Pendidikan Dasar di Pelosok Indonesia: Hasil Survei dari Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur Desember 2019 © 2019 The World Bank 1818 H Street NW, Washington DC 20433 Telepon: 202-473-1000; Website: www.worldbank.org Hak cipta dilindungi undang-undang Dokumen ini adalah produk dari staf Bank Dunia. Temuan, interpretasi, dan kesimpulan yang diekspresikan dalam dokumen ini tidak serta merta mencerminkan pandangan Direktur Eksekutif Bank Dunia atau pemerintah yang mereka wakili. Bank Dunia tidak menjamin keakuratan data yang tercantum dalam dokumen ini. Batas-batas, nuansa, denominasi, dan informasi apapun yang dipaparkan dalam dokumen ini tidak menyiratkan penilaian Bank Dunia tentang status hukum suatu wilayah atau dukungan atau pengakuan atas batas-batas tersebut. Hak dan Izin Materi dalam dokumen ini tunduk pada hak cipta. Bank Dunia mendorong diseminasi pengetahuan, untuk itu dokumen ini dapat direproduksi, seluruhnya atau sebagian, untuk tujuan non komersial selama diberikan atribusi penuh pada karya ini. Atribusi — Tata cara mengutip dokumen ini adalah sebagai berikut: “Bank Dunia.2019.Pendidikan Dasar di Pelosok Indonesia: Hasil Survei dari Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur. © Bank Dunia. “ Semua pertanyaan tentang hak dan lisensi, termasuk hak cipta turunan, harus ditujukan ke Unit Publikasi Bank Dunia, Grup Bank Dunia, 1818 H Street NW, Washington, DC 20433, AS; faks: 202-522-2625; e-mail: pubrights@worldbank.org. Pendidikan Dasar di Pelosok Indonesia: Hasil Survei dari Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur UNIT PEMBANGUNAN SOSIAL BANK DUNIA – INDONESIA DESEMBER 2019 ii. DAFTAR ISI Daftar Isi Ucapan Terimakasih vii Daftar Singkatan xi Ringkasan Eksekutif xiii 01 Pendahuluan 1 02 Lingkup Studi: Lokasi, Instrumen, dan Sampel 5 Pemilihan Wilayah Studi 5 Instrumen Survei 7 Partisipan dan Responden Studi 9 Deskripsi Desa Lokasi Studi 9 03 Konteks Sekolah 13 Karakteristik Sekolah 13 Ketersediaan Sekolah 13 Penyebaran Murid 13 Fasilitas Sekolah 14 Anggaran Sekolah 15 Bahasa dan Kurikulum yang Digunakan di Sekolah 16 Waktu Belajar dan Mengajar pada Tahun Akademik 2015/16 16 Pengawasan dan Rapat Sekolah pada Tahun Akademik 2015/16 17 Guru dan Kepala Sekolah 18 Karakteristik Kepala Sekolah dan Guru di Sekolah 18 Kondisi Kehidupan 22 Kegiatan di Sekolah dan di Luar Sekolah 23 Insentif dan Motivasi Kepala Sekolah dan Guru 29 Gaji dan Tunjangan 29 Persepsi, Tantangan, dan Kepuasan Kepala Sekolah dan Guru 32 iii. 04 Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam Pendidikan 37 Orang Tua 37 Latar Belakang Orang Tua 37 Dukungan Orang Tua Terhadap Anak dan Kegiatan di Rumah 39 Ekspektasi Orang Tua Terhadap Anak-Anak Mereka 41 Komite Sekolah 41 Latar Belakang dan Pendirian Komite 41 Manajemen Komite 41 Keterlibatan Orang Tua dan Komite di Sekolah 43 Keterlibatan Orang Tua dan Komite di Sekolah 43 Kepuasan Orang Tua 44 Kepuasan Komite 45 05 Ketidakhadiran Guru di Kelas 47 Definisi dan Statistik 47 Definisi dan Pengukuran 47 Tidak Adanya Kelas atau Kelas Tanpa Kehadiran Guru 47 Ketidakhadiran Guru di Sekolah 48 Ketidakhadiran Guru pada Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas 50 Faktor Penentu Ketidakhadiran Guru 50 55 06 Ketidakhadiran dan Hasil Belajar Murid Ketidakhadiran Murid 55 Tingkat Hasil Belajar Murid 55 Faktor Penentu Hasil Belajar Murid 59 61 07 Kesimpulan Lampiran A. Tabel 63 Lampiran B. Klasifikasi Kompetensi Murid 83 Catatan 85 iv. DAFTAR GAMBAR, PETA DAN TABEL Daftar Gambar, Peta dan Tabel Gambar Gambar 1 Pertemuan Sekolah dengan Pemangku Kepentingan Eksternal, 2015/16 18 Gambar 2 Topik Bahasan pada Rapat Internal 19 Gambar 3 Tingkat Pendidikan Kepala Sekolah dan Guru 21 Gambar 4 Masa Kerja Kepala Sekolah dan Guru di Sekolah Tempat Bekerja Sekarang 22 Gambar 5 Median Total Penghasilan Bulanan 27 Gambar 6 Median Gaji Pokok Bulanan 27 Gambar 7 Median Total Tunjangan Bulanan 28 Gambar 8 Kepuasan Orang Tua Terhadap Kualitas Pendidikan dan Hasil Belajar Murid 46 Gambar 9 Kepuasan Komite Sekolah Terhadap Kualitas Pendidikan dan Sekolah 46 Peta Peta 1 Kabupaten Wilayah Studi dan Jumlah Sekolah di Setiap Kabupaten 5 Tabel Tabel 1 Karakteristik Kabupaten Wilayah Studi Dibandingkan dengan Rata-Rata Provinsi dan Nasional 6 Tabel 2 Jumlah Sampel di Wilayah Studi 7 Tabel 3 Partisipan dan Responden Studi 8 Tabel 4 Karakteristik Desa Lokasi Studi 10 Tabel 5 Jarak dan Waktu Perjalanan dari Sekolah ke Beberapa Lembaga Utama 11 Tabel 6 Jarak dan Waktu Perjalanan dari Balai Desa ke Lembaga Administrasi dan Keuangan 65 Tabel 7 Karakteristik Kepemimpinan Desa 12 Tabel 8 Ketersediaan Sarana Pendidikan di Desa 14 Tabel 9 Karakteristik Populasi Murid di Sekolah 15 Tabel 10 Distribusi Gender Murid, Berdasarkan Kelas 65 v. Tabel 11 Ketersediaan Sarana Utama Sekolah 66 Tabel 12 Sumber Pendanaan Untuk Sekolah, Tahun Akademik 2015/16 16 Tabel 13 Beban Biaya Orang Tua, Tahun Akademik 2015/16 17 Tabel 14 Bahasa Pengajaran, Kurikulum, dan Muatan Pengajaran, Tahun Akademik 2015/16 64 Tabel 15 Waktu Pengajaran, Tahun Akademik 2015/16 65 Tabel 16 Pengawasan dan Rapat Sekolah, Tahun Akademik 2015/16 18 Tabel 17 Demografi Kepala Sekolah dan Guru 20 Tabel 18 Status Sertifikasi Guru 21 Tabel 19 Pengalaman Kerja Kepala Sekolah dan Guru 22 Tabel 20 Karakteristik Kepala Sekolah 23 Tabel 21 Karakteristik Guru 24 Tabel 22 Kondisi Keseharian Kepala Sekolah: Jarak Rata-Rata, Waktu Perjalanan, dan Biaya Transportasi dari Rumah ke Sekolah 67 Tabel 23 Kondisi Keseharian Guru: Jarak Rata-Rata, Waktu Perjalanan, dan Biaya Transportasi dari Rumah ke Sekolah 68 Tabel 24 Kegiatan Guru di Sekolah, Tahun Akademik 2015/16 25 Tabel 25 Kegiatan Tambahan Kepala Sekolah: Pelatihan, Pekerjaan Lain, dan Keterlibatan dalam Organisasi Lokal 26 Tabel 26 Kegiatan Tambahan Guru: Pelatihan, Pekerjaan Lain, dan Keterlibatan dalam Organisasi Lokal 27 Tabel 27 Evaluasi Guru oleh Kepala Sekolah, Tahun Akademik 2015/16 28 Tabel 28 Cara Pengiriman Gaji Kepala Sekolah 29 Tabel 29 Mekanisme Pengiriman Gaji Guru 29 Tabel 30 Jumlah Rata-Rata Tunjangan Kepala Sekolah 68 Tabel 31 Jumlah Rata-Rata Tunjangan Guru 69 Tabel 32 Penyediaan Tunjangan Kepala Sekolah dan Guru 70 Tabel 33 Opini Kepala Sekolah Tentang Guru dan Murid 32 Tabel 34 Tantangan yang Dihadapi Guru 33 Tabel 35 Kepuasan Guru Terhadap Pemangku Kepentingan Pendidikan 72 Tabel 36 Kepuasan Guru Terhadap Gaji Mereka 73 Tabel 37 Informasi Latar Belakang Orang Tua 39 Tabel 38 Pendidikan Anak dan Keterlibatan Orang Tua 40 Tabel 39 Partisipasi Anak dalam Pekerjaan Berbayar, Tidak Berbayar, dan Rumah Tangga 41 Tabel 40 Ekspektasi Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak 41 Tabel 41 Karakteristik Komite Sekolah 74 Tabel 42 Karakteristik Responden, Proses Pemilihan, dan Sumber Pendanaan Komite Sekolah 43 Tabel 43 Keterlibatan Orang Tua di Sekolah, Tahun Akademik 2015/16 45 vi. DAFTAR GAMBAR, PETA DAN TABEL Tabel 44 Kegiatan Komite Sekolah, Tahun Akademik 2015/16 75 Tabel 45 Kelas yang Diamati Tanpa Kehadiran Guru 48 Tabel 46 Ketidakhadiran Guru di Sekolah 49 Tabel 47 Ketidakhadiran Guru pada Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas 51 Tabel 48 Regresi OLS Ketidakhadiran Guru di Kelas Terkait Karakteristik Guru dan Sekolah Pilihan 52 Tabel 49 Ketidakhadiran Murid, Insiden, dan Penyebab Berdasarkan Kelas 76 Tabel 50 Nilai Tes Murid: Statistik Deskriptif 56 Tabel 51 Nilai Tes Murid dalam Bahasa Indonesia dan Matematika, Berdasarkan Pendidikan Orang Tua 53 Tabel 52 Klasifikasi Kompetensi Murid dalam Bahasa Indonesia, Berdasarkan Kelas 75 Tabel 53 Klasifikasi Kompetensi Murid dalam Matematika, Berdasarkan Kelas 78 Tabel 54 Regresi OLS Nilai Tes Murid Terkait Karakteristik Murid dan Sekolah Pilihan 60 Tabel 55 Ketersediaan Sekolah Dasar di Tingkat Kecamatan 79 Tabel 56 Rerata Nilai Tes Murid, Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin 80 Tabel 57 Ketidakhadiran Murid, Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin 81 Tabel 58 Regresi OLS Karakteristik Sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru Terkait Kekurangan Guru yang Dilaporkan di Sekolah 82 vii. viii. Ucapan Terima Kasih Studi analitik “KIAT Guru Indonesia: Meningkatkan Kinerja Guru dan Akuntabilitas” dipimpin oleh Dewi Susanti (Senior Social Development Specialist) dengan tim inti yang terdiri dari Christopher Bjork (Professor of Educational Studies, Vassar College); Arya Gaduh (Associate Professor of Economics, University of Arkansas); Jan Priebe (Research Fellow, German Institute of Global and Area Studies); dan Menno Pradhan (Professor, Amsterdam Institute for International Development - Free University and University of Amsterdam). Adama Bah (Development Economist, KIT Royal Tropical Institute), Jan Priebe, dan Dewi Susanti menyusun laporan ini. Tim analis penelitian terdiri dari Rajius Idzalika (Monitoring and Evaluation Analyst, Former Consultant, World Bank); Kurniawati (Data Management Analyst, TNP2K); Sharon Kanthy Lumbanraja (Research and Knowledge Management Analyst, TNP2K); dan Indah Ayu Prameswari (Research and Knowledge Management Associate, TNP2K). Pengumpulan dan pengolahan data dipimpin oleh Dedy Junaedi (Survey Team Leader, Consultant, World Bank); Lulus Kusbudiharjo (Survey Assistant Team Leader, Consultant, World Bank); Anas Sutisna (Survey Assistant Team Leader, Consultant, World Bank); dan Mulyana (Data Programmer, Consultant, World Bank), dengan kontribusi besar pengumpulan data yang dilakukan oleh Anggitya Eki Adista, Agustian, Aulia Subur Prasetyo Aji, Sulthani Al Aziz, Riska Ayu Andriyani, Meritaningrum Anggraeni, Fitri Nur Annisa, Rizwar Ansyari, Kartika Yoga Asmara, Doni Aswandi, Yohannes Adio B, Budiyanto, Fiske Kristina Chandrawati, Sartika Dewi, Santi Dwiningsih, M Makhrus Effendi, Nurul Endrastuti, Mochamad Faizin, Niza Ferlina, Paulus Fernandez, Astarina Fiona, Muhammad Firdaus, Fitra, Ikhwanul, Hendri Gunawan, Yuyu Gustiana, Rois Habibi, Vembri Harjanti, Syarif Hidayat, M Ikhsanudin, Farikha Fathul Imami, Nurul Isnaini, Wulan Kusuma Jati, Hikmat Catur Jayusman, Panggung Dwi Kuncoro, Mugi Lestari, Ade Liska, Budi Marwanto, Amrinsiana Merry, Siti Munawaroh, Syirojan Muniron, Ria Arbiati Ningtyas, Irvan Noer, Nur Aji Nugroho, Nurbaiti, Sigit Sawung Pamuji, Andriyani Prabawati, Aninda Pratiwi, Jayus Priyana, Nunik Pudyastini, Lilik Hadi Purwanto, Deny Puspitasari, Dani Ramdani, Ramdhony, Rano, A Rifa’i, Deni Riyanto, Ade Rizky, Nur Rochim, Anton Rohmadi, Sabiruddin, Rahmat Saiful, Dedy Samsiar, Itmamul Wafa Samudra, Teguh Santoso, Idha Ayu Setyawati, Setyorini, Isti Sofia, Subadri, Sukiyanto, Ika Sundari, Fanser Syahtriawan, Nanang Tanjung, Taufan, Taufiqqurohman, M Yahya Yogo Utomo, Ariani Widiastuti, Rini Widiastuti, Wiwit Widiyani, Arief Setio Widodo, Ika Widyaningsih, Dewi Widyastuti, Tyani Aji Windu, Retno Suci Wulandari, Tri Widadi Wulandari, Rohmad Yasin Y, Rangga Sukma Yana, Hanifan Yudhistira, Yuliawati, Zezen Zaenudin dan Muhammad Zulfan. Caroline Tupamahu (Project Team Leader, BaKTI); Setiawan Cahyo Nugroho (Technical Coordinator, KIAT Guru, TNP2K); dan Tri Yuni Rinawati (Operations Coordinator, KIAT Guru, TNP2K) mengoordinasikan masukan-masukan dan mendukung pelaksanaan survei mewakili TNP2K dan BaKTI. Anggota tim pendukung termasuk Gregorius Kelik Endarso (Operations Analyst, World Bank); Yulia Herawati (Social Development Specialist, World Bank); Lily Hoo (Former Senior Social Development Specialist, World Bank); Audrey Sacks (Senior Social Development Specialist, World Bank); dan tim klaster Pendidikan Indonesia, dipimpin oleh Tazeen Fasih (Lead Economist) dan Noah Bunce Yarrow (Senior Social Education Specialist). Megha Kapoor (Knowledge Management Officer, World Bank); Chatarina Ayu Widiarti (Program Analyst, World Bank); dan Fazlania Zain (Communication and Operations Consultant, World Bank) memberikan dukungan menyeluruh kepada tim. Audrey Sacks dan Andrew B. Ragatz (Senior Education Specialist, World Bank) meninjau naskah laporan ini dan memberikan masukan yang membangun untuk penyelesaian laporan. Penyelesaian proses publikasi laporan ini oleh Dinda Putri Hapsari (Knowledge Management Consultant, World Bank), dan Desain dan tata letak laporan oleh Yohanes Cahyanto Aji. ix. Bank Dunia berterima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) dan Tim Nasional untuk Percepatan Penanggulangan Kemiskinan di bawah Kantor Wakil Presiden Indonesia (TNP2K) atas saran dan dukungan yang sangat penting bagi keberhasilan prakarsa ini. Bank Dunia secara khusus berterima kasih kepada Bapak Bambang Widianto (Sekretaris Eksekutif, TNP2K); Bapak Sumarna Surapranata (mantan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud); Bapak Supriano (Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud); Bapak E. Nurzaman (Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan periode Tahun 2015-2018, Kemendikbud); Ibu Dian Wahyuni (Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Kemendikbud); Bapak Praptono (Direktur Pengembangan Guru Pendidikan Dasar, Kemdikbud); Bapak Temu Ismail (Kepala Seksi Hukum, Tata Kelola dan Ketenagakerjaan, Kemendikbud); dan Ibu Budi Kusumawati (Kepala Subbagian Hukum, Tata Kelola dan Ketenagakerjaan, Kemendikbud) atas arahan dan dukungannya. Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah Australia dengan murah hati mendukung pembiayaan studi ini dan memberikan arahan dan dukungan berkelanjutan kepada Tim. Selain itu, Tim Kerja berterima kasih atas arahan yang diberikan oleh Country Management Unit termasuk Rodrigo Chaves (Country Director); Rolande Simone Pryce (Operations Manager); dan Camilla Holmemo (Program Leader). Kevin Tomlinson (former Social Development Program Manager), dan Nina Bhatt (Social Development Practice Manager) memberikan pendampingan dari segi pengawasan kepada Tim Kerja. x. Daftar Singkatan ACDP Analytical and Capacity Development Partnership ASER Annual Status of Education Report Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KIAT Guru Kinerja dan Akuntabilitas Guru NTT Nusa Tenggara Timur OECD Organisation for Economic Co-operation and Development OLS Ordinary Least Squares PISA Programme for International Student Assessment PLN Perusahaan Listrik Negara PNS Pegawai Negeri Sipil IDR Rupiah Indonesia SLA Student Learning Assessment TAS Teacher Absence Survey TIMSS Trends in International Mathematics and Science Study UNICEF United Nations Children’s Emergency Fund xi. xii. Ringkasan Eksekutif Indonesia membutuhkan tenaga kerja yang sangat terampil dan berpendidikan agar dapat terus bersaing di dunia yang semakin mengglobal. Pemerintah Indonesia mengakui bahwa tenaga kerja yang Anggaran pemerintah berpendidikan tinggi dan terampil sangat penting dalam upaya mengurangi pusat dan kabupaten ketidaksetaraan dan kemiskinan. Untuk memastikan pendidikan mendapat untuk pendidikan perhatian yang memadai, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan 20 persen dari anggaran pemerintah nasional dan kabupaten untuk pendidikan. Target ini tercapai pada tahun 2009 dan terus berlanjut sampai sekarang. Indonesia telah mencapai partisipasi universal untuk pendidikan 20 % tercapai pada tahun 2009 dasar dan menengah. Perhatian Pemerintah terhadap pendidikan melalui kebijakan-kebijakannya, serta pertumbuhan ekonomi yang baik selama dua Partisipasi bruto di tingkat dekade terakhir, telah memungkinkan partisipasi bruto di tingkat pendidikan sekolah menen gah dasar mencapai hampir 100 persen, sementara partisipasi bruto di tingkat pendidikan menengah meningkat dari 55 persen menjadi lebih dari 86 persen.1 Walaupun partisipasi pendidikan berhasil ditingkatkan, murid Indonesia masih memiliki hasil belajar yang rendah, terutama di daerah perdesaan dan terpencil. Berbagai studi menunjukkan bahwa lama seseorang mengenyam pendidikan dan angka partisipasi tidak 55 me n ja d i % berkorelasi dengan kualitas pendidikan. Dengan kata lain, “bersekolah bukan le b ih d a r i berarti belajar” (Pritchett 2013; Bank Dunia 2018a). Dalam semua asesmen internasional (seperti PISA, TIMSS, dan PIRLS), murid Indonesia menempati peringkat bawah (Hanushek dan Woessmann 2007; OECD 2017; Bank Dunia 2017). Selama 20 tahun terakhir, hasil belajar murid Indonesia tidak mengalami peningkatan (OECD 2017; Beatty et al.2018). Selain itu, penelitian 86 % menunjukkan bahwa sekolah dasar dan menengah di daerah perdesaan dan terpencil memiliki hasil belajar yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan Ketidakhadiran guru sekolah-sekolah di perkotaan (Stern dan Nordstrum 2014; BPS 2017; Beatty di kelas et al.2018). Kesenjangan hasil pendidikan di perdesaan dibandingkan perkotaan dipengaruhi oleh adanya tantangan dari sisi penyedia layanan dan pengguna layanan. Dari perspektif penyedia layanan, ketidakhadiran guru di kelas adalah tantangan utama di daerah terpencil di negara ini. Sebuah survei ketidakhadiran guru yang pertama kali dilakukan di Indonesia menemukan rata- 15 (2006) % rata nasional 15 persen guru absen dari sekolah, dengan tingkat ketidakhadiran 24 persen bagi mereka yang bekerja di daerah terpencil (Chaudhury, et al.2006). Ketidakhadiran guru Survei lain yang lebih terkini menemukan bahwa walaupun ketidakhadiran guru di kelas pada daerah di kelas secara umum telah berkurang, tingkat ketidakhadiran guru di kelas terpencil pada wilayah perdesaan tetap tinggi, yaitu 20 persen, dibandingkan dengan ketidakhadiran guru di kelas pada wilayah perkotaan, sebesar 6 persen (ACDP 2016). Tingkat ketidakhadiran guru di kelas pada wilayah yang lebih terpencil seperti Papua dan Papua Barat bahkan lebih tinggi lagi, yaitu 37 persen (UNICEF 2012). Sementara itu, dua pertiga sekolah di daerah terpencil tidak memiliki guru, tetapi dua pertiga sekolah perkotaan memiliki terlalu banyak guru (Bank 24 (2006) % 1 Partisipasi kasar adalah persentase populasi yang berada di sekolah tanpa memandang usia, dibandingkan dengan jumlah populasi usia sekolah pada tingkat sekolah tertentu.World Bank World Development Indicator Database, https://data.worldbank.org/indicator/SE.SEC.ENRR?locations=ID xiii. Dunia 2013b). Dari perspektif pengguna layanan, tingginya tingkat kemiskinan Su rvei tahap awal KIAT di perdesaan menghambat keluarga untuk mendaftarkan anak-anak mereka ke Guru ini mencakup sekolah (BPS 2016; Bank Dunia 2016). Pandangan orang tua tentang pendidikan juga menentukan tingkat partisipasi. Pendidikan lebih dini tidak menghasilkan 270 sek olah d asar terpenci l dampak langsung, namun lebih sering berarti berkurangnya satu atau beberapa anak yang dapat membantu meningkatkan pendapatan keluarga di perdesaan. Dengan demikian, karena pendidikan kurang dihargai, partisipasi di perdesaan menjadi lebih buruk. a ntara tahun 2016 - 2017 Sejak awal 2000-an, Pemerintah Indonesia telah mengalihkan fokus kebijakan pendidikan pada peningkatan kualitas dan kesetaraan. Upaya peningkatan kualitas termasuk menyediakan lebih banyak sumber Landak Sintang daya bagi sekolah (melalui Bantuan Operasional Sekolah); meningkatkan kualifikasi guru; meningkatkan partisipasi masyarakat melalui komite sekolah; dan menentukan tolok ukur kinerja murid berdasarkan asesmen internasional. Selain itu, Pemerintah Indonesia kini memberikan bantuan tunai langsung kepada murid dari latar belakang keluarga miskin untuk bersekolah; dan Ketapang Manggarai Manggarai menetapkan kebijakan rotasi guru secara sistematis untuk memastikan Barat Timur pemerataan penyebaran guru. Sejak tahun 2016, Bank Dunia mendukung Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kinerja guru dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan melalui KIAT Guru. KIAT Guru (Kinerja dan Akuntabilitas Guru) dilaksanakan di lima kabupaten, yaitu Ketapang, Landak, dan Sintang (di Provinsi Kalimantan Barat), serta Manggarai Barat dan Manggarai Timur (di Provinsi Nusa Tenggara Timur). Sebelum memulai KIAT Guru, sebuah survei tahap awal, yang hasilnya dirangkum dalam laporan ini, dilakukan di 270 sekolah dasar terpencil antara tahun 2016-2017 dengan berbagai pemangku kepentingan lokal, termasuk staf sekolah (kepala sekolah dan guru); komite sekolah; kepala desa; dan orang tua. Instrumen survei dirancang untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang tantangan dalam penyediaan layanan pendidikan dasar di daerah terpencil. Laporan ini menyajikan gambaran terperinci mengenai enam temuan utama survei dibawah ini: Keterbatasan konektivitas 1. Sekolah dan desa memiliki berbagai keterbatasan yang menghambat peningkatan hasil pendidikan yang baik. Ada 149 km keterbatasan konektivitas: secara rata-rata, rumah tangga dan sekolah berjarak 149 km atau lima jam perjalanan dari ibukota kabupaten; hanya 29 persen memiliki koneksi ke listrik; akses internet terbatas (17 persen); rata-rata lima jam perjalanan dan jarak jauh ke lembaga keuangan memengaruhi proses pengambilan dari rumah dan sekolah ke gaji guru (rata-rata 52 km atau 2,3 jam). Hambatan prasarana juga ibukota kabupaten memengaruhi penempatan guru yang lebih muda dan bermotivasi tinggi di daerah perdesaan dan terpencil. Selain itu, biaya yang terkait dengan 29 koneksi listrik % wilayah studi yang memiliki keterpencilan juga memengaruhi pemerintah dalam memprioritaskan pendanaan untuk sekolah. Sumber daya yang tersedia di sekolah-sekolah percontohan mungkin memperlihatkan kelayakan: 91 persen memiliki toilet dengan rasio jenis kelamin yang seimbang (50 persen untuk perempuan); 54 persen sekolah memiliki perpustakaan; dan 39 persen 17 memiliki buku teks yang memadai. Namun kesenjangan dalam bidang- % bidang ini tidak akan dapat diatasi tanpa memperhatikan bagaimana dana dialokasikan, dan bukan hanya berfokus pada jumlah alokasi. wilayah studi yang memiliki akses internet xiv. 2. Kekhasan karakteristik sekolah dalam hal ukuran kelas, komposisi guru, dan manajemen sekolah perlu menjadi pertimbangan bagi Komposisi guru kebijakan pendidikan. Meskipun rasio kelas cukup sebanding dengan rata- 40 % rata nasional (20 murid per kelas di daerah terpencil dibandingkan dengan 23 di tingkat nasional), guru daerah terpencil sering harus menggantikan guru yang tidak hadir dan mengajar beberapa kelas (di 25 persen sekolah survei) meskipun belum terlatih untuk melakukannya. Hasil survei menunjukkan bahwa guru tetap guru tetap yang yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) baru mencapai 40 persen, sehingga merupakan pegawai kekurangan tenaga pengajar diisi oleh guru kontrak yang merupakan mayoritas negeri sipil 42,5 dari tenaga pengajar yang ada (42,5 persen guru honorer dikontrak oleh sekolah dan 15,8 persen dikontrak oleh kabupaten atau provinsi). Dibandingkan dengan guru tetap, guru kontrak memiliki kualifikasi lebih rendah, gaji yang jauh lebih % rendah, dan karenanya lebih mungkin memiliki pekerjaan sampingan. Cukup dikontrak oleh sekolah banyak dari mereka yang tidak memiliki gelar pendidikan tinggi: 34 persen guru dan 18 persen kepala sekolah hanya lulusan sekolah menengah atas. Selain itu, 15,8 % meskipun Bahasa Indonesia seharusnya menjadi bahasa pengantar utama di sekolah dasar, penelitian ini mengungkapkan bahwa hal tersebut seringkali tidak terjadi. Hampir sepertiga sekolah di Nusa Tenggara Timur menggunakan bahasa daerah dalam kegiatan belajar mengajar. Meskipun hal ini dapat meningkatkan dIkontrak oleh pemahaman pembelajaran, kondisi ini menimbulkan tantangan ketika murid kabupaten atau mengikuti ujian nasional dalam Bahasa Indonesia. provinsi 3. Penghasilan guru sangat timpang, dan dapat memengaruhi motivasi guru. Perbedaan penghasilan guru bermuara pada status pegawai dan sertifikasi. Rerata penghasilan bulanan guru PNS yang tersertifikasi adalah Rp8,4 juta, sementara PNS yang tidak tersertifikasi berpenghasilan sekitar Rp4,6 juta per bulan. Mereka yang non-PNS berpenghasilan terendah, dengan Ketidakhadiran pendapatan bulanan rata-rata Rp 550.000.2 guru di kelas 4. Ketidakhadiran guru di sekolah dan di kelas merupakan masalah serius. Kunjungan mendadak ke sekolah sampel mendapati 25 persen Kunjungan mendadak ke sekolah sampel mendapati ruang kelas tanpa guru, dan 17 persen guru tidak hadir di sekolah pada hari 25 % tertentu. Analisis kami menunjukkan bahwa guru laki-laki dan status PNS berkaitan dengan ketidakhadiran guru di kelas, demikian juga kurangnya pengawasan dari kepala sekolah. Dengan kata lain, guru perempuan dan guru kontrak lebih sering mengajar. Analisis kami juga menunjukkan bahwa ruang kelas tanpa guru guru yang dievaluasi cenderung memiliki tingkat kehadiran yang lebih baik di sekolah. Oleh karena itu, memastikan pemantauan dan pengawasan guru dapat meningkatkan kehadiran guru. 5. Hasil belajar murid rendah. Sebagian besar murid yang dites menunjukkan kemampuan yang tertinggal dua tingkat di bawah kelas yang mereka ikuti saat ini dan mereka belum menguasai standar dasar dari tingkat kelas 17 % guru tidak hadir di sekolah sebelumnya. Murid kelas empat, misalnya, menunjukkan kompetensi murid pada hari tertentu kelas dua. Analisis kami mengaitkan hasil belajar murid yang rendah dengan pendidikan orang tua yang rendah; lebih sedikit waktu yang didedikasikan untuk pendidikan anak mereka; dan keterlibatan antara komite sekolah dan guru yang jauh lebih sedikit. 2 Nilai tukar adalah sekitar Rp14.000 per USD1 pada tanggal publikasi. xv. Kepuasan 6. Kepuasan orang tua dengan kualitas pendidikan dan hasil belajar berbeda dengan temuan studi. Pada saat wawancara, orang tua Orang Tua mengatakan bahwa mereka secara aktif mendukung studi anak-anak mereka di rumah dan mengetahui mata pelajaran yang tidak dikuasai anak- anak mereka. Sebagai bukti keterlibatan aktif orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka, lebih dari empat perlima orang tua dalam sampel berkunjung ke sekolah anak mereka dan lebih dari empat perlima komite sekolah mengadakan rapat terpisah dengan kepala sekolah dan orang tua selama tahun akademik 2015/16. Secara umum, orang tua dan komite orang tua dan sekolah melaporkan bahwa mereka puas dengan kualitas pendidikan komite sekolah dan hasil belajar. Temuan terakhir ini agak mengejutkan mengingat melaporkan bahwa mereka puas dengan tingkat ketidakhadiran guru di kelas yang tinggi dan hasil belajar murid kualitas pendidikan yang rendah di wilayah studi. Temuan ini menunjukkan bahwa orang tua dan hasil belajar memiliki ekspektasi yang sangat moderat terhadap kualitas pendidikan yang diberikan di sekolah, atau mereka tidak sepenuhnya memahami standar layanan yang seharusnya diberikan oleh guru. Berdasarkan temuan survei, kami mengidentifikasi enam rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan hasil belajar di sekolah di daerah terpencil. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik dapat berkontribusi pada pendidikan yang lebih baik, pertumbuhan ekonomi itu sendiri bukan jaminan bagi peningkatan hasil belajar murid. Untuk memberikan kualitas pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak di daerah terpencil, sangat penting bagi Pemerintah Indonesia untuk menjalankan serangkaian kebijakan yang komprehensif. Perbaikan prasarana—jalan, telekomunikasi, dan listrik yang lebih baik—akan berkontribusi pada kemudahan akses ke daerah-daerah terpencil. Terkait dengan itu, renovasi sarana sekolah, termasuk penyediaan perumahan untuk guru, perlu diprioritaskan untuk meningkatkan kondisi kerja guru yang ditugaskan di daerah-daerah tersebut. Ketidakhadiran guru di kelas adalah masalah serius yang perlu ditangani karena secara langsung memengaruhi pembelajaran murid di sekolah. Perbaikan prasarana kemungkinan akan mengurangi ketidakhadiran guru di kelas karena mempermudah pengawasan ke sekolah, dan mempercepat waktu tempuh ke lembaga keuangan, kesehatan, dan lainnya. Pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan pembayaran elektronik gaji dan tunjangan guru guna mengurangi kebutuhan para guru untuk bepergian. Selain itu, berbagai cara untuk meningkatkan akuntabilitas guru perlu diuji efektivitasnya bersamaan dengan pemberian sanksi kepada guru dengan kinerja rendah. Meningkatkan hasil belajar murid perlu dimulai dengan menyampaikan hasil belajar dapat dipahami oleh pemangku kepentingan pendidikan, melacak perkembangan dari waktu ke waktu, dan membandingkan hasil di tingkat sekolah dengan hasil di tingkat kabupaten atau nasional. Kolaborasi antara guru dan orang tua untuk mendukung pembelajaran murid kemungkinan juga dapat meningkatkan aspirasi dan prospek karier yang lebih baik di kalangan murid. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran orang tua akan tingkat ketidakhadiran guru di kelas yang tinggi dan hasil belajar yang rendah kemungkinan akan meningkatkan tuntutan mereka dalam peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini memerlukan penetapan standar layanan yang diharapkan dari guru dan diketahui oleh para pemangku kepentingan pendidikan. Selain itu, peningkatan kesadaran akan peran dan partisipasi orang tua dalam mendukung pembelajaran anak sangat penting untuk meningkatkan keterlibatan mereka. xvi. Mekanisme untuk menjadikan tunjangan guru lebih efektif dalam meningkatkan kinerja guru dan hasil belajar murid perlu diidentifikasi dan diuji untuk implementasi oleh pemerintah. Sebagai contoh, jumlah tunjangan yang dibayarkan harus dibuat bersyarat berdasarkan kehadiran guru, kinerja guru, dan/atau sebagian kecil dari hasil belajar murid. Kualifikasi dan keterampilan guru di daerah terpencil perlu ditingkatkan. Dalam jangka pendek, harus lebih banyak diberikan pelatihan pengembangan kapasitas dengan memprioritaskan guru di daerah terpencil atau dengan menetapkan persentase tertentu dari peserta pelatihan untuk guru di daerah terpencil. Dalam jangka panjang, harus lebih banyak guru yang lebih berkualitas dan lebih muda didistribusikan ke daerah-daerah terpencil dengan kesepakatan waktu penugasan, yang dapat meningkatkan poin kredit mereka menuju sertifikasi yang lebih cepat atau kualifikasi mereka untuk menjadi PNS. Perbaikan prasarana juga akan memungkinkan guru untuk mempertimbangkan pendidikan tinggi, mengikuti pelatihan pengembangan kapasitas, atau mengambil kursus pembelajaran jarak jauh. Melalui KIAT Guru, Pemerintah Indonesia, dengan bantuan teknis dari Bank Dunia, telah mulai mengatasi beberapa tantangan dalam penyediaan layanan pendidikan di daerah terpencil. Menyadari bahwa ketidakhadiran guru di kelas adalah hambatan serius dalam penyediaan layanan pendidikan, KIAT Guru menggugah kesadaran para pemangku kepentingan tentang masalah ini, seiring dengan fakta bahwa hasil belajar murid di 270 sekolah rata-rata berada dua tingkat di bawah standar kurikulum nasional. KIAT Guru menguji dua mekanisme untuk meningkatkan kehadiran guru, kinerja layanan guru, dan hasil belajar murid. Mekanisme Akuntabilitas Sosial (MAS) memberi anggota masyarakat peran eksplisit untuk memantau dan mengevaluasi kinerja layanan guru dan memastikan akuntabilitas guru. Sementara itu, Mekanisme Pembayaran berbasis Kinerja (MPK) mengaitkan pembayaran Tunjangan Khusus Guru dengan kehadiran guru atau kualitas layanan guru. Dua mekanisme ini digabungkan menjadi tiga kelompok pendekatan, yaitu (1) MAS; (2) MAS + MPK berbasis kehadiran guru; dan (3) MAS + MPK berbasis kualitas kinerja layanan guru. Sebanyak 270 sekolah yang termasuk dalam survei dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok intervensi dan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Bank Dunia telah melakukan evaluasi atas pelaksanaan KIAT Guru dan menemukan dampak positif. Survei kedua di 270 sekolah dilakukan pada awal 2018 dan hasilnya dibandingkan dengan survei awal yang tercakup dalam laporan ini. Evaluasi dampak menemukan bahwa ketiga kelompok intervensi KIAT Guru memiliki kinerja yang lebih baik secara statistik dan signifikan daripada kelompok kontrol yang tidak menerima intervensi KIAT Guru. MAS yang dikombinasikan dengan MPK berbasis kehadiran guru (“Kelompok 2”) memiliki efek positif terkuat terhadap hasil belajar murid dalam matematika dan Bahasa Indonesia (masing-masing pada 0,19 dan 0,17 standar deviasi). Kelompok 2 meningkatkan kehadiran guru penerima TKG di ruang kelas dan meningkatkan keterlibatan orang tua dalam rapat dengan guru dan dalam mengawasi pembelajaran di rumah (Gaduh, et al, 2019). Evaluasi dampak ini disertai dengan penelitian kualitatif yang dilakukan di sembilan sekolah studi, yang temuannya memperkuat rekomendasi untuk Kelompok 2 sebagai pendekatan yang paling efektif (Bjork & Susanti, 2019). Evaluasi dampak, penelitian kualitatif, dan monitoring proses menghubungkan keberhasilan intervensi dengan empat elemen utama: (a) meningkatkan kesadaran orang tua tentang hasil belajar murid dan keterlibatan mereka dalam meningkatkan pembelajaran; (b) menjaga akuntabilitas guru melalui beberapa indikator evaluasi kinerja yang sederhana dan objektif; (c) secara aktif melibatkan para pemangku kepentingan eksternal dalam mendukung, memantau, dan mengevaluasi penyediaan layanan pendidikan; dan (d) membayar tunjangan guru berdasarkan indikator kinerja objektif. xvii. xviii. PENDAHULUAN 01 Pendahuluan Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya pendidikan dalam meningkatkan produktivitas dan mengurangi kemiskinan dan ketimpangan. Peningkatan anggaran pemerintah untuk pendidikan sebanyak tiga kali lipat sejak tahun 2001 telah menghasilkan banyak kemajuan dalam upaya mencapai partisipasi sekolah dasar dan menengah pertama. Undang-undang nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan 20 persen dari anggaran pemerintah nasional dan kabupaten untuk pendidikan, hal tersebut telah dicapai sejak tahun 2009. Pada tahun 2017, angka partisipasi kasar anak Indonesia berusia 13 hingga 15 tahun mencapai lebih dari 95 persen.3 Fokus kebijakan pendidikan di Indonesia saat ini adalah peningkatan kualitas dan kesetaraan. Hal tersebut meliputi pelaksanaan yang lebih besar kepada sekolah atas sumber daya pendidikan (melalui Bantuan Operasional Sekolah4), meningkatkan kapasitas dan kualifikasi guru, meningkatkan partisipasi masyarakat melalui komite sekolah, dan menentukan standar hasil belajar murid melalui partisipasi dalam asesmen internasional. Pemerintah Indonesia juga menyediakan bantuan langsung tunai kepada murid dari keluarga miskin, serta berupaya meningkatkan kesetaraan pendidikan dengan memperbaiki tata kelola penyebaran guru. Terdapat reformasi dalam kebijakan pendidikan yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan guru, namun kinerja guru tetap stagnan. Undang-undang no.