaitan dengan peralihan ke pekerjaan yang kurang menghasilkan uang. kesenjangan tersebut dapat mendukung pencapaian hasil- hasil pembangunan KONTEKS lainnya. Pada akhirnya, Meningkatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan sangat penting bagi EAPGIL berupaya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produktivitas1 serta dapat mengimbangi penurunan untuk meningkatkan jumlah angkatan kerja akibat pesatnya penuaan penduduk.2 Pada angka 53,5 persen, TPAK kesejahteraan perempuan Indonesia berada jauh di bawah angka rata-rata regional yaitu 67,7 persen.3 perempuan dan Studi dari berbagai kawasan lain di dunia menunjukkan bahwa akses pendukung ke laki-laki di Asia Timur pengasuhan anak meningkatkan TPAK kaum perempuan; kendati demikian, besarnya dan Pasifik dengan pengaruh tersebut bervariasi menurut negara dan jenis program.4 Untuk mengetahui apakah mempromosikan program-program serupa bisa sesuai untuk Indonesia, penentu kebijakan perlu memahami penerapan kebijakan apakah rendahnya TPAK perempuan didorong oleh preferensi atau kendala-kendala tertentu. dan program efektif yang teridentifikasi berdasarkan bukti-bukti 1 World Development Report 2012 – Gender Equality and Development, World Bank Washington, DC, 2011. 2 Live Long and Prosper – Aging in East Asia and Pacific, World Bank, Washington, DC, 2016. empiris. 3 World Development Indicators for 2014; http://wdi.worldbank.org/tables. 4 Cashing in on Education: Women, Childcare, and Prosperity in Latin America and the Caribbean, Mercedes Mateo- Diaz and Lourdes Rodriguez-Chamussy, World Bank and Inter-American Development Bank, Washington, DC, 2016. APA YANG KAMI LAKUKAN? Kami menggunakan data survei rumah tangga5 untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: • Apakah keputusan-keputusan bursa kerja perempuan di Indonesia mencerminkan preferensi mereka, ataukah keputusan- keputusan tersebut merupakan konsekuensi dari kendala-kendala dalam pengasuhan anak? • Berapa biaya maksimal yang bersedia dikeluarkan oleh rumah tangga untuk layanan pengasuhan anak? • Jika pengasuhan anak membatasi pilihan kaum perempuan, berapa biaya ekonomi dalam bentuk pendapatan yang hilang? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kami membandingkan keputusan-keputusan bursa kerja antara perempuan dengan anak yang tinggal dalam rumah tangga bersama Anggota Rumah Tangga (ART) berusia tua dan mereka yang tidak tinggal bersama ART berusia tua. ART berusia tua dapat menyediakan layanan pengasuhan anak informal yang meringankan beban pengasuhan. Jika keputusan lapangan kerja didorong oleh preferensi, kita seyogianya tidak melihat perbedaan dramatis antara perempuan yang memiliki akses ke pengasuhan anak informal dengan mereka yang tidak memiliki akses. Gambar 1a PERSENTASE PEREMPUAN YANG BEKERJA / MEMILIKI Karena keterbatasan data, kami hanya mampu menggambarkan ANAK DI BAWAH USIA 2 TAHUN (WILAYAH PERKOTAAN) tren dan korelasi; kami tidak mampu membangun hubungan sebab-akibat. 80% 60% APA YANG KAMI TEMUKAN? Beban pengasuhan anak tampaknya menimbulkan 40% kendala, setidaknya bagi sejumlah perempuan. 