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mewajibkan guru memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana, dan menyelesaikan proses sertifikasi pada tahun 2015.5 Bagi guru yang telah menyelesaikan proses sertifikasi,6 undang- undang tersebut memberlakukan tunjangan sertifikasi hingga 100 persen dari gaji pokok. Bagi mereka yang bekerja di daerah terpencil tidak hanya menerima tunjangan sertifikasi, tetapi juga ditambah dengan tunjangan daerah terpencil.7 Setengah dari anggaran pendidikan nasional telah dialokasikan untuk gaji dan tunjangan guru yang berjumlah lebih dari tiga juta guru, yang pada tahun 2018 mencapai Rp225 triliun. Namun kondisi yang masih terjadi adalah, guru yang menerima tunjangan daerah terpencil memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang tidak menerima tunjangan di sekolah yang sama. Demikian juga hasil belajar murid dari guru bersertifikasi tidak berbeda dengan murid dari guru yang tidak bersertifikasi.8 3 Badan Pusat Statistik 2018. 4 Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah dana operasional yang dikelola sekolah yang dialokasikan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan jumlah murid yang terdaftar di sekolah. Pada tahun 2018, besar dana BOS adalah Rp800.000 per murid per tahun. 5 http://peraturan.go.id/uu/nomor-14-tahun-2005.html. 6 Proses sertifikasi guru mengharuskan guru memiliki gelar sarjana, menyerahkan portofolio pengalaman mengajar mereka, dan lulus tes kompetensi. Pada saat ini sertifikasi guru berlaku seumur hidup, tanpa ada proses sertifikasi ulang. 7 Tunjangan Khusus Guru dialokasikan untuk guru yang ditugaskan di daerah khusus, termasuk daerah terpencil. Untuk kemudahan referensi, kami menggunakan istilah tunjangan daerah terpencil dalam laporan ini. 8 Toyamah et al. 2010; De Ree et al. 2018. 1. Murid-murid Indonesia memiliki tingkat hasil 2002 hingga 2012 dapat dilihat dari tempat seseorang belajar yang relatif rendah. Berdasarkan semua dilahirkan dan siapa orang tuanya (Bank Dunia 2016). asesmen internasional, hasil belajar murid Indonesia Kesenjangan antara perdesaan dan perkotaan tetap berada di peringkat terbawah di antara negara-negara ada dalam hal penyediaan dan hasil layanan pendidikan. peserta asesmen.9,10 Selain itu, hanya sedikit kemajuan Dua pertiga sekolah di daerah terpencil kekurangan yang telah dicapai dalam hasil belajar murid selama 20 guru, sementara dua pertiga sekolah perkotaan memiliki tahun terakhir (OECD 2016; Beatty et al. 2018). Asesmen terlalu banyak guru (Bank Dunia 2013b). Sekitar 50 dari Programme for International Student Assessment persen dari populasi usia 15 tahun ke atas di perdesaan (PISA) hanya kurang dari satu dari dua murid Indonesia belum menyelesaikan atau hanya menyelesaikan yang memiliki kemampuan dasar dalam membaca pendidikan dasar, dibandingkan dengan 35 persen di yang dibutuhkan dalam kehidupan yang efektif perkotaan (BPS 2018). dan produktif.11 Berdasarkan Trends in International Ketidakhadiran guru di kelas merupakan kendala Mathematics and Science Study (TIMSS), nilai matematika yang signifikan di daerah terpencil. Pada tahun 2003, murid kelas empat Indonesia berada di peringkat 53 studi tentang ketidakhadiran guru di kelas yang pertama di antara 57 negara peserta.12 Berdasarkan asumsi kali dilakukan di Indonesia menemukan bahwa tingkat perkembangan kemampuan murid pada tes PISA dari ketidakhadiran guru di sekolah dasar negeri dalam tahun 2003 hingga 2015, World Development Report 2018 lingkup nasional sekitar 19 persen.16 Meskipun angka ini meproyeksikan bahwa Indonesia akan membutuhkan berkurang menjadi 10 persen pada tahun 2014, namun waktu 48 tahun untuk mencapai kemampuan rata- satu dari lima guru di daerah terpencil masih tidak hadir rata matematika dan 73 tahun untuk kemampuan di kelas.17 Selain itu, ketidakhadiran guru di Indonesia membaca di negara-negara maju yang tergabung dalam juga dikaitkan dengan meningkatnya ketidakhadiran Organisation for Economic Co-operation and Development murid18; lebih tingginya tingkat putus sekolah, khususnya (OECD), jika praktik pendidikan tidak berubah (Beatty di daerah terpencil19; serta menurunnya nilai tes murid.20 2018; Bank Dunia 2018a). Pada kenyataannya, praktik “bersekolah namun tidak belajar”13, lama murid Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan mengenyam pendidikan serta angka partisipasi tidak kebijakan dan sumber daya untuk berfokus pada selalu memberikan dampak pada kualitas pendidikan peningkatan penyediaan layanan pendidikan yang ada. Mengingat pentingnya kualitas pendidikan di perdesaan dan daerah terpencil. Undang- peningkatan taraf ekonomi dan kesejahteraan undang Nomor 14 Tahun 2005, Peraturan Menteri seseorang, serta pertumbuhan ekonomi,14 pemerintah Pendidikan Nomor 32 Tahun 2007, dan Peraturan di seluruh dunia perlu fokus untuk mencapai hasil Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 menetapkan belajar murid yang lebih baik. Selain itu, perlu dipahami daerah khusus yang meliputi daerah-daerah terpencil, bahwa hasil belajar murid sangat bervariasi di berbagai perbatasan, serta rawan bencana dan konflik. Guru wilayah di Indonesia, dimana hasil di perdesaan dan yang ditempatkan di daerah ini berhak mendapatkan daerah terpencil sangat jauh tertinggal dari perkotaan.15 beberapa kompensasi dan tunjangan tambahan, mulai dari tunjangan perumahan, promosi reguler, promosi Kesetaraan pendidikan di perdesaan dan daerah khusus, keamanan dan perlindungan kerja, beasiswa, terpencil yang miskin masih menjadi tantangan serta prioritas untuk meningkatkan kualifikasi akademik, (Bank Dunia 2013b). Wilayah perdesaan memiliki tingkat sertifikasi, dan kompetensi. Selain itu, kini guru berhak kemiskinan yang secara konsisten lebih tinggi (14,1 untuk mendapatkan tunjangan sebesar dua atau tiga persen) dibandingkan dengan perkotaan (8,2 persen), kali lipat gaji pokok mereka, jika mereka memenuhi konektivitas yang lebih buruk, dan kualitas layanan ketentuan yang disyaratkan. Seorang guru yang dasar yang lebih rendah (BPS 2019). Akibatnya, lebih bersertifikasi, misalnya, harus memenuhi persyaratan dari sepertiga peningkatan kesenjangan dari tahun untuk dapat menerima tunjangan profesi (tunjangan sertifikasi), sehingga guru menerima hasil pembayaran 9 Negara-negara yang berpartisipasi terdiri dari 34 negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), serta beberapa negara mitra di Amerika Latin, Eropa Timur, Asia, dan Timur Tengah dan Afrika Utara. 16 Usman, Akhmadi, dan Suryadarma 2004; World Bank 2004; Chaudhury et 10 OECD 2016; World Bank 2018a. al. 2006. 11 OECD 2016. 17 ACDP 2014. 12 Mullis et al. 2016. 18 Toyamah et al. 2010. 13 Pritchett 2013; World Bank 2018a. 19 UNICEF 2012. 14 Hanushek dan Woessmann 2007. 20 Usman, Akhmadi, dan Suryadarma 2004; Suryadarma et al. 2006. 15 ACDP 2014; Stern dan Nordstrum 2014. 2. PENDAHULUAN beberapa kali lipat dari gaji pokoknya. Demikian Sebagai tindak lanjut intervensi kebijakan, pula mereka yang bekerja di daerah khusus berhak Pemerintah Indonesia dengan bantuan teknis menerima tunjangan khusus, yang berkisar antara dari Bank Dunia telah mengimplementasikan Rp1,5 juta hingga dua kali lipat gaji pokok guru. Jadi program KIAT Guru sejak tahun 2016. KIAT Guru jika seorang guru PNS bersertifikasi bekerja di daerah bertujuan untuk meningkatkan kehadiran guru, kinerja terpencil, ia berhak atas total penghasilan hingga tiga layanan guru, dan hasil belajar murid di sekolah dasar kali lipat dari gaji pokoknya. Peningkatan penghasilan daerah terpencil. Sebelum pelaksanaan berbagai guru yang signifikan mungkin terlihat sebagai insentif intervensi, Bank Dunia melakukan sebuah survei di yang penting bagi guru dalam meningkatkan kinerja beberapa wilayah untuk mencapai pemahaman yang mereka, namun sebuah studi Bank Dunia menemukan lebih baik tentang tantangan dalam penyediaan layanan bahwa tidak terdapat dampak dari guru bersertifikasi pendidikan dasar di daerah terpencil. Wilayah studi terhadap hasil belajar murid (De Ree et al., 2018). Hasil terdiri dari lima kabupaten di Indonesia, yaitu Ketapang, serupa ditemukan terkait pemberian tunjangan khusus, Landak, dan Sintang (di Provinsi Kalimantan Barat) di mana guru penerima tunjangan memiliki tingkat dan Manggarai Barat dan Manggarai Timur (di Provinsi ketidakhadiran di kelas tertinggi dibandingkan dengan Nusa Tenggara Timur/NTT). Laporan ini menyajikan guru non-penerima tunjangan (Toyamah et al., 2010). deskripsi terperinci dari temuan survei yang dilakukan di total 270 sekolah dasar di 235 desa yang sangat terpencil. Meskipun pengambilan sampel, instrumen, dan pertanyaan penelitian disusun agar sesuai dengan kebutuhan spesifik KIAT Guru, temuan dari survei ini relatif bersifat umum dalam menginformasikan kondisi pendidikan di wilayah studi. 3. 4. LINGKUP STUDI: LOKASI, INSTRUMEN DAN SAMPEL 02 Lingkup Studi: Lokasi, Instrumen dan Sampel Laporan studi ini memiliki susunan sebagai berikut: • Bagian 2 menjelaskan lokasi studi. • Bagian 3 menyajikan konteks sekolah. • Bagian 4 membahas keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan. • Bagian 5 menganalisis ketidakhadiran guru di sekolah dasar sampel. • Bagian 6 menganalisis hasil belajar murid. • Bagian 7 menyajikan kesimpulan studi. Pemilihan Wilayah Studi Kabupaten lokasi studi mewakili lima dari 122 kabupaten tertinggal di Indonesia. Pemilihan kabupaten berdasarkan pada daftar kabupaten tertinggal yang disusun oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi pada tahun 2015. Daftar ini dipersempit melalui parameter yang ditetapkan oleh proyek KIAT Guru. Kabupaten di lokasi yang sangat terpencil, rawan konflik, serta memiliki pengguna layanan pendidikan yang sangat rendah, tata kelola yang sangat lemah, dan biaya operasional yang sangat tinggi tidak dimasukkan dalam daftar. Kabupaten terpilih memiliki setidaknya 40 sekolah dasar di daerah terpencil yang termasuk dalam kategori sekolah yang memenuhi syarat sebagaimana dijelaskan tersebut. Berdasarkan hasil konsultasi dengan Pemerintah di tingkat nasional, daftar ini kemudian lebih dipersempit dan ditinjau untuk mengidentifikasi sekolah- sekolah yang memiliki isu anekdotal tentang ketidakhadiran guru di kelas, dengan pemerintah kabupaten yang menunjukkan keinginan untuk melakukan reformasi. Daftar terakhir (Peta 1) mencakup tiga kabupaten di Kalimantan Barat (Ketapang, Sintang, dan Landak) dan dua kabupaten di NTT (Manggarai Barat dan Manggarai Timur). Sekolah-sekolah yang memenuhi syarat seleksi dalam studi ini memiliki minimal 70 murid, terletak setidaknya satu jam perjalanan dari ibukota kabupaten, dan memiliki sedikitnya tiga guru yang menerima tunjangan daerah terpencil. Peta 1. Kabupaten yang Wilayah Studi dan Jumlah Sekolah di Setiap Kabupaten Landak Sintang 51 88 Ketapang 59 Manggarai Manggarai Barat Timur 38 34 5. Tabel 1 menyajikan karakteristik lima kabupaten lokasi Kelima kabupaten lokasi studi memiliki studi: kemiskinan, keterpencilan, unit administrasi, karakteristik provinsi yang berbeda dalam hal populasi, dan sekolah, dengan ringkasan temuan yang unit administratif, tetapi memiliki lebih banyak dijelaskan di bawah ini. sekolah dasar dan sekolah yang lebih terpencil dibandingkan dengan rata-rata nasional. Tabel 1 Dibandingkan dengan kabupaten lain di Indonesia, menyajikan jumlah rata-rata desa yang tergolong sangat lima kabupaten lokasi studi memiliki tingkat terpencil menurut Indeks Pembangunan Desa 2015.21 kemiskinan yang lebih tinggi. Tingkat kemiskinan Kalimantan Barat, 50-80 persen desa di kabupaten kelima kabupaten lokasi studi lebih tinggi dibandingkan Sintang tergolong sangat terpencil. di Manggarai dengan tingkat kemiskinan provinsi dan nasional, kecuali Barat dan Manggarai Timur, sekitar sepertiga desa Sintang, yang memiliki tingkat kemiskinan lebih rendah dikategorikan sangat terpencil, jauh lebih tinggi daripada dibandingkan dengan rata-rata nasional (11 persen pada tingkat provinsi (hanya 14 persen desa yang tergolong 2016). Kabupaten di Kalimantan Barat memiliki tingkat sangat terpencil). kesejahteraan lebih tinggi daripada kabupaten-kabupaten di NTT dan memiliki tingkat kemiskinan yang lebih rendah Rata-rata populasi desa di lima kabupaten ini daripada rata-rata nasional. Namun tiga kabupaten di relatif kecil dibandingkan dengan tingkat nasional, Kalimantan Barat memiliki tingkat kemiskinan lebih rendah namun relatif besar dibandingkan dengan tingkat daripada kabupaten lain di provinsi tersebut. NTT memiliki provinsi. Kelima kabupaten lokasi studi memiliki tingkat kemiskinan rata-rata 22 persen dibandingkan populasi lebih kecil dari rata-rata kabupaten secara dengan tingkat kemiskinan nasional 11 persen. Manggarai nasional, tetapi lebih besar dari rata-rata kabupaten Barat berada di bawah rata-rata provinsi dan Manggarai di provinsi masing-masing. Tiga kabupaten Kalimantan Timur di atasnya, dengan hampir 28 persen penduduknya Barat, yang memiliki penduduk rata-rata 415.000 jiwa, hidup di bawah garis kemiskinan. jauh lebih besar daripada kabupaten NTT yang memiliki Tabel 1. Karakteristik Kabupaten Wilayah Studi Dibandingkan dengan Rata-Rata Provinsi dan Nasional Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Rata-rata Rata-rata Manggarai Manggarai Rata-rata Nasional Ketapang Landak Sintang Provinsi Barat Timur Provinsi Tingkat kemiskinan (%) 10,99 12,32 10,07 7,87 19,35 27,71 22,19 10,86 Desa-desa yang sangat 136 79 287 72 55 59 21 26 terpencil berdasarkan IDM (#) Desa-desa yang sangat 51,91 51,30 82,23 48,31 32,54 33,52 13,96 16,28 terpencil berdasarkan IDM (%) Kecamatan 21 13 14 12 10 9 14 14 Desa 262 154 349 148 169 176 151 161 Rata-rata # desa per 12 12 25 12 17 20 11 12 kecamatan Total populasi (# individu) 482.831 361.469 400.789 338.349 256.105 275.622 227.083 504.680 Rata-rata populasi desa (# 1.843 2.347 1.148 2.284 1.515 1.566 1.503 3.139 individu) Sekolah dasar 526 457 429 305 259 329 368 289 Rata-rata # sekolah dasar per 2 3 1 2 2 2 2 2 desa Sumber: • Kecamatan dan desa (2017): Biro Pusat Statistik https://www.bps.go.id/website/fileMenu/Perka-BPS-No55-Tahun-2017.pdf. • Individu dan rumah tangga: SUSENAS Maret 2016 (perhitungan sendiri). • Data sekolah: Kemendikbud http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sp. • Tingkat kemiskinan (2016): Biro Pusat Statistik https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Data-dan-Informasi-Kemiskinan-Kabupaten- Kota-2016-.pdf. • Desa dengan status IDM (2015): Kemendes http://kedesa.id/id_ID/repository/indeks-desa-membangun-indonesia/. Catatan: IDM = Indeks Desa Membangun; Kemendikbud = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; SUSENAS = Survei Sosial Ekonomi Nasional. 21 Indeks Pembangunan Desa dikembangkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (2015). 6. LINGKUP STUDI:LOKASI, INSTRUMEN DAN SAMPEL penduduk rata-rata 265.000 jiwa. Namun kabupaten atau tidak dengan tugas mengajar) selama jam sekolah, wilayah studi di Kalimantan Barat memiliki penduduk dan ketidakhadiran murid di sekolah. Pengamatan ini per desa yang lebih sedikit daripada desa-desa di rata- menghasilkan data untuk menilai tingkat ketidakhadiran rata kabupaten di provinsi ini. guru di sekolah, ruang kelas, dan tugas mengajar. Student Learning Assessment (SLA) mencakup Instrumen Survei kompetensi murid dalam literasi dan numerasi, Survei ini menggunakan instrumen untuk sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam mengukur ketidakhadiran guru di kelas dan kurikulum nasional 2006. Instrumen SLA adalah hasil belajar murid. Survei ketidakhadiran guru di tes yang diperuntukkan bagi kelas khusus, yang kelas mengacu kepada instrumen Kemitraan untuk dikembangkan berdasarkan kerangka kerja dan Pengembangan Kapasitas dan Analisis (Analytical and temuan dari perangkat asesmen internasional dan Capacity Development Partnership, atau ACDP) yang nasional. Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui digunakan pada survei tahun 2014, berdasarkan kemampuan murid dari tingkat dasar hingga tinggi instrumen yang dikembangkan oleh Bank Dunia dalam membaca dan menulis (dalam hal ini, bahasa untuk World Development Report 2004.22,23 Kehadiran Indonesia) dan mengerjakan soal-soal matematika.24 guru diamati secara langsung oleh pencacah selama Tes ini dikembangkan untuk mencakup penyebaran kunjungan sekolah tanpa pemberitahuan sebelumnya. pertanyaan tingkat kelas bawah secara lebih luas, dan Kegiatan ini mengumpulkan informasi tentang menangkap penyebaran hasil belajar murid yang lebih keberadaan guru (di dalam atau di luar sekolah, dan di normal. SLA diberikan kepada semua murid di kelas dalam atau di luar kelas), kegiatan guru (berhubungan satu hingga lima di sekolah sampel.25 Dari 28.790 murid Tabel 2. Jumlah Sampel di Wilayah Studi Jenis Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Kelas Kelamin Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Jumlah murid yang terdaftar di sekolah 1 Laki-laki 3.192 633 511 1.080 485 483 Perempuan 2.685 517 462 888 404 414 2 Laki-laki 2.924 564 484 925 452 499 Perempuan 2.458 488 408 776 372 414 3 Laki-laki 3.068 615 465 1.024 492 472 Perempuan 2.616 481 397 864 475 399 4 Laki-laki 3.080 552 557 938 541 492 Perempuan 2.815 522 449 957 492 395 5 Laki-laki 3.126 552 520 1.015 533 506 Perempuan 2.826 525 429 996 450 426 Jumlah murid yang hadir di sekolah pada hari pelaksanaan tes 1 Laki-laki 2.802 537 436 949 431 449 Perempuan 2.375 441 391 799 359 385 2 Laki-laki 2.641 491 434 838 402 476 Perempuan 2.280 448 370 720 344 398 3 Laki-laki 2.838 551 410 973 459 445 Perempuan 2.489 448 367 831 456 387 4 Laki-laki 2.884 492 513 897 516 466 Perempuan 2.662 476 420 905 477 384 5 Laki-laki 2.918 495 479 964 507 473 Perempuan 2.723 500 408 964 433 418 22 Chaudhury et al. 2006. 24 ASER 2014; Gove and Wetterberg 2011; Mullis et al. 2016; Platas et al. 23 Usman, Akhmadi, and Suryadarma 2004; Toyamah et al. 2010; UNICEF 2014; Uwezo 2012. 2012; ACDP 2014. 7. yang terdaftar di kelas satu hingga lima, 26.612 murid SLA adalah tes pilihan ganda, dengan tiga hingga empat mengikuti tes SLA bahasa Indonesia dan matematika pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan.27 Ada 23 (Tabel 2) dan hadir pada hari pelaksanaan tes yang pertanyaan dalam tes bahasa Indonesia dan 30 pertanyaan dilakukan oleh pencacah. Murid kelas satu dan dua dalam tes matematika untuk setiap tes di masing-masing mengikuti tes secara individual, yaitu satu orang murid tingkat kelas. Kecuali tes untuk kelas satu, semua tes tingkat mengerjakan tes pada satu waktu dan diberi waktu 25 kelas lainnya dikembangkan dengan penyebaran yang luas menit untuk tes bahasa Indonesia dan 15 menit untuk atas pertanyaan-pertanyaan tingkat kelas yang lebih rendah, tes matematika. Murid kelas tiga hingga lima diberi mengingat tes-tes tersebut diberikan pada pertengahan waktu 45 menit untuk tes bahasa Indonesia dan 50 semester pertama tahun akademik. Murid belum diajarkan, menit untuk tes matematika, dan mengikuti tes secara karena itu belum menguasai, banyak bagian dari materi berkelompok.26 tes pada tingkat kelas mereka saat ini. Oleh karena itu, 80 persen pertanyaan untuk tes bahasa Indonesia dan tes Tabel 3. Partisipan dan Responden Studi Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Kecamatan 33 8 7 7 6 5 Desa 235 59 38 82 27 29 Rumah tangga 5.400 1.179 1.020 1.761 760 680 Murid yang terdaftar di kelas 1-6 35.543 7.350 5.682 11.449 5.709 5.353 Murid yang terdaftar di kelas 1-5 28.791 5.449 4.682 9.463 4.696 4.501 Murid yang dites untuk SLA 26.613 4.879 4.228 8.840 4.384 4.282 Sekolah 270 59 51 88 38 34 Kepala sekolah 270 59 51 88 38 34 Kepala sekolah PNS 268 58 51 87 38 34 Guru yang terdaftar di sekolah 2.293 508 370 700 385 330 Guru yang disurvei 1.917 420 300 585 332 280 Guru PNS 755 140 133 240 137 105 Guru non-PNS 1.162 280 167 345 195 175 Jumlah guru non-PNS (%) 39 33.33 44.33 41.03 41.27 37.50 Guru kontrak 348 176 27 60 18 67 Guru honorer 814 104 140 285 177 108 Guru bersertifikasi 265 52 50 91 48 24 Guru tidak bersertifikasi 1.652 368 250 494 284 256 Komite sekolah 268 58 50 88 38 34 Aktif 254 56 48 82 35 33 Tidak aktif 14 2 2 6 3 1 Catatan: Jumlah kecamatan, desa, dan sekolah dalam sampel. PNS = Pegawai Negeri Sipil; SLA = Student Learning Assessment. 25 Agar guru tidak mempersiapkan murid sebelum mengikuti tes, 26 Pemikiran di balik perbedaan waktu pengujian berdasarkan usia pengumuman tes diberikan kepada guru dan murid sehari sebelum adalah bahwa murid di kelas yang lebih rendah berada dalam fase awal pelaksanaan. Semua murid yang berpartisipasi memulai dengan tes bahasa pembelajaran dan tidak sepenuhnya mampu membaca dan menulis sendiri, Indonesia dengan batas waktu 25 menit untuk kelas satu dan dua, dan 45 sehingga memerlukan bantuan secara individual yang lebih intensif untuk menit untuk kelas tiga hingga lima. Tanpa diselingi istirahat, kecuali atas memahami instruksi pengerjaan tes. Untuk murid di kelas yang lebih rendah, permintaan murid, selanjutnya murid mengikuti tes matematika dengan administrator membantu dengan membacakan instruksi atas masing- batas waktu 15 menit untuk kelas satu dan dua, dan 50 menit untuk kelas masing soal kepada mereka dan menuliskan jawaban mereka pada lembar tiga hingga lima. Perbedaan waktu pengujian antara kelas yang lebih rendah jawaban. Administrator menerima pelatihan tentang cara melakukan tes ini, dan yang lebih tinggi ditentukan berdasarkan jenis soal tes. Soal tes untuk misalnya bahwa administrator tidak diperkenankan memberikan petunjuk kelas yang lebih rendah sebagian besar tentang pengenalan (misalnya jawaban kepada murid. Sebelumnya, praktik ini dilakukan oleh Stern dan pengenalan huruf dan angka) yang membutuhkan waktu pengerjaan lebih Nordstrum (2014) dan ASER (2014). Murid kelas tiga ke atas biasanya sudah sedikit daripada soal tes yang lebih kompleks untuk kelas tingkat atas terbiasa membaca dan menulis sendiri sehingga tes disampaikan dengan (misalnya pemahaman bacaan dan pengerjaan soal-soal matematika). cara biasa yang mengharuskan murid untuk membaca instruksi dan menulis jawabannya sendiri. Untuk menghindari kecurangan dalam pengaturan kelompok tes, disusun dua versi buklet tes dengan urutan yang bervasiasi atas pertanyaan-pertanyaan yang sama. Murid yang duduk bersebelahan satu sama lain diberi buklet tes dengan versi berbeda. 8. LINGKUP STUDI:LOKASI, INSTRUMEN DAN SAMPEL matematika mengacu pada standar kurikulum tingkat kelas acak, atau empat orang tua dari setiap kelas (hanya yang satu dan dua tingkatan kelas lebih rendah. Sisanya (20 untuk kelas satu hingga lima). Jika sebuah sekolah tidak persen dari pertanyaan) mengacu pada standar kurikulum memiliki tingkat kelas tertentu, empat orang tua dari tingkat kelas yang sedang diikuti murid. tingkat kelas lainnya dipilih sebagai gantinya. Lima kuesioner diadaptasi dari survei sebelumnya yang dilakukan di Indonesia.28 Kuesioner ini Deskripsi Desa Lokasi Studi mengumpulkan informasi terperinci dari kepala desa, kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan orang tua dari Desa lokasi studi memiliki populasi rata-rata 1.400 anak-anak murid sekolah dasar.29 orang, jumlah tersebut setengah dari rata-rata populasi nasional (3.100 orang per desa). di antara Kuesioner kepala desa mengumpulkan informasi lima kabupaten, Sintang memiliki populasi terendah tentang karakteristik populasi desa, akses terhadap (1.000) dan Landak memiliki populasi terpadat (2.000) sumber energi dan layanan dasar, hubungan sosial, (Tabel 4). Secara rata-rata, anak-anak usia sekolah (usia serta tingkat keterpencilan. Kuesioner kepala sekolah 4 hingga 20) mencakup 35 persen dari populasi di lima mengumpulkan informasi yang komprehensif tentang kabupaten. Namun ada perbedaan besar dalam populasi kegiatan operasional sekolah, termasuk ketersediaan anak-anak usia sekolah antar kabupaten, dari 22 persen prasarana fisik utama, karakteristik populasi murid, populasi di Ketapang hingga 46 persen di Manggarai proses pengajaran, dan hasil ujian kelulusan murid. Timur. Anak-anak usia sekolah dasar mencakup sekitar Serupa dengan kuesioner kepala sekolah, kuesioner 40 persen dari populasi usia 4 hingga 20 tahun. guru mengumpulkan informasi tentang latar belakang guru, tingkat pendidikan, pengalaman, kondisi Dari perspektif etno-religius, desa lokasi studi kehidupan, kegiatan di dalam dan di luar sekolah, sangat homogen dengan tingkat konflik yang alokasi waktu guru di antara berbagai tugas yang terkait rendah. Mayoritas penduduknya berasal dari kelompok dengan tugas mengajar, gaji dan tunjangan yang mereka agama dan etnis lokal mayoritas. Rata-rata, di 76 persen terima, dan motivasi serta kepuasan mereka. Kuesioner desa, lebih dari 80 persen penduduknya termasuk komite sekolah berfokus pada sejarah komite, informasi kelompok etnis mayoritas, dibandingkan dengan rata-rata keuangan, kegiatan manajemen sekolah, dan kepuasan 51 persen desa yang lebih dari 80 persen penduduknya terhadap kualitas sekolah. Kuesioner orang tua menganut agama mayoritas, yakni Katolik. Namun ada mengumpulkan informasi tentang latar belakang sosial perbedaan yang mencolok di antara kabupaten NTT, di ekonomi orang tua, tingkat keterlibatan dengan sekolah, mana Katolik dianut hampir 90 persen dari populasi, dan pengawasan pembelajaran di rumah, keterlibatan dalam kabupaten Kalimantan Barat, di mana agama-agama lain tugas sekolah anak mereka, dan ketidakhadiran murid. tersebar lebih merata di antara penduduknya. Penganut agama Islam dan Protestan masing-masing 12-34 persen Partisipan dan Responden Studi dan 15-39 persen di kelima kabupaten. Rata-rata, sekitar 11 persen desa (atau 26 desa) melaporkan pernah Studi ini mencakup 270 sekolah dasar yang mengalami konflik lokal dalam setahun terakhir, dengan berlokasi di 235 desa terpencil di 33 kecamatan. nol desa di Manggarai Barat hingga 16 persen desa di di antara sekolah-sekolah ini, 198 ada di Kalimantan Landak. Alasan utama yang diberikan atas terjadinya Barat dan 72 di NTT. Tabel 3 menyajikan ukuran sampel konflik lokal ini adalah kebijakan publik, penyediaan dan jumlah populasi di wilayah studi. Perwakilan layanan publik, dan masalah ekonomi. kepala sekolah dan komite sekolah di 270 sekolah ini Akses listrik, telekomunikasi, dan internet sangat diwawancarai, berikut 235 kepala desa. Sekolah sampel bervariasi di seluruh desa. Mayoritas desa (90 persen) terdiri dari 35.543 murid. Dari 28.791 murid di kelas memiliki akses terhadap sumber daya listrik, tetapi sangat satu hingga lima, 92 persen berpartisipasi dalam SLA.30 sedikit (29 persen) yang memperoleh daya dari jaringan Survei ini juga mengumpulkan informasi tentang 5.400 listrik milik negara (PLN). Akses terhadap listrik PLN orang tua murid yang mengikuti SLA yang dipilih secara berkisar antara 15 persen di Manggarai Barat hingga 44 persen di Ketapang. Jenis bahan bakar untuk memasak yang digunakan di desa lokasi studi berbeda-beda dan 27 Tes bahasa Indonesia untuk kelas satu dan dua (hanya) memberikan empat pilihan jawaban untuk masing-masing 48 dan 39 persen dari pertanyaan. masing-masing provinsi memiliki kekhasan tersendiri. 28 World Bank 2013a, 2015; ACDP 2014; Pradhan et al. 2014. Semua penduduk desa di kabupaten NTT, misalnya, 29 Data dalam laporan ini mengacu kepada instrumen yang merupakan komponen survei kuantitatif. Selain itu, data kualitatif juga dikumpulkan di menggunakan kayu bakar untuk memasak dan tidak ada daerah percontohan, namun hal tersebut tidak dibahas dalam laporan ini. yang menggunakan gas atau elpiji (LPG). di Kalimantan 30 10 persen murid tidak hadir pada hari pelaksanaan tes. 9. Tabel 4. Karakteristik Desa Lokasi Studi Semua West Kalimantan Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Karakteristik demografis Total populasi 1.396 1.576 2.097 999 1.328 1.328 Usia sekolah (4-20) individu 495 352 737 369 493 607 Usia sekolah (4-20) individu (% total populasi) 35,5 22,4 35,2 36,9 37,1 45,7 Usia pra sekolah dasar (4-6) 89 62 132 68 95 103 Usia sekolah dasar (7-12) 193 178 264 153 196 202 Usia sekolah dasar (7-12) (% total populasi) 13,9 11,3 12,6 15,3 14,8 15,2 Usia sekolah dasar (7-12) (% populasi usia 39,1 50,6 35,8 41,6 39,8 33,3 sekolah) Usia sekolah menengah pertama (13-15) 108 61 172 78 100 149 Usia sekolah menengah atas (16-20) 104 51 169 69 102 153 Rumah tangga/keluarga 717 828 1.061 517 662 677 Penggunaan energi dasar dan infrastruktur komunikasi (% desa dengan akses) Listrik PLN 29 44 32 26 15 21 Listrik non-PLN 90 92 89 88 100 86 Bahan bakar memasak: gas atau LPG 35 46 29 54 0 0 Bahan bakar memasak: kayu bakar 64 54 63 46 100 100 Telepon seluler 90 90 71 93 100 100 Internet 17 12 16 13 56 7 Penyebaran agama di antara penduduk (% populasi desa) Islam 16,2 34,1 12,9 11,6 10,7 1,8 Kristen - Protestan 23,6 15,2 38,8 36,7 1,1 3,5 Katolik 59,4 48,9 48,3 50,5 88,2 94,8 Budha 0,34 0,1 0,03 0,88 0 0 Hindu 0,04 0,15 0 0 0 0 Konfusius 0,01 0,02 0 0,010 0 0 Lainnya 0,38 1,46 0 0 0 0 Homogenitas dan konflik masyarakat Jumlah agama yang ada di desa 2.460 2.780 2.820 2.770 1.310 1.480 % desa dengan lebih dari 80% populasi 51 53 11 39 88 100 menganut agama mayoritas % desa dengan lebih dari 50% populasi 88 81 79 88 100 100 menganut agama mayoritas % desa dengan lebih dari 80% populasi etnis 76 63 82 88 70 69 mayoritas % desa dengan lebih dari 50% populasi etnis 93 93 100 98 89 76 mayoritas Terjadinya konflik lokal di desa selama setahun 11 14 16 13 0 3 terakhir Konflik terkait kebijakan/layanan publik (% konflik 35 38 17 36 0 100 dalam setahun terakhir) Konflik terkait masalah ekonomi (% konflik dalam 23 13 33 27 0 0 setahun terakhir) Konflik terkait masalah pribadi (% konflik dalam 15 25 33 0 0 0 setahun terakhir) Catatan: LPG = Elpiji/Liquefied Petroleum Gas; NTT = Nusa Tenggara Timur; PLN = Perusahaan Listrik Negara 10. LINGKUP STUDI:LOKASI, INSTRUMEN DAN SAMPEL Barat, 29 persen desa di Landak, 46 persen di Ketapang, satu jam lebih dekat di Manggarai Barat dan 1,2 jam lebih dan 54 persen di Sintang menggunakan gas untuk dekat di Ketapang. Lembaga keuangan terletak lebih memasak dan sisanya menggunakan kayu bakar bekas. dekat ke desa-desa lokasi studi daripada kantor pos di Sebagian besar desa (seluruhnya di kabupaten NTT) semua kabupaten kecuali Sintang. Ada sedikit perbedaan memiliki akses terhadap jaringan telepon seluler, namun antar provinsi dalam jarak dan waktu perjalanan ke bank hanya 71 persen yang memiliki akses di Landak. Akses dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). di kabupaten NTT, internet kurang tersebar luas di antara 7 hingga 16 persen koperasi lebih dekat daripada bank, dan di Kalimantan desa yang melaporkan memiliki akses. Pengecualian yang Barat, koperasi kredit (credit union) lebih dekat ke desa. luar biasa adalah Manggarai Barat, dengan 56 persen Jenis keterpencilan yang berbeda ditemukan desa lokasi studi memiliki akses terhadap internet. di kabupaten Kalimantan Barat dibandingkan Tingkat keterpencilan desa lokasi studi bervariasi dengan kabupaten NTT. Jarak sedikit lebih panjang terkait akses terhadap layanan kesehatan dan jarak di kabupaten Kalimantan Barat daripada di kabupaten serta waktu perjalanan ke lembaga administrasi NTT, antara 14 kilometer di Manggarai Barat hingga 38 dan keuangan utama. di semua kabupaten, pusat kilometer di Sintang. Lokasi kabupaten Kalimantan Barat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan staf layanan lebih jauh dari lembaga administrasi dan keuangan kesehatan dapat dicapai dalam waktu kurang dari satu utama daripada kabupaten NTT (Tabel 6, dalam Lampiran jam perjalanan dari sekolah (Tabel 5). Lokasi rumah sakit A), namun waktu perjalanan di kabupaten Kalimantan lebih jauh dari sekolah, rata-rata sekitar 100 kilometer atau Barat lebih pendek atau serupa dibandingkan dengan hampir empat jam perjalanan jauhnya. Rata-rata desa kabupaten NTT. Misalnya, dibutuhkan waktu yang berada 149 kilometer atau hampir lima jam perjalanan hampir sama untuk mencapai kantor kecamatan di dari ibukota kabupaten. Lembaga yang terdekat dengan Sintang (38 kilometer) dengan di Manggarai Barat (14 balai desa adalah kantor kecamatan, yang berjarak rata- kilometer). Hal ini mencerminkan perbedaan kualitas rata 28 kilometer atau sekitar 1,3 jam waktu perjalanan prasarana jalan dan topografi.31 dari desa. Kantor-kantor pemerintah kabupaten tetangga sering kali berjarak lebih dekat dari sebuah desa—hampir Tabel 5. Jarak dan Waktu Perjalanan dari Sekolah ke Beberapa Lembaga Utama Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Jarak (km) 124,8 205,3 87 132,1 77,1 78,1 Dinas pendidikan daerah Waktu perjalanan ( jam) 4,8 6,7 3,2 5,0 4,4 3,4 Jarak (km) 41,6 37,0 48,7 56,0 20 27,4 UPTD di kecamatan Waktu perjalanan ( jam) 2,1 1,5 2,3 2,5 1,7 2,4 Jarak (km) 102,6 170,5 65,5 123,4 36,0 61,8 Rumah sakit terdekat Waktu perjalanan ( jam) 3,9 5,2 2,7 4,7 2,6 2,9 Pusat kesehatan Jarak (km) 10,9 8,6 13,1 16,3 4,8 4,4 masyarakat terdekat Waktu perjalanan ( jam) 0,7 0,5 0,8 0,8 0,6 0,5 Klinik/staf kesehatan Jarak (km) 5,5 4,8 7,3 2,3 4,2 13,9 terdekat Waktu perjalanan ( jam) 0,4 0,3 0,5 0,3 0,7 0,8 Jarak (km) 52 49,9 44,5 82,6 24,4 21,2 Bank terdekat Waktu perjalanan ( jam) 2,3 1,8 2,2 3,1 1,9 1,3 Jarak (km) 35,6 32,4 39,2 54,2 12,8 14,6 Pasar terdekat Waktu perjalanan ( jam) 1,7 1,3 2 2,2 1,3 1,1 Catatan: km = kilometer; UPTD = Unit Pelaksana Teknis Daerah (unit pelaksana teknis kabupaten di tingkat kecamatan). 