20% Pola TPAK perempuan yang tinggal di rumah tangga perdesaan dan perkotaan dengan dan tanpa ART berusia tua sangatlah 0% 20 25 30 35 40 45 berbeda. Gambar 1a dan 1b memperlihatkan persentase Usia perempuan perkotaan yang melaporkan bekerja atau tinggal Tidak ada ART berusia tua Ada ART berusia tua di rumah sebagai kegiatan utama mereka. Antara usia 26 dan Punya anak dibawah 2 thn 28 tahun, ketika fertilitas memuncak, persentase perempuan perkotaan yang bekerja lebih tinggi di kalangan mereka yang tinggal dengan ART berusia tua dengan selisih 10 sampai 19 poin Gambar 1b persentase. Tren yang sama tidak muncul di wilayah perdesaan. Perempuan perdesaan cenderung bekerja di pertanian dan PERSENTASE PEREMPUAN YANG MENGURUS memiliki kemungkinan lebih kecil untuk bekerja di sektor formal; RUMAH TANGGA / MEMILIKI ANAK DI BAWAH USIA 2 TAHUN (WILAYAH PERKOTAAN) hal ini mempermudah kemungkinan kombinasi antara bekerja dan 100% mengasuh anak. 80% Selain itu, antara tahun 2000 sampai 2014, peningkatan TPAK 60% perempuan sepadan dengan peningkatan rumah tangga dengan 40% keberadaan nenek sebagai pengasuh utama anak. Peran nenek sebagai pengasuh utama meningkat hampir tujuh kali lipat dari 20% angka yang nyaris dapat diabaikan sebesar 0,8 persen ke angka 5,7 0% persen, atau peningkatan sebesar 4,9 poin persentase. Dalam periode 20 25 30 35 40 45 yang sama, peningkatan TPAK perempuan hampir menyerupai Usia pertumbuhan tersebut, yaitu sebesar 3,9 poin persentase. Tidak ada ART berusia tua Ada ART berusia tua Punya anak dibawah 2 thn Tren-tren ini menunjukkan bahwa keputusan-keputusan TPAK tidak murni berdasarkan preferensi. 5 SAKERTI (Survei Aspek Kehidupan Rumah tangga Indonesia) putaran 1-5 (1993-2014). Gambar 2 Tidak terpenuhinya kebutuhan pengasuhan anak menimbulkan biaya ekonomi dalam bentuk hilangnya PROBABILITAS UNTUK BEKERJA PADA MINGGU pendapatan SEBELUMNYA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN Kami melakukan studi peristiwa guna menelusuri bagaimana SEBELUM MELAHIRKAN (WILAYAH PERKOTAAN) probabilitas untuk berada dalam angkatan kerja dan berada dalam .2 jenis pekerjaan berbeda berubah seiring kelahiran anak pertama dari angkatan kerja perempuan. Kami membandingkan lima tahun .1 sebelum dan delapan tahun setelah melahirkan dengan satu Probabilitas 0 tahun sebelum melahirkan. Kembali, kami menemukan perbedaan mencolok antara perempuan dalam rumah tangga dengan dan –.1 tanpa ART berusia tua; dan antara daerah perdesaan dan perkotaan. –.2 Di daerah perkotaan, probabilitas untuk bekerja akan kembali ke –.3 −5 −4 −3 −2 −1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 tingkat pra-kehamilan setelah dua tahun sejak melahirkan bagi Tahun dari melahirkan perempuan dalam rumah tangga dengan ART berusia tua (Gambar Tidak ada ART berusia tua (N=27,383) Ada ART berusia tua (N=9,205) 2). Bagi perempuan dalam rumah tangga tanpa ART berusia tua, Catatan: Garis-garis putus menunjukkan Interval Kepercayaan 95%.6 periode ini dua kali lebih panjang; baru kembali ke tingkat pra- kehamilan empat tahun setelah melahirkan. Menggunakan data Gambar 3a dari Survei Angkatan Kerja Nasional, kami memperkirakan biaya pendapatan yang hilang. Perempuan perkotaan tanpa akses ke PROBABILITAS UNTUK MENJADI PEKERJA KELUARGA pengasuhan anak informal mengorbankan sekitar US$1.300 TIDAK DIBAYAR DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN (Rp 12,2 juta) dalam bentuk pendapatan yang hilang akibat SEBELUM MELAHIRKAN (WILAYAH PEDESAAN) ketidakhadiran yang berkepanjangan di bursa kerja.7 .1 .05 Sementara pengasuhan anak informal nampak mempercepat perempuan di daerah perkotaan untuk kembali bekerja, jenis Probabilitas 0 pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan, baik