31 Beberapa kantor kecamatan di Kalimantan Barat dihubungkan oleh mempertimbangkan jarak dan waktu tempuh dari kantor kecamatan ke Jalan Tol Trans-Kalimantan, sedangkan hanya beberapa kantor kecamatan desa, desa-desa lokasi studi di Kalimantan Barat lebih sulit dijangkau di NTT yang dihubungkan oleh jalan-jalan besar beraspal. Demikian pula dibandingkan dengan desa-desa di NTT. Hal ini sebagian besar disebabkan kecamatan-kecamatan di Kalimantan Barat memiliki akses yang lebih baik oleh banyaknya sungai yang harus dilalui dengan perahu di sepanjang jalan terhadap prasarana telekomunikasi dibandingkan dengan kecamatan- antara kantor kecamatan dan desa di Kalimantan Barat. kecamatan di NTT. Namun berdasarkan anekdot dari tim pelaksana dan 11. Dari 235 desa yang disurvei, hanya 2 persen kepala (tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai) yang tinggal desa adalah perempuan, biasanya menikah dengan di desa. Hanya ada tiga kepala desa perempuan, satu laki-laki berpendidikan sekolah menengah. Sebagian di Ketapang dan dua di Landak. di Manggarai Barat, 15 besar desa (94 persen) dipimpin oleh kepala desa atau persen kepala desa tinggal di desa lain di kecamatan yang pelaksana tugas (Plt) kepala desa (tabel 7). Sebagian sama. Responden yang bukan kepala desa memegang besar desa yang tidak memiliki kepala desa (10 dari 13) posisi sekretaris desa (36 desa) atau kepala urusan desa berlokasi di Ketapang. Mayoritas responden perangkat (22 desa). Kebanyakan dari mereka juga menikah dengan desa (177 orang, atau 75 persen responden) adalah laki-laki berpendidikan sekolah menengah dan tinggal di kepala desa atau Plt kepala desa. Kebanyakan kepala desa desa, namun mereka sedikit lebih muda dari kepala desa, adalah lelaki yang sudah menikah, berusia pertengahan dengan usia rata-rata 39 tahun. empat puluhan, dengan pendidikan sekolah menengah Tabel 7. Karakteristik Kepemimpinan Desa West Kalimantan Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur # Desa 235 59 38 82 27 29 Jenis responden dan karakteristik Kepala desa atau Plt kepala desa (% responden) 75 47 76 79 96 100 Kepala desa atau Plt kepala desa (#) 177 28 29 65 26 29 Lainnya: sekretaris (% responden) 15 24 18 17 4 0 Lainnya: sekretaris (#) 36 14 7 14 1 0 Lainnya: kepala urusan (% responden) 9 29 5 4 0 0 Lainnya: kepala urusan (#) 22 17 2 3 0 0 Masa kerja di kantor (tahun) 3 3 3 3 3 5 Desa tanpa kepala desa (% responden) 6 17 5 0 4 0 Desa tanpa kepala desa (#) 13 10 2 0 1 0 Kepala desa - Demografi dan pendidikan Usia (tahun) 44 45 42 41 47 47 % Perempuan 2 4 7 0 0 0 % menikah 97 100 97 97 88 100 % pendidikan dasar 0.100 0 3 0 0 0 % pendidikan menengah pertama 14 21 14 12 23 0 % pendidikan menengah atas 68 61 48 77 58 83 % pendidikan tinggi 18 18 34 11 19 17 Responden lain - Demografi dan pendidikan Usia (tahun) 39 37 49 38 41 - % Perempuan 5 10 0 0 0 - % menikah 98 100 100 94 100 - % pendidikan dasar 3 3 11 0 0 - % pendidikan menengah pertama 5 6 0 6 0 - % pendidikan menengah atas 83 87 78 76 100 - % pendidikan tinggi 9 3 11 18 0 - Kepala desa - Lokasi tempat tinggal (% kepala desa) Desa 92 86 86 98 85 97 Desa lain di kecamatan 6 11 7 2 15 3 Kecamatan lain di kabupaten 2 4 7 0 0 0 Responden lain - Lokasi tempat tinggal (% responden lain) Desa 95 94 100 94 100 - Desa lain di kecamatan 3 3 0 6 0 - Kecamatan lain di kabupaten 2 3 0 0 0 - 12. KONTEKS SEKOLAH 03 Konteks Sekolah Karakteristik Sekolah Ketersediaan Sekolah Sekolah dasar negeri merupakan sekolah yang paling banyak tersedia di lima kabupaten, dengan hampir seperempatnya menyelenggarakan pembelajaran kelas rangkap. Pelaksanaan program pembangunan sekolah dasar terbesar di dunia terjadi di Indonesia, antara tahun 1973 dan 1978 (Duflo 2001). Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8, hampir semua desa Kalimantan Barat memiliki setidaknya satu sekolah dasar negeri. Delapan puluh lima persen desa di NTT memiliki sekolah dasar negeri. Institusi pendidikan lain lebih tersedia dan beragam di seluruh kabupaten lokasi studi. Secara rata-rata, 42 persen desa memiliki sedikitnya satu sarana pendidikan anak usia dini, dengan angka terendah di Manggarai Barat (26 persen) dan tertinggi di Manggarai Timur (62 persen). Taman kanak-kanak lebih jarang ada di desa lokasi studi—tidak ada desa di Manggarai Timur yang memiliki taman kanak-kanak, sementara 25 persen desa di Ketapang memiliki setidaknya satu taman kanak-kanak. Secara rata-rata, 46 persen desa memiliki sekolah menengah pertama, dengan variasi lintas kabupaten, antara 33 persen di Manggarai Barat hingga 72 persen di Manggarai Timur. Secara umum, sekolah menengah atas jarang tersedia, hanya 6 persen dari 235 desa memiliki sedikitnya satu sekolah menengah atas. Wilayah studi mencakup 22 sekolah dasar swasta, 20 di antaranya berada di NTT (Tabel 55, dalam Lampiran A). Sekitar 2 persen desa memiliki madrasah tingkat sekolah dasar. Hampir seperempat sekolah, mulai dari 18 persen di kabupaten NTT hingga 34 persen di Ketapang, menyelenggarakan pembelajaran kelas rangkap (Tabel 9). Pembelajaran kelas rangkap ini didefinisikan sebagai kelas di mana seorang guru mengajar murid dari dua atau lebih tingkat kelas pada saat yang sama (Little 2006). Penyebaran Murid Jumlah murid per sekolah sedikit lebih rendah dari rata-rata nasional. Tabel 9 menyajikan jumlah murid di wilayah studi dan penyebarannya di kelas- kelas di sekolah. Rata-rata ada enam kelas per sekolah (satu kelas per angkatan) di sekolah sampel.32 Sekolah-sekolah ini memiliki rasio murid-guru 16 berbanding 1, hanya sedikit di bawah rata-rata nasional 17 berbanding 1. Jumlah rata-rata murid per sekolah berkisar antara 111 di Landak hingga 157 di Manggarai Timur, jauh di bawah rata-rata nasional, yaitu 19133. Namun, 78 persen sekolah dasar di Indonesia memiliki kurang dari 250 murid, dan hampir 50 persen memiliki kurang dari 150 murid.34 Secara keseluruhan, ada sekitar 20 murid per angkatan belajar di wilayah studi (19-20 di Kalimantan Barat dan 21-22 di NTT). 32 Suatu kelas berjalan hingga satu tahun akademik dan mengacu kepada tingkat tertentu dalam sistem sekolah, ada kurikulum khusus yang harus diajarkan kepada murid pada tingkat ini, dan ketika mereka belum mencapai tingkat yang disyaratkan, murid dapat diminta untuk mengulang kelas. Kelompok belajar kurang lebih mengacu kepada kelompok murid yang secara fisik terkumpul di ruang kelas tertentu dan menerima pelajaran secara bersamaan. 33 World Bank 2018b. 34 World Bank 2008. 13. Tabel 8. Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di Desa Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Ketersediaan (% desa) 42 49 42 34 26 62 PAUD Jumlah 1 1 2 2 1 1 Taman kanak-kanak Ketersediaan (% desa) 11 25 3 10 7 0 (TK) Jumlah 1 1 5 1 2 Sekolah dasar Ketersediaan (% desa) 96 100 100 99 85 86 negeri Jumlah 2 2 3 1 2 1 Sekolah dasar Ketersediaan (% desa) 16 17 3 0.1 44 48 swasta Jumlah 1 2 1 1 1 1 Sekolah dasar Ketersediaan (% desa) 2 3 3 0 7 0 Islam Jumlah 3 2 8 1 Sekolah menengah Ketersediaan (% desa) 46 47 53 37 33 72 pertama Jumlah 1 1 1 1 1 1 Sekolah menengah Availability (% villages) 6 7 5 2 4 17 atas Number 2 1 2 6 1 1 Catatan: Ketersediaan (% desa) mengacu kepada jumlah desa lokasi studi dengan setidaknya satu jenis sekolah; angka tergantung pada ketersediaan di desa. PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini program awal pendidikan anak); TK = Tunjangan Khusus. Dari 35.543 murid yang terdaftar di sekolah studi, sarana fisik. Untuk sarana pendukung kegiatan belajar ada kesenjangan gender yang lebih besar di tingkat mengajar, ada perbedaan signifikan dalam ketersediaan kelas bawah. Secara total, sekitar 47 persen murid perpustakaan sekolah, mulai dari 43 persen di Landak adalah perempuan (Tabel 10, dalam Lampiran A). Dari hingga 91 persen di Manggarai Timur. Sekitar 35 hingga kelas satu hingga lima, kesenjangan terbesar antara 40 persen sekolah di semua kabupaten memiliki jumlah jumlah murid laki-laki dan perempuan ditemukan di buku pelajaran yang cukup. Manggarai Timur (murid laki-laki lebih banyak sekitar dua Kabupaten-kabupaten Kalimantan Barat lebih atau tiga orang). Kabupaten Kalimantan Barat cenderung memiliki sarana bangunan dan sarana lain, memiliki kelompok belajar dengan murid yang sedikit terutama toilet, dibandingkan dengan kabupaten lebih banyak di tingkat kelas bawah daripada di kelas atas, NTT. Sebagai contoh, 96 persen sekolah di Landak sedangkan di kabupaten NTT jumlah murid sedikit lebih memiliki ruang guru, dibandingkan dengan 50 persen banyak di kelas atas, antara satu hingga lima murid lebih sekolah di Manggarai Timur. Demikian pula, 63 persen banyak per kelas. Kabupaten NTT, khususnya Manggarai sekolah di Sintang memiliki ruang kepala sekolah, Timur, rata-rata memiliki lebih banyak murid daripada dibandingkan dengan 26 persen sekolah di Manggarai kabupaten studi lainnya, yaitu 26 murid per kelas. Barat. Secara keseluruhan, sekitar 90 persen sekolah memiliki sarana toilet, dengan persentase yang lebih Fasilitas Sekolah rendah di NTT (79-85 persen). Fasilitas toilet ini termasuk Antara 41 persen hingga 66 persen sekolah memiliki ketersediaan toilet di sekolah terlepas dari apakah toilet air bersih; hanya 33 persen yang memiliki akses tersebut tersedia untuk guru atau murid; tampaknya terhadap listrik selama jam sekolah; dan 45 persen lebih banyak tersedia toilet untuk guru dibandingkan memiliki akses terhadap sinyal ponsel. Karakteristik untuk murid. Selain itu, murid perempuan di Kalimantan umum sekolah terpencil di Indonesia adalah kurangnya Barat lebih memiliki akses terhadap toilet khusus sarana fisik yang berkualitas untuk mendukung proses perempuan daripada murid laki-laki. di Kalimantan belajar mengajar. Toyamah et al. (2010) dan ACDP Barat, rata-rata 70 persen sekolah sampel memiliki (2014) menemukan bahwa ada korelasi langsung antara toilet untuk guru, hampir 60 persen memiliki toilet untuk ketersediaan sarana sekolah dan ketidakhadiran guru di murid perempuan, dan 50 persen memiliki toilet untuk kelas. Sejalan dengan itu, sekolah sampel kurang memiliki murid laki-laki. Sementara di NTT, rata-rata 82 persen akses universal terhadap sarana utama sekolah. Tabel sekolah sampel memiliki toilet untuk guru, 30 persen 11 (dalam Lampiran A) menunjukkan bahwa sekolah memiliki toilet untuk murid perempuan, dan 21 persen sampel cenderung tidak setara dalam hal ketersediaan memiliki toilet untuk murid laki-laki. 14. KONTEKS SEKOLAH Tabel 9. Karakteristik Populasi Murid di Sekolah Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Ukuran sekolah dan distribusi kelompok belajar berdasarkan kelas Rata-rata # murid per sekolah 132 125 111 130 150 157 Rasio murid-guru 16 14 16 16 15 16 Total # kelompok belajar 1,753 384 306 563 256 244 kelompok belajar kelas # 1 298 65 51 100 41 41 kelompok belajar kelas # 2 299 63 52 97 43 44 kelompok belajar kelas # 3 298 64 51 95 47 41 kelompok belajar kelas # 4 290 65 51 91 44 39 kelompok belajar kelas # 5 288 63 51 91 42 41 kelompok belajar kelas # 6 280 64 50 89 39 38 Rata-rata # kelompok belajar per sekolah 6.5 6.5 6.0 6.4 6.7 7.2 Rata-rata ukuran kelompok belajar 20 19 19 20 22 21 Sekolah dengan kelompok belajar multi-kelas (%) 24 34 24 22 18 18 Populasi murid # murid 35.543 7.350 5.682 11.449 5.709 5.353 # murid laki-laki 18.706 3.847 3.048 5.968 2.995 2.848 # murid perempuan 16.837 3.503 2.634 5.481 2.714 2.505 Hasil kelulusan murid, 2015/16 # murid di kelas 6 21 20 20 21 25 24 # murid laki-laki di kelas 6 10 10 10 10 12 11 # murid perempuan di kelas 6 11 10 10 11 13 13 # lulusan 21 20 20 21 25 24 # lulusan laki-laki 10 10 10 10 12 11 # lulusan perempuan 11 10 10 11 13 13 Rata-rata nilai UN 149 113,7 112,3 160,7 187,2 194,7 Nilai dalam Bahasa Indonesia 60,2 56,3 50,1 59,7 66,4 77,3 Nilai dalam matematika 54,8 50,2 45,2 52,9 64,7 72 Nilai dalam sains 61,1 59,7 50,5 62,0 64,0 74,1 Catatan: UN = United Nations. Anggaran Sekolah yang melaporkan telah menerima dukungan keuangan, pemerintah kabupaten merupakan sumber dana Semua sekolah menerima dana operasional dari operasional sekolah kedua terpenting, meskipun ada pemerintah pusat. Jumlah dana yang diterima dari variasi yang signifikan di seluruh kabupaten terkait pemerintah pusat melalui Bantuan Operasional Sekolah jumlah dana yang diterima oleh sekolah. di Manggarai untuk tahun akademik 2015/16 bervariasi antara Rp89 Barat dan Manggarai Timur, masing-masing 16 persen juta di Landak dan Rp 131 juta di Manggarai Timur (Tabel dan 12 persen sekolah, menerima Rp33 juta dan Rp23 12).35,36 Pemerintah daerah juga berkontribusi untuk juta dari pemerintah kabupaten. di Ketapang dan dana operasional sekolah,37 kecuali sekolah-sekolah Sintang, rata-rata sekitar 90 persen sekolah menerima di Landak, yang tidak menerima dana dari pemerintah Rp10 juta dari pemerintah kabupaten mereka. Al- daerah mana pun. di empat kabupaten studi lainnya Samarrai dan Cerdan-Infantes (2013) menemukan ada perbedaan antara jumlah sumber daya yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten ke sekolah untuk gaji guru 35 Nilai tukar adalah sekitar Rp14.000 per USD1 pada tanggal publikasi. 36 Hal ini sejalan dengan temuan dari Al-Samarrai dan Cerdan-Infantes dengan sumber daya yang dialokasikan untuk dukungan (2013): sekitar setengah dari sekolah negeri di tingkat sekolah dasar dan pendidikan langsung. Kabupaten memang cenderung menengah pertama secara nasional dilaporkan tidak menerima dukungan keuangan tambahan dari pemerintah kabupaten pada tahun 2010. mengalokasikan sebagian besar anggaran mereka Ini merupakan kumpulan dana dari dana pendukung kabupaten tertentu untuk membayar gaji--khususnya untuk guru kontrak-- 37 hingga dana nasional Bantuan Operasional Sekolah. 15. sehingga menyisakan sedikit ketersediaan sumber daya sebagai bahasa pengantar utama di 3 persen hingga 7 untuk dukungan langsung ke sekolah. Dana pemerintah persen sekolah dan oleh 2 persen hingga 9 persen guru. provinsi lebih sedikit dan tidak didistribusikan secara Studi ini menemukan beberapa diskrepansi dalam homogen di seluruh kabupaten. di NTT, hanya satu penggunaan kurikulum nasional di kabupaten- sekolah yang menerima dana tambahan dari provinsi, kabupaten yang disurvei. Sebagian besar guru (74 yakni sebesar Rp18 juta untuk Manggarai Barat. di persen) mengajar setidaknya empat mata pelajaran, Kalimantan Barat, enam sekolah di Ketapang dan tiga dan 14 persen mengajar satu mata pelajaran. Untuk sekolah di Sintang melaporkan telah menerima masing- kurikulum, 99 persen kepala sekolah melaporkan masing sekitar Rp5 juta dan Rp13 juta per kabupaten bahwa kurikulum 2004 digunakan di sekolah mereka, dari pemerintah provinsi. sedangkan 94 persen guru melaporkan menggunakan Dana pemerintah mencakup antara 94,0 persen kurikulum 2006. Hanya 1 persen kepala sekolah dan 99,5 persen dari dana operasional sekolah.38 dan guru melaporkan penggunaan kurikulum 2013. Sebagian besar dari sisanya berasal dari kontribusi orang Pengumpulan data dalam studi ini tidak mengajukan tua (rata-rata, 1,33 persen), yang sangat bervariasi dalam pertanyaan tambahan yang dapat menjelaskan jenis dan jumlahnya (Tabel 13). Secara keseluruhan, diskrepansi tersebut, sehingga hal ini dapat menjadi biaya yang paling sering dibebankan kepada orang tua bagian penting untuk ditinjau lebih lanjut dalam studi adalah untuk seragam sekolah, perayaan, dan ujian. terkait di masa yang akan datang. Bahasa dan Kurikulum yang Digunakan di Waktu Belajar dan Mengajar pada Tahun Sekolah Akademik 2015/16 Bahasa Indonesia adalah bahasa utama yang Sekitar 25 persen sekolah sampel melaporkan digunakan di sebagian besar sekolah di wilayah bahwa kegiatan belajar mengajar mengalami studi. Lebih dari 90 persen sekolah di Kalimantan interupsi setidaknya satu kali selama tahun Barat dan 70 persen di NTT menggunakan bahasa akademik. Tabel 15 (dalam Lampiran A) menunjukkan Indonesia (Tabel 14, dalam Lampiran A). Sisanya, di bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah sampel NTT, menggunakan bahasa Manggarai sebagai bahasa berlangsung selama rata-rata 226 hari belajar efektif pengajaran utama. di Kalimantan Barat, bahasa Melayu selama tahun akademik 2015/16, dengan jumlah hari (Ketapang) dan Dayak (Sintang dan Landak) dilaporkan terendah adalah 207 hari di Sintang dan yang tertinggi Tabel 12. Sumber Pendanaan untuk Sekolah, Tahun Akademik 2015/16 Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Barat Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Sumber dana bantuan operasional sekolah Pemerintah pusat (% sekolah) 100 100 100 100 100 100 Jumlah dari pemerintah pusat (Rp) 108.695.824 105.881.608 88.737.600 108.972.376 119.043.496 130.656.944 Pemerintah provinsi (% sekolah) 4 5 0 7 3 0 Jumlah dari pemerintah provinsi 10.838.640 4.733.334 12.697.733 18.000.000 (Rp) Pemerintah kabupaten (% sekolah) 53 92 0 89 16 12 Jumlah dari pemerintah kabupaten 12.110.747 10.315.019 11.171.484 33.033.334 23.050.000 (Rp) Pemerintah pusat (% sekolah) 1 3 0 0 0 6 Jumlah dari pemerintah desa (Rp) 2.400.000 3.000.000 1.800.000 Distribusi dana sekolah yang dilaporkan berdasarkan sumber (%) Pemerintah 97,7 97,3 99,5 98,3 97,6 94,3 Biaya dibayar oleh orang tua 1,3 0,7 0,4 1 1,1 5 Kontribusi masyarakat 0,1 0,2 0 0 0,3 0,4 Sumber lain 0,8 2,0 0,1 0,6 1,0 0,4 38 “Dana pemerintah” di sini mengacu pada sumber pendanaan nasional, provinsi, kabupaten, dan desa. 16. KONTEKS SEKOLAH Tabel 13. Beban Biaya Orang Tua, Tahun Akademik 2015/16 Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Biaya dibebankan kepada orang tua Seragam Jumlah sekolah 53 23 2 19 6 3 Jumlah (Rp) 1.146.943 550.870 90.000 1.773.053 88.333 4.573.334 Pembayaran uang sekolah reguler/SPP/komite Jumlah sekolah 40 5 1 6 13 15 Jumlah (Rp) 4.534.075 27.000 25.000 2.459.500 3.001.846 8.494.800 Perayaan Jumlah sekolah 34 3 0 5 12 14 Jumlah (Rp) 218.176 19.333 280.000 249.000 212.286 Ujian Jumlah sekolah 24 8 2 7 6 1 Jumlah (Rp) 454.667 123.125 100.000 490.000 416.167 3.800.000 Lembar kerja murid Jumlah sekolah 18 15 1 2 0 0 Jumlah (Rp) 673.222 452.333 8.000 2.662.500 Biaya pendaftaran/pendaftaran awal Jumlah sekolah 11 4 0 0 3 4 Jumlah (Rp) 340.455 652.500 108.333 202.500 Dana kegiatan (ekstrakurikuler) Jumlah sekolah 7 2 0 0 4 1 Jumlah (Rp) 64.429 22.500 23.000 314.000 Dana pembangunan sarana/prasarana Jumlah sekolah 8 3 1 1 0 3 Jumlah (Rp) 247.375 74.000 50.000 50.000 552.333 Lainnya Jumlah sekolah 26 6 1 13 4 2 Jumlah (Rp) 337.423 94.500 2.000 544.846 117.250 326.000 Catatan: SPP = Sumbangan Pembinaan Pendidikan. 244 hari di Manggarai Timur. Jumlah interupsi bervariasi Pengawasan dan Rapat Sekolah pada cukup signifikan di seluruh kabupaten. Sekolah-sekolah Tahun Akademik 2015/16 di Manggarai Timur melaporkan bahwa mereka tidak mengalami interupsi selama tahun akademik 2015/16. Rata-rata sekitar 90 persen kepala sekolah Sebaliknya, 34 persen sekolah di Sintang melaporkan melaporkan telah menerima kunjungan mengalami beberapa interupsi. pengawasan dari pengawas sekolah atau pejabat lainnya selama tahun akademik 2015/16. Dua Waktu belajar mengajar di sekolah sampel berkisar pertiga dari guru melaporkan mendapatkan pengawasan antara 26 jam hingga 33 jam per minggu. Para guru dari pejabat pendidikan lain saat mengajar sepanjang di sekolah sampel menghabiskan rata-rata 26 jam setiap tahun (tabel 16).39 Hampir semua kepala sekolah (antara minggu untuk mengajar murid kelas satu. Jumlah jam 91 persen hingga 100 persen, tergantung masing- dalam satu minggu meningkat secara bertahap di setiap masing kabupaten) melaporkan telah mengadakan kelas, mencapai 31 jam di kelas enam. Waktu belajar rapat internal rutin antara kepala sekolah dan guru mengajar di ekolah-sekolah di NTT sedikit lebih banyak (sekitar enam kali selama tahun akademik 2015/16). Ini daripada di Kalimantan Barat, mulai dari 27 jam di kelas menyiratkan bahwa rapat internal antara kepala sekolah satu hingga 33 jam di kelas enam. dan guru dilaksanakan sekitar dua bulan sekali.40 Para guru melaporkan frekuensi yang sedikit lebih rendah tentang rapat internal serupa. 17. Kepala sekolah atau staf lain juga terlibat dalam Guru dan Kepala Sekolah beberapa rapat dengan pemangku kepentingan eksternal selama tahun akademik 2015/16. di Karakteristik Kepala Sekolah dan Guru di sebagian besar kabupaten, sekitar 90 persen sekolah Sekolah mengadakan rapat antara orang tua dan kelompok kerja Hampir semua kepala sekolah, memiliki status guru selama tahun tersebut (Gambar 1). Rapat dengan pegawai negeri sipil (PNS), namun hanya 40 persen otoritas pendidikan dan unit pelaksana teknis pendidikan guru yang berstatus PNS. Hanya dua kepala sekolah kabupaten dan kecamatan juga biasa dilakukan, dengan dalam survei sampel yang bukan pegawai negeri sipil. sekitar 75 dan 80 persen sekolah, masing-masing Sampel penelitian terdiri dari 245 kepala sekolah dan 14 melaporkan telah mengadakan rapat serupa. Gambar Plt kepala sekolah di 270 sekolah dasar yang disurvei. 2 menunjukkan topik yang dibahas pada saat rapat, Untuk 11 sekolah dasar lainnya, responden kuesioner seperti yang dilaporkan oleh para guru. dalam diskusi ini, kepala sekolah adalah guru atau staf sekolah lainnya, proses belajar murid adalah masalah yang paling sering yang menjawab kuesioner mewakili kepala sekolah dibahas, diikuti oleh kurikulum, nilai murid, dan kualitas atau Plt kepala sekolah yang tidak hadir. Lebih dari 90 pengajaran. persen sekolah adalah sekolah negeri, dengan tiga jenis status guru: guru tetap, guru kontrak, dan guru honorer yang dikontrak oleh pihak sekolah. Guru tetap adalah Gambar 1. Pertemuan Sekolah dengan Pemangku Kepentingan Eksternal, 2015/16 100 90 Persentase Sekolah 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Dinas UPTD Yayasan Kelompok Orang Tua Sekolah Lain Pendidikan Kerja Guru Kabupaten Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang ManggaraiBarat Manggarai Timur Tabel 16. Pengawasan dan Rapat Sekolah Tahun Akademik 2015/16 Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Pengawasan sekolah dan guru Kunjungan dari pengawas/pejabat/yayasan 88 80 80 90 100 97 Pengawasan guru selama mengajar 67 71 62 64 67 73 Rapat internal antara kepala sekolah dan guru Laporan kepala sekolah 95 97 94 91 100 100 Rapat internal # rata-rata (kepala sekolah) 6 5 5 6 8 6 Laporan guru 0,88 0,88 0,84 0,88 0,88 0.93 Rapat internal # rata-rata (guru) 5 5 4 4 7 6 Keterlibatan guru dalam menyiapkan program sekolah Sepenuhnya 58 60 32 48 71 88 Sebagian 22 27 24 28 14 9 39 Seorang guru dapat diawasi oleh guru lain, kepala sekolah, pengawas, atau 40 Tahun sekolah di sekolah negeri Indonesia berlangsung dari pertengahan orang lainnya yang bekerja untuk institusi pendidikan pemerintah. Juli hingga pertengahan Juni. 18. KONTEKS SEKOLAH pegawai negeri sipil dengan masa jabatan tetap (PNS) antara tahun 2006 dan 2010. Pada tahun 2010, hampir yang dipekerjakan oleh pemerintah pusat, sementara setengah dari sekolah di Indonesia memiliki antara 20 guru kontrak dipekerjakan oleh pemerintah kabupaten persen dan 40 persen guru non-PNS dan seperempat atau provinsi berdasarkan kontrak tahunan. Sementara dari sekolah memiliki lebih dari 40 persen guru non- itu, sekolah mempekerjakan guru honorer dengan PNS.43 status kepegawaian tidak tetap. Sekolah studi memiliki Sebagian besar guru PNS adalah laki-laki (60 2.301 guru, sekitar 83 persen di antaranya disurvei persen) dan berusia sekitar 44 tahun, sedangkan menggunakan kuesioner guru.41 di Ketapang, hanya kebanyakan guru non-PNS adalah perempuan sekitar sepertiga guru adalah pegawai negeri sipil. Secara (60 persen) dan berusia sekitar 30 tahun. Ada keseluruhan, jumlah pegawai negeri sipil di sekolah perbedaan yang jelas antara karakteristik demografis sampel jauh lebih rendah daripada yang biasanya guru PNS dan non-PNS. Bank Dunia (2008) menemukan ditemukan dalam studi lain di sekolah-sekolah Indonesia. bahwa guru perempuan mencakup 55 persen dari guru Chen (2011) menemukan bahwa rata-rata 70 persen guru sekolah dasar di Indonesia. Sekitar 95 persen guru adalah PNS dari 400 sekolah dasar negeri sampel yang PNS menikah, dibandingkan dengan 76 persen guru berlokasi di 54 kabupaten di seluruh negeri, sedangkan non-PNS. Selain itu, 95 persen guru PNS adalah orang Bank Dunia (2008) melaporkan bahwa sekitar 52 persen tua dibandingkan dengan 71 persen guru non-PNS. di guru di sekolah dasar di daerah terpencil adalah PNS. antara mereka yang merupakan orang tua, guru PNS Jumlah guru non-PNS, guru kontrak, dan guru honorer rata-rata memiliki tiga anak, sedangkan guru non-PNS lebih banyak dibandingkan dengan guru PNS—masing- rata-rata memiliki satu anak. Hanya 3 persen guru PNS masing 60 persen dan 40 persen dari seluruh sampel. di dan 2 persen kepala sekolah adalah lajang, sementara antara 1.162 guru non-PNS, 814 orang atau sekitar 42 untuk guru non-PNS, 22 persennya berstatus lajang. persen dari semua guru sampel, adalah guru honorer; Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 17, tipikal kepala 302 (16 persen) adalah guru kontrak; dan 46 guru sisanya sekolah di sekolah sampel adalah laki-laki yang sudah (2 persen) memiliki pekerjaan lain, seperti guru sekolah menikah, mendekati usia 50, dengan tiga anak. komunitas atau guru paruh waktu. Penyebaran guru Hanya 50 persen lebih sedikit kepala sekolah dan kontrak dan honorer sangat bervariasi antar kabupaten, guru di sekolah studi yang bergelar sarjana. UU tetapi guru honorer lebih umum daripada guru kontrak Guru Tahun 2005 mengharuskan semua guru memiliki di sekolah sampel, kecuali di Ketapang. Guru honorer gelar S1, namun, undang-undang tersebut belum dipekerjakan oleh sekolah dan mencakup sekitar 27 sepenuhnya diterapkan di sekolah sampel. Tingkat persen dari guru sekolah dasar negeri, sedangkan pencapaian pendidikan kepala sekolah dan guru disajikan guru kontrak dipekerjakan dengan kontrak tetap dalam pada gambar 3. Data dari sensus guru menunjukkan penggajian pemerintah.42 Menurut Bank Dunia (2013b), bahwa hanya 14 persen guru sekolah dasar di daerah jumlah guru sekolah dasar non-PNS meningkat dari terpencil yang memiliki gelar sarjana pada tahun 2010 25 persen menjadi 35 persen di seluruh Indonesia dibandingkan dengan 27 persen dari semua guru sekolah Gambar 2. Topik Bahasan pada Pertemuan Internal Sekolah 70 60 Persentase Guru yang Pertemuan Internal Pernah Menghadiri 50 40 30 20 10 0 Proses Kurikulum Nilai Siswa Kualitas Perilaku Siswa Fasilitas/ Pembelajaran Pengajaran Tunjangan Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur 41 Sebanyak 17 persen guru tidak hadir di sekolah pada hari pelaksanaan 42 Suharti 2013. survei karena mereka tidak dijadwalkan untuk mengajar pada hari itu atau 43 World Bank 2013b dijadwalkan namun mereka absen (lihat Bagian 5). 19. Tabel 17. Demografi Kepala Sekolah dan Guru Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Status responden (#) Sekolah 270 59 51 88 38 34 Kepala sekolah 245 55 38 82 38 32 Plt kepala sekolah 14 2 10 1 0 1 Responden mewakili kepala sekolah 11 2 3 5 0 1 Guru PNS 755 140 133 240 137 105 Guru non-PNS 1162 280 167 345 195 175 Guru kontrak 302 138 24 58 15 67 Guru honorer 814 104 140 285 177 108 Status kepegawaian lainnya 46 38 3 2 3 0 Karakteristik demografi kepala sekolah Usia (tahun) 48 47 49 47 51 51 Jenis kelamin: laki-laki (%) 84 81 96 73 100 79 Status perkawinan: menikah (%) 97 97 96 98 97 94 Status perkawinan lajang (%) 2 3 4 1 3 0 Status perkawinan: lainnya (%) 1 0 0 1 0 6 Punya anak (%) 98 98 96 99 95 100 Rata-rata # anak 3 3 3 3 5 4 Karakteristik demografi guru PNS Usia (tahun) 44 43 44 45 45 45 Jenis kelamin: laki-laki (%) 60 57 58 61 61 65 Status perkawinan: menikah (%) 95 97 95 94 96 95 Status perkawinan lajang (%) 3 2 3 3 1 3 Status perkawinan: lainnya (%) 2 1 2 3 3 2 Punya anak (%) 95 95 93 95 96 96 Rata-rata # anak 3 2 3 3 4 3 Karakteristik demografi guru non-PNS Usia (tahun) 30 30 32 31 30 30 Jenis kelamin: laki-laki (%) 40 36 45 39 36 45 Status perkawinan: menikah (%) 76 78 74 78 74 74 Status perkawinan lajang (%) 22 21 24 18 24 25 Status perkawinan: lainnya (%) 2 1 2 4 2 1 Punya anak (%) 71 73 69 77 66 65 Rata-rata # anak 1 1 1 1 1 1 dasar secara nasional.44 Temuan di sekolah sampel menutupi variasi penting di seluruh kabupaten, karena menunjukkan proporsi yang hampir sama, dengan 66 hanya 32 persen guru non-PNS di Ketapang (Kalimantan persen kepala sekolah dan 60 persen guru PNS memiliki Barat) yang memiliki gelar resmi yang disyaratkan, dan pencapaian tingkat pendidikan yang disyaratkan (Gambar 78 persen di Manggarai Barat (NTT) memiliki gelar yang 3). Memang 18 persen kepala sekolah hanya memiliki sama. dalam hal ini, guru non-PNS di dua kabupaten NTT ijazah sekolah menengah atas, sedangkan 29 persen sangat berkualitas dibandingkan dengan di kabupaten guru PNS memiliki ijazah tersebut sebagai latar belakang lain. Lebih dari 70 persen guru non-PNS di kabupaten pendidikan tertinggi mereka. Rata-rata 50 persen guru NTT setidaknya memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi. non-PNS memiliki gelar sarjana. Namun statistik ini Sebaliknya, sekitar sepertiga dari guru non-PNS memiliki gelar sarjana yang disyaratkan (atau lebih tinggi) di Ketapang dan Sintang. 44 World Bank 2013b. 20. KONTEKS SEKOLAH Kurang dari sepertiga guru di sekolah studi memiliki di sekolah tempat bekerja sekarang. dan Tabel 19 sertifikasi. Tingkat sertifikasi agak rendah, terutama menyajikan pengalaman keseluruhan (tahun bekerja). mengingat UU Guru Tahun 2005 menetapkan bahwa Enam puluh persen guru PNS telah bekerja di sekolah semua guru yang mengajar di sekolah-sekolah Indonesia mereka saat ini sejak sebelum tahun 2005. Antara 20 harus telah menyelesaikan proses sertifikasi pada tahun persen dan 30 persen kepala sekolah memegang posisi 2015. Sertifikasi memastikan guru memiliki kompetensi mereka di sekolah tempat mereka bekerja sekarang yang tepat dan memberi mereka tunjangan sertifikasi selama kurang dari dua tahun dan 30 persen hingga yang setara dengan gaji pokok. Tabel 18 menunjukkan 60 persen kepala sekolah memegang posisi yang sama bahwa 34 persen guru PNS telah disertifikasi dan hanya selama dua hingga lima tahun. Guru non-PNS adalah 12 persen guru non-PNS yang tersertifikasi. Temuan ini staf terbaru di sekolah sampel, dengan masing-masing dapat mencerminkan proses mengejar ketinggalan dalam 29 persen dan 32 persen telah bekerja di sekolah beberapa tahun terakhir, mengingat dua pertiga dari guru mereka saat ini selama kurang dari dua tahun dan dua bersertifikasi telah disertifikasi sejak tahun 2013. hingga lima tahun. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal Secara keseluruhan, pengalaman kerja guru PNS masa kerjadi sekolah mereka saat ini, antara guru berbeda secara signifikan dari kepala sekolah dan PNS, guru non-PNS, dan kepala sekolah. Gambar guru non-PNS. di antara guru PNS, sekitar 60 persen 4 menunjukkan masa kerja guru dan kepala sekolah telah bekerja di sekolah lain sebelumnya dan 49 persen Gambar 3. Tingkat Pendidikan Kepala Sekolah dan Guru Kepala Sekolah Guru PNS Guru Non-PNS 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Lulusan SMA Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Lulusan Perguruan Tinggi (Diploma 1-3) Sarjana, Magister dan Tingkat Selanjutnya Tabel 18. Status Sertifikasi Guru Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Guru PNS Bersertifikasi (% guru PNS) 34 34 34 38 34 23 Bersertifikasi pada tahun 2015-17 (% bersertifikat) 25 27 27 19 33 29 Bersertifikasi pada tahun 2013-14 (% bersertifikat) 38 48 27 41 33 38 Certified in 2011-12 (% certified) 32 19 38 38 26 33 Bersertifikasi pada 2010 dan sebelumnya 5 6 9 2 9 0 (% bersertifikat) Catatan: PNS = Pegawai Negeri Sipil. 21. Gambar 4. Masa Kerja Kepala Sekolah dan Guru di Sekolah Tempat Bekerja Sekarang Kepala Sekolah Guru PNS Guru Non-PNS 100 80 60 40 20 0 Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur 2015-2017 2011-2014 2006-2010 2005 dan sebelumnya Tabel 19. Pengalaman Kerja Kepala Sekolah dan Guru Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Kepala sekolah terhitung dari sekolah pertama sebagai kepala sekolah (% kepala sekolah) Sekolah pertama kepala sekolah adalah sekolah 70 56 78 75 68 68 tempat mereka bekerja saat ini 2011-14 6 7 2 3 5 15 2006-10 7 15 2 6 8 3 2005 dan sebelumnya 17 22 18 15 18 15 Guru PNS terhitung dari sekolah pertama (% guru PNS) Sekolah pertama guru adalah sekolah tempat 38 33 38 40 31 50 mereka bekerja saat ini 2015-17 0 0 0 0 0 0 2011-14 2 4 5 0 2 0 2006-10 11 8 17 8 16 8 2005 dan sebelumnya 49 56 41 53 51 42 Guru non-PNS terhitung dari sekolah pertama (% guru non-PNS) Sekolah pertama guru adalah sekolah tempat 74 63 74 81 74 80 mereka bekerja saat ini 2015-17 1 0 1 1 1 2 2011-14 8 10 10 4 10 5 2006-10 11 16 8 8 10 11 2005 dan sebelumnya 6 11 7 5 5 2 Catatan: PNS = Pegawai Negeri Sipil. mulai bekerja sebagai guru di sekolah tempat mereka Kondisi Keseharian bekerja saat ini sejak sebelum tahun 2005. Hanya 30 persen kepala sekolah dan 25 persen guru non-PNS Kepala sekolah di sekolah sampel sebagian besar yang sebelumnya memegang posisi yang sama di berasal dari daerah setempat dan guru-guru relatif sekolah lain. di antara guru non-PNS yang sebelumnya terintegrasi dengan baik ke dalam wilayah studi. telah bekerja di sekolah, 25 persen mulai sebelum tahun di antara kepala sekolah, 84 persen berbicara bahasa 2005 dan 46 persen mulai sejak 2006-10. lokal dengan kefasihan tinggi; hampir 75 persen lahir di kabupaten tempat mereka bekerja; dan 70 persen tinggal di desa tempat sekolah mereka berada (Tabel 20). di antara para guru, 81 persen berbicara bahasa lokal 22. KONTEKS SEKOLAH Tabel 20. Karakteristik Kepala Sekolah (% Kepala Sekolah) Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Kemampuan bahasa lokal Tidak fasih atau kefasihan terbatas 8 5 8 14 5 0 Kefasihan rata-rata 8 10 12 8 0 6 Kefasihan tinggi atau sempurna 84 85 80 78 95 94 Lokasi tempat kelahiran dibandingkan dengan lokasi sekolah Desa yang sama dengan sekolah 24 29 25 17 24 35 Desa lain, kecamatan yang sama 30 32 27 27 45 18 Kecamatan lain, kabupaten yang sama 19 15 22 24 16 15 Kabupaten lain, provinsi yang sama 16 10 24 11 11 32 Provinsi lain 11 14 2 20 5 0 Lokasi tempat tinggal utama dibandingkan dengan lokasi sekolah Desa yang sama dengan sekolah 69 68 55 76 66 76 Desa lain, kecamatan yang sama 26 31 29 23 32 18 Kecamatan lain, kabupaten yang sama 4 0 14 1 3 6 Kabupaten lain, provinsi yang sama 0 0 2 0 0 0 Provinsi lain 0 2 0 0 0 0 # hari yang dihabiskan di tempat tinggal utama tahun lalu 355 354 343 358 358 365 Alasan tinggal di tempat tinggal utama Memiliki rumah di sana 69 66 78 59 68 85 Lokasi tempat tinggal resmi 16 20 12 22 8 6 Pasangan/anak-anak tinggal di sana 39 61 31 40 34 12 Orang tua/saudara tinggal di sana 9 17 6 13 3 0 Dekat dengan sekolah 37 32 33 50 45 12 Lainnya 10 10 2 17 11 6 secara hampir sempurna; 80 persen lahir di kabupaten tanpa biaya transportasi. Untuk kepala sekolah yang tempat mereka bekerja; dan 81 persen tinggal di desa tinggal di luar desa, rata-rata waktu perjalanan adalah tempat mereka mengajar (Tabel 21). Namun hanya 30 menit dengan median biaya transportasi Rp8.000. 57 persen guru yang memiliki rumah di desa tempat Secara umum, guru memiliki kondisi perjalanan yang sekolah mereka berada, dibandingkan dengan 69 sama dengan kepala sekolah mereka. Meski demikian, persen kepala sekolah. Beberapa studi sebelumnya guru yang tinggal di luar desa (20 persen dari guru) menemukan bahwa guru dan kepala sekolah yang lahir tempat mereka mengajar menghabiskan sekitar Rp4.500 di luar provinsi tempat sekolah mereka berada memiliki untuk transportasi (satu arah). tingkat ketidakhadiran yang lebih rendah daripada mereka yang lahir di provinsi yang sama di mana sekolah Kegiatan di Sekolah dan di Luar Sekolah mereka berada.45 Secara umum, para guru melaporkan menggunakan Sebagian besar kepala sekolah dan guru tinggal di lebih dari 90 persen dari jam mengajar yang desa yang sama tempat sekolah mereka berada dijadwalkan. Kebanyakan guru hanya bekerja di satu dan menghabiskan banyak waktu dan uang untuk sekolah. Tabel 24 mencantumkan kegiatan-kegiatan, bepergian. Seperti yang ditunjukkan Tabel 22 dan 23 baik di sekolah maupun di luar sekolah, yang diikuti oleh (dalam Lampiran A), rata-rata waktu perjalanan untuk para guru di sekolah studi. Ketika dilakukan survei, pada sampai ke sekolah bagi kepala sekolah yang tinggal di minggu sebelumnya guru telah mengajar rata-rata 26 jam desa yang sama dengan sekolah mereka adalah 5 menit dari hampir 28 jam yang dijadwalkan. Namun ada variasi yang cukup besar di seluruh kabupaten dalam hal jam mengajar yang dijadwalkan, mulai dari 26 jam di Landak 45 Toyamah et al. 2010; ACDP 2014. dan Manggarai Timur hingga 33 jam di Manggarai Barat. 23. Tabel 21. Karakteristik Guru (% Guru) Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Kemampuan bahasa lokal Tidak fasih atau kefasihan terbatas 1 0.17 1 0.08 0.08 0.06 Kefasihan rata-rata 0.09 0.15 0.11 0.08 0.05 0.08 Kefasihan tinggi atau sempurna 0.81 0.69 0.79 0.84 0.86 0.86 Lokasi tempat kelahiran dibandingkan dengan lokasi sekolah Desa yang sama dengan sekolah 39 39 39 40 31 42 Desa lain, kecamatan yang sama 24 21 21 23 30 27 Kecamatan lain, kabupaten yang sama 17 14 24 17 19 13 Kabupaten lain, provinsi yang sama 12 7 10 12 14 18 Provinsi lain 9 18 6 8 6 0 Lokasi tempat tinggal utama dibandingkan dengan lokasi sekolah Desa yang sama dengan sekolah 81 81 72 86 80 82 Desa lain, kecamatan yang sama 16 16 19 13 19 18 Kecamatan lain, kabupaten yang sama 2 2 8 1 1 0 Kabupaten lain, provinsi yang sama 0 0 1 1 1 0 Provinsi lain 0 0 0 0 0 0 # hari yang dihabiskan di tempat tinggal utama tahun lalu 359 355 357 361 359 361 Alasan tinggal di tempat tinggal utama Memiliki rumah di sana 57 56 61 61 48 54 Lokasi tempat tinggal resmi 14 15 12 17 16 5 Pasangan/anak-anak tinggal di sana 63 85 47 71 56 40 Orang tua/saudara tinggal di sana 25 36 24 24 19 19 Dekat dengan sekolah 32 41 23 28 44 25 Lainnya 4 10 4 2 2 0 Mengingat bahwa murid biasanya bersekolah enam hari signifikan di seluruh kabupaten, dari tujuh ujian di Landak seminggu di Indonesia, hal ini menyiratkan bahwa guru hingga 14 di Ketapang. Pekerjaan rumah diberikan setiap di daerah sampel rata-rata mengajar antara 4,3 jam hari oleh sekitar 25 persen guru dan setiap minggu dan 5,5 jam yang dijadwalkan setiap hari. Ini berbeda oleh lebih dari 90 persen guru. Sekitar 90 persen guru dari jumlah jam mengajar mingguan yang dilakukan, melaporkan bahwa mereka menilai sendiri pekerjaan yang berkisar antara 22 jam di Manggarai Timur hingga rumah murid dan menghabiskan antara tiga jam (Landak) 31 jam di Manggarai Barat. Jam mengajar mingguan dan lima jam (Manggarai Timur) setiap minggu. dalam yang dilaporkan sendiri oleh responden ini relatif tinggi alokasi waktu mingguan, menilai ujian dan pekerjaan dibandingkan dengan rata-rata beban mengajar nasional. rumah harian adalah kegiatan guru terpenting ketiga Bank Dunia (2008) melaporkan bahwa sekitar setengah setelah mengajar dan menyiapkan rencana pelajaran. dari guru sekolah dasar secara nasional memiliki beban Tugas yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar kerja kurang dari 18 jam per minggu. Baru-baru ini, lainnya yang lebih jarang terjadi selama tahun akademik Suharti (2013) menemukan bahwa secara nasional hanya meliputi penilaian ujian tengah semester dan ujian akhir 44 persen guru memenuhi jam mengajar minimum yang (antara empat jam di Landak dan 11 jam di Manggarai disyaratkan oleh undang-undang (24 jam), sementara Timur setiap bulan), serta pelatihan dan pengembangan 53 persen guru di perdesaan dan 59 persen di daerah diri guru (dialokasikan setiap bulan, mulai dari empat jam terpencil bekerja kurang dari 18 jam setiap minggu. di Landak hingga delapan jam di Sintang). Guru juga melaporkan menghabiskan waktu untuk Hampir semua kepala sekolah juga mengajar, memberi serta menilai ujian dan pekerjaan rumah. sementara 68 persen guru melakukan peran lain Ada rata-rata sekitar 11 ujian murid sekolah dasar selain mengajar dengan akses yang sangat beragam sepanjang tahun akademik, meskipun ada variasi yang terhadap pelatihan pengembangan kapasitas. 24. KONTEKS SEKOLAH Tabel 24. Kegiatan Guru di Sekolah, Tahun Ajaran 2015/16 Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Pengajaran # Sekolah tempat mengajar 1 1 1 1 1 1 Jam mengajar # yang dijadwalkan minggu lalu 28 28 26 27 33 26 Realisasi # jam mengajar minggu lalu 26 26 23 27 31 22 Rata-rata # murid di kelas setiap hari 20 18 18 19 22 21 Ujian dan pekerjaan rumah - frekuensi # Ujian yang dilakukan pada tahun akademik 11 14 7 13 10 10 Pekerjaan rumah diberikan setiap hari (% guru) 26 36 27 24 20 22 Pekerjaan rumah diberikan setidaknya seminggu sekali 93 93 87 95 93 95 (% guru) % pekerjaan rumah dinilai sendiri oleh guru 90 88 93 91 85 92 Jam mingguan yang dihabiskan untuk tugas-tugas mengajar Persiapan rencana pembelajaran 5 6 4 4 6 7 Kegiatan mengajar 18 17 17 20 14 20 Penilaian ujian harian dan pekerjaan rumah 4 5 3 4 4 5 Kegiatan remedial 2 2 1 2 2 2 Kegiatan ekstrakulikuler 1 1 1 1 2 2 Jam bulanan yang dihabiskan untuk tugas-tugas mengajar Penilaian ujian tengah semester dan ujian akhir 7 9 4 6 7 11 Pelatihan dan pengembangan diri guru 6 4 3 8 6 7 Kegiatan penelitian 0 0 1 0 0 0 Penciptaan alat pengajaran pembelajaran yang inovatif 1 1 0 1 1 2 Peran tambahan di sekolah (% guru) Guru memiliki kegiatan tambahan di sekolah 68 75 51 66 67 81 Guru wali kelas 50 42 65 51 38 65 Pengawas ekstrakurikuler 37 38 10 43 38 42 Operator Dapodik 11 11 11 13 13 6 Pengawas perpustakaan 6 9 4 6 5 2 Pengurus komite sekolah 2 1 1 3 1 4 Selain kegiatan utama mereka, hampir semua kepala Mayoritas kepala sekolah dan sekitar 70 persen sekolah telah dijadwalkan untuk mengajar sejak minggu guru memiliki pekerjaan lain. di antara kepala sebelumnya—rata-rata 14 dari 15 jam (Tabel 25). Lebih sekolah (Tabel 25), 68 persen bekerja di sektor pertanian, dari 90 persen kepala sekolah menerima pelatihan menghabiskan antara empat jam (Manggarai Barat) dan pendidikan dalam tiga tahun terakhir. Guru juga 24 jam (Landak dan Sintang) dalam kegiatan pertanian melakukan peran lain, termasuk menjadi wali kelas (50 setiap bulan. Sebagian kecil kepala sekolah (3 persen) persen guru), pengawas ekstrakurikuler (37 persen), dan di Ketapang dan Landak melaporkan memiliki pekerjaan petugas data pendidikan kepala sekolah (11 persen). mengajar tambahan (di luar sekolah). Pertanian juga Terkait pelatihan guru tambahan, Tabel 26 menunjukkan merupakan kegiatan kerja paling umum kedua yang sekitar 8 persen guru di Sintang telah mengikuti dilakukan oleh 54 persen guru. Sebelas persen guru lokakarya pelatihan dalam enam bulan terakhir dan bekerja di bidang non-pertanian dan 5 persen mengajar 18 persen menghadirinya dalam 12 bulan terakhir. di luar sekolah. Guru, misalnya, menghabiskan rata-rata di Manggarai Timur, 31 persen guru yang disurvei 32 jam pada bulan sebelumnya (sekitar delapan jam melakukan pelatihan dalam enam bulan terakhir dan 43 seminggu) untuk bekerja di pertanian, dibandingkan persen menghadirinya dalam 12 bulan terakhir. dengan rata-rata 26 jam mengajar setiap minggu. Meskipun waktu yang dihabiskan oleh para guru untuk 25. Tabel 25. Kegiatan Tambahan Kepala Sekolah: Pelatihan, Pekerjaan Lain, dan Keterlibatan dalam Organisasi Lokal Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Kegiatan di sekolah Mengajar di sekolah yang sama (% kepala sekolah) 94 92 92 98 89 97 Jadwal jam mengajar # ( jika mengajar) 15 18 20 14 14 9 Realisasi # jam mengajar ( jika mengajar) 14 16 16 14 12 7 Pernah menerima pelatihan dalam pendidikan 94 90 94 97 92 94 (%kepala sekolah) Menerima pelatihan dalam pendidikan dalam 3 tahun 90 85 90 94 92 82 terakhir (% kepala sekolah) Pekerjaan lain bulan lalu Mengajar di luar sekolah (% kepala sekolah) 3 8 4 0 0 0 # jam dihabiskan. jika mengajar di luar sekolah 6 5 8 Penghasilan bulanan rata-rata dari pekerjaan 450.000 200.000 700.000 mengajar tambahan (Rp) Bekerja di pertanian (% kepala sekolah) 68 61 75 72 58 73 # jam dihabiskan. jika bekerja di pertanian 18 18 24 24 4 8 Pendapatan bulanan rata-rata dari pekerjaan 400.000 500.000 294.667 500.000 187.500 170.833 pertanian (Rp) Pekerjaan non-pertanian lainnya (% kepala sekolah) 8 18 8 5 3 3 Jam dihabiskan. jika memiliki pekerjaan lain 24 38 15 8 4 4 Penghasilan bulanan rata-rata dari pekerjaan lain (Rp) 708.333 1.125.000 1.080.000 500.000 1.250.000 500.000 Keterlibatan dalam organisasi lokal (% kepala sekolah) Aktif dalam organisasi lokal 64 81 48 69 55 56 Organisasi pemerintah daerah 13 20 20 6 8 15 Organisasi keagamaan/pemuda/petani 54 66 44 51 55 53 Partai politik atau organisasi non-pemerintah 0 0 2 0 0 0 Organisasi pendidikan/kesehatan/sosial 24 27 12 44 3 12 bertani atau kegiatan lain mungkin tampaknya tidak Rp500.000 di Sintang dan Ketapang. Para kepala sekolah terlalu memakan waktu atau mengganggu, namun yang memiliki pekerjaan ekstra non-pertanian menerima itu adalah waktu yang diambil dari kegiatan beajar tambahan penghasilan dengan median penghasilan mengajar atau rekreasi. Sebagai perbandingan, waktu bulanan tertinggi (rata-rata Rp700.000), meskipun yang dihabiskan untuk pekerjaan tambahan jauh lebih ada variasi yang signifikan antar kabupaten (Tabel 25). tinggi daripada, misalnya, waktu yang dihabiskan untuk Demikian pula untuk guru yang memiliki pekerjaan pelatihan dan pengembangan diri per bulan (rata-rata sampingan di sektor pertanian, median penghasilan lima jam, Tabel 26). Ini mungkin terkait dengan proporsi bulanan mereka bervariasi antara Rp167.000 hingga guru yang rendah (34 persen) di sekolah sampel yang Rp437.000 di Manggarai Barat dan Sintang. Bagi mereka melaporkan bahwa mereka telah tersertifikasi. Memang, yang memiliki pekerjaan sampingan non-pertanian, De Ree et al. (2018) menemukan bahwa efek penting median penghasilan bulanan mereka lebih besar, ​​ rata- dari program dan tunjangan sertifikasi adalah untuk rata Rp500.000 hingga Rp833.000 di Sintang. mengurangi kemungkinan guru memiliki pekerjaan Banyak kepala sekolah dan guru berpartisipasi sampingan. dalam organisasi lokal. Enam puluh empat persen Pekerjaan sampingan tidak memberi kepala kepala sekolah terlibat dalam satu atau lebih organisasi sekolah dan guru penghasilan tambahan yang lokal — organisasi keagamaan, pemuda, atau petani (84 signifikan. Kepala sekolah dengan pekerjaan persen); organisasi pendidikan, kesehatan, atau sosial (38 sampingan di sektor pertanian menerima median persen); dan organisasi pemerintah daerah setempat (20 penghasilan bulanan tambahan yang bervariasi antara persen) (tabel 25). Tabel 26 menunjukkan bahwa sekitar kurang dari Rp200.000 di kabupaten NTT hingga 26. KONTEKS SEKOLAH Tabel 26. Kegiatan Tambahan Guru: Pelatihan, Pekerjaan Lain, dan Keterlibatan dalam Organisasi Lokal Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Pelatihan pendidikan (% guru) Menghadiri lokakarya pelatihan dalam 6 bulan terakhir 17 18 15 8 20 31 Menghadiri lokakarya pelatihan dalam 12 bulan terakhir 29 33 26 18 34 43 Pekerjaan lain bulan lalu Mengajar di luar sekolah (% guru) 5 9 12 2 2 1 #Jam dihabiskan. jika mengajar di luar sekolah 21 21 21 17 32 17 Penghasilan bulanan rata-rata dari pekerjaan mengajar 200.000 158.333 275.000 180.000 300.000 143.750 tambahan (Rp) Bekerja di pertanian (% guru) 54 46 61 62 41 60 # Jam dihabiskan. jika bekerja di pertanian 32 35 34 39 16 24 Pendapatan bulanan rata-rata dari pekerjaan pertanian (Rp) 300.000 333.333 266.667 437.500 166.667 191.667 Pekerjaan non-pertanian lainnya (% guru) 11 21 16 8 7 2 Jam dihabiskan. jika memiliki pekerjaan lain 42 43 37 43 52 31 Penghasilan bulanan rata-rata dari pekerjaan lain (Rp) 500.000 500.000 500.000 833.333 250.000 654.167 Keterlibatan dalam organisasi lokal (% guru) Aktif dalam organisasi lokal 55 62 48 50 55 60 Organisasi pemerintah daerah 20 16 20 19 17 29 Organisasi keagamaan/pemuda/petani 84 76 84 79 94 92 Partai politik atau organisasi non-pemerintah 1 2 3 0 1 2 Organisasi pendidikan/kesehatan/sosial 24 39 19 27 8 14 55 persen guru (1.048) melaporkan bahwa mereka selama tahun akademik 2015/16 (Tabel 27). Kriteria terlibat dalam organisasi lokal. Guru-guru ini terutama utama evaluasi meliputi disiplin atau perilaku guru (87 terlibat dalam organisasi keagamaan, pemuda, atau persen), kemampuan mengajar (76 persen), kehadiran petani (84 persen di semua jenis organisasi); organisasi (75 persen), dan kinerja atau perilaku murid mereka (58 pendidikan, kesehatan, atau sosial (24 persen); dan persen). Persentase ini sesuai dengan kriteria utama organisasi pemerintah daerah setempat (20 persen). evaluasi kepala sekolah seperti yang dilaporkan oleh Keterlibatan dalam organisasi lokal dapat memengaruhi guru—disiplin/perilaku guru (80 persen), kehadiran guru kinerja guru, misalnya dengan adanya tambahan beban (70 persen), kemampuan mengajar (62 persen), dan kerja bagi mereka. Ini akan mencerminkan temuan ACDP kinerja atau perilaku murid (57 persen). Sekitar 25 persen (2014) yang melaporkan tingginya angka ketidakhadiran kepala sekolah melaporkan telah mengomunikasikan di antara guru yang juga terlibat dalam organisasi hasil evaluasi kepada guru. Sebaliknya, sekitar 67 masyarakat.46 Namun keterlibatan dalam komunitas persen guru melaporkan telah menerima hasil evaluasi lokal dapat menjadikan guru lebih responsif terhadap dari kepala sekolah mereka, dengan 97 persen tuntutan masyarakat terkait peningkatan dalam hasil guru menganggap hasil evaluasi tersebut adil dan pengajaran, misalnya, melalui tekanan masyarakat yang objektif. Tujuh puluh satu persen kepala sekolah tidak dapat mendorong guru untuk berkinerja lebih baik. memberikan apresiasi dan penghargaan kepada guru berkinerja tinggi dengan cara apa pun, meskipun 27 Kepala sekolah melakukan evaluasi kinerja guru persen kepala sekolah melaporkan memberi pujian di sebagian besar sekolah. Lebih dari 70 persen kepada guru berkinerja tinggi secara verbal. Namun 56 kepala sekolah melaporkan telah mengevaluasi persen guru melaporkan mendapat pujian secara verbal guru di sekolah mereka, dan hampir 80 persen guru dari kepala sekolah mereka dan 36 persen melaporkan melaporkan telah dievaluasi oleh kepala sekolah mereka bahwa mereka tidak menerima pengakuan khusus. 46 dalam ACDP (2014), kurang dari 1 persen guru melaporkan terlibat dalam program pemerintah sebagai fasilitator. 27. Tabel 27. Evaluasi Guru oleh Kepala Sekolah, Tahun Akademik 2015/16 Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Pelaporan kepala sekolah (%) # kepala sekolah yang melaporkan telah melakukan 195 44 38 57 28 28 evaluasi guru Kriteria evaluasi Disiplin/perilaku guru 87 86 74 93 89 93 Kemampuan mengajar 76 59 89 84 68 75 Kehadiran guru 75 70 74 79 79 75 Kinerja atau perilaku murid guru 58 50 55 60 61 71 Kreativitas di luar kelas 24 23 13 28 7 50 Lainnya 53 48 39 49 71 68 Hasil evaluasi dikomunikasikan kepada guru 98 98 97 98 96 100 Pengakuan terhadap guru berkinerja tinggi Tidak ada 71 67 83 45 97 100 Pujian lisan 27 32 10 55 3 0 Sertifikat penghargaan 1 4 0 0 3 0 Dukungan dengan peluang promosi dan/atau 3 4 0 1 13 0 pengembangan diri Promosi menjadi kepala sekolah 2 4 0 4 0 0 Penghargaan finansial 4 2 6 8 0 0 Pelaporan guru (%) # teachers reporting having been evaluated 1,506 342 195 446 263 260 Kriteria evaluasi Disiplin/perilaku guru 80 80 70 77 86 86 Kemampuan mengajar 62 71 57 63 59 56 Kehadiran guru 70 72 60 73 70 71 Kinerja atau perilaku murid guru 57 60 50 56 55 62 Kreativitas di luar kelas 24 27 15 20 26 33 Lainnya 35 35 21 26 48 47 Hasil evaluasi dikomunikasikan oleh kepala sekolah 67 65 68 65 62 78 Hasil evaluasi dianggap adil dan objektif 97 96 97 98 96 98 Pengakuan terhadap guru berkinerja tinggi Tidak ada 36 36 52 38 25 28 Pujian lisan 56 53 41 53 67 69 Sertifikat penghargaan 1 2 1 1 1 0 Dukungan dengan peluang promosi dan/atau 3 3 3 2 3 4 pengembangan diri Promosi menjadi kepala sekolah 0 1 0 0 0 0 Penghargaan finansial 3 5 1 4 5 1 28. KONTEKS SEKOLAH bank, 15 persen dari dinas pendidikan kecamatan, dan Insentif dan Motivasi Kepala Sekolah 13 persen dari dinas pendidikan kabupaten (Tabel 29). dan Guru Sebanyak 55 persen guru harus pergi ke luar desa Gaji dan Tunjangan untuk mengambil gaji mereka. di antara para guru ini, 75 persen melakukannya setiap bulan dan 17 persen Hampir semua kepala sekolah harus melakukan melakukannya setiap triwulan. dalam dinamika yang perjalanan lebih dari dua jam untuk mengambil sama seperti untuk kepala sekolah, guru melakukan gaji mereka. Hampir 50 persen kepala sekolah perjalanan antara 37 kilometer (Manggarai Barat) hingga menerima gaji melalui rekening bank mereka, 32 81 kilometer (Sintang) selama sekitar 150 menit untuk persen menerima pembayaran tunai langsung dari mencapai lokasi pengambilan gaji mereka. Median biaya sekolah, dan 14 persen menerima pembayaran tunai transportasi ke lokasi pengambilan gaji untuk guru dari kantor pendidikan kecamatan setempat (Tabel bervariasi antara Rp10.000 di Ketapang dan Rp75.000 28). Sembilan puluh lima persen kepala sekolah harus di Manggarai Timur. melakukan perjalanan ke luar desa, sejauh rata-rata 52 Penghasilan kepala sekolah dan guru sangat kilometer, untuk mengambil gaji mereka setiap bulan. berbeda berdasarkan status kepegawaian PNS Jaraknya berkisar dari 19 kilometer di kabupaten NTT dan sertifikasi mereka. Kepala sekolah dan guru hingga 89 kilometer di Sintang, dengan rata-rata waktu di daerah sampel melaporkan menerima median perjalanan (satu arah) sekitar 150 menit. Median biaya penghasilan bulanan, masing-masing sekitar Rp8,25 juta transportasi (satu arah) kepala sekolah untuk mencapai dan sekitar Rp1,5 juta. Gambar 5 menunjukkan rata- lokasi pengambilan gaji bervariasi antara Rp16.500 di rata penghasilan bulanan yang diterima oleh kepala Ketapang dan Rp67.500 di Sintang. sekolah dan guru selama tahun lalu,47 sesuai dengan Terdapat banyak variasi dalam cara pengiriman status sertifikasi dan kontrak mereka (PNS atau lainnya). gaji guru. di antara para guru, 46 persen menerima gaji dalam gambar, perbedaan penting berkaitan dengan mereka langsung dari sekolah, 26 persen melalui rekening Tabel 28. Cara Pengiriman Gaji Kepala Sekolah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Sarana penerimaaan gaji (% kepala sekolah) Ditransfer ke rekening bank 47 0 100 84 3 9 Pembayaran tunai dari dinas pendidikan daerah 3 9 0 1 3 6 Pembayaran tunai dari dinas pendidikan kecamatan 14 11 0 1 51 30 (UPPT) Pembayaran tunai dari sekolah 32 81 0 12 38 39 Lainnya 3 0 0 1 5 15 Jarak, waktu perjalanan, dan biaya dari sekolah ke lokasi pengambilan gaji Gaji diambil di luar desa (% kepala sekolah) 95 91 100 99 89 91 Jarak satu arah (km) 52 42 47 89 19 19 Waktu perjalanan (menit) 147 99 134 221 106 91 Median biaya transportasi (Rp) 35,000 16,500 25,000 67,500 50,000 50,000 Frekuensi pengambilan gaji di luar desa (% kepala sekolah) Bulanan 97 96 100 94 100 100 Dua bulanan 1 2 0 2 0 0 Triwulan 1 0 0 2 0 0 Lainnya 1 2 0 2 0 0 Catatan:km = kilometers. 47 Para responden melaporkan total penghasilan yang mereka terima selama 12 bulan terakhir, yang kemudian dibagi 12 untuk menunjukkan angka penghasilan bulanan. Beberapa kepala sekolah dan guru tidak menerima gaji setiap bulan. Angka penghasilan yang dilaporkan berdasarkan informasi dari masing-masing responden yang mungkin rawan kesalahan penghitungan, mengingat bahwa para guru tidak menerima gaji secara teratur dan dengan jumlah yang bervariasi dari waktu ke waktu 29. Gambar 5. Median Total Penghasilan Bulanan (Rp) Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Kepala sekolah Guru (semua) Guru (PNS) Guru (non-PNS) Guru (honorer) Guru (kontrak) Guru (bersertfikasi) Guru (tidak bersertfikasi) status guru (PNS atau kategori guru lainnya). di semua kabupaten. Rata-rata penghasilan bulanan guru kontrak wilayah studi, rata-rata penghasilan guru bersertifikasi berkisar antara Rp850.000 (Manggarai Timur) dan Rp1,5 kira-kira sama dengan penghasilan rata-rata kepala juta (Landak dan Manggarai Barat) selama tahun lalu. sekolah, yaitu sekitar Rp8,4 juta. Pada tahun 2018, Rata-rata pendapatan bulanan guru honorer adalah secara nasional hampir 1,9 juta guru sekolah dasar dan sekitar Rp550.000. menengah di Indonesia adalah penerima tunjangan Sebagian besar perbedaan dalam penghasilan sertifikasi, dengan anggaran tahunan sebesar USD5,6 guru merupakan dampak dari perbedaan miliar. Pada tahun yang sama, hampir 69.000 guru tunjangan tambahan yang mereka terima. Ini dapat sekolah dasar dan menengah menerima tunjangan diamati dengan cara meninjau gaji pokok dan tunjangan daerah terpencil, dengan anggaran tahunan sebesar tambahan staf pengajar secara terpisah (Gambar 6 USD183 juta. di Sintang, guru bersertifikasi menerima dan 7). Selama tahun lalu, hanya kepala sekolah, guru penghasilan lebih sedikit dari kepala sekolah (rata- bersertifikasi, dan guru PNS yang menerima tunjangan rata penghasilan masing-masing Rp10,8 juta dan Rp tambahan, dengan median bulanan masing-masing 10,1 juta). Berikutnya adalah guru-guru PNS yang tidak Rp3,5 juta, Rp3,6 juta, dan Rp960.000. di antara kategori bersertifikasi, yang menerima rata-rata penghasilan guru lainnya, mayoritas tidak menerima tunjangan bulanan sekitar Rp4,6 juta, dengan Rp3,4 juta di tambahan. Ada juga perbedaan meskipun lebih kecil Manggarai Timur hingga Rp6,3 juta di Sintang. Guru dalam gaji pokok guru. Para guru honorer menerima non-PNS dan tidak bersertifikasi memiliki penghasilan rata-rata gaji pokok bulanan sebesar Rp600.000, yang jauh lebih rendah, dengan sedikit variasi di seluruh dengan perbedaan yang sangat kecil antar kabupaten. Gambar 6. Median Gaji Pokok Bulanan (Rp) 30. KONTEKS SEKOLAH Gambar 7. Median Total Tunjangan Bulanan (Rp) Guru kontrak dan guru PNS masing-masing menerima kabupaten, dari Rp830.000 di Ketapang hingga Rp2,8 Rp1,2 juta dan Rp2,9 juta. Kepala sekolah dan guru juta di Sintang. Tidak ada kepala sekolah di sekolah bersertifikasi menerima gaji pokok sekitar Rp3,8 juta. sampel di Manggarai Timur yang melaporkan menerima tunjangan daerah terpencil selama 12 bulan terakhir. di Kepala sekolah dan guru juga dapat menerima Landak, kepala sekolah melaporkan mereka menerima tunjangan profesional dan tunjangan daerah median tunjangan daerah terpencil bulanan sebesar terpencil. Undang-undang Guru Tahun 2005 Rp2,7 juta dan median tunjangan tambahan penghasilan menetapkan bahwa guru bersertifikasi menerima Rp100.000. tunjangan sertifikasi yang setara dengan gaji pokok mereka. Penetapan ini juga memberikan tunjangan Median jumlah tunjangan tambahan penghasilan daerah terpencil yang sama jumlahnya dengan gaji bulanan untuk guru tidak bersertifikasi jauh lebih pokok kepada guru bersertifikasi. Untuk guru tidak kecil dari tunjangan daerah terpencil di semua bersertifikasi yang telah mengajar sedikitnya dua tahun kabupaten, kecuali Manggarai Timur.49 Tabel 31 dan dengan setidaknya 24 jam mengajar setiap minggu (dalam Lampiran A) menunjukkan bahwa sekitar 84 di sekolah yang memenuhi syarat, tunjangan daerah persen guru PNS dan 45 persen guru non-PNS menerima terpencil memberikan pemasukan tambahan sekitar beberapa tunjangan tambahan selama tahun akademik Rp1,5 juta per bulan.48 Tunjangan tambahan penghasilan 2015/16. Median tunjangan tambahan penghasilan hanya diberikan untuk guru yang tidak bersertifikasi. bulanan guru PNS dan non-PNS adalah masing-masing Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun sekitar Rp1,3 juta dan Rp200.000. dalam dinamika 2009, jumlah tunjangan tambahan penghasilan untuk yang sama seperti untuk kepala sekolah, tunjangan guru tidak bersertifikasi ditetapkan sebesar Rp250.000 terbesar untuk guru adalah tunjangan sertifikasi, per bulan. diikuti oleh tunjangan daerah terpencil, dan terakhir tunjangan tambahan penghasilan untuk guru yang tidak Hampir semua kepala sekolah menerima bersertifikasi. Untuk ketiga jenis tunjangan, guru PNS beberapa jenis tunjangan tambahan, dengan menerima jumlah yang jauh lebih besar daripada yang rata-rata median tunjangan tambahan bulanan diterima oleh guru non-PNS. sekitar Rp3,5 juta. Sekitar 70 persen kepala sekolah yang disurvei menerima tunjangan sertifikasi yang Sekitar 32 persen guru PNS dalam sampel menerima bervariasi antara Rp2 juta per bulan di Manggarai tunjangan sertifikasi. Median jumlah tunjangan Barat hingga Rp3,7 juta per bulan di Landak (Tabel 30, bervariasi antara Rp1,8 juta di Manggarai Barat hingga dalam Lampiran A). Sekitar 31 persen kepala sekolah Rp3,3 juta di Landak (Tabel 31). Hanya lima guru non-PNS (80 responden) melaporkan telah menerima tunjangan yang menerima tunjangan sertifikasi dengan jumlah rata- daerah terpencil dalam 12 bulan terakhir. Median rata yang diterima para guru ini adalah Rp1,3 juta. jumlah tunjangan bulanan sangat bervariasi antar 49 Jumlah tunjangan tambahan penghasilan untuk guru tidak bersertifikasi yang dilaporkan di sini berbeda dari jumlah yang ditentukan dalam Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2009. Jumlah yang dilaporkan mungkin termasuk 48 Tomayah et al. 2010. tunjangan tambahan penghasilan untuk guru yang tidak bersertifikasi, yang mungkin didanai melalui anggaran daerah beberapa pemerintah kabupaten. 31. Median jumlah tunjangan daerah terpencil Persepsi, Tantangan, serta Kepuasan bulanan sangat bervariasi antar kabupaten. Kepala Sekolah dan Guru Sekitar 16 persen guru PNS dan 6 persen guru non-PNS melaporkan telah menerima tunjangan daerah terpencil Sebagian besar kepala sekolah melaporkan bahwa dalam 12 bulan terakhir (Tabel 31). Untuk guru PNS, guru di sekolah mereka memiliki keterampilan tunjangan daerah terpencil bulanan berkisar antara mengajar yang baik atau sangat baik, namun Rp725.000 di Ketapang hingga Rp2,7 juta di Sintang. sekolah mereka tidak memiliki cukup guru. Tabel Untuk guru non-PNS, rata-rata tunjangan daerah 33 melaporkan persepsi kepala sekolah tentang guru terpencil berkisar antara Rp750.000 di Manggarai Timur dan murid. Antara 61 persen (Sintang) hingga 87 persen hingga Rp1,4 juta di Landak dan Sintang. (Manggarai Barat) kepala sekolah menganggap bahwa guru di sekolah mereka memiliki keterampilan mengajar Median tunjangan tambahan penghasilan bulanan yang baik atau sangat baik. Namun secara rata-rata, untuk guru tidak bersertifikasi sangat jauh lebih sekitar 71 persen kepala sekolah juga melaporkan bahwa kecil dari tunjangan daerah terpencil di semua sekolah mereka kekurangan guru, meskipun ini sangat kabupaten. Tunjangan tambahan penghasilan untuk bervariasi di seluruh kabupaten. Sebanyak 45 hingga 52 guru tidak bersertifikasi diterima oleh, masing-masing, 35 persen kepala sekolah di kabupaten NTT berpendapat persen dan 11 persen guru PNS dan non-PNS di wilayah demikian dibandingkan dengan 68 hingga 86 persen sampel (Tabel 31). Pengecualian di sini adalah guru non- kepala sekolah di kabupaten Kalimantan Barat. Hasil PNS, yang menerima tunjangan daerah terpencil sebesar dari regresi OLS multivariat (Tabel 58, dalam Lampiran rata-rata Rp750.000 dan tunjangan penghasilan Rp1 juta A) menunjukkan bahwa kekurangan guru lebih banyak per bulan. di Landak, tidak satu pun guru non-PNS yang dilaporkan oleh kepala sekolah dan guru yang bekerja menerima tunjangan tambahan penghasilan untuk guru di sekolah dengan jumlah guru yang relatif sedikit dan tidak bersertifikasi dalam 12 bulan terakhir. murid yang terdaftar relatif lebih banyak. Selain itu, Jumlah kepala sekolah dan guru yang menerima hasil OLS menunjukkan bahwa sekolah yang mengalami tunjangan sertifikasi meningkat secara stabil kesulitan akibat tingkat ketidakhadiran guru di kelas antara tahun 2014 dan 2016. Data tentang gaji dan yang lebih tinggi cenderung melaporkan kekurangan tunjangan berbasis kinerja untuk guru dan kepala sekolah guru sebagai tantangan sekolah mereka. selama tahun 2014-16 disajikan pada Tabel 32 (dalam Secara khusus, kekurangan staf adalah masalah umum Lampiran A). Sebagian besar kepala sekolah dan guru yang dilaporkan oleh sekolah-sekolah di daerah terpencil (total lebih dari 90 persen) melaporkan telah menerima di seluruh Indonesia. Sebagai contoh, Bank Dunia (2008) keseluruhan berbagai jenis tunjangan selama tahun 2014 melaporkan bahwa 93 persen sekolah terpencil di dan 2015. Selama tahun anggaran 2016, jumlah kepala daerah sampel mengklaim bahwa mereka kekurangan sekolah dan guru yang menerima jumlah keseluruhan dari pegawai. Namun hasil tersebut sangat kontras dengan ketiga jenis tunjangan (tunjangan sertifikasi, tunjangan hasil dari sekolah sampel studi, seperti yang ditunjukkan daerah terpencil, dan tunjangan tambahan penghasilan pada Tabel 9. Sekolah sampel menunjukkan rasio murid- untuk guru yang tidak bersertifikasi) sedikit lebih rendah, guru yang rendah yaitu 16 banding 1. yaitu sekitar 60-80 persen, kemungkinan terkait dengan waktu pelaksanaan survei. Secara umum, kepala sekolah memberikan penilaian yang baik atas murid di sekolah mereka. Namun ada Terdapat sejumlah guru dan kepala sekolah yang perbedaan yang jelas antara jumlah kepala sekolah yang menerima jumlah keseluruhan tunjangan mereka menilai disiplin dan kehadiran murid sekolahnya baik atau cukup banyak, dimana hal ini merupakan kondisi sangat baik (74 persen) dan kepala sekolah yang menilai yang tidak biasa mengingat banyaknya laporan kemampuan murid mereka baik atau sangat baik (39 mengenai penyampaian tunjangan yang kurang persen) (Tabel 33). Menurut para kepala sekolah, faktor optimal di Indonesia. Tomayah et al. (2010) melaporkan utama yang menghambat pembelajaran murid terkait bahwa sekitar 60 persen guru yang memenuhi syarat dengan lingkungan sekolah dan kesadaran orang tua, yaitu untuk tunjangan daerah terpencil tidak menerima kurangnya sarana dan prasarana sekolah (66 persen), tunjangan tersebut dalam jumlah penuh, dengan variasi kurangnya kesadaran dan dukungan orang tua untuk anak- yang luas antar kabupaten. Untuk ketiga jenis tunjangan, anak dalam pendidikan mereka (50 persen), kurangnya jumlah guru yang menerima tunjangan dalam jumlah ketersediaan guru (32 persen), dan faktor geografis (30 penuh selama tahun anggaran 2016 lebih banyak (69 persen). Terkait hal tersebut, saran utama yang diberikan perssen hingga 82 persen) dibandingkan dengan jumlah oleh kepala sekolah tentang langkah-langkah potensial kepala sekolah (62 persen hingga 76 persen). untuk meningkatkan pembelajaran murid adalah terkait 32. KONTEKS SEKOLAH Tabel 33. Opini Kepala Sekolah tentang Guru dan Murid (% Kepala Sekolah) Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Opini tentang guru Keterampilan mengajar guru sekolah Sangat buruk/buruk 1 2 0 1 0 0 Baik/sangat baik 73 72 75 61 87 85 Sekolah kekurangan guru 71 68 81 86 45 52 Opini tentang murid Disiplin/kehadiran murid sekolah Sangat buruk/buruk 2 2 6 0.100 3 0 Baik/sangat baik 74 68 75 74 74 82 Tingkat kemampuan murid sekolah Sangat buruk/buruk 9 3 12 13 8 6 Baik/sangat baik 39 39 43 34 42 38 Faktor-faktor yang menghambat pembelajaran murid Kurangnya sarana dan prasarana sekolah 66 71 65 68 55 65 Kurangnya kesadaran orang tua 50 42 35 61 45 59 Kekurangan guru 32 29 43 47 5 12 Faktor geografis 30 19 22 45 26 26 Situasi ekonomi orang tua 27 27 20 23 24 53 Cara meningkatkan pembelajaran murid Menyediakan sarana/prasarana sekolah yang 67 80 65 66 53 65 memadai Meningkatkan kualitas guru 43 53 27 51 42 32 Meningkatkan dukungan orang tua untuk 37 37 27 44 37 32 anak-anak Menambah jumlah jam pelajaran 31 29 18 23 47 56 Memastikan ketersediaan guru yang cukup 27 24 39 38 8 12 Meningkatkan kerja sama antara sekolah, 24 22 10 36 18 21 orang tua, dan pemerintah desa sarana sekolah (67 persen), kualitas guru (43 persen), melaporkan hal tersebut menghambat kinerja mereka. dukungan orang tua untuk anak-anak (37 persen), dan jam Guru menyebutkan beberapa tantangan terkait dengan pelajaran (31 persen). murid dan perilaku mereka. Enam puluh delapan persen guru melaporkan kurangnya disiplin dan perhatian Tantangan paling signifikan yang dilaporkan murid sebagai tantangan, sementara 57 persen oleh guru adalah tidak memadainya prasarana melaporkan ketidakhadiran murid sebagai tantangan. sekolah dan sarana belajar. Delapan puluh delapan Sekitar setengah dari guru-guru ini menganggap bahwa persen guru melaporkan hal ini (Tabel 34), dan dua tantangan terkait murid menghambat kinerja. Kurangnya pertiga di antaranya mengatakan tantangan tersebut minat orang tua terhadap proses pendidikan anak-anak menghambat kinerja guru. Perangkat mengajar yang mereka juga merupakan tantangan bagi 58 persen guru tidak cukup juga diakui oleh 87 persen guru, 75 persen dan kurangnya minat masyarakat merupakan tantangan di antaranya mengatakan hal ini merupakan tantangan bagi 41 persen guru. yang menghambat kinerja. Kondisi kerja guru juga merupakan tantangan, terutama tingkat gaji yang Secara keseluruhan, para guru relatif puas dengan rendah (77 persen), meskipun hanya dua perlima dari apresiasi yang mereka terima dari pemerintah guru yang menganggap hal ini sebagai tantangan yang pusat atas peran mereka. Seperti ditunjukkan dalam cukup menghambat kinerja guru. Ketidakteraturan Tabel 35 (Lampiran A), 35 persen guru menilai kepuasan pembayaran gaji memengaruhi 38 persen guru dalam mereka dengan angka 6 atau 7, dalam skala 1 hingga 7 sampel. Kekurangan guru berdampak pada setengah (7 adalah yang paling puas). Namun demikian, ada 15 dari guru dalam sampel, dua pertiga di antaranya persen guru yang merasa sangat tidak puas dan menilai 33. Tabel 34. Tantangan yang Dialami oleh Guru (% Guru) Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Tantangan yang dialami oleh guru dan memengaruhi kinerja Ketidaklaikan sarana/prasarana sekolah 88 85 90 89 86 91 Ketidaklaikan sarana/prasarana sekolah menghambat 68 66 71 69 67 67 kinerja Alat mengajar/materi pembelajaran yang tidak memadai 87 83 89 89 86 91 Alat mengajar/materi pembelajaran yang tidak memadai 74 70 74 76 73 73 menghambat kinerja Gaji yang tidak mencukupi 77 76 86 76 68 85 Gaji yang tidak mencukupi menghambat kinerja 40 38 43 41 35 44 Kurangnya disiplin dari murid 68 65 74 61 76 70 Kurangnya disiplin dari murid menghambat kinerja 53 52 52 52 50 63 Kurangnya perhatian murid selama kegiatan belajar 68 69 71 62 71 71 Kurangnya perhatian murid selama kegiatan belajar 57 55 55 58 55 61 menghambat kinerja Kurangnya minat dari orang tua murid 58 70 66 52 52 51 Kurangnya minat dari orang tua murid menghambat 64 63 69 66 55 66 kinerja Murid sering absen 57 60 70 51 51 58 Murid sering absen menghambat kinerja 53 48 53 51 56 62 Kekurangan guru 50 45 68 68 22 34 Kekurangan guru menghambat kinerja 65 61 73 68 51 56 Kurangnya minat dalam pendidikan dari masyarakat 41 48 49 34 41 40 Kurangnya minat dalam pendidikan dari masyarakat 56 55 64 58 45 54 menghambat kinerja Kurangnya kesempatan belajar dan pelatihan 41 49 44 33 39 44 Kurangnya kesempatan belajar dan pelatihan 64 68 68 62 60 60 menghambat kinerja Gaji yang tidak teratur 38 54 37 23 27 55 Gaji yang tidak teratur menghambat kinerja 45 41 60 39 43 47 Rumah jauh dari sekolah 23 19 29 17 26 33 Rumah jauh dari sekolah menghambat kinerja 48 38 52 57 44 47 Terlalu banyak tugas lain selain mengajar 21 25 22 19 16 24 Terlalu banyak tugas lain selain mengajar menghambat 45 44 49 45 40 45 kinerja Pembayaran tidak teratur dan kurangnya transparansi 14 19 13 14 11 14 tunjangan khusus (TK) Pembayaran tidak teratur dan kurangnya transparansi 31 29 28 33 29 34 tunjangan khusus (TK) menghambat kinerja Pembayaran tidak teratur dan kurangnya transparansi 7 10 5 6 5 6 tunjangan profesional (TP) Pembayaran tidak teratur dan kurangnya transparansi 30 36 29 22 13 50 tunjangan profesional (TP) menghambat kinerja Masalah dengan orang tua murid 7 8 6 6 6 8 Masalah dengan orang tua murid menghambat kinerja 52 62 53 62 16 52 Gangguan/permintaan berlebihan dari pejabat di luar 6 9 4 4 4 8 sekolah Gangguan/permintaan berlebihan dari pejabat di luar 55 56 45 65 42 52 sekolah menghambat kinerja 34. KONTEKS SEKOLAH kepuasan mereka dengan angka 1. Menariknya, ada perbedaan yang lebih besar antar kabupaten, terutama sedikit perbedaan antar kabupaten dalam hal kepuasan dalam jumlah guru dengan tingkat kepuasan yang sangat keseluruhan guru dengan apresiasi pemerintah pusat rendah (1), yang berkisar antara 14 persen di Ketapang atas pekerjaan mereka. Namun pemisahan status antara hingga 38 persen di Manggarai Timur. guru PNS dan non-PNS dalam hal ini memunculkan Ketika ditanya tentang gaji ideal mereka, sebagian perbedaan yang jelas. Guru PNS jauh lebih puas dengan besar guru di sekolah sampel menginginkan apresiasi yang ditunjukkan oleh pemerintah pusat — 53 gaji yang lebih tinggi daripada gaji mereka saat persen dari mereka sangat puas dan hanya 19 persen ini. Enam puluh tiga persen guru PNS dan 6 persen memiliki tingkat kepuasan rendah atau sangat rendah. guru non-PNS menyatakan hal ini. Dua puluh persen di antara guru non-PNS, masing-masing 23 persen dan guru mengatakan bahwa gaji mereka saat ini sangat 47 persen menyatakan tingkat kepuasan yang tinggi dan ideal dan 20 persen guru di kabupaten NTT idealnya rendah hingga sangat rendah. ingin mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Jumlah guru Para guru mengaku puas dengan kinerja dinas PNS yang ingin mendapatkan gaji yang lebih tinggi pendidikan kabupaten dalam penyelenggaraan berkisar antara 5 persen di Sintang hingga 17 persen sekolah dasar. di antara para guru, 38 persen menilai di Manggarai Timur. di antara guru non-PNS, jumlahnya tingkat kepuasan mereka ada pada angka 6-7, sedangkan berkisar antara 4 persen di Landak dan 21 persen di hanya 7 persen memberikan angka 1, dan ada sedikit Manggarai Timur dan Manggarai Barat. perbedaan di antara lima kabupaten studi (Tabel 35, Dapat disimpulkan bahwa, sejalan dengan dalam Lampiran A). Untuk guru PNS dan guru non-PNS, perbedaan signifikan dalam hal gaji dan tunjangan, masing-masing 4 persen dan 9 persen menyatakan guru PNS melaporkan kepuasan yang lebih tinggi tingkat kepuasan di angka 1. Empat puluh tujuh persen daripada guru non-PNS dengan dukungan otoritas guru PNS menunjukkan tingkat kepuasan yang sangat di tingkat atas dan dengan insentif keuangan tinggi dibandingkan dengan 32 persen guru non-PNS. yang mereka terima. Masih harus dilihat apakah Para guru melaporkan bahwa mereka juga puas dengan perbedaan tersebut juga menyebabkan perbedaan kinerja pemerintah desa dan anggota masyarakat dalam kualitas kinerja antara guru PNS dan non-PNS. (sebagai kategori bersama) yang membantu pengelolaan Secara keseluruhan, kepala sekolah dan guru sepakat manajemen sekolah, dan menghargai peran mereka melaporkan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh sebagai guru dari anggota masyarakat yang terlibat dalam sarana sekolah yang buruk, yang mana hal ini diakui oleh manajemen sekolah. Namun tampaknya ada perbedaan kedua kelompok sebagai tantangan terbesar mereka. yang mencolok antar kabupaten dalam tingkat kepuasan Kepala sekolah dan guru juga melaporkan kurangnya guru dengan apresiasi anggota masyarakat atas peran minat orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka mereka. Lebih sedikit guru di Landak (sekitar 35 persen, sebagai tantangan yang signifikan dalam pembelajaran PNS dan non-PNS) menilai tingkat kepuasan mereka ada murid. Ini bisa jadi karena kurangnya ketersediaan di peringkat 6-7 pada kriteria ini dibandingkan dengan informasi yang relevan bagi orang tua tentang kemajuan guru di kabupaten lain, yang hampir setengahnya menilai belajar anak-anak mereka (seperti kemampuan belajar, kepuasan mereka di peringkat 6-7. perilaku di sekolah, dan pemberian pekerjaan rumah), Sebagian besar guru puas dengan penghasilan dan kurangnya kesadaran tentang cara untuk terlibat mereka, di mana guru PNS memiliki tingkat lebih aktif dalam proses pendidikan anak-anak mereka kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan (seperti membaca dengan anak mereka, membantu guru non-PNS. Secara keseluruhan, 53 persen dan mengerjakan PR, memastikan anak mereka tidak bekerja 20 persen guru PNS dan non-PNS menyatakan tingkat selama jam sekolah, dan memastikan bahwa anak- kepuasan yang tinggi (6-7), sekali lagi dengan perbedaan anak diberi makan). Studi ini dapat berkontribusi untuk besar antar kabupaten (Tabel 36, dalam Lampiran A). menghasilkan perubahan dalam topik penting ini. yang di antara guru-guru PNS, 38 persen di Landak dan 62 menarik, kepala sekolah dan guru memiliki persepsi yang persen di Sintang, menyatakan kepuasan yang tinggi. di sangat berbeda tentang perilaku dan disiplin murid. antara guru-guru non-PNS, hanya 10 persen di Manggarai Sebagian besar kepala sekolah menyatakan cukup puas Timur dan 28 persen di Ketapang menyatakan sangat dengan perilaku murid, sedangkan sebagian besar guru puas dengan gaji/ honor mereka. Sekitar 13 persen guru melaporkannya sebagai tantangan yang signifikan. secara keseluruhan melaporkan tingkat kepuasan yang sangat rendah (1). Namun, angka ini hanya terdiri dari 3 persen guru PNS dan 20 persen guru non-PNS. Ada 35. 36. KETERLIBATAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN 04 Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat dalam Pendidikan Orang Tua Latar Belakang Orang Tua Sebagian besar orang tua berperan langsung mengasuh dan pendampingi para murid, mempraktikkan agama mayoritas di desa mereka, dan menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia di rumah. Tabel 37 menunjukkan karakteristik sosial ekonomi orang tua murid di sekolah sampel. Hampir seluruh murid (97 persen) tinggal bersama orang tua mereka. Hanya 181 caretakers atau 3 persen dari 5.400 caretakers yang disurvei, adalah wali murid. Enam puluh tiga persen wali murid adalah kakek-nenek dari anak- anak, dan 26 persen adalah paman atau bibi. Tidak mengherankan jika agama orang tua dalam sampel adalah, dan sebagian besar, agama-agama utama di desa tempat mereka tinggal, dengan Katolik sebagai agama yang paling banyak dianut orang tua murid dalam sampel. Namun demikian, ada perbedaan antara kedua kabupaten studi di NTT, di mana Katolik dianut 86 persen dan 99 persen orang tua, dan di Kalimantan Barat, dengan cukup banyak penganut agama Islam dan Protestan. Antara 14 persen dan 36 persen orang tua menganut agama Islam dan antara 13 persen hingga 39 persen menganut agama Protestan. Hanya sebagian kecil orang tua yang menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan anak mereka di rumah, dan ini lebih umum terjadi di Kalimantan Barat daripada di kabupaten NTT. di Kalimantan Barat, antara 58 dan 82 persen orang tua menggunakan bahasa Dayak, dan antara 7 persen dan 33 persen menggunakan bahasa Melayu, sebagai bahasa komunikasi pilihan dengan anak mereka. di NTT, 89-93 persen orang tua menggunakan bahasa Manggarai di rumah; sisanya menggunakan bahasa lokal lainnya. Sebagian besar orang tua berlatar pendidikan sekolah dasar. di kabupaten Kalimantan Barat, antara 53 dan 59 persen orang tua berpendidikan sekolah dasar; 19 hingga 21 persen berpendidikan sekolah menengah pertama; dan 14 hingga 16 persen berpendidikan sekolah menengah atas (Tabel 37). di kabupaten NTT, sekitar 75 persen orang tua berpendidikan sekolah dasar; 13 hingga 15 persen berpendidikan sekolah menengah pertama; dan 8 hingga 10 persen berpendidikan sekolah menengah atas. di Sintang, 11 persen orang tua tidak pernah bersekolah. di kelima kabupaten, antara 7 persen dan 11 persen orang tua tidak dapat membaca dan menulis (menggunakan alfabet Latin). Hampir semua orang tua bekerja, antara 80 dan 90 persen di sektor pertanian, dan sisanya menyebar antara sektor industri dan jasa. Sebagian besar orang tua berwirausaha tanpa bayaran, mulai dari 31 persen di Ketapang hingga 68 persen di Manggarai Timur (Tabel 37). di kelima 37. Tabel 37. Informasi Latar Belakang Orang Tua (% Orang Tua) Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Caretaker utama Orang tua 97 97 98 97 97 95 Wali murid 3 3 2 3 3 5 Kakek dan nenek 63 50 85 57 65 73 Paman/bibi 26 30 15 27 26 24 Kakak/adik 6 5 0 12 4 3 Keluarga lain 4 10 0 5 0 0 Lainnya tetapi bukan keluarga 2 5 0 0 4 0 Karakteristik demografis (#) Usia orang tua (tahun) 37 37 37 36 39 40 Usia wali (tahun) 49 46 54 47 52 54 Rata-rata ukuran rumah tangga (#) 5 5 5 5 6 5 Rata-rata # anak 3 2 3 2 3 3 Agama Islam 18 36 16 14 14 1 Kristen - Protestan 21 13 32 39 0 0 Katolik 61 51 51 47 86 99 Lainnya 0 0 0 0 0 0 Bahasa utama yang digunakan untuk berkomunikasi dengan anak Bahasa Indonesia 7 9 8 9 1 1 Malay 12 33 13 7 0 0 Dayak 54 58 78 82 0 0 Manggarai 24 0 0 0 89 93 Lain-lain 3 1 1 2 10 6 Tingkat pendidikn tertinggi Tidak mengenyam pendidikan 6 5 5 11 2 2 Sekolah dasar 60 59 55 53 74 72 Sekolah menengah pertama 19 21 23 19 15 13 Sekolah menengah atas 13 14 16 14 8 10 Perguruan tinggi 2 2 1 3 1 3 Kemampuan Literasi Mampu membaca dan menulis alfabet Latin 84 83 87 80 90 86 Mampu membaca dan menulis alfabet non-Latin 2 1 1 4 0 4 Mampu membaca dan menulis beberapa huruf 3 7 1 3 0 1 Tidak dapat membaca atau menulis 9 7 8 11 8 8 Status dan sektor pekerjaan Bekerja sebulan terakhir 98 98 98 98 98 99 Bekerja di sektor pertanian 85 80 92 82 88 90 Bekerja di sektor industri dan konstruksi 7 7 4 9 6 4 Bekerja di sektor perdagangan dan jasa 8 12 4 9 6 5 Pekerjaan - posisi Wirausaha 18 23 19 17 18 9 Wirausaha dengan tenaga kerja tidak berbayar 53 31 49 60 64 68 Wirausaha dengan tenaga kerja berbayar 2 4 2 2 2 2 Pegawai swasta 20 33 28 13 10 16 Pegawai lepas 5 8 1 5 5 3 Pekerja tidak berbayar 1 1 1 1 1 1 Pegawai pemerintah 1 1 0 2 1 1 38. KETERLIBATAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Kepemilikan aset rumah tangga Rumah 95 93 97 94 96 98 Tanah untuk rumah 93 92 97 89 95 97 Unggas, ternak, atau ikan 70 72 78 67 63 69 Sofa 4 10 3 3 3 1 Meja 56 60 61 43 77 52 Kulkas 12 28 7 13 1 0 TV 49 73 58 57 15 12 Mobil 3 5 2 4 0 0 Motor 56 84 73 66 10 9 Sepeda 14 25 15 15 3 0 kabupaten, antara 9 persen hingga 23 persen melakukan bersekolah dan belajar, bersekolah hampir setiap wirausaha berbayar. Sebagian besar orang tua yang tidak hari dan belajar di rumah. Orang tua melaporkan berwirausaha adalah karyawan swasta--28 hingga 33 bahwa kehadiran di sekolah relatif tinggi—rata-rata persen di kabupaten sampel Kalimantan Barat dan 10 anak-anak bersekolah 5,62 hari dari 5,87 hari sekolah hingga 16 persen di kabupaten sampel NTT. per minggu (Tabel 38). Sekitar 60 persen orang tua (mulai dari 36 persen di Manggarai Barat hingga 72 Sebagian besar orang tua memiliki rumah berikut persen di Landak) melaporkan bahwa anak mereka tanahnya, dan antara 63 persen hingga 78 persen belajar di rumah setiap hari, dan sisanya melaporkan memiliki unggas, ternak, atau ikan. Rata-rata orang bahwa anak mereka hanya kadang-kadang saja belajar tua di kabupaten Kalimantan Barat, terutama di Ketapang, di rumah. Menurut orang tua mereka, hanya 1 hingga 5 memiliki beberapa peralatan rumah tangga, seperti persen anak-anak tidak pernah belajar di rumah. televisi (73 persen orang tua di Ketapang), sepeda motor (84 persen), lemari es (28 persen), sepeda (25 persen), Para orang tua melaporkan bahwa mereka cukup atau sofa (10 persen). di NTT, orang tua dalam sampel mendukung aktivitas belajar anak-anak mereka di cenderung memiliki beberapa jenis aset — aset yang rumah. Sebagian besar, sekitar 80 persen, menyatakan paling umum adalah meja (77 persen di Manggarai Barat membantu anak mereka belajar di rumah selama sekitar dan 52 persen di Manggarai Timur). Rata-rata hanya 12- 48 menit per hari (rata-rata) selama minggu sebelumnya. 15 persen orang tua di kabupaten NTT memiliki televisi, Sekitar 34 persen orang tua melaporkan bahwa orang dan sekitar 10 persen memiliki sepeda motor. lain membantu anak mereka belajar selama seminggu terakhir. Bantuan itu tidak berbayar dan berlangsung Dukungan Orang Tua Terhadap Anak dan selama rata-rata 33 menit setiap hari. Sekitar setengah Kegiatan di Rumah orang tua di daerah sampel menyatakan kadang- kadang atau sering membaca buku teks anak mereka. Sebagian besar murid tinggal di dekat sekolah di kabupaten Kalimantan Barat, sekitar 13 persen studi, namun mereka tidak mengenyam orang tua mengatakan tidak pernah membaca buku pendidikan anak usia dini. Namun hal ini bervariasi teks anak mereka dibandingkan dengan 24 hingga di seluruh kabupaten, dari 68 persen di Ketapang 27 persen di kabupaten NTT. Orang tua di kabupaten hingga 95 persen di Manggarai Barat. di Ketapang, 17 Kalimantan Barat juga meminta anak-anak mereka persen anak-anak mengikuti kelompok bermain dan untuk lebih sering belajar (lebih dari lima hari seminggu) 16 persen bersekolah di taman kanak-kanak (Tabel dibandingkan dengan orang tua di kabupaten NTT 38). Secara umum, tempat tinggal murid relatif dekat (sekitar empat hari per minggu). Mayoritas orang tua, dengan sekolah mereka, rata-rata sekitar 600 meter. dari 86 persen di Manggarai Barat hingga 96 persen di Anak-anak membutuhkan sekitar rata-rata 10 hingga Sintang dan Manggarai Timur, menyatakan mengetahui 15 menit untuk sampai ke sekolah dan mayoritas tidak mata pelajaran yang tidak dikuasai anak-anak mereka. mengeluarkan biaya transportasi perjalanan ke/dari sekolah. Keterlibatan anak dalam pekerjaan orang tua tidak terlalu umum di daerah sampel, meskipun Menurut orang tua mereka, murid di daerah sebagian besar anak membantu pekerjaan rumah sampel menghabiskan banyak waktu untuk tangga. Sekitar dua pertiga orang tua melaporkan 39. Tabel 38. Pendidikan Anak dan Keterlibatan Orang Tua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Pendidikan anak usia dini yang diikuti (% orang tua melaporkan) Kelompok Bermain (KB) 7 17 6 3 4 6 Taman Kanak-kanak (TK) 10 16 7 14 2 1 Raudhatul Athfal (RA) 0 0 0 0 0 0 Tidak mengenyam PAUD 83 68 88 83 95 92 Jarak ke sekolah Median jarak dari rumah ke sekolah (km) 5.9 5.8 5.9 5.8 6.0 6.0 Median waktu perjalanan dari rumah ke sekolah (menit) 5.6 5.5 5.7 5.6 5.6 5.7 Median biaya transportasi dari rumah ke sekolah (Rp) Median distance from house to school (km) 0.3 0.3 0.3 0.300 0.5 0.5 Median travel time from house to school (minutes) 10 10 10 5 10 15 Median transportation cost from house to school (Rp) 0 0 0 0 0 0 Belajar di rumah (% orang tua yang melaporkan) Anak belajar di rumah setiap hari 58 61 72 57 36 59 Anak belajar di rumah kadang-kadang 39 37 26 40 58 39 Anak tidak pernah belajar di rumah 3 1 2 3 5 2 Anak dibantu oleh caretaker untuk belajar di rumah 82 88 81 82 78 76 Anak menerima bantuan dari caretaker dalam seminggu 74 79 74 77 67 66 terakhir Waktu yang dihabiskan caretaker setiap hari dalam seminggu 48 45 47 45 55 52 terakhir, jika bantuan dari caretaker (menit) Anak dibantu oleh orang lain untuk belajar di rumah seminggu 34 40 28 29 31 46 terakhir Waktu yang dihabiskan setiap hari dalam seminggu terakhir, 33.480 30.220 34.860 30.670 38.380 38 jika dibantu oleh orang lain (menit) Caretaker membayar orang lain untuk membantu anak, jika 1 0 2 2 0 0 dibantu oleh orang lain Jumlah yang dibayarkan kepada orang lain untuk membantu 27.521 83.300 32.650 19.375 1.000 0 anak per kunjungan, jika dibayar (Rp) Kesadaran orang tua akan kinerja anak di sekolah (% orang tua melaporkan) Frekuensi membaca buku teks anak Tidak pernah 16 12 14 12 27 24 Jarang 19 23 19 17 14 19 Terkadang/sering 53 52 60 56 43 46 Anak tidak punya buku 7 6 3 7 11 6 Orang tua tidak bisa membaca 6 7 4 8 5 5 Orang tua tahu mata pelajaran yang tidak dikuasai anak 93 92 91 96 86 96 Rata-rata # hari dalam seminggu orang tua meminta anak 5 6 5 6 4 5 untuk belajar bahwa anak mereka membantu pekerjaan rumah tangga usaha keluarga di 19 persen rumah tangga di Ketapang, selama sebulan terakhir (Tabel 39). Anak-anak lebih 14 persen di Manggarai Barat dan Manggarai Timur, umum membantu pekerjaan rumah tangga di kabupaten 10 persen di Sintang, dan 5 persen di Landak. Rata- NTT--85 hingga 90 persen orang tua melaporkan bahwa rata anak-anak menghabiskan sekitar delapan jam per anak mereka mengerjakan tugas rumah tangga sekitar minggu bekerja di usaha keluarga, yang memerlukan lima jam seminggu dibandingkan dengan 55 hingga waktu perjalanan satu arah sekitar 20 menit. Anak-anak 72 persen di kabupaten Kalimantan Barat (sekitar dua yang bekerja untuk mendapatkan bayaran bukan hal hingga empat jam seminggu). Anak-anak bekerja dalam yang umum di daerah sampel, dengan jumlah jam kerja 40. KETERLIBATAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN berbayar mingguan bervariasi dari empat jam di Landak di Manggarai Barat hingga 31 persen di Manggarai hingga delapan jam di Sintang dan Ketapang. Penghasilan Timur. Antara 12 dan 24 persen orang tua menyerahkan bulanan yang diterima oleh anak-anak yang bekerja untuk hal ini kepada anak-anak mereka. mendapatkan bayaran berkisar dari Rp34.500 di Landak Salah satu pertanyaan dalam survei adalah apa hingga Rp81.000 di Ketapang. yang akan orang tua lakukan jika anak mereka tinggal kelas. Sekitar 90 persen orang tua mengatakan Ekspektasi orang tua terhadap anak-anak mereka akan memberikan nasihat atau menegur anak mereka mereka secara lisan, sebagaimana diperlukan. Sebaliknya, Orang tua di daerah sampel berharap anak-anak 6 persen orang tua melaporkan bahwa mereka tidak mereka dapat membaca, menulis, dan berhitung, akan melakukan apa pun atau bertanya kepada staf bersekolah setiap hari, dan naik kelas di sekolah. pengajar tentang hal itu. Sembilan dan 4 persen orang di Manggarai Barat, hampir 60 persen orang tua tua di Manggarai Barat dan Manggarai Timur masing- melaporkan bahwa mereka berharap anak-anak mereka masing menyatakan bahwa mereka akan memberikan dapat membaca, menulis, dan berhitung (Tabel 40). di hukuman fisik kepada anak-anak mereka. di kabupaten Ketapang dan Landak, harapan utama dari orang tua lain, proporsi ini lebih rendah, yakni sekitar 2 persen. adalah agar anak-anak mereka mendapatkan nilai yang tinggi, menjadi juara kelas, dan mengikuti perlombaan. Komite Sekolah di Sintang, orang tua mengharapkan anak-anak mereka dapat bersekolah setiap hari dan memiliki prestasi yang Latar Belakang dan Pendirian Komite baik. di kelima kabupaten, antara 28 dan 45 persen orang tua berharap anak-anak mereka akan naik kelas. Sejak 2002, komite sekolah secara resmi dibentuk sebagai lembaga yang mewakili masyarakat di Semua orang tua dalam sampel survei tingkat sekolah. Ini merupakan konsekuensi dari mengharapkan anak-anak mereka dapat Keputusan Menteri Pendidikan Indonesia Nomor melanjutkan pendidikan setelah lulus dari sekolah 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite dasar. Sekitar 43 persen orang tua mengharapkan Sekolah dan mengikuti prinsip-prinsip manajemen berbasis anak-anak mereka bisa berkuliah. Rata-rata sekitar 20 sekolah. Tujuan dari aturan ini adalah agar komite sekolah persen orang tua mengharapkan anak-anak mereka mendukung peningkatan penyediaan layanan pendidikan. mencapai sekolah menengah atas, mulai dari 16 persen Tabel 39. Keterlibatan Anak dalam Pekerjaan Berbayar, Tidak Berbayar, dan Rumah Tangga Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Pekerjaan berbayar Anak bekerja untuk mendapatkan bayaran dalam sebulan 3 8 1 2 4 3 terakhir # Jam mingguan dalam sebulan terakhir, jika bekerja untuk 8 8 4 8 8 6 mendapatkan bayaran Median penghasilan bulanan dari pekerjaan, jika bekerja 30.000 40.000 15.000 3.000 22.000 11.250 untuk mendapatkan bayaran (Rp) Waktu perjalanan satu arah untuk pergi bekerja, jika bekerja 16 14 16 13 19 20 untuk mendapatkan bayaran (menit) Tidak berbayar, bekerja untuk usaha keluarga Anak bekerja untuk usaha keluarga dalam sebulan terakhir 12 19 5 10 14 14 # jam mingguan dalam usaha keluarga bulan lalu, jika 8 8 7 7 6 11 bekerja untuk keluarga Waktu perjalanan satu arah untuk menuju usaha keluarga, 19 18 18 19 17 25 jika bekerja untuk keluarga (menit) Pekerjaan rumah tangga Anak membantu pekerjaan rumah tangga dalam sebulan 67 72 55 56 85 90 terakhir # Jam mingguan yang dihabiskan untuk melakukan 4 2 4 4 5 5 pekerjaan rumah, jika melakukan pekerjaan rumah 41. Tabel 40. Ekspektasi Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Ekspektasi - prestasi anak di sekolah Hadir di sekolah setiap hari 40 38 25 44 36 61 Bisa naik ke kelas berikutnya 36 34 45 32 41 28 Mendapatkan nilai tinggi/menjadi juara kelas/mengikuti 47 56 51 43 47 38 kompetisi Bisa membaca/menulis/berhitung 43 42 35 39 57 51 Lainnya 6 16 3 4 3 3 Tidak ada 1 1 0 2 2 0 Ekspektasi - tingkat pendidikan tertinggi anak Lulus dari sekolah dasar 1 2 0 1 1 3 Sekolah menengah pertama 3 3 2 2 3 4 Sekolah menengah atas 19 17 20 17 16 31 Perguruan tinggi/universitas 43 38 42 42 48 46 Terserah anak 16 16 19 14 24 12 Setinggi mungkin 18 24 17 25 8 4 Tindakan yang diharapkan jika anak tinggal kelas Memberikan saran atau teguran pada anak secara verbal 90 89 90 89 92 90 Memberikan hukuman fisik 3 2 2 1 9 4 Memberikan hukuman non-fisik 2 3 2 2 3 1 Bertanya kepada guru/guru kelas/kepala sekolah 6 9 5 4 7 7 Tidak melakukan apapun 6 4 6 8 5 5 Lainnya 3 8 2 2 2 1 Secara khusus, komite diharapkan akan memantau dan Manajemen Komite memberikan masukan tentang pengelolaan sekolah (termasuk program, rencana anggaran, peningkatan sarana, Sebagian besar responden komite sekolah telah dan pelatihan guru), sekaligus secara formal melibatkan bekerja selama lima tahun, dengan mayoritas dari orang tua dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah mereka telah lulus dari sekolah menengah atas. anak-anak mereka. Sebagian besar responden adalah ketua dan beberapa wakil ketua, sekretaris, anggota, dan bendahara. Rata- Sebagian besar sekolah di daerah sampel memiliki rata, responden telah menempati posisi mereka di komite sekolah yang aktif, dan sebagian besar komite sekolah selama kurang lebih lima tahun (Tabel komite sekolah mengelola satu sekolah. di antara 42). Tingkat pendidikan tertinggi dari responden 270 sekolah yang termasuk dalam studi ini, 254 memiliki komite adalah pendidikan menengah atas (36 persen), komite sekolah aktif, 14 memiliki komite yang tidak pendidikan menengah pertama (27 persen), pendidikan aktif, dan dua tampaknya tidak memiliki komite saat dasar (24 persen), dan pendidikan tingkat universitas survei dilaksanakan (Tabel 41, Lampiran A). Dari 241 (6 persen). Sekitar 9 persen responden juga adalah sekolah dengan komite aktif (kami memiliki informasi pengurus atau anggota komite sekolah lainnya. tentang tanggal pendirian mereka), 20 persen didirikan pada tahun 2016-2017, 63 persen pada tahun 2010- Sebagian besar anggota komite sekolah dipilih 2015, 14 persen pada tahun 2005-2009, dan 4 persen secara demokratis. Kuesioner komite sekolah berisi sebelum tahun 2005. Sebagian besar komite sekolah pertanyaan tentang komposisi komite sekolah dan aktif (93 persen) hanya mengelola satu sekolah. Untuk bagaimana anggota komite dipilih. Menurut Chen menjalankan fungsi komite sekolah, 15 persen memiliki (2011), komite sekolah harus diketuai oleh perwakilan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga; 12 persen masyarakat dari luar sekolah dan harus memiliki menerima dana untuk pelaksanaan kegiatan dari setidaknya sembilan anggota yang dipilih dari pihak sekolah selama tahun akademik 2015/16; dan 2 persen orang tua, tokoh masyarakat, profesional pendidikan, (lima komite) diberi ruang kantor oleh sekolah. sektor swasta, asosiasi pendidikan, guru, organisasi non- 42. KETERLIBATAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN pemerintah, dan perangkat desa. Secara keseluruhan, langsung oleh sekolah (10 persen). Rapat pemilihan pengurus komite di sekolah sampel sebagian besar pengurus komite dilaporkan dihadiri oleh kepala dipilih melalui proses rapat komite (88 persen dari sekolah (93 persen komite), guru (95 persen), orang tua komite dalam sampel); dan yang lainnya ditunjuk (88 persen), perangkat dan kepala desa (72 persen), Tabel 42. Manajemen Komite Sekolah (% Responden Komite) Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Karakteristik responden Jenis responden Ketua 86 79 94 89 94 73 Wakil ketua 6 11 2 4 0 12 Sekretaris 4 5 2 1 6 9 Bendahara 1 0 2 1 0 0 Anggota 4 5 0 5 0 6 Lama responden memegang peran saat ini 5 3 5 3 8 6 (tahun) Tingkat pendidikan responden Tidak lulus sekolah dasar 6 7 2 6 11 0 Sekolah dasar 24 30 19 26 23 21 Sekolah menengah pertama 27 34 25 24 29 24 Sekolah menengah atas 36 21 52 35 34 39 Perguruan tinggi 6 5 0 7 3 12 Paket a/b/c 2 2 2 1 0 3 Responden adalah anggota/pengurus 9 16 8 4 9 12 komite untuk sekolah lain Pembentukan manajemen komite Pemilihan pengurus komite Pemilihan melalui rapat 88 88 81 87 91 97 Ditunjuk oleh sekolah (kepala sekolah dan 10 11 19 11 6 0 guru) Ditunjuk oleh anggota/pengurus 1 0 0 1 0 3 sebelumnya Lainnya 1 2 0 1 3 0 Kepala sekolah Guru 93 96 87 96 94 91 Orang Tua 95 96 87 97 100 94 Pejabat desa/tokoh masyarakat 88 92 97 82 90 81 Anggota komite sebelumnya 72 78 56 77 81 63 Previous committee members 49 33 38 72 45 38 Pemilihan ketua komite pada saat rapat Musyawarah tanpa pemungutan suara 24 29 31 27 16 9 (konsensus) Pemungutan suara 75 71 64 73 84 91 Ditunjuk oleh kepala sekolah 1 0 5 0 0 0 Pemilihan pengurus komite lain pada saat rapat: Musyawarah tanpa pemungutan suara 29 31 26 39 16 25 (konsensus) Pemungutan suara 52 51 46 40 65 72 Ditunjuk oleh kepala sekolah 3 0 13 3 0 0 Ditunjuk oleh ketua 9 12 3 11 13 3 Ditunjuk oleh orang lain 1 0 3 1 3 0 Hanya ada ketua dalam struktur komite 5 6 10 6 3 0 43. Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Sumber dana komite Pengurus/anggota komite menerima gaji 18 9 31 22 11 9 Gaji bulanan rata-rata (Rp) 100.000 100.000 100.000 100.000 58.334 50.000 Sumber insentif: Orang Tua 4 0 0 0 25 33 Anggaran sekolah 9 0 7 11 25 0 Dana Bantuan Operasional Sekolah 82 80 93 78 75 67 Sumber lain 4 20 0 0 25 0 Tidak tahu 4 0 0 11 0 0 dan anggota komite sebelumnya (49 persen). Selama 43). Namun keterlibatan orang tua dalam urusan bidang rapat pemilihan ini, ketua dipilih melalui pemungutan studi cenderung terbatas pada interaksi dengan guru suara atau konsensus, sedangkan pengurus lain dipilih atau kepala sekolah tentang masalah yang berkaitan melalui pemungutan suara, ditunjuk melalui konsensus, dengan anak mereka sendiri, sebagaimana tercermin atau ditunjuk oleh ketua. Lima persen komite di sekolah dalam temuan serupa oleh penelitian lain.50 di antara sampel hanya memiliki ketua tanpa anggota komite mereka yang mengunjungi sekolah anak mereka selama lainnya. Menariknya, Pradhan et al. (2014) menguji tahun akademik 2015/16, 17 persen mendiskusikan efektivitas berbagai reformasi kelembagaan komite hasil ujian anak mereka dengan kepala sekolah, 23 sekolah dan menemukan bahwa pemilihan anggota persen dengan guru kelas anak mereka, dan 10 persen komite tidak mengarah pada peningkatan dalam dengan guru lain. Lima belas, 12, dan 6 persen orang pembelajaran murid, meskipun hal itu meningkatkan tua mendiskusikan perkembangan pembelajaran anak kesadaran masyarakat. Temuan ini menunjukkan mereka secara keseluruhan dengan kepala sekolah, bahwa kesadaran masyarakat saja tidak memberikan guru kelas, atau guru lain. Sekitar 11 persen orang tua komite legitimasi dan kekuatan yang dibutuhkan untuk melaporkan telah mendiskusikan kedisiplinan dan/ meningkatkan penyediaan layanan pendidikan. atau kehadiran anak mereka di sekolah dengan kepala sekolah, 9 persen dengan guru kelas, dan 5 persen Delapan belas persen komite melaporkan bahwa dengan guru lain. di kabupaten NTT, orang tua berdiskusi pengurus dan ketua menerima gaji atas peran dengan kepala sekolah (20 hingga 33 persen), guru mereka dalam komite. di Kalimantan Barat, rata- kelas (13 persen), dan guru lain (10 hingga 13 persen) rata gaji bulanan untuk pengurus atau ketua adalah mengenai bagaimana mereka atau komite sekolah Rp100.000. di kabupaten NTT jauh lebih rendah, yaitu dapat berkontribusi pada pendidikan anak mereka. Rp50.000 hingga Rp60.000. Insentif untuk pengurus dan ketua komite berasal dari dana Bantuan Operasional Sebagian besar komite sekolah melaporkan Sekolah untuk 82 persen komite sekolah yang mengadakan setidaknya satu kali rapat tahunan memberikan gaji kepada pengurus mereka dan dari untuk membahas berbagai topik. Hampir empat anggaran sekolah untuk 9 persen komite. di kabupaten perlima komite sekolah mengadakan setidaknya satu NTT, dana untuk pengurus dan/atau insentif ketua kali rapat dengan kepala sekolah, orang tua, atau berasal dari orang tua di dua sekolah di kabupaten kepala sekolah dan orang tua sekaligus selama tahun tersebut. akademik 2015/16. Selama tahun akademik 2015/16, 35 persen dari komite melaporkan hanya bertemu dengan kepala sekolah, dan di antara komite ini, 48 Keterlibatan Orang Tua dan Komite di persen telah bertemu di bulan sebelumnya. Responden Sekolah komite melaporkan bahwa mereka membahas topik- topik seperti persiapan evaluasi murid (84 persen dari Keterlibatan Orang Tua dan Komite di komite), saran dan keluhan dari orang tua (83 persen), Sekolah anggaran sekolah dan sumber daya keuangan (77 Orang tua di sekolah studi secara aktif terlibat persen), hasil belajar murid (76 persen), kedisiplinan dalam urusan sekolah. Lebih dari empat perlima dan perilaku murid (76 persen), serta kedisiplinan dan orang tua dalam survei sampel mengunjungi sekolah anak mereka selama tahun akademik 2015/16 (Tabel 50 Chen 2011; Vernez, Karam, and Marshall 2012. 44. KETERLIBATAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN Tabel 43. Keterlibatan Orang Tua di Sekolah, 2015/16 (% Orang Tua) Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Orang tua berkunjung ke sekolah pada 2015/16 82 82 80 82 85 82 Diskusi dengan kepala sekolah, jika berkunjung ke sekolah Hasil ujian anak 17 19 13 23 12 12 Pengembangan pembelajaran anak secara keseluruhan 15 13 10 24 10 9 Disiplin/kehadiran anak di sekolah 11 9 8 15 7 10 Kinerja guru/kualitas pengajaran di sekolah 5 4 4 7 5 3 Kontribusi komite/orang tua 13 5 2 13 20 33 Lainnya 3 2 4 3 4 4 Diskusi dengan guru kelas, jika berkunjung ke sekolah Hasil ujian anak 23 31 17 27 14 14 Pengembangan pembelajaran anak secara keseluruhan 12 11 8 19 12 6 Disiplin/kehadiran anak di sekolah 9 8 6 13 7 7 Kinerja guru/kualitas pengajaran di sekolah 3 2 2 3 4 0 Kontribusi komite/orang tua 7 2 1 7 13 13 Lainnya 1 1 1 1 2 2 Diskusi dengan guru kelas, jika pergi ke sekolah Hasil ujian anak 10 13 4 13 7 9 Pengembangan pembelajaran anak secara keseluruhan 6 6 2 9 7 4 Disiplin/kehadiran anak di sekolah 5 4 2 8 5 4 Kinerja guru/kualitas pengajaran di sekolah 2 2 1 3 4 1 Kontribusi komite/orang tua 5 1 0 5 13 10 Lainnya 1 1 1 1 2 1 perilaku guru (68 persen) (Tabel 44, dalam Lampiran berdasarkan laporan dari mereka. Temuan ini A). Rapat-rapat ini dilaksanakan secara eksklusif atas berbeda dari Vernez, Karam, dan Marshall (2012), yang inisiatif kepala sekolah di 40 persen komite. menemukan keterlibatan minimal dari komite sekolah dan orang tua dalam urusan sekolah dan menganggap Hampir semua komite sekolah memberikan saran “keduanya menyatakan sikap tidak campur tangan dan umpan balik ke sekolah-sekolah, dengan dengan masalah sekolah dan rasa hormat kepada staf sebagian besar di antaranya dilaksanakan oleh sekolah.” Vernez, Karam, dan Marshall (2012) juga tidak sekolah. Dua puluh satu persen komite sekolah menemukan komite terlibat aktif dalam pengambilan mengadakan rapat internal selama tahun akademik keputusan dan kegiatan sekolah. dalam penelitian 2015/16 dan 91 persen rapat internal menghasilkan mereka, kelompok fokus menyatakan bahwa angka 44 saran atau umpan balik untuk sekolah. Saran dan umpan persen kepala sekolah yang melaporkan keterlibatan balik yang dihasilkan oleh rapat internal komite terutama komite sekolah dalam pengambilan keputusan terlalu menyangkut rehabilitasi prasarana dan furnitur (63 tinggi. dalam sampel Vernez, Karam, dan Marshall (2012) persen), pentingnya peningkatan disiplin guru dan/atau di 400 sekolah dasar negeri di seluruh Indonesia, kepala murid (46 persen), proses belajar mengajar (29 persen), sekolah hanya mempertimbangkan komite sekolah dan pentingnya peningkatan kualitas guru (17 persen). sebagai sarana perantara untuk menginformasikan Dari komite-komite yang mengajukan saran ke sekolah orang tua tentang keputusan sekolah. mereka, 81 persen melaporkan bahwa sekolah telah menerapkan beberapa saran mereka, khususnya yang Kepuasan Orang Tua menyangkut pentingnya peningkatan disiplin guru dan/ atau murid, rehabilitasi prasarana sekolah (33 persen), Sebagian besar orang tua menyatakan puas dan proses belajar mengajar (23 persen). dengan kualitas pendidikan yang tersedia desa Singkatnya, orang tua dan komite sekolah tampak mereka. Delapan belas persen mengatakan sangat terlibat dalam urusan sekolah anak-anak mereka, puas (tingkat kepuasan 7, pada skala 1-7), dan 65 45. persen puas (tingkat kepuasan 4, 5, atau 6) (Gambar 8). Dibandingkan dengan laporan yang disebutkan di Sepuluh persen orang tua menilai kualitas pendidikan di atas tentang kepuasan orang tua dengan pendidikan sekolah anak mereka (selama tahun akademik 2015/16) secara keseluruhan,51 tampaknya kepuasan orang tua di sangat baik, sementara 79 persen orang tua menilai daerah sampel lebih rendah dalam menilai hasil belajar baik. Dibandingkan dengan tahun akademik 2014/15, anak-anak mereka dalam matematika dan bahasa kualitas pendidikan pada tahun 2015/16 dianggap Indonesia—sekitar 24 persen orang tua menilai hasil lebih baik atau sama baiknya oleh 26 dan 66 persen mereka buruk, dan 5 persen menilai sangat buruk. orang tua. Menurut Chen (2011), kepuasan paradoksal orang tua terhadap kualitas pendidikan di sekolah anak Kepuasan Komite mereka, mengingat interaksi dan keterlibatan mereka Komite sekolah di wilayah studi relatif puas yang terbatas dengan sekolah, menimbulkan keraguan dengan kualitas pendidikan dan sekolah. Secara mengenai apakah peningkatan akuntabilitas sekolah khusus, komite sekolah sangat puas dengan dukungan kepada orang tua di Indonesia akan efektif, mengingat masyarakat dan orang tua terhadap sekolah dan kualitas adanya kesan kuat masyarakat dan kecenderungan dan perilaku guru (Gambar 9). Namun kepuasan mereka orang untuk tidak mengeluh atau mengungkapkan terhadap rata-rata hasil belajar murid selama tahun ketidakpuasan secara terbuka. 2015/16 lebih terbatas—44 persen merasa puas dan 45 Kepuasan orang tua terhadap guru kelas anak persen merasa tidak puas. Hampir setengah dari komite mereka juga relatif tinggi, dengan 21 persen sekolah merasa bahwa dukungan dari dinas pendidikan merasa sangat puas dan 53 persen merasa puas. kabupaten dan kecamatan tidak memuaskan, dan Namun sekitar 20 persen menjawab bahwa mereka hampir tiga perempat tidak puas dengan kondisi tidak tahu apakah mereka puas dengan guru kelas anak fisik sarana sekolah, yang merupakan cerminan dari mereka sehingga tidak dapat memberikan jawaban. ketidakpuasan kepala sekolah dan guru. Gambar 8. Kepuasan Orang Tua Terhadap Kualitas Pendidikan dan Hasil Belajar Murid Guru kelas anak Hasil belajar murid - Bahasa Indonesia Hasil belajar murid - matematika Kualitas pendidikan di sekolah anak pada 2015/2016 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk Tidak Tahu Gambar 9. Kepuasan Komite Sekolah Terhadap Kuaitas Pendidikan dan Sekolah Dukungan dinas pendidikan kabupaten/kecamatan ke sekolah Dukungan masyarakat untuk sekolah Dukungan orang tua terhadap pendidikan murid disekolah Kualitas dan perilaku guru di sekolah Rata-rata hasil belajar murid pada 2015-16 Kondisi fisik fasilitas sekolah 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk Tidak Tahu 51 Chen 2011. 46. KETIDAKHADIRAN GURU DI KELAS 05 Ketidakhadiran Guru di Kelas Definisi dan Statistik Definisi dan Pengukuran Laporan ini menyajikan tingkat ketidakhadiran guru di kelas dan di sekolah. Bagian ini melaporkan ketidakhadiran guru di kelas di kelas, yaitu jumlah kelas yang ditemukan tanpa guru. Murid yang dibiarkan tanpa guru merupakan masalah terbesar yang dihadapi sekolah-sekolah di Indonesia. Selain itu, beberapa hal lain tentang ketidakhadiran guru di kelas dilaporkan untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang ketidakhadiran guru di kelas, sejalan dengan penelitian sebelumnya tentang hal ini.52 Ketidakhadiran guru di sekolah didefinisikan sebagai jumlah guru yang tidak ada di sekolah pada hari kunjungan. Ketidakhadiran guru di kelas didefinisikan sebagai jumlah guru yang tidak ada di kelas, meskipun mereka berada di sekolah.53 Tidak Adanya Kelas atau Kelas Tanpa Kehadiran Guru Selama kunjungan mendadak ke sekolah sampel, pencacah secara langsung mengamati 1.705 kelas, yang hampir seperempatnyatanpa kehadiran guru di kelas. Tabel 45 menunjukkan bahwa 398 kelas (rata-rata 23 persen) ditemukan tanpa guru. Jumlah ini sangat bervariasi antar kabupaten, dari 14 persen kelas di Sintang hingga 32 persen di Ketapang. Namun guru yang tidak hadir secara fisik kembali ke kelas sebelum pengamatan pencacah di 327 kelas (19 persen dari semua kelas yang diamati) berakhir. Studi sebelumnya tentang ketidakhadiran guru di Kelas di Indonesia telah menemukan tingkat ketidakhadiran guru di kelas yang relatif tinggi, meskipun ada sedikit perbaikan dalam beberapa tahun terakhir.54 Sebagai contoh, Usman, Akhmadi, dan Suryadarma (2004) menemukan bahwa hampir satu dari lima (19 persen) guru di sekolah dasar negeri Indonesia tidak hadir di ruang kelas. Namun Toyamah et al. (2010) kemudian menemukan penurunan tingkat ketidakhadiran guru di kelas secara keseluruhan sebesar 14 persen. Secara khusus, ketidakhadiran guru di kelas yang lebih rendah ditemukan secara langsung berkaitan dengan pengawasan yang lebih teratur terhadap sekolah, gaji yang lebih tinggi, dan kesejahteraan guru yang meningkat secara keseluruhan. Sebagai perbandingan, laporan ini menunjukkan bahwa tingkat ketidakhadiran guru di kelas pada daerah terpencil masih tetap di angka 23 persen. dalam studi terkait lainnya, UNICEF (2012), yang berfokus pada provinsi Papua, 52 ACDP 2014. 53 Untuk memungkinkan perbandingan tingkat ketidakhadiran guru di kelas dengan hasil studi sebelumnya, semua angka ketidakhadiran guru di kelas dinyatakan sebagai proporsi dari semua guru yang dilaporkan dijadwalkan untuk mengajar selama periode pengamatan. dalam sampel studi, berdasarkan laporan kepala sekolah, 1.687 guru dilaporkan dijadwalkan untuk mengajar pada waktu pengamatan dan jumlah ini mendekati jumlah kelas yang diamati pada hari pelaksanaan survei. 54 ACDP 2014; Chaudhury et al. 2006. 47. Tabel 45. Kelas yang Diamati tanpa tanpa Kehadiran Guru Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Kelas diamati tanpa kehadiran guru # Kelas diamati 1.705 367 301 545 249 243 Kelas diamati tanpa guru (#) 398 118 81 79 65 55 Kelas diamati tanpa guru (%) 23 32 27 14 26 23 Kelas tanpa guru, guru kembali sebelum 327 87 75 67 58 40 pengamatan berakhir (#) Kelas tanpa guru, guru kembali sebelum 19 24 25 12 23 16 pengamatan berakhir (%) Kegiatan murid selama pengamatan Kegiatan murid di kelas bersama guru Sesi belajar di kelas 88 89 85 85 92 95 Kelompok diskusi 2 2 3 1 0 1 Pekerjaan individu 9 7 11 12 5 4 Ujian/tes 1 1 0 1 2 1 Tidak ada kegiatan yang terstruktur dengan 1 1 1 1 1 0 jelas Kegiatan murid di kelas tanpa guru Sesi belajar di kelas 3 3 1 1 3 11 Kelompok diskusi 6 4 6 4 6 11 Pekerjaan individu 48 51 59 47 32 45 Ujian/tes 1 1 0 0 0 2 Tidak ada kegiatan yang terstruktur dengan 41 41 30 46 58 31 jelas Semua murid tidak hadir 2 1 4 3 0 0 menemukan tingkat ketidakhadiran guru di kelas di Ketidakhadiran Guru di Sekolah sekolah sebesar 37 persen dan angka yang hampir mendekati 50 persen di kabupaten-kabupaten di dataran Pada hari survei, 2.210 guru (dan kepala sekolah) tinggi Papua. Baru-baru ini, ACDP (2014) mencatat tingkat dijadwalkan untuk bekerja, namun 421 dari ketidakhadiran guru di sekolah secara nasional 10 persen, mereka yang dijadwalkan mengajar tidak hadir di dengan tingkat ketidakhadiran di daerah-daerah terpencil sekolah (Tabel 46). Temuan ini mirip dengan temuan hampir mendekati 20 persen dan tingkat ketidakhadiran ACDP (2014) tentang sekitar 20 persen ketidakhadiran guru di kelas sekitar 13 persen. guru di sekolah di daerah terpencil. Rata-rata guru yang absen tidak hadir selama rata-rata delapan hari sejak di 85 hingga 90 persen kelas dengan kehadiran kehadiran terakhir mereka, mulai dari tiga hari di Sintang guru, murid-murid terlibat dalam kegiatan hingga 11 hari di Landak. Kurang dari setengah guru yang pembelajaran. di kelas-kelas ini, antara 4 persen ditemukan absen sudah tidak hadir lebih dari dua hari. (Manggarai Timur) dan 12 persen (Landak) murid bekerja secara individu (Tabel 45). di kelas tanpa guru, di antara para guru yang absen dari sekolah ketika murid ditemukan terlibat dalam pekerjaan individu di mereka dijadwalkan hadir, mereka dilaporkan 48 persen kelas dan murid tidak terlibat dalam kegiatan sedang mengerjakan tugas, sakit atau cuti, atau yang terstruktur dengan jelas di 41 persen kelas. Pada memiliki alasan yang tidak diketahui. Sekitar 30 sekitar 2 persen dari kelas tanpa guru, semua murid persen dilaporkan mengerjakan tugas terkait sekolah telah meninggalkan sekolah sebelum pencacah tiba (Tabel 46). di kabupaten Kalimantan Barat, sekitar (mulai dari tidak ada sama sekali di kabupaten NTT seperempat guru yang absen tidak hadir karena alasan hingga 4 persen dari kelas yang ditemukan tanpa guru di ini. Jumlah ini lebih tinggi (40 persen) di kabupaten NTT. Landak). Pada akhir kunjungan pencacah, 4 persen dari Alasan paling signifikan kedua tentang ketidakhadiran semua kelas yang diamati (71 kelas) masih juga tidak guru dari sekolah adalah sakit (14 persen) dan alasan lain diawasi oleh guru mana pun. (14 persen). Rata-rata 7 persen guru absen tanpa alasan yang diketahui, dengan angka tertinggi di Landak, yakni 48. KETIDAKHADIRAN GURU DI KELAS Tabel 46. Ketidakhadiran Guru di Sekolah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur # guru Total # guru yang terdaftar di sekolah (termasuk 2.293 508 370 700 385 330 kepala sekolah) # guru yang dijadwalkan hadir di sekolah 2.210 466 365 677 376 326 # guru yang dijadwalkan mengajar 1.687 364 289 537 251 246 Ketidakhadiran guru di sekolah # Guru tidak hadir di sekolah 421 91 105 82 77 66 Ketidakhadiran guru dari sekolah (% guru dijadwalkan 25 25 36 15 31 27 mengajar) Durasi ketidakhadiran guru sejak kehadiran terakhir Rerata # hari ketidakhadiran guru dari sekolah 8 8 11 3 10 8 Median # hari absen dari sekolah sejak kehadiran 2 2 1 1 2 2 terakhir Ketidakhadiran guru di kelas dibenarkan secara 75 79 84 85 64 58 tertulis kepada kepala sekolah (% guru yang absen) Alasan ketidakhadiran guru di sekolah (% ketidakhadiran guru) Mengerjakan tugas terkait sekolah 30 23 26 24 42 36 Sakit 14 9 12 12 18 18 Merawat anggota keluarga yang sakit 10 15 10 12 7 5 Mengerjakan tugas yang tidak berhubungan dengan 9 14 8 5 4 12 sekolah Pergi ke perguruan tinggi/pendidikan lanjutan 5 5 3 11 1 2 Kedatangan terlambat 5 3 3 6 12 5 Jam mengajar yang dijadwalkan belum dimulai 3 2 5 7 0 2 Cuti awal 1 1 0 0 4 0 Jam mengajar yang dijadwalkan sudah selesai 0 1 0 0 0 0 Sedang cuti 3 4 3 1 1 5 Lainnya 14 18 17 12 9 12 Tidak tahu 7 3 14 9 1 5 Tempat tinggal guru yang tidak hadir di sekolah Desa yang sama dengan lokasi sekolah 25 23 23 21 27 32 Desa berbeda di dalam kecamatan 14 16 18 13 14 8 Kecamatan tempat ibukota kabupaten berada 16 16 20 22 16 3 Kecamatan berbeda di dalam kabupaten 27 26 16 26 32 38 Kabupaten berbeda di dalam provinsi 8 3 8 9 8 14 Provinsi lain 2 7 1 1 1 0 Negara lain 1 2 0 0 0 2 Tidak tahu 7 5 14 9 1 5 14 persen. Kepala sekolah telah menerima penjelasan Suryadarma 2004). dalam ACDP (2014), alasan utama tertulis atas tiga perempat dari kasus ketidakhadiran yang diberikan untuk ketidakhadiran adalah tugas resmi guru di kelas. Sebagai perbandingan, pada tahun 2003, di luar sekolah (26 persen). Secara signifikan, hasilnya penelitian lain menemukan bahwa 45 persen guru yang menunjukkan bahwa sebagian besar guru yang absen absen tidak memiliki alasan yang diketahui; 36 persen adalah penduduk kecamatan yang lain dari kecamatan sakit atau cuti resmi; dan 19 persen sisanya melakukan tempat sekolah atau ibukota kabupaten berada (27 tugas resmi di luar sekolah, seperti menghadiri rapat persen), atau penduduk desa yang sama dengan lokasi atau mengikuti pelatihan (Usman, Akhmadi, dan sekolah (25 persen). 49. Ketidakhadiran Guru pada Kegiatan Faktor Penentu Ketidakhadiran Guru Belajar Mengajar di Kelas di Kelas Di antara 25 persen guru yang tidak hadir di ruang Pada bagian ini, menjelaskan informasi tambahan kelas, 5 persen digantikan oleh guru lain yang tidak tentang karakteristik guru dan sekolah yang dijadwalkan untuk mengajar kelas yang diamati. terkait dengan ketidakhadiran guru di kelas. Ada Berfokus pada guru yang dijadwalkan untuk mengajar, hasil dari regresi OLS sederhana pada sebuah dummy kami menemukan rata-rata tingkat ketidakhadiran guru (sama dengan 1 untuk guru yang absen mengajar) (pada kegiatan belajar mengajar) 25 persen, mulai dari pada sekumpulan karakteristik guru dan sekolah yang 16 persen di Sintang hingga 34 persen di Manggarai diperoleh dari analisis deskriptif yang disajikan pada Barat. Hanya 8 persen guru ditemukan di sekolah tetapi bagian sebelumnya. tidak ditemukan mengajar—mulai dari 2 persen di Manggarai Timur hingga 16 persen di Manggarai Barat. Sebagai variabel penjelas, analisis menggunakan Menurut laporan kepala sekolah, 1.687 guru dijadwalkan beberapa karakteristik guru dan kepala sekolah. untuk mengajar pada hari pengamatan. Para guru yang Ini termasuk variabel dummy untuk kepala sekolah, ditemukan mengajar di luar jadwal mereka kemungkinan guru/kepala sekolah perempuan, guru PNS, guru besar adalah guru pengganti. Untuk mengidentifikasi bersertifikasi, yang memiliki setidaknya gelar sarjana, jumlah kelas yang dibiarkan tanpa guru (pengganti), kami bukti penerimaan tunjangan daerah terpencil, bukti membandingkan jumlah guru yang dijadwalkan untuk penerimaan tunjangan tambahan penghasilan untuk mengajar dan ditemukan mengajar dengan jumlah guru guru yang tidak bersertifikasi, memiliki pekerjaan yang ditemukan mengajar terlepas apakah itu jadwal ekstra, kepuasan tinggi (> 4) terhadap gaji/honorarium mereka. di antara mereka yang dijadwalkan untuk mereka, dan telah dievaluasi oleh kepala sekolah pada mengajar, 75 persen ada di kelas. Namun seperti yang tahun 2015/16. Dua variabel terakhir hanya digunakan terlihat pada Tabel 47, ada 1.354 guru yang ditemukan dalam regresi OLS yang dijalankan menggunakan guru mengajar di kelas pada hari survei, dan 80 persen sebagai subsampel, karena informasi ini hanya relevan dari mereka dijadwalkan untuk mengajar. Temuan ini untuk guru. Analisis ini juga menggunakan jumlah tahun menyiratkan bahwa di antara guru yang dijadwalkan senioritas di sekolah tempat mereka bekerja saat ini untuk mengajar tetapi tidak hadir di kelas (25 persen), 5 sebagai karakteristik guru. persen dari mereka digantikan oleh guru lain, sementara Variabel tambahan termasuk karakteristik 20 persennya lagi dibiarkan tanpa ada guru. sekolah. Analisis ini mencakup variabel dummy untuk Sebagian besar guru yang tidak hadir di kelas sekolah dengan toilet untuk guru, sekolah dengan juga tidak hadir di sekolah. Dua pertiga dari guru listrik, dan sekolah yang melaporkan telah dikunjungi yang ditemukan absen mengajar dilaporkan sedang oleh pengawas sekolah selama tahun 2015/16. Variabel mengerjakan kegiatan administrasi terkait sekolah; kontinu tambahan termasuk jarak sekolah ke kantor sisanya sedang istirahat atau terlibat dalam kegiatan pendidikan kabupaten dan jumlah guru PNS, guru dengan yang tidak berkaitan dengan sekolah. gelar sarjana, guru yang telah bekerja di sekolah saat ini selama lebih dari lima tahun, guru bersertifikasi, guru Dapat disimpulkan bahwa, ketidakhadiran guru yang menerima tunjangan daerah terpencil, dan guru di kelas cenderung tinggi di wilayah studi. Para dengan kepuasan tinggi (> 4) dengan gaji/ honorarium pencacah menemukan sekitar satu dari empat kelas mereka. Kami menjalankan regresi tambahan pada tanpa guru. Seperempat dari guru yang dijadwalkan sekolah dengan komite aktif sebagai subsampel, untuk mengajar selama pengamatan tidak hadir di termasuk dummy untuk sekolah dengan ketua komite sekolah, dan sepertiga dari guru tersebut dilaporkan yang dipilih melalui pemungutan suara dalam rapat tidak hadir karena tugas terkait sekolah. Sekitar 25 yang dihadiri oleh orang tua, dan dummy untuk komite persen guru absen dari kegiatan belajar mengajar dan yang dilaporkan mengadakan rapat terpisah dengan 20 persen dari kelas yang dijadwalkan ditemukan tanpa kepala sekolah dan orang tua selama tahun 2015/16. guru. Data ini kontras dengan informasi laporan diri guru Semua regresi termasuk efek tetap kabupaten untuk dan kepala sekolah tentang kegiatan belajar mengajar, mengendalikan perbedaan-perbedaan dalam kebijakan yang menunjukkan bahwa guru menghabiskan banyak pendidikan daerah. waktu untuk mengajar dan kegiatan lainnya. 50. KETIDAKHADIRAN GURU DI KELAS Tabel 47. Ketidakhadiran Guru di Kelas pada Kegiatan Belajar Mengajar Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Guru ditemukan mengajar di kelas # guru ditemukan mengajar di kelas 1.354 260 219 472 198 205 Guru ditemukan mengajar di kelas (% guru dijadwalkan 80 71 76 88 79 83 mengajar) Absen dari mengajar - guru dijadwalkan untuk mengajar # Guru dijadwalkan mengajar 1.687 364 289 537 251 246 # Guru ditemukan mengajar di kelas dan memang 1.258 247 200 453 166 192 dijadwalkan untuk mengajar Guru ditemukan mengajar di kelas (% guru dijadwalkan 75 68 69 84 66 78 mengajar) # Guru absen mengajar padahal dijadwalkan untuk 429 117 89 84 85 54 mengajar Guru absen mengajar (% guru dijadwalkan mengajar) 25 32 31 16 34 22 # Guru absen dari sekolah padahal dijadwalkan untuk 288 66 76 53 45 48 mengajar Guru tidak hadir di sekolah (% guru dijadwalkan 17 18 26 10 18 20 mengajar) # Guru ditemukan di sekolah tetapi tidak hadir di kelas 141 51 13 31 40 6 saat dijadwalkan untuk mengajar Guru ditemukan di sekolah tetapi tidak hadir di kelas (% 8 14 4 6 16 2 guru dijadwalkan mengajar) Kegiatan guru yang absen dari mengajar (% guru absen dari mengajar) Kegiatan administrasi terkait sekolah 66 62 67 69 66 72 Istirahat/kegiatan yang tidak terkait sekolah 34 38 33 31 34 28 Bagian ini menjelaskan tentang kepala sekolah, Ketua komite sekolah yang dipilih secara guru PNS, guru laki-laki, dan mereka yang telah demokratis berkorelasi dengan tingkat kehadiran bekerja di sekolah setidaknya selama lima guru yang lebih tinggi di kelas. Pemilihan ketua tahun, dikaitkan dengan ketidakhadiran dalam komite sekolah melalui pemungutan suara peserta kegiatan belajar mengajar. Hasil regresi OLS rapat pemilihan,55 dibandingkan dengan penunjukan disajikan pada Tabel 48. Hasil regresi hanyalah korelasi oleh kepala sekolah atau dipilih melalui konsensus, dan tidak dapat diartikan sebagai efek kausal. Sebagai sangat berkorelasi secara negatif dengan ketidakhadiran contoh, ini luar biasa dan sejalan dengan temuan guru pada kegiatan belajar mengajar, terlepas apakah UNICEF (2012), temuan survei menunjukkan bahwa dijadwalkan untuk mengajar. Studi lain di Indonesia menjadi kepala sekolah secara positif dan signifikan menunjukkan bahwa komite sekolah yang dipilih secara diasosiasikan dengan tidak adanya tugas mengajar, demokratis meningkatkan kesadaran masyarakat dan hal ini mengendalikan semua karakteristik lainnya. (Pradhan et al. 2014). Masuk akal bahwa peningkatan yang menarik, guru perempuan dan guru yang secara kesadaran ini memengaruhi perilaku guru, tetapi survei teratur dievaluasi oleh kepala sekolah sangat jauh lebih ini tidak mengumpulkan data tambahan. kecil kemungkinannya untuk absen dari tugas mengajar. Temuan ini kuat dalam berbagai spesifikasi. Karakteristik individu lainnya tidak secara signifikan berkaitan dengan ketidakhadiran dalam kegiatan belajar mengajar. Pengecualian terjadi pada guru yang telah dievaluasi oleh kepala sekolah lebih kecil kemungkinannya untuk absen, seperti yang terlihat pada kolom (3) dan (4), yang menyajikan hasil (dalam subsampel guru) dari regresi ketidakhadiran guru pada kegiatan belajar mengajar, Peserta pada rapat pemilihan dapat mencakup kepala sekolah, guru, 55 orang tua, pejabat desa, anggota masyarakat, dan anggota komite sekolah terlepas apakah dijadwalkan untuk mengajar. periode sebelumnya. 51. Tabel 48. Regresi OLS Ketidakhadiran Guru di Kelas Terkait Karakteristik Guru dan Sekolah Pilihan (1) (2) (3) (4) Kepala sekolah 0.272*** 0.276*** - - (0.055) (0.054) Perempuan -0.052** -0.051** -0.050** -0.049** (0.023) (0.023) (0.024) (0.024) PNS 0.042 0.040 0.034 0.033 (0.027) (0.026) (0.029) (0.029) Bersertifikasi -0.001 0.001 -0.000 0.001 (0.039) (0.039) (0.041) (0.041) Sarjana atau lebih tinggi -0.019 -0.016 -0.031 -0.027 (0.024) (0.024) (0.025) (0.025) # tahun di sekolah tempat mereka bekerja saat ini -0.000 -0.000 -0.000 -0.000 (0.002) (0.002) (0.002) (0.002) Menerima tunjangan khusus -0.044 -0.044 -0.029 -0.029 (0.041) (0.041) (0.043) (0.044) Menerima Tamsil -0.022 -0.019 -0.011 -0.009 (0.025) (0.025) (0.025) (0.026) Pekerjaan ekstra -0.021 -0.022 -0.016 -0.018 (0.023) (0.023) (0.024) (0.024) Lahir di kabupaten yang sama dengan lokasi sekolah -0.026 -0.020 -0.030 -0.023 (0.043) (0.043) (0.046) (0.046) Kepuasan gaji tinggi - - -0.002 -0.002 (0.025) (0.025) Telah dievaluasi oleh kepala sekolah - - -0.056** -0.051* (0.028) (0.029) Jarak ke kantor pendidikan kabupaten -0.000 -0.000 -0.000 -0.000 (0.000) (0.000) (0.000) (0.000) Toilet tersedia untuk guru 0.001 0.007 0.006 0.010 (0.027) (0.027) (0.027) (0.027) Listrik tersedia di sekolah -0.023 -0.018 -0.028 -0.024 (0.027) (0.027) (0.027) (0.027) Jumlah guru PNS -0.183* -0.167 -0.189* -0.187* (0.099) (0.102) (0.106) (0.110) Jumlah guru dengan minimum gelar sarjana 0.081 0.075 0.072 0.068 (0.073) (0.073) (0.073) (0.073) Jumlah guru dengan minimal 5 tahun di sekolah 0.147 0.133 0.183* 0.172* (0.097) (0.094) (0.098) (0.097) Jumlah guru bersertifikat 0.073 0.065 0.097 0.093 (0.103) (0.102) (0.105) (0.105) Jumlah guru yang menerima tunjangan khusus -0.037 -0.033 -0.060 -0.057 (0.053) (0.053) (0.057) (0.057) Jumlah guru yang sangat puas dengan gaji mereka 0.013 0.010 0.018 0.018 (0.072) (0.070) (0.080) (0.079) Pengawas mengunjungi sekolah -0.073 -0.057 -0.052 -0.040 (0.046) (0.045) (0.047) (0.047) 52. KETIDAKHADIRAN GURU DI KELAS (1) (2) (3) (4) Ketua komite dipilih melalui pemungutan suara - -0.069** - -0.053* (0.027) (0.028) Komite mengadakan rapat dengan orang tua dan kepala - 0.024 - 0.022 sekolah (0.029) (0.031) Konstan 0.360*** 0.355*** 0.361*** 0.353*** (0.101) (0.099) (0.105) (0.103) Pengamatan 1,578 1,569 1,440 1,432 R-kuadrat 0.087 0.093 0.054 0.056 Catatan: Kesalahan standar diberi tanda kurung. Semua regresi mencakup dummy kabupaten. Semua responden dari instrumen TAS dipertimbangkan dalam kolom (1) dan (2), sedangkan hanya guru yang dipertimbangkan dalam kolom (3) dan (4). Hanya sekolah dengan komite aktif yang dipertimbangkan dalam kolom (2) dan (4); semua sekolah dipertimbangkan dalam kolom lainnya. PNS = pegawai negeri sipil; TAS = Survei Ketidakhadiran Guru di kelas. *** p < 0.01, ** p < 0.05, * p < 0.1. 53. 54. KETIDAKHADIRAN DAN HASIL BELAJAR MURID 06 Ketidakhadiran dan Hasil Belajar Murid Ketidakhadiran Murid di Kelas Terdapat perbedaan antara angka resmi ketidakhadiran murid dan hasil pengamatan pencacah. Hanya 8 persen murid yang absen ketika pencacah berkunjung, menurut buku kehadiran sekolah (Tabel 49, dalam Lampiran A). Namun tingkat ketidakhadiran murid di kelas selama pengamatan lebih tinggi, rata-rata 14 persen. Perbedaan ini sangat signifikan di Ketapang, dengan 9 persen murid tercatat absen secara resmi, namun 24 persen dari murid ditemukan tidak hadir di kelas. Demikian juga tingkat kehadiran murid berbeda dari angka resmi dan informasi orang tua, yang menunjukkan bahwa ketidakhadiran murid adalah masalah besar yang dapat memengaruhi kinerja guru dan pembelajaran murid. Tingkat ketidakhadiran murid menurun seiring kenaikan ke kelas yang lebih tinggi. di kabupaten NTT, khususnya di Manggarai Timur, ada sedikit perbedaan antara angka resmi ketidakhadiran murid dan hasil pengamatan daripada di kabupaten Kalimantan Barat (Tabel 49, dalam Lampiran A). di sekitar sepertiga dari semua kelas yang diamati, semua murid hadir pada hari kunjungan pencacah. di kelas satu, kehadiran murid penuh berkisar dari 15 persen dari kelas yang diamati di Manggarai Barat hingga 34 persen di Manggarai Timur. Angka ini agak rendah dan sekali lagi kontras dengan catatan resmi kehadiran murid dan laporan orang tua bahwa anak- anak mereka bersekolah pada hampir semua hari yang dijadwalkan. Jumlah murid laki-laki lebih banyak dari murid perempuan yang terdaftar di semua kelas, dan murid laki-laki memiliki tingkat ketidakhadiran sedikit lebih tinggi daripada murid perempuan. Rata-rata tingkat ketidakhadiran murid laki-laki dan perempuan secara keseluruhan adalah 9 dan 7 persen (Tabel 57, dalam Lampiran A). Tingkat ketidakhadiran murid sedikit menurun seiring kenaikan murid ke kelas yang lebih tinggi, dari 11 persen di kelas satu menjadi 5 persen di kelas enam untuk murid perempuan, dan untuk murid laki-laki, dari 12 persen hingga 7 persen. Tingkat Hasil Belajar Murid Hasil tes menunjukkan apakah murid telah menguasai kompetensi tingkat kelas yang seharusnya mereka capai ketika mereka naik ke tingkat kelas saat ini. Pertama, hasil tes murid dinyatakan sebagai persentase dari jawaban yang benar, mulai dari nol hingga 100, seperti yang terlihat pada Tabel 50. Tes adalah pilihan ganda, dengan tiga atau empat pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan. Oleh karena itu, seorang murid yang menjawab setiap pertanyaan secara acak memiliki nilai yang diharapkan 25 hingga 33 persen. 