di daerah perkotaan –.05 maupun perdesaan, berbeda berdasarkan keberadaan ART berusia tua. Gambar 3a dan 3b menunjukkan bahwa probabilitas untuk –.1 bekerja sebagai pekerja keluarga tidak dibayar meningkat –.15 selama tahun melahirkan bagi perempuan yang tidak memiliki −5 −4 −3 −2 −1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 ART berusia tua dalam rumah tangganya. Namun, bagi mereka Tahun dari melahirkan dengan ART berusia tua, keadaan tidak berubah di daerah Tidak ada ART berusia tua (N=27,383) Ada ART berusia tua (N=9,205) perkotaan, dan akan kembali ke tingkat pra-kehamilan dalam waktu Catatan: Garis-garis putus menunjukkan Interval Kepercayaan 95%.6 satu tahun di daerah perdesaan. Tanpa akses ke pengasuhan anak informal, perempuan perkotaan yang berpindah ke pekerjaan Gambar 3b keluarga tidak dibayar tetap berada dalam situasi ini sampai setidak- tidaknya delapan tahun setelah kelahiran, sedangkan perempuan PROBABILITAS UNTUK MENJADI PEKERJA KELUARGA perdesaan baru kembali ke kegiatan-kegiatan lain setelah enam TIDAK DIBAYAR DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUM MELAHIRKAN (WILAYAH PERKOTAAN) tahun, yang merupakan waktu anak mereka mulai bersekolah. .05 Perempuan dalam rumah tangga yang tidak memiliki dukungan ART berusia tua juga lebih mungkin untuk keluar dari pekerjaan di sektor 0 manufaktur, baik di perdesaan maupun perkotaan (Gambar 4a dan Probabilitas 4b). Pekerjaan yang dituju pun bervariasi berdasarkan wilayah. Di daerah perdesaan, kemungkinan bekerja di sektor pertanian –.05 meningkat; sementara di daerah perkotaan, perempuan pindah ke bagian penjualan. Transisi ini terkait dengan pendapatan –.1 yang hilang di daerah perdesaan dan perkotaan, masing- −5 −4 −3 −2 −1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 masing sebesar US$319 (Rp 3 juta) dan US$255 (Rp 2,4 juta).8 Tahun dari melahirkan Terlebih lagi, perubahan sektor tersebut tidak bersifat sementara; Tidak ada ART berusia tua (N=27,383) Ada ART berusia tua (N=9,205) kemungkinan bekerja di suatu sektor tertentu tidak kembali ke Catatan: Garis-garis putus menunjukkan Interval Kepercayaan 95%.6 tingkat pra-kehamilan baik daerah perdesaan atau perkotaan. Garis solid menunjukkan estimasi probabilitas bagi individu yang diwawancarai. Probabilitas yang sebenarnya untuk populasi secara keseluruhan mungkin 6  sedikit lebih atau kurang – interval kepercayaan menunjukkan rentang yang kami perkirakan probabilitas sebenarnya berada, dengan tingkat kepercayaan 95%. Contohnya, satu tahun setelah melahirkan perempuan perkotaan tanpa ART berusia tua dalam sampel survei memiliki kemungkinan 13 poin persentase lebih kecil untuk bekerja daripada sebelum melahirkan, seperti yang ditunjukkan oleh garis solid dalam Gambar 2. Ada 95% kemungkinan bahwa probabilitas untuk semua perempuan Indonesia berkisar antara -0,11 dan -0,15 (ditunjukkan oleh garis putus-putus). Data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menunjukkan bahwa median pendapatan perempuan perkotaan pada usia puncak untuk kelahiran pertama 7  (22-24 tahun) adalah US$650 (Rp 6,1 juta) per tahun. Kami memperkirakan penghasilan yang hilang sebagai perbedaan dalam median pendapatan tahunan di sektor manufaktur dan median pendapatan di 8  sektor pertanian atau perdagangan untuk perempuan pada usia puncak untuk kelahiran pertama (22-24 tahun) dengan