55. Tabel 50. Nilai Ujian Murid: Statistik Deskriptif Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Kelas Mata Semua Pelajaran Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Manggarai Barat Timur Bahasa Indonesia Rerata 32,72 38,81 26,23 36,14 26,98 30,3 SD 22,65 22,62 20,16 25,4 18,64 18,87 1 Median 30,43 34,78 26,09 34,78 26,09 26,09 Min 0 0 0 0 0 0 Maks 100 100 95,65 100 95,65 95,65 Rerata 44 49,24 36,01 44,88 42,01 45,86 SD 22,59 23,18 21,28 25,45 18,85 18,11 2 Median 43,48 47,83 34,78 43,48 39,13 43,48 Min 0 0 0 0 0 0 Maks 100 100 100 100 100 95,65 Rerata 28,26 34,16 25,33 31,58 19,87 25,92 SD 15,84 14,17 13,89 15,31 15,61 15,91 3 Median 26,09 34,78 26,09 30,43 17,39 26,09 Min 0 0 0 0 0 0 Maks 78,26 69,57 69,57 78,26 65,22 69,57 Rerata 35,32 39,96 32,91 39,02 27,99 33,38 SD 14,73 12,67 12,86 13,6 15,66 15,7 4 Median 34,78 39,13 34,78 39,13 30,43 34,78 Min 0 4,35 0 4,35 0 0 Maks 78,26 78,26 78,26 73,91 69,57 78,26 Rerata 35,3 38,05 32,19 38,86 28,8 34,51 SD 14,24 13,19 12,53 14,05 13,59 14,86 5 Median 34,78 39,13 30,43 39,13 26,09 34,78 Min 0 4,35 4,35 0 0 0 Maks 78,26 73,91 73,91 78,26 73,91 73,91 Matematika Rerata 33,5 44,2 26,61 39,07 22,52 26,5 SD 24,33 22,81 22,53 25,85 18,68 20,55 1 Median 33,33 46,67 23,33 40 16,67 23,33 Min 0 0 0 0 0 0 Maks 100 100 100 100 100 96,67 Rerata 43,31 51,65 35,62 45,93 35,95 43,03 SD 23,42 21,92 19,59 25,13 22,02 22,23 2 Median 36,67 50 33,33 43,33 30 36,67 Min 0 0 0 0 0 0 Maks 100 100 100 100 100 100 Rerata 30,38 36,55 27,1 33,21 22,66 28,37 SD 16,83 14,07 15,26 16,03 18,16 17,23 3 Median 30 36,67 26,67 33,33 20 26,67 Min 0 0 0 0 0 0 Maks 73,33 70 66,67 73,33 73,33 70 Rerata 29,72 32,62 28,23 31,53 25,76 28,82 SD 10,79 10,27 9,21 9,6 12,41 11,55 4 Median 30 33,33 26,67 30 26,67 30 Min 0 0 0 0 0 0 Maks 70 66,67 56,67 70 60 63,33 56. KETIDAKHADIRAN DAN HASIL BELAJAR MURID Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Kelas Mata Semua Pelajaran Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Manggarai Barat Timur Matematika Rerata 30,7 32,7 30,36 32,67 27,1 28,34 SD 10,63 10,36 9,31 10,38 10,62 11,17 5 Median 30 33,33 30 33,33 26,67 30 Min 0 0 0 3,33 0 0 Maks 66,67 63,33 63,33 63,33 66,67 63,33 Tabel 51. Nilai Ujian Murid dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika - Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Bahasa Indonesia Secara keseluruhan 33.490 44.830 28.620 34.450 32.580 Orang tua tidak mengenyam pendidikan 28.910 41.180 27.540 31.940 32.650 Orang tua mengenyam pendidikan dasar 31.25 42.960 27.510 33.300 31.410 Orang tua mengenyam pendidikan menengah pertama 37.5 47.880 30.780 36.960 35.350 Orang tua mengenyam pendidikan menengah atas 36.720 49.300 30.630 37.930 35.050 Orang tua mengenyam pendidikan universitas 50.380 56.370 36.410 42.430 39.350 Matematika Secara keseluruhan 34.410 44.230 30.820 29.550 32.030 Orang tua tidak mengenyam pendidikan 33.150 41.740 29.960 28 32.020 Orang tua mengenyam pendidikan dasar 32 42.520 29.940 29.100 31.430 Orang tua mengenyam pendidikan menengah pertama 39.120 47.700 33.120 30.600 32.990 Orang tua mengenyam pendidikan menengah atas 37.540 48.270 32.330 30.700 33.780 Orang tua mengenyam pendidikan universitas 46.780 50.480 35.020 34.530 35.940 Secara keseluruhan, murid memiliki nilai sedikit Landak, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur. Nilai lebih tinggi dalam pelajaran bahasa Indonesia di kelas dua berkisar dari 36 di Landak hingga 49 di daripada matematika, dan rata-rata nilai murid Ketapang. di kelas tiga, nilai bahasa Indonesia cukup perempuan lebih tinggi daripada murid laki-laki. rendah, serendah tolok ukur 25 persen untuk tebakan Perbedaan ini konsisten dengan nilai PISA (OECD 2016). acak, bervariasi dari 20 di Manggarai Barat hingga Secara keseluruhan, ada korelasi positif antara tingkat 34 di Ketapang. Dari kelas tiga dan seterusnya, nilai pendidikan orang tua dan nilai murid (Tabel 51). Tabel maksimum yang diperoleh juga jauh di bawah 100. di 56 (dalam Lampiran A) menunjukkan nilai tes murid kelas empat dan lima, nilai berkisar dari sekitar 28 di berdasarkan kelas dan jenis kelamin. Murid perempuan Manggarai Barat hingga hampir 40 di Ketapang, dengan memiliki nilai rata-rata lebih tinggi daripada murid laki- standar deviasi yang lebih rendah, menunjukkan lebih laki dalam bahasa Indonesia dan matematika dan di banyak homogenitas kemampuan murid dalam bahasa semua kelas, konsisten dengan temuan dari TIMSS56 dan Indonesia di kelas-kelas ini dibandingkan dengan murid Progress in International Reading Literacy Study.57 di kelas satu dan dua. Nilai matematika menampilkan pola kinerja relatif yang serupa dengan nilai bahasa Nilai rata-rata pelajaran bahasa Indonesia dan Indonesia. Murid di Ketapang memiliki nilai tertinggi di matematika rendah, dengan beberapa pola semua kelas, sedangkan murid di Manggarai Barat dan regional. di kelas satu, murid memperoleh nilai rata- Landak memiliki nilai terendah. Nilai matematika di kelas rata 32,7 untuk bahasa Indonesia, bervariasi dari tiga hingga lima adalah nilai terendah dari semua nilai, 26,2 di Landak hingga 38,8 di Ketapang. Nilai tes di hanya sedikit lebih tinggi dari nilai perkiraan tolok ukur kelas satu bervariasi dari nol hingga 100, kecuali di acak 25 persen. Ada juga standar deviasi yang lebih 56 Mullis et al. 2016. rendah dalam nilai matematika di kelas empat dan lima. 57 Mullis et al. 2012. 57. Kedua, hasil belajar murid juga diklasifikasikan Sebagian besar murid di kelas satu tidak dapat berdasarkan kompetensi tingkat kelas yang mengenali huruf, dan sebagian besar murid di kelas mengacu kepada standar kurikulum 2006, dua tidak memiliki pemahaman bacaan dasar. di untuk menyajikan hasil belajar dengan cara Indonesia, sebagian besar murid di kelas satu (antara 36 yang sederhana dan bermakna bagi pemangku persen di Ketapang dan 57 persen di Manggarai Barat) kepentingan pendidikan masyarakat dan daerah.58 tidak dapat mengenali huruf. Antara 43 persen murid Klasifikasi dibagi berdasarkan nilai tes murid, yang di Manggarai Barat dan 62 persen di Ketapang memiliki ditentukan oleh jumlah pertanyaan yang dijawab dengan pemahaman dasar tentang huruf tetapi tidak memiliki benar pada tes (Tabel 52 dan 53). Klasifikasi ini diterapkan kompetensi membaca dasar. Hanya 3 persen murid kelas pada hasil tes bahasa Indonesia dan matematika. Ada satu di Sintang yang mencapai tingkat satu di Indonesia. empat klasifikasi kompetensi: apakah seorang anak (1) di kelas dua, antara 2 persen murid di Manggarai Timur tidak dapat mengenali huruf/angka; (2) mampu mengenali dan 8 persen di Sintang dan Landak tidak memiliki huruf/angka tetapi tidak memiliki kompetensi dasar; (3) pemahaman tentang huruf. Rata-rata 80 persen murid memiliki kompetensi di bawah tingkat kelas mereka saat di kelas dua hanya memiliki pemahaman dasar tentang ini; atau (4) memiliki kompetensi pada atau di atas tingkat huruf dan tidak memiliki kompetensi membaca. Sekitar kelas mereka saat ini. Klasifikasi ini diharapkan dapat 11 persen murid di kelas dua telah mencapai tingkat satu berkontribusi untuk menggugah kesadaran pemangku di Indonesia, mulai dari 5 persen murid di Manggarai kepentingan tentang prestasi belajar anak-anak mereka Barat dan Landak hingga 17 persen di Ketapang. serta memberikan informasi tentang kualitas umum Sebagian besar murid di kelas tiga hingga lima pengajaran dan pembelajaran di sekolah mereka. mencapai tingkat kompetensi membaca dan Informasi ini diharapkan menimbulkan tindakan nyata menulis dua tingkat di bawah tingkat kelas menuju peningkatan hasil belajar murid. Penjelasan mereka saat ini. di kelas tiga, semua murid mencapai lebih lanjut tentang klasifikasi kompetensi murid ada di pemahaman dasar tentang huruf, namun sebagian Lampiran B. besar murid kelas tiga (antara 57 persen di Ketapang Hasil belajar sangat kontras dengan proporsi dan 74 persen di Landak) hanya mencapai tingkat satu orang tua yang melaporkan puas atau sangat dalam bahasa Indonesia. di Manggarai Barat, 20 persen puas dengan hasil belajar anak mereka. Tabel murid kelas tiga hanya mencapai pemahaman dasar 52 dan 53 (dalam Lampiran A) menunjukkan proporsi tentang huruf dan tidak memiliki kemampuan membaca. murid yang telah mencapai masing-masing dari empat di Ketapang, Manggarai Timur, dan Sintang, antara klasifikasi kompetensi murid dalam bahasa Indonesia seperlima dan dua perlima murid mencapai tingkat dan matematika. Mengonfirmasi temuan dalam Tabel dua. Tidak ada murid di kelas tiga di sekolah sampel 50, tabel ini menunjukkan bahwa hasil belajar murid yang mencapai tingkat tiga dalam bahasa Indonesia. rendah. di Indonesia, hampir tidak ada murid yang Sebagian besar murid di kelas empat (antara 81 persen mencapai tingkat kompetensi sesuai dengan kelas yang di Manggarai Barat dan 93 persen di Landak) mencapai mereka ikuti saat ini, yang mungkin sebagian berkaitan tingkat dua, atau dua tingkat kompetensi tingkat dengan waktu pelaksanaan survei. Untuk matematika, kelas mereka saat ini. Hampir seperlima murid kelas antara 6 dan 13 persen murid di kelas satu hingga empat di Manggarai Barat tidak memiliki kemampuan tiga mencapai tingkat kelas yang mereka ikuti saat ini. dasar membaca dalam bahasa Indonesia. di daerah Namun demikian, semua nilai untuk bahasa Indonesia sampel, rata-rata 4 persen murid di kelas lima (hingga dan matematika, di mana mayoritas murid tertinggal 9 persen murid di Manggarai Barat) tetap dikecualikan dua tingkat kompetensi di bawah kelas mereka berada dari pembelajaran lebih lanjut karena hanya memiliki saat ini, menyiratkan bahwa murid-murid tersebut pemahaman dasar tentang huruf. Antara 75 persen belum menguasai kompetensi tingkat kelas yang telah murid di kelas lima di Sintang dan 87 persen di Landak mereka ikuti sebelumnya. hanya mencapai tingkat tiga dalam bahasa Indonesia, sedangkan rata-rata 17 persen murid di kelima kabupaten mencapai tingkat empat. 58 Kerangka kerja klasifikasi untuk menginterpretasikan dan melaporkan hasil tes ini diadopsi dari model yang diterapkan oleh beberapa citizen- Hasil tes pelajaran matematika mirip dengan led assessment, seperti Annual Status of Education Report and Uwezo (Plaut dan Jamierson Eberhardt 2015). Gerakan citizen-led assessment, hasil tes bahasa Indonesia: secara keseluruhan, yang diprakarsai oleh Pratham, merupakan upaya organisasi masyarakat sebagian besar murid di setiap kelas rata-rata sipil untuk mengumpulkan bukti tentang pembelajaran, khususnya literasi dan numerasi dasar, dan menggunakannya untuk dua tujuan utama: tertinggal dua tingkat kelas dalam kemampuan untuk meningkatkan kesadaran akan hasil pembelajaran yang rendah dan merangsang tindakan yang ditujukan untuk mengatasi kesenjangan mereka. Namun di kelas satu, ada lebih banyak murid pembelajaran (Plaut dan Jamierson Eberhardt 2015). yang mencapai kompetensi matematika tingkat satu 58. KETIDAKHADIRAN DAN HASIL BELAJAR MURID dibandingkan dengan bahasa Indonesia, termasuk termasuk karakteristik sekolah. Tabel 54 menyajikan hingga 20 persen murid kelas satu di Ketapang dan hasil regresi OLS untuk nilai bahasa Indonesia (kolom Sintang. Proporsi murid yang mencapai kompetensi (1) hingga (3)) dan matematika (kolom (4) hingga (6)) tingkat kelas mereka menurun dengan cepat setelah untuk sampel murid yang orang tuanya juga disurvei kelas satu dan mencapai nol pada kelas tiga. Ada menggunakan instrumen orang tua dan murid yang persentase murid yang hampir tidak mempelajari sekolahnya memiliki komite aktif. Sekali lagi, hasil regresi apa pun di semua kelas, dengan jumlah bervariasi di hanyalah korelasi dan tidak dapat diartikan sebagai masing-masing kelas. Jumlah terbesar murid yang hanya efek kausal. Kolom (1) dan (4) menyajikan regresi pada menunjukkan kompetensi dasar matematika ada di karakteristik murid untuk masing-masing nilai tes bahasa kelas lima. Tingkat kompetensi tertinggi yang dicapai Indonesia dan matematika. Ada korelasi umum untuk murid kelas lima dalam matematika adalah tingkat tiga. bahasa Indonesia dan matematika dan korelasi yang secara signifikan terkait dengan hanya satu atau yang lain. Faktor Penentu Hasil Belajar Murid Partisipasi orang tua dalam pendidikan anak usia dini Subbagian ini menyajikan hasil regresi OLS dari nilai berkorelasi positif kuat dengan hasil belajar anak mereka tes murid berdasarkan seperangkat karakteristik dalam bahasa Indonesia dan matematika, seperti tingkat murid, orang tua, dan sekolah. Karakteristik murid pendidikan ibu di atas sekolah menengah pertama dan termasuk jenis kelamin, partisipasi pendidikan anak usia kepuasan orang tua terhadap hasil belajar anak mereka dalam dini, apakah mereka tinggal bersama orang tua mereka, bahasa Indonesia atau matematika. Tingkat pendidikan ayah dan apakah mereka melaporkan bahwa mereka dibantu berkorelasi kuat dengan nilai bahasa Indonesia, sementara oleh orang tua ketika belajar di rumah. Karakteristik hanya pendidikan ayah di atas tingkat menengah atas saja orang tua meliputi tingkat pendidikan ibu dan ayah di yang secara statistik sangat berhubungan dengan nilai seluruh sampel. dalam subsampel murid yang orang matematika. Bantuan orang tua dalam proses belajar anak di tuanya juga disurvei menggunakan instrumen orang rumah secara signifikan dan positif berhubungan dengan nilai tua, kami menambahkan variabel dummy untuk murid matematika murid, tetapi tidak dengan nilai bahasa Indonesia yang orang tuanya dilaporkan membantu belajar anak mereka. Catatan khusus, menambahkan karakteristik sekolah mereka di rumah dan orang tua yang melaporkan tingkat (kolom (2) - (3) dan (5) - (6)) tidak memengaruhi korelasi kepuasan tinggi terhadap hasil murid dalam bahasa variabel tingkat murid dengan nilai tes. Indonesia atau matematika (sangat baik atau baik). Meskipun regresi ini menemukan beberapa Karakteristik sekolah yang termasuk dalam regresi hubungan positif antara karakteristik guru ini terdiri dari variabel yang sama dalam regresi dan nilai tes murid, namun tidak demikian untuk ketidakhadiran guru di kelas dan variabel halnya dengan ketidakhadiran guru di kelas. untuk karakteristik guru dan efek tetap kabupaten. Ketidakhadiran guru, baik yang diukur sebagai Artinya, regresi ini termasuk jumlah guru PNS, guru dengan ketidakhadiran di kegiatan belajar mengajar (terlepas gelar sarjana, guru yang bekerja di sekolah mereka saat dari apakah dijadwalkan untuk mengajar)59 atau di ini selama lebih dari lima tahun, guru bersertifikasi, guru sejumlah kelas yang diamati tanpa kehadiran guru yang menerima tunjangan daerah terpencil, dan guru (kolom (3) dan (6), masing-masing), secara statistik yang menyatakan kepuasan tinggi (> 4) dengan gaji/honor. tidak berhubungan secara signifikan dengan nilai tes Regresi ini juga mencakup dummy untuk sekolah dengan murid. Korelasi positif dengan nilai murid, dalam bahasa ketua komite sekolah yang dipilih melalui pemungutan Indonesia dan matematika, terjadi dengan guru dengan suara dalam rapat yang dihadiri orang tua, dan di mana gelar sarjana, jumlah guru bersertifikasi di sekolah, dan komite sekolah melaporkan mengadakan rapat (terpisah sekolah dengan komite sekolah yang telah melakukan atau bersama) dengan kepala sekolah dan orang tua rapat dengan kepala sekolah dan orang tua pada selama tahun 2015/16. Kami juga menyertakan tingkat tahun akademik sebelumnya. Menariknya, senioritas ketidakhadiran guru di kelas (didefinisikan sebagai guru di tingkat sekolah, diukur dengan jumlah guru yang yang absen dari kegiatan belajar mengajar atau dari kelas telah mengajar selama lebih dari lima tahun di sekolah, yang diamati tanpa guru, tergantung pada spesifikasi), berkorelasi negatif dengan nilai tes. Ada korelasi positif serta efek tetap kabupaten dalam semua regresi, untuk antara beberapa karakteristik sekolah, seperti jumlah mengendalikan perbedaan kondisi lokal dan khususnya guru yang menerima tunjangan daerah terpencil dan kebijakan pendidikan daerah. guru yang sangat puas dengan gaji mereka. Beberapa karakteristik orang tua berhubungan 59 Hasil serupa diperoleh ketika menggunakan ketidakhadiran guru di kelas positif dengan nilai tes murid, namun tidak tanpa syarat di kegiatan belajar mengajar. 59. Tabel 54. Regresi OLS Nilai Tes Murid Terkait Karakteristik Murid dan Sekolah Pilihan Variable (1) (2) (3) (4) (5) (6) Attended PAUD/ECED 7.348*** 7.050*** 6.882*** 7.652*** 7.491*** 7.205*** (0.939) (0.951) (0.949) (0.916) (0.926) (0.925) Living with parents -1.944 -2.460 -2.517 -0.954 -1.573 -1.652 (2.248) (2.237) (2.237) (2.194) -2.177 (2.180) Parents help at home -0.275 -0.360 -0.353 1.756*** 1.798*** 1.800*** (0.635) (0.633) (0.633) (0.619) (0.616) (0.617) Mother education: SD 0.459 0.599 0.598 0.862 1.064 1.035 (1.112) (1.109) (1.109) (1.083) (1.078) (1.079) Mother education: SMP 3.063** 2.985** 2.906** 2.682** 2.912** 2.724** (1.309) (1.310) (1.309) (1.275) (1.273) (1.273) Mother education: SMA or above 5.574*** 5.724*** 5.675*** 3.708*** 3.997*** 3.861*** (1.410) (1.413) (1.412) (1.374) (1.373) (1.374) Father education: SD 2.311* 2.323* 2.315* 0.159 0.121 0.141 (1.261) (1.255) (1.255) (1.232) (1.223) (1.224) Father education: SMP 3.628*** 3.761*** 3.738*** 0.367 0.522 0.506 (1.405) (1.401) (1.401) (1.371) (1.363) (1.365) Father education: SMA 4.078*** 4.010*** 4.023*** 2.458* 2.487* 2.537* (1.449) (1.445) (1.445) (1.415) (1.407) (1.409) Satisfied with learning outcome 6.211*** 5.919*** 5.909*** 6.314*** 6.055*** 6.059*** (0.533) (0.534) (0.534) (0.519) (0.519) (0.520) Teacher absence rate - 1.403 -0.532 - 4.109*** 0.999 (1.263) (1.169) (1.226) (1.138) Share of PNS teachers - -3.124 -3.309 - -1.724 -1.945 (2.067) (2.070) (2.007) (2.012) Share of teachers with minimum bachelor’s degree - 5.220*** 5.209*** - 4.652*** 4.608*** (1.008) (1.008) (0.979) (0.980) Share of teachers with minimum 5 years at school - -4.894** -4.732** - -9.962*** -9.425*** (1.915) (1.908) (1.861) (1.857) Share of certified teachers - 9.561*** 9.765*** - 12.25*** 12.45*** (2.095) (2.100) (2.033) (2.040) Share of teachers receiving special allowance - -0.207 -0.348 - 1.627** 1.408* (0.783) (0.783) (0.763) (0.763) Share of teachers highly satisfied with their salary - 1.527 1.441 - 2.891** 2.883** (1.312) (1.317) (1.279) (1.285) Committee chairperson is selected by voting - 0.913 0.719 - 1.191** 0.798 (0.592) (0.580) (0.576) (0.565) Committee had meetings with parents and principal - 2.114*** 2.148*** - 1.467** 1.557** (0.631) (0.630) (0.612) (0.612) Constant 26.31*** 22.96*** 23.71*** 24.31*** 21.87*** 22.94*** (2.560) (2.958) (2.967) (2.495) (2.876) (2.888) Observations 4,998 4,963 4,963 5,011 4,975 4,975 R-squared 0.101 0.113 0.113 0.113 0.132 0.130 Catatan: Kesalahan standar diberi tanda kurung. Semua regresi mencakup dummy kabupaten. Kolom (1) hingga (3) melaporkan hasil dari regresi nilai Bahasa Indonesia; kolom (4) hingga (6) melaporkan hasil dari regresi nilai matematika. Semua regresi dijalankan pada sampel murid yang orang tuanya juga disurvei menggunakan instrumen orang tua dan yang berkunjung ke sekolah yang memiliki komite aktif. dalam kolom (2), dan (4), ketidakhadiran guru adalah jumlah guru yang absen dari kegiatan belajar mengajar dengan syarat memang dijadwalkan untuk mengajar. dalam kolom (3) dan (6), ketidakhadiran guru adalah jumlah kelas yang diamati tanpa guru. PAUD = pendidikan anak usia dini; PPAUD = Program Pendidikan Anak Usia Dini; PNS = Pegawai Negeri Sipil; SD = standar deviasi; SMA = Sekolah Menengah Atas; SMP = Sekolah Menengah Pertama. Penting untuk diingat bahwa dalam regresi kita berada pada korelasi parsial. Jadi ketidakhadiran guru di kelas berkorelasi positif dengan nilai matematika, memegang semua variabel konstan. Ada kemungkinan bahwa ini disebabkan oleh beberapa korelasi antara ketidakhadiran guru dan satu atau beberapa korelasi lainnya yang termasuk dalam regresi. *** p < 0.01, ** p < 0.05, * p < 0.1. 60. 07 KESIMPULAN Kesimpulan Laporan ini menyajikan konteks pendidikan dari lima kabupaten Landak Sintang yang berlokasi di daerah terpencil Indonesia, yaitu Ketapang, Landak, dan Sintang di Provinsi Kalimantan Barat, serta Manggarai Barat dan Manggarai Timur di Provinsi NTT. Laporan Ketapang ini didasarkan pada sebuah survei komprehensif atas sekolah dasar Manggarai Manggarai dan personelnya (kepala sekolah, guru, dan komite) serta asesmen atas ketidakhadiran guru di kelas, hasil belajar murid, dan survei orang tua Barat Timur yang terperinci. Survei menemukan Rata-rata sekolah studi terletak lima jam dari ibukota kabupaten, dan 2,3 bahwa prasarana jam dari lembaga keuangan terdekat. Waktu perjalanan yang panjang ini yang buruk sangat memengaruhi kepala sekolah dan guru dalam melakukan perjalanan ke menghambat ibukota kabupaten untuk keperluan administrasi dan logistik, atau untuk penyediaan layanan mengambil gaji mereka secara rutin. Meningkatkan prasarana jalan, pendidikan. telekomunikasi, dan listrik yang lebih baik berpotensi akan berkontribusi pada upaya peningkatan kualitas pendidikan di daerah terpencil Indonesia, karena hal ini dapat meningkatkan daya tarik daerah-daerah tersebut untuk personel yang lebih berkualitas, dan memungkinkan komunikasi, pengambilan uang, dan pengawasan menjadi lebih mudah. Tingkat ketidakhadiran guru di kelas tinggi pada wilayah studi Tingkat kehadiran dibandingkan dengan perkiraan tingkat ketidakhadiran guru di sekolah guru di kelas yang seluruh Indonesia, namun relatif sama dibandingkan dengan perkiraan sangat rendah di atas sekolah-sekolah di daerah terpencil. Pencacah mengamati bahwa lima kabupaten studi sekitar satu dari empat kelas ditemukan tanpa kehadiran guru. Satu menunjukkan bahwa dari empat guru yang dijadwalkan untuk mengajar selama periode ada kebutuhan yang pengamatan tidak hadir di sekolah, dan sepertiga dari para guru ini sangat besar dan dilaporkan tidak hadir karena tugas terkait sekolah. Secara keseluruhan, ruang yang luas untuk 20 persen dari kelas yang dijadwalkan tidak dihadiri guru, dan sekitar perbaikan. 25 persen dari guru yang dijadwalkan tidak hadir untuk mengajar. Pemerintah Indonesia harus mengatasi masalah serius ini karena secara langsung memengaruhi apakah murid mendapatkan pembelajaran di sekolah. Selain itu, berbagai cara untuk meningkatkan kehadiran guru perlu diuji, termasuk memperkuat pengawasan guru, melaksanakan evaluasi guru, dan menerapkan sanksi bagi guru yang berkinerja buruk. Namun perlu dicatat bahwa hasil regresi OLS menunjukkan bahwa jika semuanya setara, ketidakhadiran guru di kelas tidak berkorelasi secara signifikan atau berkorelasi positif dengan nilai tes murid. Dengan demikian, memastikan guru hadir dan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar mungkin tidak secara otomatis mengarah pada peningkatan hasil belajar di kalangan murid. 61. Meninjau ulang Orang tua dan masyarakat akan mendapat manfaat dari partisipasi mereka ekspektasi orang dalam menetapkan standar layanan bersama dengan kepala sekolah tua dan masyarakat dan guru, partisipasi lebih jauh dalam evaluasi kinerja guru berdasarkan terhadap kualitas standar-standar tersebut, dan adanya wadah yang jelas untuk secara layanan pendidikan efektif menyuarakan masukan mereka tentang hasil layanan guru. Pada yang diterima oleh sisi pemberi layanan, kepala sekolah dan guru menyatakan kurangnya anak-anak mereka keterlibatan orang tua secara aktif dalam pendidikan anak-anak mereka mungkin diperlukan, sebagai faktor penting yang menghambat pembelajaran murid. Adanya khususnya dalam hal permintaan dari orang tua dan masyarakat untuk (lebih) bertanggung jawab kehadiran guru. dapat membuat kepala sekolah dan guru menjadi lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja mereka, termasuk dalam hal kehadiran. Hal lain yang dapat Hampir tidak ada murid yang mencapai tingkat kemampuan yang sesuai ditingkatkan adalah dengan kelas yang mereka ikuti saat ini; mayoritas dari mereka tertinggal penyediaan informasi dua tingkat kelas. Berlawanan dengan rendahnya kualitas pendidikan yang lebih akurat yang diamati di wilayah studi, kepala sekolah, orang tua, dan komite kepada orang tua sekolah melaporkan tingkat kepuasan yang tinggi terhadap kinerja guru dan komite sekolah dan hasil belajar murid. Ini sangat kontras dengan jumlah murid yang mengenai tingkat hasil tidak menunjukkan kemampuan dasar dalam bahasa Indonesia dan/ belajar murid secara atau matematika. Situasi ini dapat dipengaruhi oleh keterbatasan survei aktual. kuantitatif, yang dapat menjadi bias karena responden menjawab apa yang menurut mereka merupakan jawaban yang “benar”. Data kualitatif tambahan dapat mengidentifikasi hal ini sebagai masalah potensial.60 Namun demikian, hasil regresi menunjukkan bahwa kepuasan orang tua terhadap hasil belajar anak-anak mereka berkorelasi kuat dengan nilai murid. Jika ini masalahnya, maka hasil belajar murid dapat meningkat dengan pemberian informasi yang relevan dan tepat sasaran kepada orang tua, komite sekolah, dan masyarakat tentang pengembangan pembelajaran murid dan tingkat kualitas layanan yang diharapkan dari para guru. Selain akuntabilitas Pemberian dukungan tambahan, pemantauan, dan evaluasi guru dapat sosial, pembayaran meningkatkan motivasi dan upaya mereka untuk meningkatkan kehadiran tunjangan guru dan kinerja layanan mereka. Namun tekanan sosial ini mungkin tidak cukup berbasis kinerja harus untuk memengaruhi perubahan perilaku guru yang berkelanjutan. dengan dipertimbangkan demikian, mekanisme keuangan dapat memberikan insentif yang lebih kuat, sebagai sarana untuk terutama untuk guru yang berkinerja buruk. Seperti yang disebutkan di meningkatkan kinerja bagian pendahuluan, Pemerintah Indonesia telah menyediakan Tunjangan guru. Khusus bagi guru yang memenuhi syarat yang bekerja di daerah terpencil, dalam jumlah yang substansial mulai dari Rp1,5 juta hingga satu kali gaji pokok bulanan guru. Namun penerima Tunjangan Khusus ternyata memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang bukan penerima (Toyamah, et al., 2010). dengan demikian, mekanisme untuk menjadikan Tunjangan Khusus lebih efektif dalam meningkatkan kehadiran guru atau kinerja layanan secara langsung harus diuji. Survei Bank Dunia 2017 di 100 sekolah di 10 kabupaten, termasuk lima kabupaten yang dicakup dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa kepala sekolah dan guru lebih memilih faktor penentu upah dan promosi berbasis kinerja daripada yang berbasis senioritas (Perez-Alvarez, et al. 2019). 60 As undertaken in Vernez, Karam, and Marshall (2012). 62. Terdapat perbedaan Banyak guru di sekolah terpencil yang disurvei tidak memiliki tingkat temuan penting pendidikan tinggi, namun demikian ada variasi substansial di seluruh antara lima kabupaten. Sebagai contoh, meskipun lebih dari 70 persen guru non-PNS kabupaten, terutama di sekolah sampel di dua kabupaten NTT memiliki setidaknya satu gelar dalam manajemen perguruan tinggi, secara keseluruhan hampir 67 persen guru non-PNS sekolah, kondisi kerja hanya memiliki ijazah sekolah menengah. Namun di semua kabupaten, kepala sekolah dan perbedaan ini tampaknya memiliki pengaruh marginal pada hasil belajar guru, karakteristik murid dan kinerja guru. dan upaya guru, Gelar pendidikan Gelar pendidkan keterlibatan orang tua, dan prestasi belajar murid. 70% Guru non-PNS di sekolah sampel di dua 67% guru non-PNS hanya memiliki kabupaten NTT memiliki setidaknya ijazah sekolah menengah. satu gelar perguruan tinggi Temuan-temuan ini Kualifikasi dan status guru non-PNS, yang mewakili mayoritas guru di mendorong perlunya daerah terpencil, harus ditingkatkan. UNICEF (2012) menemukan tingkat meningkatkan ketidakhadiran yang lebih tinggi di kalangan guru non-PNS dan lokal. Ada kualifikasi dan juga perbedaan penting dalam gaji dan honor guru, tergantung pada status keterampilan mereka. Guru-guru non-PNS menerima gaji yang sangat rendah dan relatif mengajar kepala tidak puas dengan jumlah gaji mereka. Lebih lanjut diperlukan upaya untuk sekolah dan guru, meningkatkan motivasi guru yang bekerja di daerah terpencil, khususnya terutama pada dengan memastikan kelancaran pelaksanaan sertifikasi guru dan tunjangan kabupaten yang daerah terpencil. Pendekatan alternatif juga perlu ditinjau lebih jauh lagi memiliki banyak karena di tingkat nasional, faktor-faktor ini tidak terbukti berpengaruh besar tenaga pengajar pada peningkatan hasil belajar. dengan kualifikasi yang tidak memadai. 63. 64. LAMPIRAN A. TABEL Lampiran A. Tabel Tabel 6. Jarak dan Waktu Perjalanan dari Balai Desa ke Lembaga Administrasi dan Keuangan Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Kantor kecamatan Jarak (km) 28,4 28,3 24,3 37,8 14,4 19,8 Waktu perjalanan ( jam) 1,3 1,1 1,0 1,6 1,5 1,4 Kantor pemerintah Jarak (km) 149,1 268,3 102,6 129,2 94,3 78,3 kabupaten Waktu perjalanan ( jam) 4,8 6,8 3,2 4,6 4,8 3,5 Kantor pemerintah Jarak (km) 139,7 200,5 103,6 166,3 71,6 76,4 kabupaten terdekat Waktu perjalanan ( jam) 4,9 5,6 3,5 5,9 3,8 3,5 Kantor pos Jarak (km) 53,8 45,4 48,9 71,7 34,3 46,2 Waktu perjalanan ( jam) 2,3 1,5 1,9 2,9 2,3 2,4 Bank Jarak (km) 53,4 44,0 47,4 80,3 28,5 26,9 Waktu perjalanan ( jam) 2,2 1,4 1,8 3,2 1,9 1,4 ATM Jarak (km) 56,8 54,1 47,2 76,4 32,7 42,6 Waktu perjalanan ( jam) 2,3 1,7 1,8 3,0 2,2 2,1 Koperasi Jarak (km) 42,1 36,9 40,6 62,9 16,9 22,2 Waktu perjalanan ( jam) 1,6 1,2 1,7 2,3 1,4 1,1 Koperasi kredit Jarak (km) 26,8 20,2 22,8 18,6 39,1 70 Waktu perjalanan ( jam) 1,2 0,6 1,2 0,9 3,7 3,1 Tabel 10. Distribusi Gender Murid, Berdasarkan Kelas Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Jenis Semua Kelas Kelamin Note: ATM = automated machine; km = kilometers; NTT = East Nusa Tenggara. teller Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Semua 23 23 19 23 24 26 1 Laki-laki 12 13 10 13 13 14 Perempuan 11 11 9 11 11 12 Semua 21 21 18 20 24 27 2 Laki-laki 11 11 10 11 13 14 Perempuan 10 10 8 9 11 13 Semua 22 21 17 22 26 26 3 Laki-laki 12 11 9 12 13 14 Perempuan 10 10 8 10 13 11 Semua 22 20 20 22 28 27 4 Laki-laki 12 10 11 11 15 15 Perempuan 11 10 9 11 13 12 Semua 22 20 18 23 26 27 5 Laki-laki 12 10 10 12 14 15 Perempuan 11 10 8 11 12 13 Semua 22 19 20 21 26 25 6 Laki-laki 11 9 10 10 13 12 Perempuan 11 10 10 11 13 13 65. Tabel 11. Ketersediaan Fasilitas Utama Sekolah (Persentase Sekolah Sampel) Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Bangunan Ruang kepala sekolah 48 51 47 63 26 32 Ruang guru 87 86 96 97 87 50 Peralatan/lapangan olah raga 99 100 96 99 100 100 Fasilitas fisik tambahan Toilet 91 90 96 97 79 85 Toilet - hanya untuk guru 64 66 80 65 50 50 Toilet - hanya untuk murid perempuan 50 56 61 53 32 35 Toilet - hanya untuk murid laki-laki 41 51 59 40 29 15 Air bersih 54 66 59 52 42 41 Listrik selama jam sekolah 30 36 18 40 24 24 Sinyal telepon seluler 45 44 27 28 68 91 Fasilitas pendukung pengajaran Perpustakaan 54 58 43 48 47 91 Buku teks dalam jumlah yang cukup 39 37 35 42 39 41 Tabel 14. Bahasa Pengajaran, Kurikulum, dan Muatan Pengajaran, Tahun Akademik 2015/16 Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Bahasa pengajaran utama - laporan kepala sekolah (% sekolah) Indonesian 86 92 94 92 63 74 Malay 1 5 0 1 0 0 Dayak 4 3 6 7 0 0 Manggarai 9 0 0 0 37 26 Kurikulum yang digunakan pada tahun 2015/16 - laporan kepala sekolah (% sekolah) Kurikulum 2013 1 2 0 1 0 0 Kurikulum 2006 (tingkat satuan pendidikan) 2 5 2 2 0 0 Kurikulum 2004 (berbasis kompetensi) 99 100 98 100 95 100 Kurikulum yang digunakan pada tahun 2015/16 - laporan guru (% guru) Kurikulum 2013 1 1 1 1 0 0 Kurikulum 2006 (tingkat satuan pendidikan) 94 94 93 95 93 94 Kurikulum 2004 (berbasis kompetensi) 8 8 9 7 11 6 Mata pelajaran yang diajarkan (% guru) Guru mengajar 1 mata pelajaran 14 13 12 11 21 17 Guru mengajar 2-3 mata pelajaran 12 6 6 7 23 22 Guru mengajar 4 mata pelajaran atau lebih 74 81 82 83 56 61 66. LAMPIRAN A. TABEL Tabel 15. Waktu Pengajaran, Tahun Akademik 2015/16 Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Hari mengajar efektif Hari mengajar efektif 226,38 235,37 228,18 206,56 240,24 243,970 Gangguan dalam mengajar (% sekolah) 25 34 31 34 3 0 Jam mengajar mingguan (rata-rata #) Kelas 1 26 26 26 25 27 28 Kelas 2 26 27 26 26 27 29 Kelas 3 29 29 28 28 31 32 Kelas 4 31 32 30 30 32 33 Kelas 5 31 32 31 30 32 33 Kelas 6 31 33 31 30 32 33 Tabel 22. Kondisi Keseharian Kepala Sekolah: Jarak Rata-Rata, Waktu Perjalanan, dan Biaya Transportasi dari Rumah ke Sekolah Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Secara keseluruhan Jarak dari rumah ke sekolah (km) 0,5 1 6 0,2 0,28 0,32 Waktu perjalanan dari rumah ke sekolah (menit) 5 10 20 5 8,5 5 Biaya transportasi dari rumah ke sekolah (Rp) 0 1.500 3.000 0 0 0 Kepala sekolah tinggal di desa yang sama dengan lokasi sekolah Jarak dari rumah ke sekolah (km) 0,15 0,23 0,5 1 1 0,15 Waktu perjalanan dari rumah ke sekolah (menit) 5 5 5 3 3 5 Biaya transportasi dari rumah ke sekolah (Rp) 0 1.000 0 0 0 0 Lainnya Jarak dari rumah ke sekolah (km) 8 11 12 7 3 3.5 Waktu perjalanan dari rumah ke sekolah (menit) 30 30 40 30 29 30 Biaya transportasi dari rumah ke sekolah (Rp) 8.000 7.500 10.000 5.000 6.000 10.000 Catatan: km = Kilometer 67. Tabel 23. Kondisi Keseharian Guru: Jarak Rata-Rata, Waktu Perjalanan, dan Biaya Transportasi dari Rumah ke Sekolah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Secara keseluruhan Jarak dari rumah ke sekolah (km) 0,3 0,4 0,5 0,2 0,16 0,5 Waktu perjalanan dari rumah ke sekolah (menit) 5 5 10 5 6,5 10 Biaya transportasi dari rumah ke sekolah (Rp) 0 900 0 0 0 0 Guru tinggal di desa yang sama dengan lokasi sekolah Jarak dari rumah ke sekolah (km) 0,2 0,3 0,2 0,2 1 0,3 Waktu perjalanan dari rumah ke sekolah (menit) 5 5 5 5 5 10 Biaya transportasi dari rumah ke sekolah (Rp) 0 0 0 0 0 0 Lainnya Jarak dari rumah ke sekolah (km) 5 7 15 4 3 3 Waktu perjalanan dari rumah ke sekolah (menit) 30 20 45 30 30 30 Biaya transportasi dari rumah ke sekolah (Rp) 4.500 4.500 8.000 4.500 0 3.650 Catatan: km = Kilometer Tabel 30. Tunjangan Kepala Sekolah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Total tunjangan # Kepala sekolah yang menerima 252 57 44 83 38 30 % kepala sekolah yang menerima 97 100 92 100 100 91 Median bulanan (Rp) 3.575.525 3.058.575 4.064.868 4.605.900 3.125.000 2.766.113 Tunjangan profesi (TP). 