menggunakan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS). Gambar 4a PROBABILITAS UNTUK BERADA DI SEKTOR MANUFAKTUR / PERTANIAN DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUM MELAHIRKAN (WILAYAH PEDESAAN) Manufakturing Pertanian .1 .05 .05 0 Probabilitas Probabilitas –.05 0 –.1 –.05 −5 −4 −3 −2 −1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 −5 −4 −3 −2 −1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 UCAPAN TERIMA KASIH Tahun dari melahirkan Tahun dari melahirkan Tidak ada ART berusia tua (N=18,246) Ada ART berusia tua (N=6,595) Kami sangat berterima Catatan: Garis-garis putus menunjukkan Interval Kepercayaan 95%.6 kasih atas komentar dan Gambar 4b masukan dari para kolega PROBABILITAS UNTUK BERADA DI SEKTOR MANUFAKTUR / PERDAGANGAN DIBANDINGKAN dari Social, Urban, Rural & DENGAN TAHUN SEBELUM MELAHIRKAN (WILAYAH PERKOTAAN) Resilience Global Practice, Manufakturing Sales .05 .1 Poverty & Equity Global Practice, dan Africa Gender Innovation Lab. EAPGIL .05 Probabilitas Probabilitas didukung melalui UFGE 0 (Umbrella Facility for Gender Equality) dari Grup Bank 0 Dunia dalam kemitraan dengan Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan –.05 –.05 −5 −4 −3 −2 −1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 −5 −4 −3 −2 −1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 pemerintah Australia. Tahun dari melahirkan Tahun dari melahirkan Tidak ada ART berusia tua (N=23,863) Ada ART berusia tua (N=8,149) UFGE telah menerima Catatan: Garis-garis putus menunjukkan Interval Kepercayaan 95%.6 kontribusi yang signifikan dari Australia, Kanada, APAKAH IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKANNYA? Denmark, Finlandia, Jerman, Pertama, perbedaan dalam keputusan bursa kerja perempuan dengan dan tanpa akses Islandia, Belanda, Norwegia, langsung ke pengasuhan anak informal menunjukkan bahwa kendala, dan bukan preferensi, Spanyol, Swedia, Swiss, yang mendorong keputusan sejumlah perempuan. Terdapat kemungkinan adanya Inggris dan Amerika Serikat. kebutuhan untuk layanan pengasuhan anak di kalangan perempuan yang rumah tangganya tidak memiliki ART berusia tua (67 persen dari seluruh rumah tangga Indonesia dengan anak-anak kecil). Kedua, kami memperkirakan kesediaan maksimal untuk membayar biaya pengasuhan anak dengan menggunakan data pendapatan. Jika dapat melanjutkan bekerja setelah melahirkan, perempuan perkotaan kemungkinan akan menghasilkan rata-rata US$650 (Rp 6,1 juta) per tahun. Layanan pengasuhan anak milik pemerintah maupun swasta yang disediakan INFORMASI LEBIH LANJUT dengan biaya setara atau lebih tinggi tidak akan menjadi alternatif yang memungkinkan Elizaveta Perova bagi pengurangan partisipasi kerja. eperova@worldbank.org Ketiga, kendala pengasuhan anak memiliki biaya ekonomi akibat pendapatan yang hilang dan peralihan ke pekerjaan yang upahnya lebih rendah. Kerugian yang disebabkan perubahan Helle Buchhave pekerjaan tidak bersifat sementara, dan menyoroti kebutuhan untuk menelaah kendala- hbuchhave@worldbank.org kendala dalam menggabungkan peran lapangan kerja dan rumah tangga dalam profesi yang lebih menghasilkan. http://www.worldbank.org/eapgil Selain itu, penelitian yang akan datang perlu menelusuri hubungan sebab-akibat antara kendala pengasuhan anak dan pilihan-pilihan bursa kerja, dan menentukan kebijakan publik yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan perempuan akan pengasuhan anak.