12 bulan terakhir # Kepala sekolah yang menerima 182 46 32 53 29 22 % kepala sekolah yang menerima 70 81 67 64 76 67 Median bulanan (Rp) 3.257.880 3.079.287 3.706.908 3.602.400 1.850.967 2.920.000 Tunjangan khusus (TK). 12 bulan terakhir # Kepala sekolah yang menerima 92 8 10 60 12 2 % kepala sekolah yang menerima 36 14 21 72 32 6 Median bulanan (Rp) 2.678.825 90.625 2.707.200 2.834.425 2.609.500 156.250 Tunjangan tambahan penghasilan (Tamsil). 12 bulan terakhir # Kepala sekolah yang menerima 110 35 11 43 15 6 % kepala sekolah yang menerima 42 61 23 52 39 18 Median bulanan (Rp) 408.333 350.000 100.000 775.000 833.333 350.833 Catatan: NTT = East Nusa Tenggara; TK = Tunjangan Khusus (special allowance); TP = Tunjangan Profesi (professional allowance). 68. LAMPIRAN A. TABEL Tabel 31. Tunjangan Guru Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Guru PNS # Guru menerima tunjangan total 631 130 96 221 114 70 % guru yang menerima 84 93 72 92 83 67 Median total tunjangan bulanan (Rp) 1.333.333 1.227.083 952.099 2.694.500 1.299.533 433.333 # Guru menerima tunjangan profesi (TP) 244 47 41 89 44 23 % guru yang menerima 32 34 31 37 32 22 Median tunjangan profesi bulanan (Rp) 2.898.700 2.800.000 3.333.333 3.133.333 1.782.458 2.023.711 # Guru menerima tunjangan khusus (TK) 144 18 13 80 27 6 % guru yang menerima 19 13 10 33 20 6 Median tunjangan khusus bulanan (Rp) 2.144.583 100.000 2.549.342 2.733.333 1.000.000 736.250 # guru menerima tunjangan tambahan (Tamsil) 265 65 16 87 62 35 % guru yang menerima 0.350 0.460 0.120 0.360 0.450 0.330 Median tunjangan penghasilan tambahan bulanan (Rp) 400.000 380.000 100.000 747.500 683.333 62.500 Guru non-PNS # Guru menerima tunjangan total 519 186 37 100 136 60 % guru yang menerima 45 66 22 29 70 34 Median total tunjangan bulanan (Rp) 200.000 300.000 37.500 221.667 164.167 329.167 # Guru menerima tunjangan profesi (TP) 5 2 0 1 2 0 % guru yang menerima 0 1 0 0 1 0 Median tunjangan profesi bulanan (Rp) 1.375.000 1.437.500 - 1.500.000 955.833 - # Guru menerima tunjangan khusus (TK) 81 21 3 29 20 8 % guru yang menerima 7 8 2 8 10 5 Median tunjangan khusus bulanan (Rp) 1.057.500 1.050.000 416.667 1.375.000 1.025.000 708.333 # guru menerima tunjangan tambahan (Tamsil) 130 70 0 12 25 23 % guru yang menerima 11 25 0 3 13 13 Median tunjangan penghasilan tambahan bulanan (Rp) 366.667 366.667 - 500.000 100.000 1.080.000 Catatan: NTT = Nusa Tenggara Timur; PNS = Pegawai Negeri Sipil; TK = Tunjangan Khusus; TP = Tunjangan Profesi 69. Tabel 32. Penyediaan Tunjangan Kepala Sekolah dan Guru, 2014-16 Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Tunjangan profesi (TP) # Kepala sekolah menerimanya pada 149 34 30 46 21 18 tahun 2014 Seluruhnya (% menerima) 88 71 87 96 95 94 # Guru menerimanya pada tahun 2014 182 28 35 69 28 22 Seluruhnya (% menerima) 84 54 91 91 82 91 # Kepala sekolah menerimanya pada 167 39 32 53 23 20 tahun 2015 Seluruhnya (% menerima) 89 85 88 94 78 95 # Guru menerimanya pada tahun 2015 207 40 40 72 31 24 Seluruhnya (% menerima) 90 85 93 96 74 100 # Kepala sekolah menerimanya pada 180 42 35 54 27 22 tahun 2016 Seluruhnya (% menerima) 62 76 66 65 37 55 # Guru menerimanya pada tahun 2016 248 48 46 83 45 26 Seluruhnya (% menerima) 69 67 65 86 47 65 Tunjangan khusus (TK) # kepala sekolah menerimanya pada 76 11 12 46 4 3 tahun 2014 Seluruhnya (% menerima) 97 100 100 96 100 100 # guru menerimanya pada tahun 2014 189 28 27 116 10 8 Seluruhnya (% menerima) 95 93 93 96 90 100 # kepala sekolah menerimanya pada 75 8 11 48 5 3 tahun 2015 Seluruhnya (% menerima) 93 100 100 94 80 67 # guru menerimanya pada tahun 2015 194 33 14 122 16 9 Seluruhnya (% menerima) 94 97 93 97 75 89 # kepala sekolah menerimanya pada 85 1 11 63 9 1 tahun 2016 Seluruhnya (% menerima) 76 0 100 79 33 100 # guru menerimanya pada tahun 2016 224 41 18 111 41 13 Seluruhnya (% menerima) 82 76 89 90 66 69 Tunjangan penghasilan tambahan (Tamsil) # Kepala sekolah menerimanya pada 116 28 15 58 9 6 tahun 2014 Seluruhnya (% menerima) 95 82 100 100 89 100 # guru menerimanya pada tahun 2014 332 116 26 109 39 42 Seluruhnya (% menerima) 90 85 96 94 97 86 # Kepala sekolah menerimanya pada 120 30 14 59 10 7 tahun 2015 Seluruhnya (% menerima) 91 77 100 100 80 71 # guru menerimanya pada tahun 2015 340 121 28 104 42 45 Seluruhnya (% menerima) 90 87 96 95 83 89 # Kepala sekolah menerimanya pada 117 29 11 62 14 1 tahun 2016 Seluruhnya (% menerima) 66 72 100 65 36 0 # guru menerimanya pada tahun 2016 374 122 23 117 82 30 Seluruhnya (% menerima) 74 66 91 88 66 67 Catatan: NTT = Nusa Tenggara Timur; TK = Tunjangan Khusus; TP = Tunjangan Profesi 70. LAMPIRAN A. TABEL Tabel 35. Kepuasan Guru yang Dilaporkan (% Guru) Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur a. Kepuasan dengan apresiasi pemerintah pusat terhadap peran guru Sangat rendah (1) 15 16 16 10 17 20 Rendah (2-3) 21 20 28 22 16 20 Rata-rata (4-5) 29 33 30 28 29 26 Tinggi (6-7) 35 31 26 40 38 33 PNS Sangat rendah (1) 6 6 11 2 7 6 Rendah (2-3) 13 11 17 11 13 15 Rata-rata (4-5) 28 30 29 26 28 28 Tinggi (6-7) 53 53 43 61 53 50 Bukan PNS Sangat rendah (1) 21 21 20 15 25 28 Rendah (2-3) 26 24 37 29 17 23 Rata-rata (4-5) 30 34 31 30 30 26 Tinggi (6-7) 23 20 13 26 27 23 b. Kepuasan dengan kinerja dinas pendidikan kabupaten dalam penyelenggaraan sekolah dasar Sangat rendah (1) 7 8 7 5 9 7 Rendah (2-3) 20 19 25 19 20 18 Rata-rata (4-5) 35 36 38 33 32 38 Tinggi (6-7) 38 37 30 43 39 37 PNS Sangat rendah (1) 4 4 6 1 5 5 Rendah (2-3) 16 20 18 13 20 10 Rata-rata (4-5) 33 27 39 33 32 37 Tinggi (6-7) 47 49 37 54 43 47 Bukan PNS Sangat rendah (1) 9 10 8 8 12 9 Rendah (2-3) 22 18 31 24 20 22 Rata-rata (4-5) 36 41 38 34 31 38 Tinggi (6-7) 32 31 24 34 37 31 c. Kepuasan dengan apresiasi orang-orang di sekitar sekolah dengan peran guru Sangat rendah (1) 4 2 5 3 6 6 Rendah (2-3) 15 13 20 13 11 18 Rata-rata (4-5) 30 28 40 34 23 25 Tinggi (6-7) 51 57 35 50 60 51 PNS Sangat rendah (1) 2 1 4 0 3 4 Rendah (2-3) 12 13 15 12 7 11 Rata-rata (4-5) 30 26 43 31 23 27 Tinggi (6-7) 56 59 38 57 67 57 Bukan PNS Sangat rendah (1) 5 2 5 5 8 7 Rendah (2-3) 16 14 25 14 13 21 Rata-rata (4-5) 30 29 37 36 23 24 Tinggi (6-7) 48 55 33 45 55 47 71. Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur d. Kepuasan dengan kinerja pemerintah dan orang-orang di desa dalam membantu pengelolaan sekolah Sangat rendah (1) 6 6 5 4 11 8 Rendah (2-3) 22 25 29 17 23 21 Rata-rata (4-5) 36 35 40 38 32 34 Tinggi (6-7) 36 35 26 42 33 37 PNS Sangat rendah (1) 4 4 4 1 9 5 Rendah (2-3) 19 18 27 14 23 16 Rata-rata (4-5) 37 32 39 38 34 39 Tinggi (6-7) 40 46 30 47 34 39 Bukan PNS Sangat rendah (1) 8 7 5 6 13 10 Rendah (2-3) 24 28 31 19 24 23 Rata-rata (4-5) 35 36 41 38 30 31 Tinggi (6-7) 33 30 23 38 33 35 Catatan: PNS = Pegawai Negri Sipil 72. LAMPIRAN A. TABEL Tabel 36. Tantangan yang Dialami oleh Guru (% Guru) Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Kepuasan dengan gaji/honor yang diterima sebagai guru di sekolah tempat mereka bekerja saat ini Sangat rendah (1) 13 11 14 11 14 20 Rendah (2-3) 26 26 35 23 24 25 Rata-rata (4-5) 27 27 27 28 24 31 Tinggi (6-7) 33 36 24 37 38 24 PNS Sangat rendah (1) 3 5 3 0 4 6 Rendah (2-3) 15 16 27 11 16 8 Rata-rata (4-5) 28 27 32 26 23 38 Tinggi (6-7) 53 52 38 62 57 48 Bukan PNS Sangat rendah (1) 20 14 23 19 21 28 Rendah (2-3) 33 31 41 32 29 35 Rata-rata (4-5) 27 27 22 29 25 27 Tinggi (6-7) 20 28 13 20 25 10 Gaji/honorarium yang ideal Jauh Lebih Rendah 1 1 1 1 0 2 Menurunkan 2 1 2 1 2 4 Sama dengan gaji saat ini 19 15 15 21 27 18 Lebih tinggi 66 70 77 68 54 58 Jauh lebih tinggi 12 14 5 9 17 19 PNS Jauh Lebih Rendah 0 0 0 0 1 1 Menurunkan 2 0 2 2 1 4 Sama dengan gaji saat ini 25 16 24 28 33 23 Lebih tinggi 63 71 68 65 55 55 Jauh lebih tinggi 9 13 6 5 10 17 Bukan PNS Jauh Lebih Rendah 1 1 1 1 0 3 Menurunkan 2 1 3 1 2 3 Sama dengan gaji saat ini 16 14 8 17 23 14 Lebih tinggi 67 69 83 70 54 60 Jauh lebih tinggi 14 15 4 12 21 20 Catatan: PNS = Pegawai Negri Sipil 73. Tabel 41. Latar Belakang Komite Sekolah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur # sekolah yang memiliki komite aktif 254 56 48 82 35 33 # sekolah yang memiliki komite tidak aktif 14 2 2 6 3 1 (Aktif) karakteristik komite sekolah (% komite aktif) Pembentukan komite sekolah saat ini Pembentukan komite sekolah saat ini 20 22 19 27 6 10 2016-17 63 69 55 65 52 69 2010-15 14 5 23 6 32 17 2005-09 4 4 2 3 10 3 Sebelum 2005 93 95 88 95 97 91 Komite hanya mengelola sekolah ini 15 16 13 17 6 18 Komite memiliki anggaran dasar/anggaran rumah 12 13 7 20 6 7 tangga Komite menerima dana dari sekolah untuk kegiatan 326.000 300.000 200.000 301.000 2.300.000 300.000 pada 2015/2016 Median dana yang diterima dari sekolah (Rp) 2 4 2 1 0 3 Sekolah menyediakan ruang kantor untuk komite 74. LAMPIRAN A. TABEL Tabel 44. Kegiatan Komite Sekolah, 2015/16 (% Komite) Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Pilot Area Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Rapat komite dengan kepala sekolah dan orang tua Rapat komite dengan kepala sekolah dan orang tua, 78 75 70 87 71 85 2015/16 Inisiatif pelaksanaan rapat: Selalu dari kepala sekolah 40 27 50 51 28 29 Selalu dari komite 9 7 6 6 20 14 Terkadang kepala sekolah, terkadang komite 51 66 44 44 52 57 Topik yang dibahas selama rapat Persiapan evaluasi murid 84 90 88 82 83 75 Saran dan keluhan dari orang tua 83 80 84 85 83 79 Anggaran sekolah dan sumber daya keuangan 77 73 72 75 96 75 Disiplin dan perilaku murid 76 83 69 72 71 89 Hasil belajar murid 76 85 72 73 79 71 Disiplin dan perilaku guru 68 73 69 69 58 64 Rekrutmen guru 55 56 44 51 63 68 Kurikulum dan metode pengajaran 49 54 44 62 38 25 Kontribusi komite/orang tua 44 41 38 31 68 68 Lainnya 83 80 84 82 79 89 Rapat komite dengan kepala sekolah saja Rapat komite dengan kepala sekolah, bulan lalu 35 39 40 49 11 9 Rapat komite dengan kepala sekolah, 2015/16 48 54 52 56 37 27 Inisiatif organisasi rapat: Selalu dari kepala sekolah 38 23 42 46 54 11 Selalu dari komite 18 17 13 15 31 33 Terkadang kepala sekolah, terkadang komite 44 60 46 39 15 56 Rapat komite internal Rapat komite internal, bulan lalu 14 18 17 15 3 12 Rapat komite internal, 2015/16 21 27 20 21 11 24 Rapat internal menghasilkan saran/umpan balik 91 93 100 94 50 88 untuk sekolah Saran dari komite ke sekolah Rehabilitasi infrastruktur dan furnitur 63 71 56 63 50 57 Peningkatan kedisiplinan guru dan/atau murid 46 57 56 38 50 29 Proses belajar mengajar 29 43 56 13 0 14 Peningkatan kualitas guru 17 7 33 13 50 14 Pembelian perangkat belajar mengajar 10 14 22 0 0 14 Peningkatan kesejahteraan guru 8 14 11 0 50 0 Lainnya 40 21 44 56 0 43 Sekolah menerapkan beberapa saran dari komite 81 93 89 75 50 71 Saran dari komite dilaksanakan oleh sekolah Rehabilitasi infrastruktur dan furnitur 33 46 25 33 0 20 Peningkatan kedisiplinan guru dan/atau murid 54 62 63 42 100 40 Proses belajar mengajar 23 31 38 17 0 0 Peningkatan kualitas guru 5 8 13 0 0 0 Pembelian perangkat belajar mengajar 10 15 13 0 0 20 Peningkatan kesejahteraan guru 10 15 0 8 100 0 Lainnya 41 15 25 75 0 60 75. Tabel 49. Ketidakhadiran Murid dan Penyebab, Berdasarkan Nilai Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Secara keseluruhan # Murid terdaftar 35543 7350 5682 11449 5709 5353 Tingkat ketidakhadiran murid resmi (%) 8 9 9 7 9 7 Tingkat ketidakhadiran murid yang diamati (%) 14 24 13 13 11 8 # Ruang kelas 1702 366 301 543 249 243 % Ruang kelas dengan semua murid hadir 35 35 37 39 26 36 Kelas 1 # Murid terdaftar 6195 1373 982 2058 884 898 Tingkat ketidakhadiran murid resmi (%) 11 11 13 11 13 7 Tingkat ketidakhadiran murid yang diamati (%) 19 27 17 19 16 8 # Ruang kelas 289 64 51 94 39 41 % Ruang kelas dengan semua murid hadir 25 20 20 31 15 34 Kelas 2 # Murid terdaftar 5663 1257 895 1739 859 913 Tingkat ketidakhadiran murid resmi (%) 9 11 8 8 9 7 Tingkat ketidakhadiran murid yang diamati (%) 16 27 8 16 12 10 # Ruang kelas 289 62 52 91 41 43 % Ruang kelas dengan semua murid hadir 37 29 40 41 37 35 Kelas 3 # Murid terdaftar 5848 1231 863 1908 974 872 Tingkat ketidakhadiran murid resmi (%) 8 10 10 6 9 7 Tingkat ketidakhadiran murid yang diamati (%) 13 24 12 10 13 9 # Ruang kelas 290 61 51 92 45 41 % Ruang kelas dengan semua murid hadir 36 34 45 39 22 34 Kelas 4 # Murid terdaftar 6015 1187 1004 1897 1039 888 Tingkat ketidakhadiran murid resmi (%) 7 9 8 6 7 6 Tingkat ketidakhadiran murid yang diamati (%) 14 27 15 12 8 6 # Ruang kelas 280 60 49 89 43 39 % Ruang kelas dengan semua murid hadir 36 37 47 39 19 36 Kelas 5 # Murid terdaftar 6048 1179 942 2012 984 931 Tingkat ketidakhadiran murid resmi (%) 7 9 8 5 8 6 Tingkat ketidakhadiran murid yang diamati (%) 11 20 13 8 11 7 # Ruang kelas 281 59 49 90 42 41 % Ruang kelas dengan semua murid hadir 37 41 37 42 26 32 Kelas 6 # Murid terdaftar 5774 1123 996 1835 969 851 Tingkat ketidakhadiran murid resmi (%) 6 6 9 4 5 7 Tingkat ketidakhadiran murid yang diamati (%) 11 15 12 11 8 6 # Ruang kelas 273 60 49 87 39 38 % Ruang kelas dengan semua murid hadir 42 48 33 45 36 45 76. LAMPIRAN A. TABEL Tabel 52. Klasifikasi Kompetensi Murid dalam Bahasa Indonesia Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Kelas 1 (% murid) BMH - tidak ada pemahaman tentang huruf 47 36 56 43 57 51 BMKD - mengerti huruf tetapi tidak memiliki kompetensi 51 62 44 55 43 49 dasar KD1 - tingkat kelas 1 1 2 1 3 0 0 Kelas 2 (% murid) BMH - tidak ada pemahaman tentang huruf 6 5 8 8 5 2 BMKD - mengerti huruf tetapi tidak memiliki kompetensi dasar 80 74 85 73 90 88 KD1 - tingkat kelas 1 11 17 5 14 5 9 KD2 - tingkat kelas 2 3 5 2 4 1 1 Kelas 2 (% murid) BMKD - mengerti huruf tetapi tidak memiliki kompetensi dasar 7 2 6 3 20 8 KD1 - tingkat kelas 1 64 57 74 63 65 66 KD2 - tingkat kelas 2 29 41 20 34 15 26 KD3 - tingkat kelas 3 0 0 0 0 0 0 Kelas 4 (% murid) BMKD - mengerti huruf tetapi tidak memiliki kompetensi dasar 6 1 4 1 17 9 KD2 - tingkat kelas 2 89 91 93 91 81 86 KD3 - tingkat kelas 3 6 8 3 8 3 4 KD4 - tingkat kelas 4 0 0 0 0 0 0 Kelas 5 (% murid) BMKD - mengerti huruf tetapi tidak memiliki kompetensi dasar 4 1 3 1 9 6 KD3 - tingkat kelas 3 80 79 87 75 85 79 KD4 - tingkat kelas 4 17 20 10 23 6 16 KD5 - tingkat kelas 5 0 0 0 0 0 0 77. Tabel 53. Klasifikasi Kompetensi Murid dalam Matematika Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Semua Wilayah Manggarai Manggarai Ketapang Landak Sintang Barat Timur Kelas 1 (% murid) BMH - tidak dapat mengenali angka 37 17 49 28 56 47 BMKD - memahami angka tetapi tidak memiliki 50 62 44 52 41 48 kompetensi dasar KD1 - tingkat kelas 1 13 21 7 20 3 5 Kelas 2 (% murid) BMH - tidak dapat mengenali angka 6 2 7 7 9 4 BMKD - memahami angka tetapi tidak memiliki 49 36 64 42 60 51 kompetensi dasar KD1 - tingkat kelas 1 41 58 27 44 29 42 KD2 - tingkat kelas 2 4 4 2 7 2 3 Kelas 3 (% murid) BMKD - memahami angka tetapi tidak memiliki 12 2 13 7 30 16 kompetensi dasar KD1 - tingkat kelas 1 82 90 84 86 66 80 KD2 - tingkat kelas 2 6 8 3 7 3 4 KD3 - tingkat kelas 3 0 0 0 0 0 0 Kelas 4 (% murid) BMKD - memahami angka tetapi tidak memiliki 3 1 2 1 11 5 kompetensi dasar KD2 - tingkat kelas 2 93 93 96 95 87 91 KD3 - tingkat kelas 3 4 6 2 4 3 4 KD4 - tingkat kelas 4 0 0 0 0 0 0 Kelas 5 (% murid) BMKD - memahami angka tetapi tidak memiliki 19 13 18 14 27 26 kompetensi dasar KD3 - tingkat kelas 3 81 87 82 86 73 74 KD4 - tingkat kelas 4 0 0 0 0 0 0 KD5 - tingkat kelas 5 0 0 0 0 0 0 Note: NTT = East Nusa Tenggara. 78. LAMPIRAN A. TABEL Tabel 55. Ketersediaan Sekolah Dasar di Tingkat Kecamatan # desa # desa Kecamatan # desa # SD # SD negeri # SD swasta dengan 1 SD dengan 2 SD Semua 0 235 270 184 51 248 22 wilayah Ketapang 0 59 59 59 0 58 1 Jelai Hulu 8 8 8 0 8 0 Kendawangan 9 9 9 0 9 0 Manis Mata 8 8 8 0 8 0 Marau 4 4 4 0 4 0 Sandai 6 6 6 0 6 0 Simpang Dua 4 4 4 0 4 0 Simpang Hulu 10 10 10 0 10 0 Sungai Laur 10 10 10 0 9 1 Landak 38 51 25 13 51 0 Air Besar 12 17 7 5 17 0 Jelimpo 5 7 3 2 7 0 Mempawah Hulu 7 10 4 3 10 0 Menjalin 3 4 2 1 4 0 Menyuke 4 4 4 0 4 0 Ngabang 3 4 2 1 4 0 Sebangki 4 5 3 1 5 0 Sintang 82 88 63 19 87 1 Kayan Hilir 17 17 12 5 17 0 Kayan Hulu 13 13 12 1 13 0 Ketungau Hilir 5 5 5 0 5 0 Ketungau Hulu 16 16 12 4 16 0 Ketungau Tengah 11 13 8 3 13 0 Sepauk 12 13 9 3 12 1 Tempunak 8 11 5 3 11 0 M. Barat 27 38 15 12 29 9 Boleng 4 6 2 2 5 1 Komodo 2 4 0 2 4 0 Kuwus 5 7 3 2 3 4 Macang Pacar 5 6 4 1 5 1 Ndoso 5 7 2 3 7 0 Welak 6 8 4 2 5 3 M. Timur 29 34 22 7 23 11 Elar 5 5 5 0 4 1 Kota Komba 2 4 0 2 3 1 Lamba Leda 6 6 5 1 3 3 Rana Mese 9 11 6 3 7 4 Sambi Rampas 7 8 6 1 6 2 Catatan: Jumlah total sekolah dan desa di setiap kecamatan, kecamatan percontohan. SD = sekolah dasar. 79. Tabel 56. Rerata Nilai Tes Murid, Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Mata Semua Kelas Manggarai Manggarai Pelajaran Wilayah Ketapang Landak Sintang Barat Timur Secara keseluruhan Bahasa 32.720 38.810 26.230 36.140 26.980 30.300 1 Matematika 33.5 44.200 26.610 39.070 22.520 26.5 Bahasa 44 49.240 36.010 44.880 42.010 45.860 2 Matematika 43.310 51.650 35.620 45.930 35.950 43.030 Bahasa 28.180 33.930 25.170 31.430 20.070 25.940 3 Matematika 30.320 36.430 27.360 32.930 23.030 28.100 Bahasa 34.240 38.870 31.670 37.970 27.040 32.290 4 Matematika 29.420 32.490 27.570 31.5 25.370 28.260 Bahasa 32.440 35.220 29.900 35.350 26.330 32.020 5 Matematika 31.920 34.390 31.200 34.170 27.680 29.510 Murid perempuan Bahasa 33.730 40.25 26.630 38 27.320 30.560 1 Matematika 32.470 43.210 26.130 38.470 21.25 24.610 Bahasa 46.540 52.240 37.390 47.770 45.640 47.200 2 Matematika 43.960 52.770 35.880 47.390 36.430 41.880 Bahasa 29.560 35.580 26.380 33.550 21.880 26.060 3 Matematika 31.230 36.600 28.660 34.520 24.770 27.980 Bahasa 35.870 40.300 32.910 39.440 29.020 33.710 4 Matematika 29.840 32.890 27.400 31.980 26.030 28.440 Bahasa 34.010 36.710 31.240 36.830 28.270 32.900 5 Matematika 32.310 35.030 31.520 34.330 28.440 29.160 Murid laki-laki Bahasa 31.880 37.620 25.870 34.570 26.700 30.120 1 Matematika 34.380 45.010 27.040 39.570 23.570 28.170 Bahasa 41.810 46.5 34.830 42.400 38.900 44.740 2 Matematika 42.75 50.630 35.390 44.690 35.530 43.990 Bahasa 26.960 32.600 24.080 29.620 18.260 25.820 3 Matematika 29.520 36.290 26.200 31.570 21.300 28.200 Bahasa 32.730 37.480 30.650 36.490 25.210 31.130 4 Matematika 29.020 32.100 27.710 31.010 24.75 28.120 Bahasa 30.980 33.710 28.760 33.860 24.670 31.240 5 Matematika 31.570 33.740 30.930 34.010 27.040 29.810 80. LAMPIRAN A. TABEL Tabel 57. Ketidakhadiran Murid, Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin Semua Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Wilayah Ketapang Landak Sintang Manggarai Barat Manggarai Timur Secara keseluruhan Pelajar perempuan yang terdaftar 16.837 3.503 2.634 5.481 2.714 2.505 Murid perempuan yang absen 1.179 288 222 343 192 134 Murid laki-laki yang terdaftar 18.706 3.847 3.048 5.968 2.995 2.848 Murid laki-laki yang absen 1.673 406 310 430 299 228 Kelas 1 Pelajar perempuan yang terdaftar 2.851 626 457 940 408 420 Murid perempuan yang absen 307 70 59 96 49 33 Murid laki-laki yang terdaftar 3.344 747 525 1.118 476 478 Murid laki-laki yang absen 389 87 73 127 69 33 Kelas 2 Pelajar perempuan yang terdaftar 2.615 601 401 800 388 425 Murid perempuan yang absen 220 61 33 63 35 28 Murid laki-laki yang terdaftar 3.048 656 494 939 471 488 Murid laki-laki yang absen 272 72 38 77 46 39 Kelas 3 Pelajar perempuan yang terdaftar 2.691 557 406 864 476 388 Murid perempuan yang absen 179 45 37 48 31 18 Murid laki-laki yang terdaftar 3.157 674 457 1.044 498 484 Murid laki-laki yang absen 292 78 48 65 58 43 Kelas 4 Pelajar perempuan yang terdaftar 2.865 571 451 952 495 396 Murid perempuan yang absen 179 41 32 56 32 18 Murid laki-laki yang terdaftar 3.150 616 553 945 544 492 Murid laki-laki yang absen 254 66 46 66 43 33 Kelas 5 Pelajar perempuan yang terdaftar 2.908 583 430 999 460 436 Murid perempuan yang absen 154 42 28 38 32 14 Murid laki-laki yang terdaftar 3.140 596 512 1.013 524 495 Murid laki-laki yang absen 258 61 50 55 46 46 Kelas 6 Pelajar perempuan yang terdaftar 2.907 565 489 926 487 440 Murid perempuan yang absen 140 29 33 42 13 23 Murid laki-laki yang terdaftar 2.867 558 507 909 482 411 Murid laki-laki yang absen 208 42 55 40 37 34 81. Tabel 58. Regresi OLS Sekolah, Kepala Sekolah, dan Karakteristik Guru Terkait Kekurangan Guru yang Dilaporkan di Sekolah Variabel (1) (2) # Guru di sekolah -0,110*** -0,208*** (0,016) (0,014) # Guru pns di sekolah -0,016 -0,070*** (0,018) (0,016) # Murid di sekolah 0,002*** 0,005*** (0,001) (0,001) # Kelas di sekolah 0,004 -0,018 (0,032) (0,026) Kehadiran guru (# guru hadir / # guru) di sekolah -0,244* -1,010*** (0,142) (0,135) Usia kepala sekolah -0,004 -0,001 (0,003) (0,003) Kepala sekolah adalah perempuan 0,041 0,061 (0,071) (0,066) Kepala sekolah sudah menikah -0,102 -0,177 (0,144) (0,131) Usia guru -0,001 (0,003) Guru adalah perempuan -0,050 (0,049) Guru sudah menikah 0,064 (0,068) Guru bukan pegawai negeri -0,110*** (0,035) Konstan 1,879*** 4,636*** (0,282) (0,303) R2 yang disesuaikan 0,203 0,166 Jumlah pengamatan 259 1,918 Catatan: Kesalahan standar diberi di tanda kurung. Semua regresi termasuk dummy kabupaten. Variabel dependen adalah biner (1 = kekurangan guru, 0 = tidak ada kekurangan guru yang dilaporkan). Kolom 1 berisi hasil terkait kepala sekolah sedangkan kolom 2 menampilkan hasil dari regresi guru. *** p < 0,01, ** p < 0,05, * p < 0,1. 82. LAMPIRAN B. KLASIFKASI KOMPETENSI MURID Lampiran B. Klasifikasi Kompetensi Murid Klasifikasi ini diterapkan berdasarkan nilai tes murid, yang ditentukan oleh jumlah pertanyaan tes yang dijawab dengan benar. Klasifikasi ini diterapkan pada hasil tes bahasa Indonesia dan matematika. Ada empat klasifikasi kompetensi yang menentukan apakah seorang anak (1) tidak dapat mengenali huruf/angka; (2) memiliki kompetensi di bawah tingkat dasar; (3) memiliki kompetensi di bawah tingkat kompetensi kelas mereka saat ini; atau (4) memiliki kompetensi pada atau di atas tingkat kompetensi kelas mereka saat ini. Seorang murid diklasifikasikan sebagai tidak dapat mengenali huruf/ angka—tingkat kompetensi terendah—ketika ia tidak dapat menjawab semua pertanyaan pengenalan huruf dan angka dalam tes bahasa Indonesia dan matematika. Kondisi hasil belajar ini hanya dapat dideteksi pada murid di kelas satu dan dua, yang diberikan pertanyaan pengenalan huruf dan angka. Seorang murid diklasifikasikan sebagai memiliki kompetensi di bawah tingkat dasar ketika ia mampu mengenali huruf dan angka namun tidak mampu menjawab setidaknya lebih dari setengah jumlah total pertanyaan tes pada dua tingkat di bawah standar tingkat kelas mereka saat ini.61 Seorang murid diklasifikasikan sebagai memiliki kompetensi di bawah tingkat kompetensi kelas mereka saat ini ketika ia tidak dapat menjawab setidaknya lebih dari setengah dari jumlah total pertanyaan tes pada standar tingkat kelas mereka saat ini. Terakhir, seorang murid digolongkan memiliki kompetensi pada atau di atas tingkat kompetensi kelas mereka saat ini ketika ia dapat menjawab lebih dari setengah jumlah total pertanyaan tes pada atau di atas standar tingkat kelas mereka saat ini, yang merupakan hasil pembelajaran ideal yang diharapkan dari murid. Untuk klasifikasi tipe 3 dan 4, tingkat kompetensi khusus murid ditentukan oleh jumlah pertanyaan pada standar tingkat kelas tertinggi yang dapat dijawab oleh murid dengan benar, di mana ia dapat menjawab setidaknya lebih dari setengah jumlah pertanyaan tingkat kelas tertinggi yang diberikan dalam tes. 61 Pengecualian untuk aturan ini adalah kelas satu di Indonesia, di mana murid diklasifikasikan dalam jenis kompetensi ini ketika mereka tidak dapat menjawab setidaknya satu set pertanyaan tentang pemahaman bacaan tingkat kelas satu. Pengecualian ini diterapkan karena hanya ada dua set pertanyaan pemahaman bacaan dalam tes bahasa Indonesia kelas satu. 83. 84. REFERENSI Referensi ACDP (Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership). 2014. Study on Teacher Absenteeism in Indonesia 2014. Jakarta, Indonesia: ACDP. Al-Samarrai, Samer, and Pedro Cerdan-Infantes. 2013. “Where Did All the Money Go? Financing Basic Education in Indonesia.” In Education in Indonesia, edited by D. Suryadarma and G. Jones, 109–38. Singapore: ISEAS–Yusof Ishak Institute. ASER (Annual Status of Education Report). 2014. Annual Status of Education Report (Rural) 2013. New Delhi, India: ASER Centre. BPS. 2018. Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of Indonesia 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik. BPS. 2019. Profil Kemiskinan di Indonesia September 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Beatty, Amanda, Emelie Berkhout, Luhur Bima, Thomas Coen, Menno Pradhan and Daniel Suryadarma. 2018. “Indonesia Got Schooled: 15 Years of Rising Schooling and Flat Learning Profiles.” RISE Working Paper 18/026, Research on Improving Systems of Education, Oxford, United Kingdom. Bjork, Christopher, and Dewi Susanti. "Community Participation and Teacher Accountability: Improving Learning Outcomes in Remote Areas of Indonesia." Unpublished manuscript, last modified 11 June, 2019. Microsoft Word file. Chaudhury, Nazmul, Jeffrey Hammer, Michael Kremer, Karthik Muralidharan, and Hasley F. Rogers. 2006. “Missing in Action: Teacher and Health Worker Absence in Developing Countries.” Journal of Economic Perspectives 20 (1): 91–116. Chen, Dandan. 2011. “School-Based Management, School Decision-Making and Education Outcomes in Indonesian Primary Schools.” Policy Research Working Paper 5809, World Bank, Washington, DC, https://openknowledge. worldbank.org/handle/10986/3572. De Ree, Joppe, Karthik Muralidharan, Menno Pradhan, and Halsey Rogers. 2018. “Double for Nothing? Experimental Evidence on an Unconditional Teacher Salary Increase in Indonesia.” Quarterly Journal of Economics 133 (2): 993–1039. Duflo, Esther. 2001. “Schooling and Labor Market Consequences of School Construction in Indonesia: Evidence from an Unusual Policy Experiment.” American Economic Review 91 (4): 795–813. Gaduh, Arya, Menno Pradhan, Jan Priebe, and Dewi Susanti. "Scores, Camera, Action? Incentivizing Teachers in Remote Areas." Unpublished manuscript, last modified 28 March, 2019. Microsoft Word file. Gove, Amber, and Anna Wetterberg, eds. 2011. The Early Grade Reading Assessment: Applications and Interventions to Improve Basic Literacy. Research Triangle Park, NC: RTI Press. Hanushek, Eric A., and Ludger Woessmann. 2007. “The Role of Education Quality for Economic Growth.” Policy Research Working Paper 4122, World Bank, Washington, DC, https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/7154. Little, Angela W., ed. 2006. Education for All and Multi-Grade Teaching: Challenges and Opportunities. London: Springer. Ministry of Villages, Disadvantaged Regions and Transmigration. 2016. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republic Indonesia. Nomor 2, Tahun 2016. Tentang Indeks Membangunan Desa. Jakarta, Indonesia: Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. 85. Mullis, Ina V. S., Michael O. Martin, Pierre Foy, and Kathleen T. Drucker. 2012. PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) 2011 International Results in Reading. Chestnut Hill, MA: TIMSS & PIRLS International Study Center, Lynch School of Education, Boston College. Mullis, Ina V. S., Michael O. Martin, Pierre Foy, and M. Hooper. 2016. TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) 2015 International Results in Mathematics. Chestnut Hill, MA: TIMSS & PIRLS International Study Center, Lynch School of Education, Boston College. OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). 2016. PISA 2015 Results in Focus. Paris: OECD, Program for International Student Assessment. Perez-Alvarez, Marcello, Jan Priebe, and Dewi Susanti. 2019. “Teacher Accountability and Pay-for-Performance Schemes in (Semi-) Urban Indonesia: What do Education Stakeholders Think?” Unpublished manuscript, last modified 25 January, 2019. Microsoft Word file. Platas, Linda M., Leanne R. Ketterlin-Gellar, Aarnout Brombacher, and Yasmin Sitabkhan. 2014. Early Grade Mathematics Assessment (EGMA) Toolkit. Research Triangle Park, NC: Research Triangle Park Press. Plaut, Daniel, and Molly Jamierson Eberhardt. 2015. Bringing Learning to Light: The Role of Citizen‐Led Assessments in Shifting the Education Agenda. Washington, DC: Results for Development Institute. Pradhan, Menno, Daniel Suryadharma, Amanda Beatty, Maisy Wong, Armida Alishjabana, Arya Gaduh, and Rima Prama Artha. 2014. “Improving Educational Quality through Enhancing Community Participation: Results from a Randomized Field Experiment in Indonesia.” Policy Research Working Paper 5795, World Bank, Washington, DC, https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/3559. Pritchett, Lant. 2013. The Rebirth of Education: Schooling Ain’t Learning. Baltimore, MD: Brookings Institution Press. Stern, Jonathan, and Lee Nordstrum. 2014. Indonesia 2014: The National Early Grade Reading Assessment and Snapshot of School Management Effectiveness Survey Report and Findings. Research Triangle Park, NC: Research Triangle Park Press. Suharti. 2013. “Trends in Education in Indonesia.” In Education in Indonesia, edited by Daniel Suryadarma and Gavin W. Jones, 15–52. Singapore: ISEAS–Yusof Ishak Institute. Suryadarma, Daniel, Asep Suryahadi, Sudarno Sumarto, and F. Hasley Rogers. 2006. “Improving Student Performance in Public Primary Schools in Developing Countries: Evidence from Indonesia.” Education Economics 14 (4): 401–29. Toyamah, Nina, Bambang Sulakson, Meuthia Rosfadhila, Silvia Devina, Sirojuddin Arif, Stella Aleida Hutagalung, Eduwin Pakpahan, and Asri Yusrina. 2010. Teacher Absenteeism and Remote Area Allowance: Baseline Survey. Jakarta, Indonesia: SMERU Research Institute. UNICEF (United Nations Children’s Emergency Fund). 2012. We Like Being Taught: A Study on Teacher Absenteeism in Papua and West Papua. Jakarta, Indonesia: UNICEF. Usman, Syaikhu, Akhmadi, and Daniel Suryadarma. 2004. When Teachers Are Absent: Where Do They Go and What Is the Impact on Students? Jakarta, Indonesia: SMERU Research Institute. Uwezo. 2012. Are Our Children Learning? Annual Learning Assessment Report. Kampala, Uganda: Uwezo. Vernez, Gorges, Rita Karam, and Jeffrey H. Marshall. 2012. Implementation of School-Based Management in Indonesia. Santa Monica, CA: RAND Corporation, sponsored by the World Bank. World Bank. 2004. World Development Report 2004: Making Services Work for Poor People. Washington, DC: World Bank and Oxford University Press. World Bank. 2008. Teacher Employment and Deployment in Indonesia: Opportunities for Equity, Efficiency and Quality Improvement. Washington, DC: World Bank. ———. 2013a. Early Childhood Education and Development in Poor Villages of Indonesia: Strong Foundations, Later Success. Jakarta, Indonesia: World Bank. ———. 2013b. Indonesia: Spending More or Spending Better: Improving Education Financing in Indonesia. Jakarta, Indonesia: World Bank. 86. REFERENSI ———. 2015. The Role of BOS in Improving Education Outcomes in Indonesia. Jakarta, Indonesia: World Bank. ———. 2016. Indonesia’s Rising Divide. Washington, D.C., USA. World Bank ———. 2018. World Development Report 2018: Learning to Realize Education’s Promise. Washington, DC: World Bank, doi:10.1596/978-1-4648-1096-1. ———. 2018b. Indonesia Economic Quarterly June 2018: Learning More, Growing Faster. Washington, DC: World Bank, https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/29921 License: CC BY 3.0 IGO. 87.